Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis (constituer) yang
berartimembentuk.Secaraistilahberartipertaurandasarmengenaipembentukan negara.
Dalam bahasa belanda istilah konstitusi di kenal dengan istilah “Ground wet “ yang di
terjemahkan sebagai undang-undang dasar. Dalam bahasa indonesia, wet di
terjemahkan sebagai undang undang, dan Ground yang berarti tanah.
Denganinimakakonstitusimemuataturanaturanpokokmengenaisendisendi yang
diperlukanuntukberdirinya negara.Istilahkonstitusidalambahasainggrisconstitution
yang memilikimaknakeseluruhandariperaturanperaturanbaik yang
tertulismaupuntidaktertulis
yangmengatursecaramegikatcarabagaimanasuatupemerintahandilaksankandalammasy
arakat. Konstitusidalamartiluasmencakupbaik yang tertulismaupun yang tidak
tertulissehinggasecarademikiankonstitusiituadaduamacamyaitukonstitusitertulis yang
disebutundan undang- undangdasardankonstitusitidaktertulis yang
biasadisebutkonveksi.Menurut Miriam Budiarjo, konstitusiadalahsuatupiagam yang
menyatakancita-citabangsadanmerupakandasarorganisasikenegaraansuatubangsa.
Sedangkanundang-undangdasarmerupakanbagiantertulisdalamkonstitusi.
Dari pengertian di atas, konstitusidapatdisimpulkansebagai :
a. Kumpulan kaidah yang memberikanpembataskekuasaankepadapenguasa.
b. Dokumententangpembagiantugasdanwewenangnyadarisistempolitik yang
diterapkan.
c. Deskripsiyangmenyangkutmasalah hakasasimanusia
Dinamika Pelaksanaan Kontitusi
Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki konstitusi yang sering disebut sebagai
UUD 1945. UUD dirancang sejak 29 Mei 1945 smapai 16 Juli 1945 oleh BPUPKI.
UUD atau konstitusi negara Republik Indonesia disahkan dan ditetapkan pleh PPKI
pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah
menjadi suatu negara modern karena telah memiliki suatu sistem ketatanegaraan,
yaitu Undang-undang Dasar 1945 atau konstitusi negara yang memuat tata kerja
konstitusi modern.
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia
telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode, yaitu :
a. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD
1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal Aturan
Peralihan, 2 ayat Aturan Tambahan dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 berlaku UUD RIS. UUD RIS
terdiri atas 6 bab, 197 pasal dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 yang terdiri atas
6 bab, 146 pasal dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juli 1959 – sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Diantara hasil perubahan yang prinsipil dari amandemen UUD 1945 antara lain :
1. Tentang MPR dimana anggotanya semua berasal dari hasil pemilu(tidak ada
yang diangkat)
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat
3. Keberadaan DPA dihapus
4. Munculnya lembaga yudikatif yang baru yaitu MK
5. Masa jabatan presiden maksimal hanya 2 periode
6. Ada pembatasan-pembatasan tentang wewenang presiden
7. Dimasukkannya pasal-pasal hak asasi manusia.
8. Pemerinttah memprioritaskan anggaran pendidiikan minimal 20% dari APBN
dan APBD dan lain lainnya.

Pengertian Rule Of Law


Menurut Friedman (1959) definisi Rule of lw dapat dilihat dari tiga sudut pandang
yang berbeda yaitu :
1. Pengertian Formal yaitu kekuasaan umum yang terorganisasikan, misalnya
negara.
2. Pengertian Hakiki/materil yaitu ebih menekankan pada cara penegakannya
karena menyangkut hukum yang baik dan buruk.
3. Pengertian Universal : sangat sulit dipastikan karena ada perbedaan setiap
masyarakat yang melahirkannya dan perbedaan rasa keadilan.
Rule of law terkait erat dengan keadilan sehingga harus menjamin keadilan
yang dirasakan oleh masyarakat. Rule of law merupakan suatu legalisme sehingga
mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan system
peraturan dan prosedur yang objektif.
Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun
penyelenggaraan negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-
undangan dan pelaksaan dalam hubungannya dengan segala peraturan perundang-
undangan itulah yang sering diistilahkan dengan Rule of law. Berdasarkan bentknya
sebenarnya Rule of law adalah kekuasaan public yang diatur secara legal.
Setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk negara
mendasarkan pada Rule of law. Dalam hubungan ini pengertian Rule of law
berdassarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan perundang-
uundangan yang berlaku dalam suatu negara.
Negara hukum merupakan terjemahan dari Rule of law. Rule of law itu sendiri dapat
dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh
karena itu, konstitusi dan negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak
terpisahkan.
Negara Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip Rule of law yaitu
kekuasaan yang dijalankan oleh hukum. Dalam negara hukum yang demikian ini,
harus diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun ddan ditegakkan menurut
prinsip-prinsip demokrasi. Karena prinsip supermasi hukum dan kedaulatan hukum
itu sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh karena itu prinsip
negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurt prinsip-prinsip
demokrasi atau keadilan rakyat. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan ditafssirkan
dan ditegakkan berdasarkan kekuasaan belaka. Karena itu perlu ditegaskan pula
bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat yang dilakukan menurut UUD yang
diimbangi dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang
berkedaulatan rakyat atau demokratis.
Perubahan Konstitusi
Yang dimaksud dengan perubahan konstitusi adalah segala usaha untuk
menambah dan atau mengurangi baik sebagian atau seluruh makna yang terkandung
dalam konstitusi tersebut melalui suatu mekanisme perubahan yang ditentukan
berdasarkan peraturan ketatanegaraan yang berlaku.Perubahan konstitusi merupakan
keharusan dalam sistem ketatanegaraan suatu negara, karena bagaimanpun konstitusi
haruslah sesuai dengan realitas kondisi bangsa dan warga negaranya.
Dengan kata lain, bahwa sifat dinamis suatu bangsa terhadap setiap peradaban
harus mampu diakomodasi dalam konstitusi negara tersebut. Karena jika tidak, maka
bukan tidak mungkin bangsa dan negara tersebut akan tergilas oleh arus perubahan
peradaban itu sendiri.Perubahan konstitusi/UUD yaitu: Secara revolusi, pemerintahan
baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang kadang-kadang membuat sesuatu UUD
yang kemudian mendapat persetujuan rakyat.
Secara evolusi, UUD/konstitusi berubah secara berangsur–angsur yang dapat
menimbulkan suatu UUD, secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengubah Undang-Undang Dasar atau
konstitusi melalui jalan penafsiran, menurut K.C. Wheare ada 4 (empat) macam cara,
yaitu melalui:
1) Beberapa kekuatan yang bersifat primer
2) Perubahan yang diatur dalam konstitusi
3) Penafsiran secara hukum
4) Kebiasaan yang terdapat bidang ketatanegaraan.
Perubahan Konstitusi di Indonesia
Dalam Undang-undang Dasar 1945, terdapat satu pasal yang berkenaan dengan cara
perubahan UUD, yaitu Pasal 37 yang menyebutkan:
1) Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlahanggota MPR
harus hadir.
2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlahanggota
yang hadir.
Pasal tersebut mengandung tiga norma, yaitu:
1) Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagailembaga
tertinggi Negara.
2) Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhisekurang-kurangnya
adalah 2/3 dari seluruh jumlah anggota MPR.
3) Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
Terbentuknya Rule Of Law
Latar belakang terbentuknya rule of law di Indonesia diawali oleh adanya
gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan Negara, demokrasi
Konstitusional. Perumusan yuridis dan demokrasi Konstitusional. Pada abad ke-19
rule of law muncul sebagai suatu doktrin hukum dan bersamaan dengan itu juga
muncul Negara konstitusi dan demokrasi.
Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakatnya, khususnya keadilan social. Pembukaan UUD 1945 memuat prinsip-
prinsip rule of law , yang pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap
“rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia. Dengan kata lain, pembukaan UUD 1945
memberi jaminan adanya rule of law didalam pembukaan UUD 1945 bersifat tetap
dan instruktif bagi penyelenggara negara, karena pembukaan UUD 1945 merupakan
pokok kaidah fundamental Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat madani
adalah kondisi suatu komunitas yang jauh dari monopoli kebenaran dan kekuasaan.
Kebenaran dan kekuasaan adalah milik bersama. Setiap anggota masyarakat madani
tidak bisa ditekan, ditakut-takuti, diganggu kebebasannya, semakin dijauhkan dari
demokrasi dan sejenisnya. Oleh karena itu, perjuangan menuju masyarakat madani
pada hakikatnya merupakan proses panjang dan produk sejarah yang abadi, dan
perrjuangan melawan kezaliman dan deminasi para penguasa menjadi cirri utama
masyarakat madani.
Latar belakang kelahiran Rule of law :
1. Diawali adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan
Negara.
2. Saran yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional.
3. Perumusan yuridis dan Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara
hukum.

Adapun unsur-unsur Rule of law menurut AV Dicey terdiri dari :


1. Supremasi hukum, dam artian tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi
pejabat.
3. Terjamin hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi menurut
Rule of law adalah :
1. Adanya perlindungan konstitusional.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan kewarganegaraan.
Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah
rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesame warga Negara
maupun pemerrintah. Untuk membangun kesadaran di masyarakat maka perlu
memasukkan materi instruksional rule of law sebagai salah satu materi di dalam mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn).

Prinsip dan Penerapan Rule Of Law di Indonesia


Prinsip Rule Of Law Di Indonesia
Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia terbagi menjadi atas 2 bagian diantaranya
yaitu:
1. Prinsip-prinsip Rule of Law secara Formal di Indonesia
Prinsip-prinsip rule of law secara formal di Indonesia tertera dalam pembukaan UUD
1945 yang menyatakan:
Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,…karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan “peri keadilan”
Kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan makmur
Untuk memajukan “kesejahteraan umum”,dan mencerdaskan“keadilan sosial”
Disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu “Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia”
Kemanusiaan yang “adil” dan beradab
Serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki ( materil ) di Indonesia
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (material) di Indonesia sangat erat
kaitannya dengan penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum dalam
penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam penegakan hukum dan implementasi
prinsip-prinsip rule of law.
Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan keberhasilan
bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa.Hal ini didukung kenyataan
bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang
khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula.Karena bersifat legalisme maka
mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani dengan pembuatan sistem
peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal
dan otonom.
Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait rule of law telah
banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang
optimal sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaanrule of law belum
dirasakan dimasyarakat.
Penerapan Rule Of Law di Indonesia
Agar pelaksanaan rule of law bisa berjalan sesuai dengan yang dharapkan, maka :
a. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didassarkan pada
corak masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap
bangsa.
b. Rule of law yang merupakan institusi social harus didasarkan pada budaya yang
tumbuh dan berkembang pada bangsa.
c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan
tentang hubungan antar manusia, masyarakat dengan negara, harus ditegakkan secara
adil juga memihak pada keadilan.
Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif, yang memihak hanya pada keadilan
itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau keperluan lain. Asumsi dasar hukum
progresif bahwa “hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya.hukum progresif
memuat kandungan yang kuat. Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam
hubungan yang sinergis dengan kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan,
kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.
Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan Rule of law antara lain :
· Kasus korupsi KPU dan KPUD
· Kasus illegal logging
· Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA)
· Kasus perdagangan narkoba dan psikotripika
· Kasus perdagangan wanita dan anak-anak
Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi
2. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh
kekuasaan atau kekuatan apapun.
3. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.
Dalam proses penegakan hukum di Indonesia di lakukan oleh lembaga penegak
hukum yang terdiri dari :
Kepolisian
Fungsinya memeihara keamanan dalam negri. Yang memiliki tugas pokok yaitu :
ü Memlihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
ü Menegakkan hukum.
ü Memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,
wewenang kepolisian adalah sebagai berikut :
1. Mengawasi aliran yang menimbulkan perpecahan dan mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa.
2. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
3. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan.
4. Memberikan bantuan pengamanan dalam siding dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.
5. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umu dan kegiatan
masyarakat lainnya.
6. Memberikan izin melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan senjata
tajam.
Kejaksaan
Adapun wewenang dan tugas kejaksaan yaitu :
ü Melakukan penuntutan.
ü Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
ü Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana masyarakat, putusan
pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat.
ü Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berrdasarkan undang-
undang.
ü Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelumnya dilimpahkan ke pengadilan dan dalam pelaksanaanya
dikoordinasikan dengan penyidik.
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi )
KPK ditetapkan dengan UU no 20tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan daya guna
dan hasil guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.
Adapun tugas KPK yaitu sebagai berikut :
1. Berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi .
2. Supervise terhadap instansi yang berwenang mlakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
3. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
4. Melakukann monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Adapun wewenang KPK antara lain :
1. Melakukan pengawsan, penelitian, penelaahan, terhadap instansi yang
melaksanakan tugas dan wewenang dengan pemberantasan tindak korupsi.
2. Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak korupsi yang
sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan.
3. Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi.
4. Meminta laporan instnsi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
5. Hanya menangani perkara korupsi yang terjdi setelah 27 Desember 2002.
6. Peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan hukum UU
KPK.
Badan peradilan
1) Mahkamah Agung (MA)
Merupakan puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia. MA memiliki kewenangan:
ü Mengadili pada tingkat kasai terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir
oleh peraddilan.
ü Menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap UU.
ü Kewenangan lain yang ditentukan undang-undang.
2) Mahkamah Konstitusi (MK)
Merupakan lembaga peradian pada tingkat pertama dan terakhir :
ü Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
ü Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945
ü Memutuskan pembubaran parpol
3) Peradilan Tinggi dan Negeri
Merupakan peradilan umum ditingkat provinsi dan kabupaten. Fungsi kedua peradilan
tersebut adalah menyelenggarakan peradilan baik pidana dan perdata ditingkat
kabupaten, dan tingkat banding di peradilan tinggi. Pasal 57 UU No. 8 tahun 2004
menetapkan agar peradilan memberikan prioritas peradilan terhadap tindak korupsi,
terorisme, narkotika atau psikotropika pencucian uang dan selanjutnya, tindak pidana.
Kajian Kasus untuk Konstitusi dan Rule of Law
Banyak kasus yang menyadarkan kita untuk mempelajari kostitusi dan Rule of Law
atau penegakkan hukum, karena terkait dengan aturan bagaimana kehidupan
bermasyarakat dan bernegara diatur.Contohnya kasus`berhentinya Presiden Soeharto
pada tahun 1998 dan digantikan oleh Wakil Presiden B.J Habibie.Ketentuan UUD
1945, sebelum menjabat presiden, maka calon presiden mengucapkan sumpah
dihadapan MPR.Namun demikian, pada tahun 1998, MPR tidak dapat bersidang
sehingga sumpah presiden dilakukan di Istana Presiden dihadapan Ketua Mahkamah
Agung dan disaksikan pimpinan DPR/MPR.Peristiwa tersebut tidak diatur dalam
UUD 1945.Belajar dari pengalaman tersebut, maka MPR periode 1999-2004
mengadakan amandemen Pasal 9 UUD 1945 yang semula berbunyi “sebelum
memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau
berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan MPR atau DPR” menjadi 2 ayat, dengan
ayat tambahan berbunyi “jika MPR atau DPR tidak dapat mengadakan sidang,
Presiden atau Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau janji dengan sungguh-
sungguhh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh MA.
Beberapa penyimpangan konstitusi sejak tahun 1959 (orde lama) sampai dengan
lahirnya Orde Baru antara lain:

Pada masa Orde Lama itu Presiden, selaku' pemegang kekuasaan eksekutif, dan
pemegang kekuasaan legislatif -- bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat --
telah menggunakan kekuasaannya dengan tjdak semestinya.Presiden telah
mengeluarkan produk legislatif yang pada hakikatnya adalah Undang-undang
(sehingga sesuai UUD 1945 harus dengan persetujuan DPR) dalam bentuk penetapan
Presiden, tanpa persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

MPRS, dengan Ketetapan NO.I/MPRS/1960 telah mengambil putusan menetapkan


pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang beIjudul "Penemuan Kembali Revolusi
Kita" yang lebih dikenal dengan
Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) sebagai GBHN bersifat tetap, yang
jelas bertentangan dengan ketentuan UUD 1945.
MPRS telah mengambil putusan untuk mengangkat Ir. Soekamo sebagai Presiden
seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945,
yang menetapkan masa jabatan Presiden,lima tahun.
Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 Pemerintah tidak
mengajukan Rancangan Undang-undang APBN untuk mendapatkan persetujuan
DJ>R sebelum berlakunya .tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam tahun 1960,
karena.DPR tidak dapat menyetujui Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara yang
diajukanoleh Pemerintah, maka Presiden waktu itu membubarkan DPR basil
Pemilihan Umum 1955 dan membentuk DPR Gotong Royong, disingkat DPR-GR.

Anda mungkin juga menyukai