Anda di halaman 1dari 11

DEODORASI

PERCOBAAN III
(Praktikum Refinery dan Pengolahan Turunan Minyak Sawit)

Kelompok 3
Ahmad Yusuf 1802301001
Ayu Andriani 1802301029
Husnul Khotimah 1802301066
Hayatun Nisa 1802301009

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAHARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak mempunyai arti yang sangat luas, yaitu senyawa yang
berbentuk cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak larut dalam air.
Berdasarkan sumbernya, minyak dibagi menjadi dua macam, yaitu minyak
bumi (mineral oils atau petroleum) dan minyak dari mahluk hidup (lipida
atau lipids). Adapun minyak dari mahluk hidup terbagi lagi menjadi minyak
nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (animal oils). Minyak hewani
lebih popular disebut dengan istilah lemak (fats) karena pada umumnya
berbentuk padat pada suhu ruangan.
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan.
Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang
biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun kedelai, bunga
matahari, dll.
Pada proses pembuatan minyak nabati, untuk memperbaiki kualitas
pada minyak kasar dilakukan beberapa treatment yaitu : Rafining dan
Fraksinasi. Tujuan dari Rafining adalah untuk menghilangkan kotoran dan
bau yang tidak enak. Macam-macam proses Rafining adalah Degumming,
Netralisasi, Bleaching, dan Deodorisasi.
Minyak yang belum mengalami proses deodorisasi mempunyai bau
tidak enak, hal ini akan mempengaruhi hasil minyak goreng yang didapatkan
dari proses refinery ini. Hal ini lah yang melatar belakangi dilakukannya
praktikum proses deodorisasi pada DPO.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Untuk menghilangkan bau pada CPOP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deodorasi
Deodorisasi merupakan proses untuk memisahkan aroma dan bau dari
minyak. Prinsip dari proses deodorisasi yaitu distilasi minyak oleh uap dalam
keadaan hampa udara. Pada suhu tinggi, komponen-komponen yang
menimbulkan bau mudah diuapkan, kemudian melalui aliran uap komponen-
komponen tersebut dipisahkan dari minyak. Komponen-komponen yang
dapat menimbulkan rasa dan bau dari minyak antara lain aldehida, keton,
hidrokarbon dan minyak esensial yang jumlahnya sekitar 0.1 persen dari berat
minyak (Djatmiko dan Widjaja 1985).

2.2 Proses Deodorisasi


Hasil produk dari proses sebelumnya disebut Degummed Bleached
Palm Oil (DBPO) lalu minyak ini dipanaskan dengan suhu 240-270oC dan
dalam tekanan 2-5 mmHg dalam heat exchanger (Basiron, 2005). Temperatur
yang diaplikasikan harus dijaga agar tidak melebihi 270oC sehingga tidak
akan terjadi reaksi isomerisasi yang tidak diharapkan. Di dalam kondisi yang
sesuai dan dengan adanya aliran steam, maka asam lemak bebas yang masih
terdapat di dalam DBPO akan didistilasi bersama komponen volatil dan hasil
produk oksidasi seperti aldehid dan keton. Penyebab aroma dan rasa yang
tidak enak pada minyak dapat disebabkan karena terdapat aldehid dan keton.
Selain itu, karotenoid akan ikut terdekomposisi sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan minyak yang memiliki warna lebih cerah dan tidak memiliki
rasa atau biasa disebut sebagai Refined Bleached Deodorized Palm Oil
(RBDPO). Kemudian, minyak akan didinginkan pada suhu 120-150oC untuk
siap diproses pada tahap selanjutnya (Basiron, 2005).
Pada tahap deodorisasi dihasilkan juga Palm Fatty Acid Distillate
(PFAD) (produk samping) yang di dalamnya terkandung sekitar 80-90%
asam lemak bebas. PFAD biasanya digunakan untuk bahan membuat sabun
(Basiron, 2005). Tahap deodorisasi yang diterapkan di PT. Salim Ivomas
Pratama Tbk. sesuai dengan teori Basiron (2005), yaitu dengan perlakuan
pemanasan pada suhu dan tekanan tertentu di dalam heat exchanger.

2.3 Tahapan Deodorisasi


Pada dasarnya tahapan deodorisasi merupakan proses pelepasan steam
secara vakum dengan menggunakan suhu tinggi dan bertujuan untuk
menghasilkan minyak yang tidak memiliki rasa dan tidak memiliki bau
karena teruapkannya asam lemak bebas (FFA) dan komponen volatil
berdasarkan perbedaan titik didih setiap komponennya. Berdasarkan Gibon et
al., (2007), proses deodorisasi ini melibatkan 3 operasi yang berbeda, yaitu
(1) distilasi, yaitu pelepasan komponen volatil (FFA, tokoferol, tokotrienol,
dan sterol); (2) deodorisasi, yaitu penghilangan kompenen yang berbau, dan
(3) pemanasan, yaitu terjadinya perusakan pigmen (karotenoid) karena
adanya perlakuan panas tetapi mencegah reaksi isomerisasi dan polimerisasi.

2.3.1 Jenis-jenis Metode Deodorisasi


Proses deodorisasi dibagi menjadi beberapa metode, antara lain
sistem batch, semi-kontinyu, dan kontinyu. Sistem batch biasanya
diaplikasikan untuk kapasitas kecil, proses pengolahan minyak yang
berbeda dalam suatu batch. Sistem semi-kontinyu biasanya
diaplikasikan untuk kapasitas yang cukup besar. Dalam sistem ini, suatu
batch minyak dipindahkan ke dalam sistem lalu digerakkan dengan
bantuan gravitasi dengan waktu tertentu melalui perantara seperti tray.
Sistem kontinyu merupakan sistem yang paling banyak diaplikasikan di
suatu pabrik industri karena kapasitasnya yang cukup besar.
Keunggulan dari sistem ini adalah biaya yang efisien, memiliki
kemungkinan besar untuk melakukan pemulihan panas, dan perawatan
yang diperlukan juga sederhana (Gibon et al., 2007). Deodorizer tipe
tray vertikal adalah tipe yang paling banyak digunakan. Desain sistem
ini didasarkan pada rangkaian tray tersusun secara vertikal dalam
rangka berbentuk silinder.

2.3.2 Kondisi Proses


Kondisi Proses Proses deodorisasi dimulai ketika sudah melewati
proses bleaching. Dalam tahap ini, minyak akan dipanaskan dengan suhu
240-270oC dalam suatu heat exchanger dengan menggunakan tekanan
vakum sekitar 2-5 mmHg (Basiron, 2005). Suhu yang digunakan harus
dikontrol, yaitu tidak melebihi 270oC agar tidak terjadi reaksi
termokimia dan isomerasi. Dengan adanya steam, maka asam lemak
bebas di dalam produk bersama komponen lain akan didistilasi. Tujuan
dari penghilangan komponen-komponen tersebut untuk menghilangkan
komponen yang dapat menghasilkan aroma dan rasa yang tidak enak.
Selain itu, karotenoid akan terurai sehingga menghasilkan minyak yang
berwarna cerah. Kemudian, minyak akan didinginkan pada tahap
selanjutnya (Basiron, 2005).
Dari tahap ini dihasilkan Palm Fatty Acid Distillate (PFAD). PFAD
akan didinginkan sampai menjadi kondensat. Di dalam PFAD terkandung
sekitar 8090% asam lemak bebas. PFAD biasanya digunakan sebagai
materi pembuatan sabun, sebagai pakan ternak, dan sebagai bahan baku
untuk oleokimia (Basiron, 2005).
Sistem operasi yang berjalan dalam proses deodorisasi meliputi
pemanasan, deodorisasi, dan pemulihan panas yang dikombinasikan di
suatu wadah. Desain dari deodorizer dapat berbeda-beda tetapi memiliki
tujuan yang sama, yaitu untuk menghasilkan kontak antara fase gas
dengan fase minyak. Pompa steam diaplikasikan untuk meningkatkan
efisiensi dari proses deodorisasi (Gibon et al., 2007).
Kondisi deodorisasi yang berbeda memiliki kemungkinan untuk
terjadinya perubahan sifat kimia dan sifat fisik produk. Asam lemak jenis
trans biasanya akan terbentuk pada suhu 280oC setelah melewati 4 jam
waktu proses. Di dalam hasil akhir produk, kadar lemak trans tidak
diperbolehkan melebihi batas 0,6%. Metode penghilangan asam lemak
bebas dan gliserida dapat merubah sifat fisik produk (Gibon et al., 2007).
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Pada pratikum ini dilaksankan pada hari Kamis, 27 Februari 2020.
Pada pukul 13.15 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium
Bioproses dan Bioenergi Program Studi Agroindustri Politeknik Negeri
Tanah Laut.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu gelas
beaker, hot plate, labu Erlenmeyer, pipet tetes, neraca analitik, buret dan
statif, dan thermometer.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu DPO, N-Heksan,
Indikator PP, dan NaOH.

3.3 Prosedur Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipindahkan DPO kedalam gelas beaker
3. Dipanaskan gelas beaker yang berisi DPO sampai suhu 235ºC dengan
menggunakan hot plate, ditahan suhu DPO pada 235ºC selama 1 jam
4. Diambil 5 gram RBDPO dan dittirasi menggunakan N-Heksan dengan
ditambahkan indicator PP sebanyak 5 tetes.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut:

Tabel 1. Deodorasi CPO


Parameter Sebelum Sesudah
No.
yang diamati Deodorasi Deodorasi
1 Bau Tengik Menyegat
2 Warna Merah terang Coklat terang
3 Tekstur Cair Lebih cair
4 Kadar FFA 3.79%

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari proses deodorasi, CPO sebelum
dan sesudah poses deodorasi mengalami perubahan baik bau, warna, tekstur,
dan kandungan FFA-nya. RBDPO hasil deodorasi memilki bau menyengat
tidak lagi berbau tengik, artinya bilangan peroksida pada CPO mengalami
penurunan karena adanya pemanasan pada suhu tinggi yakni 235oC, sehingga
setelah mengalami proses deodorasi baunya akan menghilang atau berkurang
yang menyebabkan tidak lagi berbau tengik. CPO juga mengalami perubahan
warna dan tektur yang awalnya berwarna merah terang dan cair menjadi
berwarna coklat terang dan lebih cair. CPO mengalami perubahan warna dan
terktur karena adanya pemanasan yang membuat zat warna akan terhidrolisis.
Selain itu, kandungan FFA pada CPO mengalami penurunan karena adanya
pemanasan yang membuat bilangan perioksida pada asam lemak bebas akan
menurun. Kandungan FFA pada CPO dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
suhu. Menurut Budiyanto, et al., (2007) bahwa semakin bertambahnya waktu
pemanasan akan semakin memperkecil kandungan ALB (asam lemak bebas).
Selain itu, semakin tinggi suhu deodorasi dapat menyebabkan semakin
mempercepat penurunan asam lemak bebas, hal ini akibat adanya penguapan
asam lemak bebas atau yang sering disebut asam lemak distilat.
Menurut Ayustaningwarno (2012) bahwa penggunaan suhu di atas
270oC harus dihindari untuk meminimalkan kehilangan minyak, tokoferol,
tokotrienol, dan kemungkinan terjadinya isomerisasi dan reaksi thermokimia
yang tidak diinginkan. Berdasarkan kondisi tersebut dan dengan penggunaan
uap sebagai pelecut, asam lemak bebas yang masih ada dalam minyak hasil
penyaringan akan teruapkan bersama bahan-bahan berbau tajam dan produk
oksidasi seperti aldehid dan keton. Produk oksidasi tersebut dapat
menimbulkan rasa dan aroma yang tidak diinginkan dalam minyak, pada
waktu yang sama karatenoid yang tersisa akan terdekomposisi oleh panas,
dan akan menghasilkan RBDPO yang terang dan tidak berasa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapat pada praktikum ini, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Setelah proses deodorasi, CPO mengalami perubahan warna, tekstur, bau
dan kadar FFA.
2. Proses degumming menyebabkanadanya reaksi penurunan kadar FFA.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka disarankan untuk
para praktikan sebaiknya dapat serius dalam mendengarkan setiap materi
yang diberikan asisten agar pada saat dilapangan praktikan dapat
menerapkannya dengan benar dan baik serta dapat disiplin dalam
melaksanakan praktikum sehingga proses praktikum dapat berjalan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ayustaningwarno, F., 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah
pada Industri Pangan. Vitasphere, Volume volume 11, pp. 1-11.

Basiron, Y. (2005). Palm Oil. In: Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. 6th ed.
(Ed. F. Shahidi). A John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.

Budiyanto, Syafnil & Melya, 2007. Pengaruh Suhu dan Waktu Deodorasi
Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas dan Tingkat Kesukaan Pada
Bau Minyak Kelapa Sawit Merah (Red Palm Oil). Semirata BKS-PTN
Barat Bidang Ilmu Pertanian, pp. 250-253.

Djatmiko B, Wijaya P. 1985. Teknologi Minyak dan Lemak I. Bogor:


Agroindustri Press, Fateta, IPB.

Gibon, V., Wim D. Greyt, and M. Kellens. (2007). Palm Oil Refining. European
Journal of Lipid Science and Technology Vol 109: 315-335.
LAMPIRAN

 Perhitungan Kadar FFA sebelum Degumming


Volum NaOH : 6,5 ml BM Palmitat : 256
N NaOH : 0,1 N Berat Sampel : 5 gram

m NaOH x NaOH x BM Palmiat 256


% 𝐹𝐹𝐴 = 𝑥 100%
Berat Sampel x 1000
6,5 𝑚𝑙×0,1 𝑁×256
= × 100%
5×1000
166,4
= × 100%
5000

= 3,328%

 Perhitungan Kadar FFA sesudah Degumming


Volum NaOH : 7,2 ml BM Palmitat : 256
N NaOH : 0,1 N Berat Sampel : 5 gram

m NaOH x NaOH x BM Palmiat 256


% 𝐹𝐹𝐴 = 𝑥 100%
Berat Sampel x 1000
7,2 𝑚𝑙×0,1 𝑁×256
= × 100%
5×1000
184,32
= × 100%
5000

= 3,6864%

Anda mungkin juga menyukai