Kesimpulan : Injeksi PRP aman dan efektif dalam meningkatkan parameter air
mata serta parameter subjektif, dan ditemukan lebih unggul dari pemakaian asam
hialuronat saja dalam pengelolaan pasien dengan mata kering yang parah. Ini
merupakan pengobatan alternatif baru untuk mata kering yang parah.
Pendahuluan
Disfungsi kelenjar lakrimal adalah penyebab paling umum dari mata kering yang
parah dan penyebab lainnya untuk beberapa faktor, termasuk atrofi asiner, fibrosis
kelenjar lakrimal dan obstruksi duktus serta infiltrasi limfosit dengan regulasi
sitokin proinflamasi yang mengarah pada pengurangan sekresi kelenjar lakrimal
yang berat. Perawatan saat ini bersifat paliatif dan didasarkan pada penggantian
air mata, mengelola retensi air mata dan mengendalikan peradangan mata.
Penggunaan plasma yang kaya trombosit (PRP) telah menjadi strategi dalam
pengelolaan beberapa gangguan permukaan okular, termasuk ulkus kornea dan
defek epitel okular persisten. PRP memiliki efek antiapoptotik pada sel stroma
kornea dan trombosit autolog telah diinjeksikan untuk pengelolaan lubang
makula. Plat autolog dalam bentuk tetes mata atau jel plasma juga telah digunakan
dalam pengelolaan beberapa kondisi mata tergantung pada efek yang diinginkan
dan tujuan intervensi klinis. Dengan cara ini, PRP memiliki kegunaan besar dalam
pengelolaan beberapa penyakit mata.
Injeksi adalah pendekatan terapi yang umum ketika regenerasi jaringan yang
ditentukan diperlukan. Pendekatan ini umumnya digunakan dalam bidang
kedokteran olahraga dalam pengobatan tendinopati dan manajemen osteoartritis
lutut dan didukung oleh bukti yang baik dengan signifikansi klinis yang tinggi.
Injeksi ini juga telah digunakan dalam regenerasi beberapa jaringan karena
aktivitas faktor pertumbuhan dapat menstimulasi proliferasi dan regenerasi sel
punca, dengan demikian meningkatkan jumlah dan merangsang diferensiasi sel
yang diperlukan untuk regenerasi jaringan. Mempertimbangkan pemikiran ini
sebagai pendekatan baru yang potensial untuk merawat pasien dengan mata kering
yang parah, penelitian ini mengusulkan strategi baru berdasarkan konsep
kedokteran regeneratif.
Serangkaian kasus pasien dengan mata kering yang parah di mana PRP
disuntikkan ke kelenjar lakrimal, menghasilkan peningkatan produksi lakrimal
dan perbaikan gejala mata kering, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Berdasarkan pengamatan ini, studi terkontrol acak dikembangkan untuk
membandingkan kemanjuran injeksi PRP dengan standar perawatan saat ini untuk
menentukan apakah perawatan ini bisa menjadi pilihan bagi pasien dengan mata
kering yang parah.
15 pasien dalam kelompok intervensi menerima injeksi PRP pada hari 0, 30, 60
dan 90, sedangkan 15 pasien dalam kelompok kontrol terus menggunakan hanya
air mata buatan (asam hialuronat bebas pengawet) dan juga dievaluasi pada 0, 30,
60 dan 90 hari. Pasien diacak dalam desain ukuran 6 blok, untuk penugasan ke
dalam kelompok. Proses alokasi juga memastikan bahwa dokter yang melakukan
injeksi tidak sama dengan yang memeriksa (Schirmer, TBUT dan pewarnaan) atau
yang mewawancarai pasien untuk pengukuran Ocular Surface Disease Index
(OSDI). Semua pasien menerima air mata buatan sebagai bagian dari manajemen
mata kering.
Fraksi ini (1 ml) disuntikkan secara transkutan ke dalam sepertiga eksternal pelak
mata pada kedalaman 4 mm ke daerah superior. Referensi adalah area fossa
lakrimal di tulang frontal. Area anatomi ini sesuai dengan lokasi kelenjar lakrimal
seperti yang dijelaskan sebelumnya dalam prosedur yang melibatkan injeksi ke
kelenjar. Prosedur ini selesai pada hari ke 0, 30, 60 dan 90 di kedua mata pasien
dalam kelompok intervensi.
Perawatan paska operasi termasuk pengamatan area. Tidak ada efek samping
negatif, termasuk eritema, edema atau nyeri hebat, dan analgesik yang dapat
mencegah berubahnya fungsi trombosit.
Suntikan dilakukan oleh dua ahli bedah untuk menghindari bias; ahli bedah yang
melakukan injeksi tidak sama dengan yang mengevaluasi pasien.
Penilaian Klinis
Volume Lakrimasi
Tes Schirmer I (dilakukan tanpa anestesi) dilakukan sebelum mata diberikan obat
tetes. Strip Schirmer standar (Biotech Vision Care, Gandhinagar, India) ditekuk
pada torehan dan ditempatkan dengan hati-hati di balik kelopak mata bawah
sejauh mungkin menuju sudut temporal kelopak. Pasien diinstruksikan untuk
menutup kelopak matanya selama tes. Strip tetap di tempatnya selama 5 menit.
Setelah 5 menit, jumlah uap air di setiap strip diukur menggunakan skala
milimeter.
Pewarnaan Kornea
Larutan lissamine green 1% diaplikasikan pada konjungtiva inferior. Pewarnaan
dinilai menurut tingkatan Oxford dan diklasifikasikan dari tingkat 0 hingga
tingkat V.
Skor OSDI
OSDI terdiri dari 12 pertanyaan tentang hal- hal yang berkaitan dengan penilaian
gejala, keterbatasan fungsional dan faktor lingkungan yang berkaitan dengan mata
kering. Tes ini dinilai pada skala 0–4, dengan 0 menunjukkan tidak ada waktu, 1
untuk beberapa waktu, 2 untuk setengah dari waktu, 3 untuk sebagian besar waktu
dan 4 menunjukkan semua waktu. Total skor OSDI kemudian dihitung dengan
rumus berikut: OSDI = (jumlah skor untuk semua pertanyaan yang dijawab)×100/
(total jumlah pertanyaan yang dijawab)×4). Skor 0-100 diperoleh, terkait dengan
beratnya mata kering. Ini adalah instrumen yang valid dan dapat diandalkan untuk
mengukur tingkat keparahan mata kering.
Analisis Statistik
Hasilnya disajikan sebagai mean±SEM. Normalitas ditentukan dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Signifikansi dievaluasi dengan membandingkan
kedua kelompok (kontrol vs intervensi, atau sebelum vs sesudah perawatan) dari
dua set data menggunakan uji-T Student berpasangan. Kelompok tiga atau lebih
pengukuran (awal, 30, 60 dan 90 hari) dievaluasi dengan analisis varian satu arah
atau dua arah (ANOVA) yang sesuai, diikuti oleh uji post-hoc Bonferroni.
Perbedaan dianggap signifikan pada p <0,05.
Hasil
Semua subjek menyelesaikan studi, tanpa ada yang putus. Usia rata-rata pasien
adalah 59,2 ± 3,4 tahun pada kelompok perlakuan PRP dan 52,7 ± 3,5 tahun pada
kelompok kontrol. Nilai dasar serupa antara kelompok. Injeksi ditoleransi dengan
baik pada kelompok perlakuan dan tidak ada efek samping. Beberapa pasien
dengan edema ringan sementara setelah disuntik.
Volume Lakrimasi
Volume lakrimasi sebesar 5,4 ± 0,7 mm pada kelompok PRP vs 5,6 ± 0,40 mm
pada kelompok kontrol pada awal. Produksi kelenjar lakrimal meningkat dari
kunjungan pertama ke terakhir pada kelompok PRP (dari 6,7 ± 0,9 mm menjadi
9,2 ± 1,0 mm) tetapi tidak pada kelompok kontrol (dari 5,50 ± 0,5 mm menjadi
5,3 ± 0,7 mm). Perbedaan ini signifikan, menurut ANOVA (p <0,002).
Pewarnaan Kornea
Nilai-nilai untuk pewarnaan permukaan mata pada awal adalah 2,5 ± 0,15 pada
kelompok perlakuan PRP dan 2,6 ± 0,16 pada kelompok kontrol. Nilai-nilai ini
berkurang menjadi 1,2 ± 0,18 pada kelompok perlakuan dan 2,4 ± 0,18 pada
kelompok kontrol dihari ke- 90, dan perbedaan antara kelompok-kelompok ini
signifikan (uji-T berpasangan sebelum dan sesudah perawatan, p <0,001, nilai-T
6,09).
Skor OSDI
Kelompok perlakuan dan kontrol memiliki skor OSDI yang sama pada awal,
tanpa perbedaan yang signifikan antara kelompok. Pada hari ke- 90, nilai OSDI
dari kelompok perlakuan menurun dari 59 ± 4.0 menjadi 34 ± 4.0 dan dari 54 ±
3.5 hingga 55 ± 2.5 pada kelompok kontrol (tes-T berpasangan p <0,001).
Diskusi
Dalam penelitian ini, pengobatan PRP dikaitkan dengan peningkatan pada semua
parameter fungsi lakrimal yang dievaluasi, ditandai dengan peningkatan volume
lakrimal. Memang, kami mengamati peningkatan sekitar 64% dari awal pada
pasien dengan sindrom Sjogren dengan gangguan lakrimasi yang berat. Terlepas
dari variabilitas dalam indeks Schirmer yang dilaporkan oleh beberapa studi,
masih dianggap valid dan telah disetujui di beberapa populasi untuk diagnosis,
studi dan tindak lanjut pasien dengan sindrom Sjogren.
Kami mengamati peningkatan yang signifikan dalam nilai TBUT pada kelompok
PRP, dengan peningkatan dari nilai awal pada 45% pada kelompok PRP.
Peningkatan ini menunjukkan bahwa perawatan PRP meningkatkan stabilitas
lakrimasi. Peningkatan volume lakrimal dikombinasikan dengan peningkatan
komponen air mata dari film air mata dapat mencerminkan peningkatan volume
dan kualitas komponen air mata. Ini juga dapat mencerminkan peningkatan fungsi
kelenjar meibom yang terkait dengan regulasi parakrin.
Nilai yang diperoleh untuk nilai pewarnaan konjungtiva dan kornea menurun
karena injeksi PRP. Perubahan ini diamati dari hari ke 60 dan lebih jelas pada 90
hari paska perawatan (p = 0,001), menunjukkan peningkatan pada semua protein
lakrimal dan lipid dan mencerminkan peningkatan kesehatan permukaan mata.
Kelompok kami sebelumnya telah melaporkan efek PRP pada pasien dengan mata
kering yang parah. Dalam penelitian ini, kami menemukan efek pada pengukuran
subyektif dan obyektif pada kelompok pasien ini. Pendekatan ini adalah cara baru
untuk meningkatkan fungsi, sebagai pengobatan paliatif untuk mata kering dan
sebagai pendekatan regeneratif.
Untuk mencapai regenerasi lakrimal in situ, harus terjadi pembaruan dari jaringan
yang asli. Idealnya, setiap terapi regeneratif harus mengembalikan volume air
mata, memiliki sifat anti-inflamasi, non-imunogenik, sesuai dengan Good
Manufacturing Practice, hemat biaya dan tidak memiliki efek samping yang
merugikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa injeksi PRP memenuhi beberapa kriteria
ini, termasuk peningkatan volume air mata, non-imunogenik dan autolog, hemat
biaya dan tidak memiliki efek samping yang merugikan. Selain itu, setelah
digunakan pasien mengalami perbaikan.
Penggunaan PRP untuk terapi mata telah mendapatkan perhatian dan beberapa kit
telah dikembangkan untuk tujuan ini. Kit ini (misalnya BTI Endoret, Sistem
Biomed COL) mengoptimalkan hasil dan kualitas PRP. Sistem seperti ini harus
dipertimbangkan untuk dilakukan pengembangan khusus untuk injeksi guna
meningkatkan keamanannya.
Kesimpulan
Injeksi PRP adalah pengobatan yang aman dan efektif untuk meningkatkan fungsi
lakrimal dan layak untuk pasien dengan sindrom mata kering yang berat. Dalam
penelitian kami, injeksi dilakukan pada hari ke 0, 30, 60 dan 90 berdasarkan
jadwal yang biasanya dilakukan oleh dokter kulit dalam regenerasi rambut. Studi
kedepan dibutuhkan untuk meneliti penggunaan faktor pertumbuhan dan
berpotensi sebagai sel induk yang autolog. Studi kami melaporkan langkah
pertama dalam pendekatan praktis untuk regenerasi fungsi lakrimal.