Anda di halaman 1dari 4

Konsep Dasar Manajemen Konstruksi

Tahukah Anda bahwa dalam suatu proyek, manajemen konstruksi memiliki fungsi dan peranan yang sangat
krusial. Berhasil atau tidaknya suatu proyek tergantung dari manajemen dalam mengelola berbagai sumber
dayanya. Dalam industri konstruksi, manajemen konstruksi harus dapat memberikan layanan yang sangat
baik bagi setiap divisi dalam menyelesaikan proyek. Mari simak ulasan berikut untuk mengenal manajemen
konstruksi lebih jauh.

Pengertian Manajemen Konstruksi

Manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (actuating), dan pengontrolan (controlling) untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
konstruksi adalah susunan, model atau tata letak suatu bangunan, baik rumah, jembatan, dan lain
sebagainya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa manajemen konstruksi adalah ilmu dan seni yang
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengontrol proses penyusunan suatu bangunan dengan
pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien. Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang didasari oleh waktu (time) dan sumber daya. Sehingga, manajemen
proyek konstruksi dapat diartikan sebagai proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (Planning, Organizing,
Actuating, dan Controlling) secara sistematis dan terukur dengan pemanfaatan waktu dan sumber daya
yang yang ada secara efektif dan efisien untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan.

Peran Manajemen Konstruksi

Dalam ruang lingkup tanggung jawabnya, manajemen konstruksi memiliki peran yang sangat penting dalam
suatu proyek. Dalam mencapai tujuannya, manajemen konstruksi memiliki 4 peran, yaitu:

Agency Construction Management (ACM)

Tahap awal peran manajemen konstruksi adalah sebagai koordinator penghubung antara rancangan
konstruksi dengan pelaksana hingga seluruh kontraktor. Dengan kata lain, manajemen konstruksi berperan
sebagai sarana penghubung antara pemilik (perancang) proyek dengan para kontraktor untuk mencapai
tujuan pemilik.

Extended Service Construction Manajemen (ESCM)

Dalam hal ini, manajemen konstruksi bertindak berdasarkan permintaan dari pihak kontraktor atau disebut
pula Extended Service Construction Manajemen (ESCM). Peran ini dilakukan untuk menghindari konflik
antara kontraktor dengan perencana proyek.

Owner Construction Management (OCM)

Dalam tahap ini, manajemen konstruksi juga bertanggung jawab atas kelangsungan proyek yang
dilaksanakan berdasarkan kepentingan pemilik proyek.

Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)

Peran manajemen konstruksi yang terakhir adalah bertanggung jawab kepada pemilik atas waktu, biaya,
hingga mutu proyek. Peran manajemen konstruksi sebagai Guaranted Maximum Price Construction
Management memungkinkan manajemen konstruksi bertindak sebagai pemberi kerja kepada kontraktor
atau pun sub kontraktor.

Fungsi Manajemen Konstruksi

Dilihat dari pengertiannya, manajemen konstruksi menerapkan fungsi-fungsi manajemen pada suatu proyek
dengan memanfaatkan sumber daya dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan proyek. Fungsi-
fungsi tersebut, seperti ditulis di atas adalah:
Perencanaan (Planning)

Sebagai perencana, manajemen konstruksi berfungsi untuk menentukan apa yang harus dikerjakan, kapan
harus mengerjakannya, dan bagaimana cara mengerjakan proyek tersebut. Manajemen konstruksi
berkewajiban untuk pengambilan keputusan atas proses pembuatan konstruksi.

Pengorganisasian (Organizing)

Setelah melakukan perencanaan, manajemen kosntruksi berfungsi untuk membentuk organisasi dalam
pembuatan proyek. Manajemen konstruksi mengorganisir beberapa divisi untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya dalam proses pembuatan proyek serta berhak untuk memberikan pengembangan serta
penempatan beberapa tenaga kerja dalam suatu divisi.

Pengarahan (Actuating)

Dalam hal ini, manajemen konstruksi dapat melakukan pembinaan motivasi, memberikan pelatihan,
bimbingan, dan arahan lainnya kepada bawahan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya yang
telah direncanakan.

Pengontrolan (Controlling)

Pengontrolan manajemen konstruksi adalah untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan proyek
diseluruh divisi serta mengevaluasi deviasi (penyimpangan) yang terjadi selama proyek berlangsung hingga
menentukan pencegahan dini untuk menghindari kegagalan.

Selain keempat fungsi utama di atas, Manajemen Konstruksi juga berfungsi sebagai:

Cost Control, yaitu mengatur pembiayaan yang menyangkut seluruh kegiatan proyek agar tercapai tujuan
yang telah disepakati bersama pemilik proyek dan para kontraktor.

Quality Control, yaitu untuk menjaga dan mengawasi kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
proyek.

Time Control, yaitu mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan diluar prediksi sehingga
berdampak pada waktu pelaksanaan proyek.

Tujuan Manajemen Konstruksi

Adapun sasaran utama manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen dengan efektif dan
efisien sehingga memperoleh hasil yang optimal sesuai kesepakatan dengan pemilik proyek. Dalam
mencapai sasaran utamanya, manajemen konstruksi berorientasi pada pelaksanaan pengawasan biaya (Cost
Control), pengawasan mutu (Quality Control), dan pengawasan waktu (Time Control).

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, manajemen konstruksi dapat dimulai dari tahap perencanaan.
Namun pada kondisi tertentu, manajemen konstruksi dapat dimulai dari tahap-tahap lainnya sesuai dengan
kesepakatan, tujuan dan kondisi proyek yang bersangkutan.

Agar tidak terjadi kesenjangan atau kesalahpahaman antara kontraktor dengan pemilik proyek, manajer
konstruksi bertanggungjawab untuk mengelola teknis operasional proyek, menerima masukan-masukan dan
atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi baik dari pemilik proyek
maupun para kontraktor yang mencakup seluruh tahapan proyek mulai dari persiapan hingga penyerahan
proyek.

Pada umumnya kegiatan konstruksi dimulai dari perencanaan yang dilakukan oleh konsultan perencana
(team Leader) dan kemudian dilaksanakan oleh kontraktor konstruksi yang manajer proyek/kepala proyek.
Orang-orang ini bekerja didalam kantor, sedangkan pelaksanaan dilapangan dilakukan oleh mandor proyek
yang mengawasi buruh bangunan, tukang dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah
konstruksi. Transfer perintah tersebut dilakukan oleh Pelaksana Lapangan. Dalam pelaksanaan bangunan
ini, juga diawasi oleh konsultan pengawas (Supervision Engineer).

Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan
metode penentuan besarnya biaya yang diperlukan, rancang bangun, dan efek lain yang akan terjadi saat
pelaksanaan konstruksi. Sebuah jadual perencanaan yang baik, akan menentukan suksesnya sebuah
bangunan yang terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan, keamanan lingkungan, ketersediaan
material, logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan pekerjaan konstruksi, persiapan dokumen tender,
dan lain sebagainya.

Menurut Undang-undang tentang Jasa konstruksi, "Jasa Konstruksi" adalah layanan jasa konsultansi
perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa
konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. "Pekerjaan Konstruksi" adalah keseluruhan atau sebagian
rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Dari pengertian dalam UUJK tersebut maka dalam masyarakat terbentuklah "USAHA JASA KONSTRUKSI",
yaitu usaha tentang "jasa" aatau services di bidang perencana, pelaksana dan pengawas konstruksi yang
semuanya disebut "PENYEDIA JASA" yang dulu lebih dikenal dengan bowher atau owner".

Disisi lain muncul istilah "PENGGUNA JASA" yaitu yang memberikan pekerjaan yang bisa berbentuk orang
perseorangan, badan usaha maupun instansi pemerintah.

Sehingga pengertian utuhnya dari Usaha Jasa Konstruksi adalah salah satu usaha dalam sektor ekonomi
yang berhubungan dengan suatu perencanaan atau pelaksanaan dan atau pengawasan suatu kegiatan
konstruksi untuk membentuk suatu bangunan atau bentuk fisik lain yang dalam pelaksanaan penggunaan
atau pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat
pemakai/pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidup.

Dari pengertian jasa konstruksi tersebut, maka bentuk fisik yang manakah yang digolongkan sebagai jasa
konstruksi?

Bentuk fisik disini adalah bangunan konstruksi yang melekat dengan tanah seperti gedung, rumah, jalan,
dermaga, bendungan, bendung dan lain sebagainya dan tidak suatu bangunan konstruksi yang berpindah-
pindah ataupun tergantung di udara seperti konstruksi mobil, konstruksi kapal, konstruksi pesawat terbang
dan lain-lain. Sedangkan dalam UUJK disebut juga bahwa bentuk fisik lain ialah dokumen lelang, spesifikasi
teknis dan dokumen lain yang digunakan untuk membangun konstruksi tersebut.

Setelah bentuk fisiknya diketahui maka jenis usaha apa saja yang tercakup dalam kegiatan usaha jasa
konstruksi ?

Ada 3 (tiga) katagori kegiatan yang tercakup dalam jenis usaha jasa konstruksi menurut UU No. 18 Tahun
1999, yaitu :

perencana konstruksi yaitu yang memberikan layanan jasa perencanaaan dalam konstruksi yang meliputi
rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan
penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi, ini umumnya disebut Konsultan Perencana.

pelaksana konstruksi yaitu yang memberikan layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang
meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan
penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi, yang umumnya disebut Kontraktor Konstruksi.

pengawasan konstruksi yaitu kegiatan yang memberikan layanan jasa pengawasan baik sebagian atau
keseluruhan pekerjaan pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan
akhir konstruksi, ini biasa disebut Konsultan Pengawas.
Dengan definisi diatas, maka istilah yang selama ini di kenal yaitu KONSULTAN dan KONTRAKTOR
sesungguhnya menjadi "tiga kategori" sebagaimana diuraikan diatas.

Bentuk usaha dari kegiatan konstruksi ini adalah Perseorangan dan Badan Usaha. Bentuk usaha
Perseorangan hanya untuk pekerjaan beresiko kecil, berteknologi sederhana dan berbiaya kecil. Sedangkan
bentuk usaha ber-Badan Usaha adalah untuk pekerjaan beresiko besar, berteknologi tinggi dan berbiaya
besar.

Perusahaan jasa konstruksi yang diperbolehkan berusaha adalah :

Perusahaan Badan Usaha Nasional berbadan hukum yang dibagi dalam : a. Perusahaan Nasional berbadan
hukum seperti Perseroan terbatas (PT), b. Perusahaan bukan berbadan hukum seperti CV, Fa, Pb, Koperasi,
dsb.

Badan Usaha asing yang dipersamakan.

Anda mungkin juga menyukai