Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh
kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap
manusia tidak dapat memproduksinya sendiri tetapi memerlukan pihak lain. Salah
satu aktivitas yang tak pernah lepas dari kegiaan pemenuhan kebutuhan tersebut
adalah kegiatan perdagangan. Kegiatan perdagangan merupakan proses pertukaran
yang memerlukan alat tukar yang bernama uang. Jika perdagangan dilakukan dalam
satu negara tentu saja dapat dilakukan melalui mata uang negara yang bersangkutan,
tetapi jika dalam perekonomian terbuka atau perdagangan antar negara tentu saja
terdapat dua mata uang yang berbeda.
Seandainya ada mata uang tunggal internasional tidak akan ditemukan masalah
dalam penetapan harga, namun karena mata uang tersebut belum ada maka terdapat
kebutuhan menukarkan mata uang yang satu menjadi mata uang yang lain. Maka dari
itu perlu diadakannya kebijakan untuk menukarkan uang yang telah beredar di pasar
uang internasional sehingga nilai tukar uang antar negara dapat ditentukan.
B. RUMUSAN MASALAH
Pembahasan latar belakang diatas, kami dapat merumuskan beberapa masalah
yaitu :
1. Apa pengertian dari nilai tukar mata uang ?
2. Bagaimana teori nilai tukar uang konvensional ?
3. Bagaimana sejarah nilai tukar uang di Indonesia ?
4. Bagaimana teori nilai tukar uang islam ?

1
C. TUJUAN PENELITIAN
Dari rumusan masalah diatas, kami dapat menyimpulkan tujuan dari
pembahasan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari nilai tukar mata uang.
2. Untuk mengetahui teori nilai tukar uang konvensional.
3. Untuk mengetahui sejarah nilai tukar uang di Indonesia.
4. Untuk mengetahui teori nilai tukar uang Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)


Ada beberapa pengetian dari nilai tukar menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Paul R Krugman dan Maurice (1994 : 73) adalah harga sebuah mata
uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya.
2. Menurut Nopirin (1996 : 163) kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata
uang tersebut.
3. Menurut Salvator (1997 : 10) kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya. Definisi kurs juga dikenal sebagai nilai tukar adalah
rasio pertukaran antara dua mata uang yang berbeda negara atau dengan kata
lain kurs dapat diartikan sebagai harga satu unit mata uang asing dinyatakan
dalam mata uang domestik.
4. Menurut Mankiw (2007 : 128) valuta asing atau sering disebut kurs adalah
tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan. Kurs sering pula dikatakan valas ataupun nilai tukar mata uang
suatu negara terhadap mata uang negara lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata
uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain.
Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung
dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency,
yakni mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi
atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya.1

1
Heny Nuraeni, “Nilai Tukar Uang” (www.academia.edu/22958232/NILAI_TUKAR_UANG,
Diakses pada 28 September 2019)

3
B. Teori Nilai Tukar Uang Konvensional
Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal dengan
sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing
(foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau
resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar
uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang
yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi
perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang
jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-
batas hukum.
Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah (otoritas moneter)
seperti pada negara-negara yang memakai sistem fixed exchange rates ataupun
ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi
(bank komersial-perusahaan multinasional-perusahaan manajemen aset-perusahaan
asuransi-bank devisa-bank sentral) serta kebijakan pemerintah seperti pada negara-
negara yang memakai rezim sistem flexible exchange rates. Nilai tukar uang dapat
dicatat sebagai spot atau immediate delivery (penyerahan +/- 2 hari) ataupun juga
dapat dicatat sebagai transaksi di muka (forward transaction) dalam berbagai
periode pernyerahan. Perbedaan ancara catatan spot dan forward umumnya
merefleksikan perbedaan antara biaya dari meminjam (cost of borrowing) dalam
dua mata uang dalam periode waktu yang terkait.
1. Purchasing Power Parity
Definisi dari Purchasing Power Parity (Paritas Daya Beli) atau PPP
adalah suatu kondisi di mana harga dari suatu barang yang dapat
diperdagangkan (tradable goods) dalam suatu mata uang seharusnya sama di
mana pun barang itu dibeli. Katakanlah jika suatu barang yang identik dapat
dibeli di dua negara di mana tidak terdapat biaya transaksi (transaction cost),
biaya transportasi (transportation cost), serta tidak ada halangan perdagangan
(trade barrier), sehingga dapat dikatakan sebagai tradable goods. Jika kondisi
arbitrase (Arbitrage Condition = kondisi di mana tidak terdapatnya kesempatan

4
untuk membeli suatu barang dengan harga rendah dan menjualnya lagi dengan
harga yang lebih tinggi) terjadi untuk setiap barang secara individual, maka
kondisi arbitrase ini akan terjadi juga untuk sekelompok barang (basket of
goods) dalam jumlah yang representatif, sehingga dapat diturunkan persamaan
sebagai berikut:

P = e P'

di mana:

P = tingkat harga domestik (domestic price)

P' = tingkat harga luar negeri (foreign price)

e =nilai tukar uang (exchange rate)

Persamaan di atas adalah apa yang dinamakan dengan “persamaan


paritas daya beli” atau purchasing power parity equation yang menyatakan
bahwa Rupiah sejumlah x di Indonesia akan mempunyai daya beli yang sama di
Singapura. Ini akan sejalan dengan asumsi bahwa semua barang dapat
diperdagangkan dan terdapatnya kondisi arbitrase yang menjamin setiap
individual dapat menjual barang dengan harga yang sama di manapun juga.

Asumsi utama yang mendasari teori PPP adalah bahwa pasar komoditi
merupakan pasar yang efisien dilihat dari alokasi, operasional, penentuan harga,
dan informasi. Secara implisit ini berarti :

a. Semua barang merupakan barang yang diperdagangkan di pasar


internasional (tradable goods) tanpa dikenal biaya transportasi sepersen pun.
b. Tidak ada bea masuk, kuota, atau pun hambatan lain dalam perdagangan
internasional.
c. Barang luar negeri dan barang domestik adalah homogen secara sempurna
untuk masing-masing barang.

5
d. Adanya kesamaan indeks harga yang digunakan untuk menghitung daya beli
mata uang asing dan domestik, terutama tahun dasar yang digunakan dan
elemen indeks harga.
2. Kebijakan Nilai Tukar Uang
Mata uang asing dapat digunakan untuk membeli barang-barang dari luar
negeri atapun juga aset finansial seperti saham, obligasi, treasury bills, optios,
futures, warrants, dan lain-lain. Jika seseorang bepergian dari Indonesia ke
Singapura untuk berlibur, kemungkinan dia ingin membeli mata uang Dollar
Singapura (SGD) dengan mata uang Rupiah (IDR) dengan nilai tukar yang
berlaku. Jika setiap SGD 1 berharga IDR 5.000 maka sebaliknya dapat juga
diekspresikan yaitu setiap IDR 50 berharga SGD 1 sen. Semakin tinggi harga
SGD (in IDR term), semakin rendah harga IDR (in SGD term), begitu juga
sebaliknya.
Pada tulisan ini, untuk memberikan kemudahan, akan diasumsikan hanya
ada dua negara yang melakukan perdagangan internasional, yaitu domestik dan
asing. Dalam suatu negara, satu-satunya institusi resmi yang dapat mengubah
penawaran mata uangnya adalah Bank Sentral dari negara tersebut. Bank Sentral
dalam kesehariannya acap kali menjual dan membeli mata uang asing. Setiap
Bank Sentral dapat memilih antara dua rezim kebijakan nilai tukar yang berbeda
yaitu :
a. Rezim Nilai Tukar Dipagu (Fixed Exchange Rate Regime) : yaitu bila otoritas
keuangan suatu negara menetapkan suatu nilai tukar uang tertentu untuk mata
uangnya.
b. Rezim Nilai Tukar Fleksibel (Flexible Exchange Rate Regime) : yaitu bila
nilai tukar mata uang suatu negara adalah ditentukan oleh keseimbangan yang
teradi di pasar pertukaran uangnya.
3. Fixed Exchange Rate Regime
Dalam sistem kebijakan ini Bank Sentral suatu negara cukup
mengumumkan suatu nilai tukar tertentu untuk mata uangnya terhadap mata
uang asing tertentu di membeli dan menjual mata uang asing dengan kuantitas

6
mana Bank Sentral bersedia berapapun. Dalam rezim nilai tukar dipagu ini Bank
Sentral acap kali dipaksa untuk mencerak uang melebihi apa yang
diinginkannya. Dalam rezim nilai tukar dipagu ini Bank Sentral dapat
mengendalikan nilai tukar atau penawaran uang, akan tetapi tidak keduanya
sekaligus.
Jika Bank Sentral menetapkan nilai tukar, maka Bank Sentral harus
menawarkan berapapun kuantitas uang yang dibutuhkan oleh para pedagang
atau dengan kata lain Bank Sentral harus membeli berapapun kuantitas mata
uang asing yang ditawarkan oleh para pedagang (kehilangan kendali atas
penawaran mata uang) yang mana hal tersebut jika terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan “international reserve crisis”, yaitu keadaan di mana sebuah
Bank Sentral kehilangan kemampuannya untuk menjaga nilai tukar tertentu
untuk mata uang negaranya.
4. Flexible Exchange Rate Regime
Rezim sistem nilai tukar mengambang ini adalah sistem yang dipakai
oleh hampir sebagian besar negara di dunia pada saat ini. Jika Bank Sentral ingin
menambah penawaran uang, Bank Sentral dapat mencetak uang dan kemudian
membeli sesuatu aset (biasanya berbentuk obligasi pemerintah). Jika Bank
Sentral ingin mengurangi penawaran uang. maka Bank Sentral dapat menjual
sesuatu aset (biasanya juga dalam bentuk obligasi pemerintah) dan memusnahk
an uang yang didapatnya dari penjualan tersebut.
Bank Sentral di luar negeri juga mengendalikan pernawaran uangnya
dengan cara-cara yang secara esensial sama domestik. Jika Bank Sentral
membeli atau menjual mata uang negaranya sendiri, maka akan memengaruhi
dengan cara yang dilakukan oleh Bank Sentral penawaran uang. Selain itu Bank
Sentral juga dapat memperjualbelikan mata uang asing (mata uang negara
lainnya). Jika Bank Sentral Singapura (BSS) melakukan pembelian IDR, BSS
tidak dapat mempengaruhi penawaran riil dari IDR karena IDR yang dibelinya
akan tetap keberadaannya (tidak dapat dimusnahkan atau dihilangkan dari

7
pasaran). Dengan kata lain, Bank Sentral asing dapat saja memengaruhi
permintaan terhadap IDR akan tetapi tidak dapat memengaruhi penawarannya.
Di lain pihak, jika BI membeli IDR, maka BI dapat memengaruhi
penawaran IDR karena BI dapat secara efektif memusnahkan IDR yang
didapatnya dari penjualan aset tersebut. Kegiatan Bank Sentral
memperjualbelikan mata uang asing tersebut dinamakan 'intervensi'. Melalui
intervensi Bank Sentral melakukan perubahan permintaan akan mata uang asing.
Secara garis besar, intervensi dari Bank Sentral dapat dibedakan jadi dua yaitu:
a. Unsterilized Intervention: intervensi yang tidak disertai dengan tindakan-
tindakan offset yang dirancang untuk mencegah perubahan yang menyeluruh
pada penawaran uang domestik
b. Sterilized Intervention: intervensi yang disertai dengan tindakan-tindakan
offset yang dirancang untuk mencegah perubahan yang menyeluruh pada
penawaran uang domestik.
5. Penawaran Uang dan Nilai Tukar Uang dalam Jangka Pendek
Analisis penentuan nilai tukar uang yang dibahas di bagian ini adalah
analisis untuk jangka pendek karena analisis jangka panjang terhadap kejadian-
kejadian ekonomi mengizinkan adanya penyesuaian menyeluruh dari tingkat
harga dan dari semua faktor produksi untuk mencapai tingkat full employment.
Berikut adalah penjelasan grafis tentang penentuan nilai tukar uang
adalah sebagai berikut :

8
Equilibrium atau keseimbangan dari pasar pertukaran uang adalah pada
titik 1 di mana expected return Rupiah dari deposito IDR dan deposito SGD
adalah sama. Grafik di atas menunjukkan bagaimana keseimbangan dari nilai
tukar uang ditentukan dalam pasar pertukaran uang asing dengan tingkat suku
bunga tertentu dan ekspektasi tentang nilai tukar di masa depan.

Lebih lanjut, jika grafik di atas digabungkan dengan grafik berikut :

Grafik di atas menunjukkan bagaimana efek dari kenaikan penawaran


uang terhadap tingkat suku bunga untuk tingkat harga tertentu (P) dan tingkat
pendapatan tertentu pula (Y). Pada grafik di atas tampak bahwa kenaikan
penawaran uang dari M1 ke M2 akan menurunkan tingkat suku bunga R1 ke R2.
Dari grafis di atas dapat disimpulkan bahwa kenaikan dalam penawaran uang

9
akan menurunkan tingkat suku bunga sementara penurunan penawaran uang
akan menaikkan tingkat suku bunga.2

C. Sejarah Nilai Tukar Uang di Indonesia


Dalam sejarah perekonomian Indonesia sistem nilai tukar di Indonesia pada
intinya dikelompokkan menjadi empat bagian. Penetapan sistem nilai tukar oleh
Bank Indonesia didasarkan pada berbagai pertimbangan, khususnya yang berkaitan
dengan kondisi ekonomi pada saat itu. Perry dan Solikin memaparkan sistem nilai
tukar yang berlaku di Indonesia sebagai berikut :
1. Sisem Nilai Tukar Bertingkat (Multiple Exchange Rate System)
Sistem ini dimulai sejak Oktober 1966 hingga Juli 1971. Penggunaan
sistem ini dilakukan dalam rangka menghadapi berfluktuasinya nilai rupiah serta
untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing yang hilang karena
adanya inflasi dua digit selama periode tersebut.
2. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)
Sistem yang berlaku mulai Agustus 1971 hingga Oktober1978 ini
mengaitkan secara langsung nilai tukar rupiah dengan dollar AS yaitu arif US$1
= Rp415,00. Pemberlakuan sistem ini dilandasi oleh kuatnya posisi neraca
pembayaran pada kurun waktu 1971 – 1978. Neraca pembayaran tersebut kuat
karena sektor migas mempunyai peran besar dalam penerimaan devisa ekspor
yang didukung oleh peningkatan harga minyak mentah (masa keemasan
minyak).
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange
Rate)
Sistem ini berlaku sejak November 1978 sampai Agustus 1997. Pada
masa ini rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan dollar AS akan tetapi
terhadap sekeranjang mata uang asing (basket currency). Pada periode ini telah
terjadi tiga kali devaluasi yaitu pada bulan November 1978, Maret 1983, dan

2
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 157.

10
September 1986, nilai nominal rupiah diperbolehkan terdepresiasi sebesar 3-5%
per tahun untuk mempertahankan nilai tukar riil yang lebih baik.
4. Sistem Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate System)
Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US dolar
semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka
mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka bank Indonesia
memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar
mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang
bebas.3
Sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang. Dalam
sistem ini Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing karena
semata-mata untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang lebih banyak
ditentukan oleh kekuatan pasar. Penghapusan rentang intervensi ini juga
dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi bank Indonesia terhadap
rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.4
D. Teori Nilai Tukar Uang Islam

Seperti juga dalam bagian tulisan sebelumnya yang membahas tentang inflasi,
penyebab dari apresiasi/depresiasi (fluktuasi) nilai tukar suatu mata uang di dalam
Islam juga digolongkan dalam dua kelompok yaitu:

1. Natural
2. Human Error
Dalam pembahasan an-nisaa Itu kan menurut Islam akan dipakai 2 skenario yaitu:

1. Skenario 1: terjadi perubahan-perubahan harga di dalam negeri yang


mempengaruhi nilai tukar uang (faktor luar negeri dianggap tidak
berubah/berpengaruh)

3
Wulan Yogi, “Makalah Nilai Tukar (Kurs)” (https://www.academia.edu/38174312/341408955-
MAKALAH-NILAI-TUKAR.pdf Diakses pada 28 September 2019)
4
Syinen, “Nilai Tukar Uang ; Makalah” (https://azharnasri.blogspot.com/2016/11/nilai-tukar-
uang-makalah.html?m=1 Diakses pada 28 September 2019)

11
2. Skenario 2: terjadi perubahan-perubahan harga di luar negeri (faktor di dalam
negeri dianggap tidak berubah/berpengaruh)

Selain dari itu, perlu untuk diingat bahwa kebijakan nilai tukar uang
dalam Islam dapat dikatakan menganut sistem 'Manage Floating', dimana nilai
tukar adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah (bukan merupakan cara atau
kebijakan itu sendiri) karena pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang
terjadi di pasar kecuali jika terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu
sendiri. Jadi bisa dikatakan bahwa suatu nilai tukar yang stabil adalah merupakan
hasil kebijakan pemerintah yang tepat.

Untuk lebih memudahkan, pada pembahasan teori nilai tukar uang dalam
Islam ini juga akan dicontohkan bahwa mata uang dalam negeri adalah rupiah
(IDR) dan mata uang asing adalah Dolar Singapura (SGD)

1. Perubahan Harga Terjadi di Dalam Negeri


Seperti juga inflasi, sebab-sebab fluktuasi sebuah mata uang kelompok sebagai
berikut:
a. Natural Exchange Rate Fluctuation
1) Fluktuasi nilai tukar uang Akibat dari perubahan perubahan yang
terjadi pada Permintaan Agregatif (AD): sama seperti pembahasan
pada bagian inflasi, ekspansi AD (AD⬆) akan mengakibatkan naiknya
tingkat harga secara keseluruhan (P⬆). seperti kita ketahui bahwa P =
e P', jika tingkat harga dalam negeri naik (P IDR ⬆) sedangkan tingkat
harga di luar negeri (PSGD) tetap maka nilai tukar mata uang akan
mengalami depresiasi (e⬆). sebaliknya jika AD mengalami kontraksi
(AD ⬇) maka tingkat harga akan mengalami penurunan (P⬇), yang
akan mengakibatkan nilai tukar mengalami apresiasi (e⬇);
2) Fluktuasi nilai tukar uang akibat perubahan-perubahan yang terjadi

12
pada Penawaran Agregatif (AS): Jika AS mengalami kontraksi (AS⬇),
maka akan berakibat pada naiknya tingkat harga secara keseluruhan
(P⬆), yang kemudian akan mengakibatkan melemahnya (depresiasi)
nilai tukar (e⬆). Sebaliknya, jika AS mengalami ekspansi (AS⬆) maka
berakibat pada turunnya tingkat harga secara keseluruhan (P⬇) yang
akan mengakibatkan menguatnya (apresiasi) nilai tukar (e⬇)
b. Human error Exchange Rate Fluctuation
1) Corruption dan Bad Administration: Seperti yang telah kita bahas
pada bagian inflasi, korupsi dan administrasi yang buruk akan
mengakibatkan naiknya harga akibat terjadinya misallocation of
resource serta mark up yang tinggi yang harus dilakukan oleh
produsen untuk menutupi ' biaya-biaya siluman' dalam proses
produksinya. Akibatnya, tingkat harga secara keseluruhan akan
mengalami kenaikan (P⬆). Jika merujuk pada persamaan P = e P',
makan naiknya tingkat harga akan mengakibatkan terjadinya
depresiasi nilai tukar (e⬆);
2) Excessive Tax: Pajak penjualan yang sangat tinggi yang dikenakan
pada barang dan jasa akan meningkatkan harga jual dari barang dan
jasa tersebut. Secara agregatif, tingkat harga-harga akan mengalami
kenaikan (P⬆). Jika kita merujuk kembali pada persamaan P = e P',
maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pajak yang sangat
tinggi akan mengakibatkan pada melemahnya (depresiasi) nilai tukar
(e⬆).
3) Excessive Seignorage: Seperti yang telah dibahas pada bab yang
membahas tentang inflasi, pencetakan full-bodied money atau 100%
reserve money tidak akan mengakibatkan terjadinya inflasi. Akan
tetapi, jika uang yang dicetak selain dari dua jenis itu maka akan
menyebabkan kenaikan tingkat harga secara umum. Efek yang
ditimbulkan oleh pencetakan uang yang berlebihan (melebihi

13
kebutuhan sektor riil) adalah kenaikan tingkat harga secara
keseluruhan (P⬆) atau inflasi. Merujuk kembali pada persamaan
paritas daya beli yaitu P = e P', jika tingkat harga dalam negeri
mengalami kenaikan (P⬆) sementara tingkat harga luar negeri tetap
maka nilai tukar uang akan mengalami depresiasi (e⬆)

Inflasi itu sendiri dapat dikatakan sebagai 'tax on holding money' karena
menyebabkan orang-orang menjadi tidak ingin untuk memegang uang karena uang
menjadi semakin menyusut nilainya. Kecenderungan orang untuk tidak memegang
uang akan mengakibatkan permintaan akan uang menurun (MD⬇). Misalnya terjadi
inflasi di Indonesia karena akibat-akibat seperti yang disebut di atas, untuk lebih
jelasnya Mari kita lihat ilustrasi grafis sebagai berikut:

Tampak pada ilustrasi bahwa kontraksi terhadap kurva permintaan uang


yang akan mengakibatkan rate of return dari IDR turun sehingga selanjutnya akan
mengakibatkan melemahnya nilai tukar (depresiasi) IDR terhadap SGD (eIDR/SGD ⬆).

2. Perubahan Harga Terjadi di Luar Negeri


Pada bagian ini diasumsikan bahwa di dalam negeri tidak terjadi perubahan
perubahan harga yang mengganggu nilai tukar uang.
perubahan harga yang terjadi di luar negeri bisa digolongkan karena dua sebab
yaitu:
1. Non-Engineered/Non-Manipulated Changes:

14
Disebut sebagai Non-Engineered/Non-Manipulated Changes
adalah karena perubahan yang terjadi bukan disebabkan oleh manipulasi
(yang dimaksudkan untuk merugikan) yang dilakukan oleh pihak-pihak
tertentu. Misalkan, jika Bank Sentral Singapura (BSS) mengurangi jumlah
uang SGD yang beredar (MsSGD ⬇), hal tersebut akan mengakibatkan IDR
terdepresiasi tanpa diduga ( direncanakan oleh Bank Indonesia). Oleh karena
itu, BI biasanya akan menghilangkan efek ini dengan menjual SGD yang
dimilikinya (cadangan devisa), baik dengan cara sterilized intervention
maupun dengan cara unsterilized intervention.
Jika BI menambah IDR dengan mencetaknya, maka hal ini disebut
unsterilized intervention (intervensi yang tidak steril), sedangkan jika IDR
ditambah dengan menjual aset lain disebut dengan sterilized intervention
(intervensi steril).
Intervensi steril terhadap mata uang asing akan menghilangkan
pengaruh penawaran uang dalam negeri (MsIDR), sedangkan intervensi Bank
Sentral yang tidak steril tidak menghilangkan pengaruh terhadap penawaran
uang dalam negeri (MsIDR). intervensi yang tidak steril akan mempengaruhi
nilai tukar uang melalui dua cara yaitu mengubah permintaan dari SGD
sehingga akan mengubah PSG, kedua ia akan mengubah penawaran dari IDR
sehingga ia akan mengubah PID dengan arah berlawanan. Karena PSG dan PID
berubah dengan arah yang berlawanan, maka berdasarkan persamaan PID = e
PSG nilai e akan berubah pula.
Di lain pihak, intervensi steril akan mempengaruhi nilai tukar
hanya melalui 1 cara yaitu ia akan mengubah permintaan SGD sehingga
akan mengubah PSG, tetapi tidak mempengaruhi penawaran IDR, sehingga
ia tidak mempengaruhi PID. Namun demikian, karena PSG berubah maka
berdasarkan persamaan P = e P maka nilai tukar e ( nilai tukar uang) akan
berubah pula.
Jika contoh diatas adalah penawaran uang SGD yang berubah,
maka Bagaimana jika harga-harga di luar negeri berubah dikarenakan oleh

15
sebab-sebab lain seperti korupsi, pajak yang berlebihan, dan administrasi
yang buruk? Sama seperti pada bahasan yang sebelumnya, Seperti telah
kita ketahui bahwa kenaikan harga-harga di luar negeri akan mengakibatkan
melemahnya (depresiasi) nilai tukar uang asing terhadap mata uang
domestik yang lebih lanjut akan mengakibatkan harga barang barang di luar
negeri lebih kompetitif jika dibandingkan dengan harga barang barang dalam
negeri.
Marilah kita lihat ilustrasi berikut, yang mengambil contoh jika
otoritas moneter Singapura menurunkan penawaran SGD, untuk membantu
kita memahami masalah ini:

Penurunan penawaran SGD akan mengakibatkan nilai tukar IDR terhadap


SGD melemah (depresiasi) yaitu dari e1IDR/SGD ke e2IDR/SGD, Hal ini
dikarenakan meningkatnya expected return on SGD deposit dari R1SGD ke
R2SGD. Nilai tukar uang yang melemah akan mengakibatkan barang-barang
yang diimpor dari luar negeri menjadi lebih mahal sehingga industri-industri
yang harus mengimpor barang input yang dibutuhkan dalam proses
produksinya dari luar negeri harus membeli lebih mahal, yang lebih lanjut
akan membuat harga barang produksinya jadi lebih mahal.
Lalu bagaimana cara pemerintah (otoritas moneter) menanggulangi
hal ini? Mengambil analogi seperti yang di lakukan oleh Khalifah Umar Bin

16
Khattab r.a., Bank Indonesia dapat melakukan intervensi dengan cara
mengurangi penawaran IDR yaitu melalui penjualan cadangan devisa
(SGD). Turunnya penawaran IDR dari Ms1IDR ke MS2IDR akan mengakibatkan
naiknya expected return on IDR deposits. Hal tersebut akan membuat nilai
tukar IDR terhadap USD menguat (apresiasi) kembali yang yaitu dari
e2IDR/SGD ke e3IDR/SGD.
lalu sampai di mana batas intervensi BI tersebut? intervensi hanya
dilakukan sampai batas nilai tukar awal (sebelum terjadinya perubahan-
perubahan), atau istilahnya 'original suporting level'.

2. Engineered/Maniputated Changes
Disebut sebagai Engineered/Maniputated Changes adalah karena
perubahan yang terjadi disebabkan oleh manipulasi yang dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu yang dimaksudkan untuk merugikan pihak lain.
Misalnya para fund Manager di Singapura melepas IDR yang dimilikinya
sehingga terjadi banjir rupiah yang mengakibatkan nilai tukar Rupiah
mengalami depresiasi secara tiba-tiba atau drastis di luar perkiraan BI.
Tindakan para fund Manager Singapura menimbun IDR untuk
dilepaskan saat tertentu untuk mengambil keuntungan dari fluktuasi nilai
tukar IDR merupakan tindakan yang dilarang oleh Islam yaitu: Pertama,
termasuk dalam kategori ihtikar (rekayasa penawaran untuk mengambil
keuntungan di atas keuntungan normal tanpa adanya rekayasa).
ihtikar ini dapat kita ilustrasikan sebagai berikut:

17
Apabila hal ini terjadi, mengambil analogi dari pemikiran Ibn Taimiyah,
pemerintah seharusnya menetapkan sistem nilai tukar di paku secara
temporer (sementara) untuk mencegah tindakan-tindakan yang merugikan
tersebut. Penetapan nilai tukar harus dilakukan oleh Bank Indonesia pada
tingkat 'original supporting level' IDR yaitu nilai tukar IDR sebelum
terjadinya rekayasa yang membuat fluktuasi IDR tersebut (pada gambar
adalah e¹IDR/SGD). Kebijakan ini dilakukan sampai 'serangan' fund Manager
tersebut mereda.
Kedua, ketika para fund Manager di Singapura melakukan manipulasi
terhadap permintaan IDR, misalnya melalui mekanisme forward transaction
yang dikombinasikan dengan margin trading, sehingga seakan-akan
permintaan IDR menurun drastis di mana selanjutnya para fund manajer itu
kemudian mengambil keuntungan dari fluktuasi nilai tukar IDR tersebut. Hal
ini terlarang dalam Islam yaitu termasuk dalam kategori Ba'i Najasi
(rekayasa permintaan untuk mengambil keuntungan di atas keuntungan
normal tanpa adanya rekayasa)
Ba'i Najasi ini dapat kita ilustrasikan sebagai berikut:

18
Tindakan para fund Manager di Singapura memanipulasi permintaan IDR
melalui forward transaction dan margin tradings melalui bank-bank asing
besar yang disertai dengan melancarkan isu isu politis ( misalnya bila demo
anti Amerika Serikat terus berlangsung akan mengakibatkan IDR akan terus
melemah) akan mengakibatkan ducking effect ya itu di mana terciptanya
opini akan melemahnya rupiah di masa mendatang.
Sama seperti dalam hal mengatasi ikhtiar, untuk mengatasi Ba'i Najasy ini
Bank Indonesia harus menerapkan suatu nilai tukar tetap secara temporer
pada original suporting levelnya sampai aksi-aksi merugikan fund Manager
tersebut Usai.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat
dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain. Mata uang yang sering
digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi
dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency.
Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata
uang ke mata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain
transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran
uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-
batas hukum.
Penetapan sistem nilai tukar oleh Bank Indonesia didasarkan pada
berbagai pertimbangan, khususnya yang berkaitan dengan kondisi ekonomi pada saat
itu.
Nilai tukar suatu mata uang di dalam Islam juga digolongkan dalam dua kelompok
yaitu:
1. Natural
2. Human Error

B. Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini tentu masih banyak kekurangan, namun
puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan dengan penuh ta’dzim kepada Allah
SWT yang telah memberikan petunjuk-Nya sehingga makalah ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Saran dari pembaca sangat kami harapkan, semoga dengan
makalah ini dapat menambah hasanah ilmu pengetahuan bagi penulis maupun
pembaca pada umunya. Jazakumullah bil khair.

20

Anda mungkin juga menyukai