Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karsinoma lambung( ca. Lambung) merupakan salah satu jenis kanker mematikan di dunia.
Penyebab kanker ini tidak diketahui tetapi dikenal faktor-faktor predisposisi tertentu. Ca.lambung
merupakan bentuk neoplasma penyebab kemetian sekitar 2,6%. Di Indonesia penyakit karsinoma ini
juga sedikit terkenal dan mampu membawa kematian menurut laporan Sentra Patologi indonesia.

Faktor genetik nampaknya penting, karena kanker lambung lebih sering pada orang dengan
gol.darah Faktor geografis dan lingkungan tampaknya penting, karena kanker lambung sering terjadi di
Jepang, Chili dan Islandia.karena alasan yang tak diketahui kanker lambung di Amerika sudah
berkurang sejak 10 tahun terakhir. Kanker lambung lebih sering terjadi pada golongan ekonomi rendah.
Salah satu faktor predisposisi yang paling penting adalah adanya Gastritis atau Anemia Pernisiousa.
(Patofisiologi Edisi 4,1994).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Agar perawat mendapat gambaran tentang keperawatan pada pasien penyakit Ca. lambung.
2. Tujuan khusus
- Perawat semakin mengenal tanda dan gejala serta pengobatan penyakit Ca. lambung

- Menambah ilmu atau wawasan bagi para pembaca tentang Ca. lambung.
C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan dalam penyusunan laporan makalah ini adalah :
- Studi Keperpustakaan

Mengambil dari literatur-literatur yang berhubungan dengan Ca. lambung.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, digunakan sistematika penulisan sebagai berikut :


- BAB 1 PENDAHULUAN : Latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

- BAB 2 LANDASAN TEORITIS : Konsep dasar

medis meliputi definisi, etiologi, patofisiologi,


gejala klinis, pemeriksaan diagnostik,faktor resiko.
Konsep dasar keperawatan: pengkajian,
dokumentasi keperawatan, dan rencana
keperawatan.

2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
”CA. LAMBUNG”

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Neoplasma atau kanker adalah perkembangan massa jaringan yang abnormal yang tidak
respontif terhadap mekanisme kontrol pertumbuhan normal,tumbuh berlebihan/terus menerus/tidak
pernah mati dan tumbuh tidak terkoordinasi dengan jaringan lain serta merugikan tubuh dimana ia
tumbuh. (patofisiologi edisi 4, silvia & Lorraine,1994).
Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering terjadi dan
menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker.((cancer facts &
figures,1991)patofisiologi edisi 4, silvia & Lorraine,1994).

2. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat dibawah

diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila penuh berbentuk

seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis

3
lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat

cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor.

Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau

sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan

mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat

pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum

berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan

mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung.

Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :

1. lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.

2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :

a.) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esophagus.

b.) Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta membentuk otot

sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.

c.) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan berjalan dari

orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kurva tura minor

(lengkung kelenjar).

3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran

limfe.

4
4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak kerutan/

rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan. Ada

beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi

lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini

mensekresikan mukus. Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir

selurus korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik

atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam

suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik.

Faktor intrinsik diperlukan untuk absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus.

Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus

(leher) ditemukan dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini

mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada

pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam

hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah

enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan klorida.

Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung

dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus

mempercabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang

anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan tindakan pembedahan

primer yang penting dalam mengobati tukak duodenum.

Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia seliakum.

Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan, dan

5
dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut aferen simpatis menghambat gerakan dan

sekresi lambung. Pleksus saraf mesentrikus (auerbach) dan submukosa (meissner)

membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan mengkordinasi aktivitas motoring

dan sekresi mukosa lambung.

Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu, dan limpa)

terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang mempecabangkan

cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang penting

dalam klinis adalah arteri gastroduodenalis dan arteri pankreas tikoduodenalis

(retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding

postrior duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena

dari lambung dan duodenum, serta berasal dari pankreas, limpa, dan bagian lain saluran

cerna, berjalan kehati melalui vena porta.

Berikut ini adalah gambar anatomi lambung.

6
3. Etiologi

Penyebab dari kanker lambung masih belum diketahui, akan tetapi sejumlah factor dihubungkan
dengan penyakit tsb. Juga dipercaya bahwa actor exogen dalam lingkungan seperti bahan kimia
karsinogen, virus onkogenik mungkin mengambil bagian penting dalam karsinoma lambung. Karena
lambung mempunyai kontak yang lama dengan maknan, bahan-bahan makanan sudah dikaitkan. Ada
yang timbul sebagai hubungan dengan konsumsi gram yang meningkat. Ingesti nitrat dan nitrit dlam
diet tinggi protein telah memberikan perkembangan dalam teori bahwa senyawa karsinogen seperti
nitrosamine dan nitrosamide dapat dibentuk oleh gerak pencernaan.
Penurunan kanker lambung di USA pada decade lalu dipercaya sebagai hasil pendinginn yang
meningkat yang mnyebabkan terjadinya bermacam-macam makanan segar termasuk susu, sayuran,
buah, juice, daging sapid an ikan, dengan penurunan konsumsi makanan yang diawetkan, garam,
rokok, dan makanan pedas. Jadi dipercaya bawha pendinginan dan vit C (dlm buah segar dan sayuran)
dapat menghambat nitrokarsinogen.
Factor genetic mungkin memainkan peranan dalam perkembangan kanker lambung. Frekuensi lebih
besar timbul pada individu dgn gol.darah A. Riwayat klg meningkatkan resiko individu tetapi minimal,
hanya 4% dari organ dgn karsinoma lambung mempunyai riwayat keluarga.

4. Patofisiologi

Beberapa factor dipercaya menjadi precursor kanker yang mungkin yaitu polip, anemia
pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung. Diyakini bahwa ulkus lambung
tidak mempengaruhi individu menderita kanker lambung, tetapi kanker lambung mungkin ada
bersamaan dgn ulkus lambung dan tidak ditemukan ada bersaman dgn ulkus lambunh dan tidak
ditemukan pada pemeriksaan diagnostic awal.

7
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul plg sering sebagai massa irregular dengan
penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang lumen ddg lambung. Tumor mungkin
menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang paling sering di antrum. Infiltrasi dapat
melebar keseluruh lambung, menyebabakan kantong tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan
normal dan lumen yg sempit, tetapi hal ini tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan
menyebabkan sukar u/ membedakan dari polip benigna pada X-ray.
Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor superficial yang hanya melibatkan
prmukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walupun hal ini jarang. Kira-kira 75% dari
karsinom ditemukan pada 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur local seperti bag.bawah
dari esophagus, pancreas, kolon transversum dan peritoneum. Metastase timbul pada paru, pleura, hati,
otak dan lambung.

5. Faktor-faktor resiko

Masalah lingkungan dan nutrisi dpt mempengaruhi perkembangan dari kanker lambung. Makan
makanan tinggi nitrat dan nitrit makanan yg telah diasinkan, tidak adanya makanan segar dan jumlah
vit C, A dan E yg kurang dalam diet, tampaknya meningkatkan insiden tumor lambung. Perokok dan
pengguna alcohol b/d perkembangan dari penyakit ini. Pekerja” dalam industri tertentu juga mengalami
kejadian kanker lambung yg tinggi. Pekerjaan ini meliputi pabrik nikel, penambangan batu bara,
pengolahan tembaga dan karet, asbestos. Status ekonomi yang rendah merupakan status factor resiko
yg nyata yg mungkin dapat menjelaskan pengaruh pekerjaan dan makanan. Ras dan usia juga
merupakan actor resiko.

6. pemeriksaan Diagnostik

Gejala awal dari kanker lambung sering tidak nyata karena kebanyakan tumor ini dikurvatura
kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ggn fungsi lambung. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa gejala awal seperti nyeri yg hilang dgn antasida dapat menyerupai gejala pd pasien ulkus

8
benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan
BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pola Kesehatan Pemeliharan Kesehatan
 Ada riwayat kanker lambung dalam keluarga.
 Riwayat penyakit sebelumnya.
 Kebiasaan dalam memelihara kesehatan dan lingkungan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
 Kebiasaan makan minum, jenis makanan dan minuman.
 Terjadi penurunan berat badan akibat kebutuhan nutrisi tidak adekuat.
 Pola makan minum dan asupan makan minum per hari.
c. Pola Eliminasi
 Konstipasi
 Periode BAB dan BAK

d. Pola Aktivitas dan Latihan


 Peride olahraga
 Rutinitas sehari-hari
 Masalah dalam beraktifitas.
e. Pola Tidur dan Istirahat
 Periode tidur/istrahat, bila perlu ukur dalam jangka waktu.
 Gangguan yang dialami ketika istrahat
f. Pola Persepsi Kognitif
 Adanya Nyeri
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Rasa rendah diri/minder.
 Ansietas

9
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
 Terjadi perubahan hubungan dengan masyarakat
 Peran klien dalam masyarakat
i. Pola Seksualitas
 Ada tidaknya gangguan dalam persoalan seksualitas
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
 Prilaku koping
 Dukungan atau bantuan keluarga terhadap klien.
k. Pola Sistem Kepercayan
 Agama klien
 Anggapan klien terhadap penyakit sebagai cobaan Tuhan
 Penyerahan diri pada Tuhan.

2. Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri b/d adanya sel epitel abnormal

2.Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan b/d anoreksia

3.Berduka b/d diagnosisi Ca

4.Ansietas b/d penyakit dan pengobatan yg diantisipasi

5.Kekurangan vol cairan b/d syok/hemoragi

6.Resiko infeksi b/d insisi bedah.

3.Rencana Keperawatan

1.Nyeri b/d adanya sel epitel abnormal


Tujuan : mengurangi nyeri
Intervensi :
Kaji karakteristik nyeri dan ketidaknyamanan; lokasi, kualitas rekuensi, durasi,dsb

10
R/ memberikan dasar u/ mengkaji perub. Timgkat nyeri dan mengevaluasi intervensi
Tenangkan pasien bahwa anda mengetahui bahwa nyeri yg dirasakan adalah nyata dan bahwa anda kan
membantu pasien dlm mengurangi nyeri tsb
R/ rasa takut dpt meningkatkan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri
Berikan analgesik untuk meningkatkan peredaran nyeri optimal dalam batas resep dokter
R/ cenderung > efektif ketika diberikan dini pd siklus nyeri
Kolaborasi dgn pasien, dokter dan tim kep. Lain ketika mengubaha penatalaksanaan nyeri diperlukan
Ajarkan pasien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamnan ; distraksi, imajinasi,
relaksasi, stimulasi kutan, dsb
R/ meningkatkan strategi pereda nyeri alternative secara tepat.
2.Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
Ajarkan pasien hal-hal sbb : hindari pandangan, bau, bunyi-bunyi yg tidak menyenangkan didalam
lingkungan selama waktu makan
R/ anoreksia dpt distimulasi atau ditigkatkan dgn stimuli noksius
Sarankan makan yg disukai dan yg ditoleransi dgn baik oleh pasien, lebih baik lagi makanan dgn
kandungan tinggi kalori/protein. Hormati kesukaan makanan berdasarkan etnik
R/ makanan kesukaan yg dioleransi dgn baik dan tinggi kandungan kalori serta proteinnya akan
mempertahankan status nutrisi selama periode kebutuhan metabolic yg meningkat
Berikan dorongan masukan cairan yg adekuat, tetapi batasi cairan pd waktu makan
R/ tingkat cairan diperlukan u/ menghilangkan produk sampah dan mencegah dehidrasi. Meningkatkan
kadar cairan bersama makanan dpt mengarah pada keadaan kenyang
Pertimbangkan makanan dingin, jika diinginkan
R/ makanan dingin tinggi kandungan protein sering lebih dpt ditoleransi dgn baik dan tidak berbau
dibanding makanan yg panas
Kolaboratif pemberian diet cair komersial dgn cara pemberian makan enteral mll selang, diet makanan
elemental/makanan yg diblender mll selang makan silastik ssi indikasi
R/ pemberian makanan mll selang mungkin diperlukan pd pasien yg sangat lemah yg
sist.gastrointestinalnya masih berfungsi.
3.Berduka b/d diagnosisi Ca
Tujuan : dapat melewati proses berduka dgn baik
Intervensi :

11
Dorong pengungkapan ketakutan, kekhawatiran, pertanyaan” mengenai penyakit, pengobatan dan
implikasinya dimasa mendatang

R/ dasar pengetahuan yg akurat dan meningkat akn mengurangi ansietas dan meluruskan miskonsepsi
Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga dalam keputusan perawatan dan pengobatan
R/ partisipasi aktif akan mempertahankan kemandirian dan control pasien
Kunjungi klg dgn serin u/ menetapkan dan memelihara hubungan dan kedekatan fisik
R/ meningkatkan rasa saling percaya dan keamanan serta mengurangi perasaan takut dan disisolasi
Berikan dorongan ventilasi perasan” negative, termasuk marah dan bermusuhan yg meluap-meluap,
didalam batasan yg dapat diterima
R/ untuk ekspresi emosional tanpa kehilangan harga diri
Sisihkan waktu u/ periode menangis dan mengekspresikan kesedihan
R/ perasaan ini diperlukan u/ terjadinya perpisahan dan kerenggangan
4.Ansietas b/d penyakit dan pengobatan yg diantisipasi
Tujuan : mnurunkan ansietas
Intervensi :
Berikan lingk. yg rileks dan tidak mengancam
R/ pasien dpt mengekspresikan rasa takut, masalah, dan kemungkinan rasa marah akibat diagnosisi dan
prognosisi
Berikan dorongan partisipasi akif dari pasien dan klgnya dlm keputusan perawatan dan pengobatan
R/ untuk mempertahankan kemandirian dan control pasien
Anjurkan pasien mendiskusikan persaan pribadi dgn org pendukung misalnya rohaniawan bila
diinginkan
R/ menfasilitasi proses berduka dan perawatan spiritual
5.Kekurangan vol cairan b/d syok/hemoragi

Tujuan : tidak mengalami kekurangan volume cairan


Pantau terhadap tanda-tanda hemoragi
Obsevasi aspirasi lambung thd bukti adanya darah
Observasi garis jahitan thd adanya perdarahan

12
Berikan produk darah susuai program
R/ penurunan vol darah sikulasi dapat menimbulkan syok hipovolemik
Kaji klien tehadap tanda-tanda syok
Evaluasi drainase dari balutan dan penampung drainase
Evaluasi TD, nadi dan frek.pernapasan
Berikan produk darah sesuai program
R/ menurunnya volume sirkulasi darah dapat menimbulkan syok hipovolemik
6.Resiko infeksi b/d insisi bedah
Tujuan : bebas dari infeksi
Intervensi :
Kaji luka thd tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, bengkak, demam, drainase purulen, nyeri
tekan
R/ luka harus bersih, bbrp drainase seroanguinosa dpt terjadi dlm 24 jam pertama dan kemudian
berkurang
Kaji abdomen thd tanda peritonitis, nyeri tekan, kekakuan, distensi
R/ peritonitis dpt terjadi sekunder akibat bedah lambung
Berikan antibiotic profilaktik sesuai program
R/ antibiotic sering diberikan pd klien setelah bedah abdomen untuk mencegah infeksi.

13

Anda mungkin juga menyukai