Anda di halaman 1dari 14

PERANCANGAN PERKERASAN JALAN LENTUR DENGAN USIA PELAYANAN DI

ATAS 40 TAHUN PADA LOKASI TANAH LABIL DAN BEBAN LALU-LINTAS BERAT.
Sutoyo
Jafung Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Madya
DINAS PU BINA MARGA PROV. JATIM
toyosutoyo@yahoo.com
Abstrak

Pertumbuhan Industri seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk belum diimbangi


dengan penyediaan jaringan jalan arteri (Nasional) dan jalan kolektor (Provinsi), bahkan hamper 3
dekade sejak tahun 1990 tidak mengalami penambahan jumlah ruas dan panjang jalan, kecuali jalan
toll dan jalan jalan lintas pantai selatan Jawa (Pansela) serta jalan pemukiman/ lingkungan sehingga
beban jalan Nasional dan Jalan Provinsi sangat berat dan rawan mengalami kerusakan. Selain beban
kendaraan, kondisi tanah dasar yang labil (lunak/ expansive) juga sangat memicu terjadinya kerusakan
jalan lebih parah sebagaimana lokasi ruas jalan babat-Ploso Km 5+700-6+00 yang sedang dalam
penelitian skala penuh. Konsep dasar penelitian adalah memberikan lapis stabilisator untuk
pengendalian kondisi tanah dasar yang labil (expansive dan sangat lunak), dan memberikan energy
pemadatan yang besar pada lapis pondasi dengan menggunakan berat alat pemadat statis minimal 19
ton, serta menempatkan AC-Base tebal 15 cm sebagai lapis permukaan dengan hamparan tunggal
untuk lalu-lintas berat dan 12 cm untuk lalu-lintas katagori sedang.

Kata kunci : AC-Base, Vibro roller, pasir & stabilisator

Pendahuluan

Ruas jalan Babat-Ploso (link 148) merupakan jalan kolektor primer yang menghubungkan
Wilayah Utara (Tuban dan Bojonegoro) dengan wilayah Tengah dan Timur yang meliputi Jombang,
Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan dan Gresik, juga sebagai salah satu akses menuju Toll bagi masyarakat
pengguna jalan wilayah Utara menuju jalan toll trans Jawa. Sehingga ruas jalan tersebut menerima
beban kendaraan cukup besar baik dari sisi volume maupun repetisi kendaraan berat. Secara
geometric cukup memadai karena alinemen vertical dan horizontal, serta lebar perkerasan memenuhi
persyaratan Teknis sebagaimana jalan kolektor primer. Jenis kendaraan berat yang melintas pada ruas
tersebut tergolong katagory besar karena terdapat kawasan Industry di sekitar wilayah tersebut,
khususnya radius 50 km dari akses toll Jombang dan Mojokerto.

Ruas jalan Babat – Ploso masuk katagory jalan dengan tanah dasar labil (lunak dan dan
cenderung kembang-susut tinggi) sehingga beberapa segmen ruas membutuhkan penanganan khusus
untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan lebih parah. Beberapa jenis penanganan yang telah
dilakukan sebagian ada yang berhasil juga ada yang gagal, artinya hasil penerapan system perbaikan
dianggap berhasil adalah apabila sampai dengan umur rencana struktur perkerasan mampu
memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat luas tanpa banyak pengaduan (complain),
meskipun harus dipelihara terus menerus. Sementara yang dianggap gagal adalah sudah diperbaiki
kembali dan dilaksanakan pelapisan ulang (dua lapis) dengan nilai struktur tertentu.

Hasil pengamatan di lapangan bahwa kerusakan katagori sedang terjadi setelah pekerjaan
pelapisan struktur berumur 3-5 tahun, permukaan jalan mengalami gelombang dengan nilai amplitude
sekitar 3-5 cm, sehingga memaksa kendaraan melaju dengan kecepatan rata-rata 30 km/ jam dari
kecepatan rencana rata-rata 40 km/jam. Apabila dipaksakan kenyamanan pengguna jalan akan
terganggu dan keselamatan (kemanan) kendaraan terancam (as patah atau ban meletus) sebagai
akibat beban kecut yang terjadi karena gelombang dalam (amplitude besar). Apabila kondisi normal,
maka hasil pelapisan ulang atau pekerjaan rekonstruksi akan mengalami gelombang dengan
amplitude rendah hingga menengah saja, yaitu sekitar 1-2 cm sehingga kendaraan dapat melaju
dengan kecepatan rencana dalam kondisi nyaman dan aman.

Selama ini perbaikan yang dilakukan hanya menambah material urugan pada lokasi-lokasi
ambles dan menutupnya dengan bahan campuran beraspal pada lapis permukaan, yang rata-rata
hanya mampu bertahan sekitar 1-1,5 tahun saja. Atau dengan paket kegiatan rekonstruksi dengan
peninggian (penambahan lapis pondasi atas, CTB 30 cm) kemudian ditutup dengan lapis permukaan
campuran beraspal 12 cm (AC dan ATB), meskipun setelah 3-5 tahun sudah mengalami gelombang
dalam sebagaimana disebutkan pada alenea pada atas.

Pada tahun 2013 telah dilakukan system perbaikan dengan menggunakan cerucuk dolken dan
pemasangan geo-textile pada kedalaman rata-rata 150 cm dengan memanfaatkan material hasil
galian badan jalan (dipilih material lapis permukaan dan pondasi atas) sebagai lapis pondasi bawah.
Penggalian 150 cm dilakukan karena sampai dengan kedalam tersebut ternyata masih ditemukan batu
bebal setempat-setempat sehingga mengganggu penanaman cerucuk dolken (patah). Sampai dengan
saat ini cara itu masih berhasil karena kondisi permukaan cukup stabil, tidak terjadi gelombang dan
tidak ada pemeliharaan sama sekali pada lapis permukaan. Kekurangan cara ini adalah pelaksanaan
galian untuk membuang batu belah yang tertanam setempat-setempat tidak dapat ditetapkan secara
pasti sehingga perlu dilakukan tes pit atau digali sambil dilakukan pengamatan secara langsung, dan
galian terdalam akan digunakan sebagai acuan kedalaman untuk analisis struktur perkerasan.

Dalam percobaan lapangan saat ini akan dilaksanakan sepanjang 300 meter akan dilakukan
penyederhanaan struktur lapisan konstruksi perkerasan yang memfasilitasi pengendalian jenis tanah
labil (lunak dan cenderung kembang-susut tinggi), energy pemadatan maksimal pada lapis pondasi
bawah dan lapis pondasi atas sehingga mampu menopang beban berat tanpa mengalami lendutan,
dan struktur lapis permukaan yang mampu menopang repetisi beban lalu-lintas berat yang cenderung
overload tanpa mengalami rutting. Dalam makalah ini akan di buat analisis teknis dan pendekatan
empiris untuk mendukung penetapan rancangan tebal susunan lapis perkerasan sehingga dapat
digunakan sebagai prediksi usia pelayanan mencapai lebih dari 40 tahun (Perpetual Pavement).

Maksud dan Tujuan

Percobaan penelitian skala penuh di lapangan dilakukan dengan maksud menerapkan suatu system
susunan lapis konstruksi perkerasan yang mampu mengendalikan prilaku tanah labil dan beban repitisi
beban lalu-lintas berat yang cenderung berlebih (overload) sesuai hasil analisis dan kajian empiris
material, alat dan metode pelaksanaan. .

Dengan tujuan utama adalah meningkatkan mutu kinerja pelayanan jalan sehingga pengguna jalan
tidak terganggu secara langsung maupun tidak langsung atas terjadinya kerusakan jalan yang sering
terjadi pada ruas jalan tersebut.
Kajian Pustaka

Jalan yang kokoh dan awet dalam melayani volume lalu-lintas selama umur rencana adalah
sangat diharapkan oleh perencana dan penyelenggara jalan, dalam hal ini Bina Marga khususnya dan
masyarakat pengguna jalan pada umumnya. Ada yang disebut perpetual pavement, yaitu suatu
konstruksi perkerasan yang berusia lebih dari 40 tahun, dimana selama masa usia pelayanan hanya
dilakukan pemeliharaan rutin ringan namun nilai kondisi permukaan cukup bagus, IRI maksimal 4-6
saja.

Pada prinsipnya kerusakan jalan dapat terjadi karena 2 (dua) penyebab utama, yaitu beban
kendaraan dan perlemahan kondisi tanah dasar. Beban kendaraan yang terjadi melebihi rencana
sebagai akibat salah prediksi volume selama periode pelayanan (tahun perencanaan), salah
menetapkan factor pertumbuhan, tidak memperhatikan tata guna lahan (mapping tata ruang), dan
dunia industry angkutan merubah konfigurasi sumbu sehingga jumlah muatan bertambah, namun
jumlah roda tetap, atau memodifikasi jenis ban sehingga tekanan ban dapat menerima tekanan lebih
besar sehingga kapasitas angkut meningkat.

Adapun perlemahan tanah dasar terjadi karena terendam air sekaligus memikul repetisi
beban kendaraan, sehingga kondisi tanah dasar menjadi lepas-lepas seperti bubur. Pada saat beban
kendaraan melintas, jika tidak ada lapisan pemisah (separator) maka bubur halus dari tanah dasar
akan terpompa menuju ke lapisan pondasi bawah juga sampai pada pondasi atas sehingga lapis
pondasi mengalami penurunan nilai CBR, kondisi ini terus menurun seiring komulatif repetisi beban
lalu-lintas, sehingga nilai struktur (ITP) menurun drastic dan dikatakan runtuh (failure).

Perlemahan tanah dasar dapat juga disebabkan karena sifat tanah dasar yang mengalami
perubahan volume cukup besar seiring dengan perubahan kadar air (kemarau dan penghujan). Apabila
antisipasi atau pengendalian air yang masuk dan keluar pada tanah dasar jenis ini tidak dilakukan
dengan maksimal maka kondisi perubahan ini akan merusak susunan konstruksi perkerasan jalan.
Jenis antisipasi atau pengendaliannya dapat berubah system perbaikan tanah (soil stabilisation) atau
perkuatan daya dukung dengan menggunakan geosintetis atau perkuatan dengan cerucuk dolken atau
minipile, sehingga dapat meminimalkan pengaruh gerakan tanah dasar.

Cara paling efektif adalah dengan menimbun dengan lapis urugan pilih (lapis penopang)
dengan ketebalan minimal tertentu sesuai dengan besar nilai CBR di lapangan. Menimbun tanah pilih
adalah cara yang mudah dilakukan selama tidak ada pembatasan elevasi terkait kondisi lingkungan
sekitar. Alternative setelah penimbunan lapis penopang adalah dengan pelapisan beton pracetak di
atas tiang pancang (pile slabs), cara ini agak sulit dan mahal namun ada jaminan kepastian tentang
tidak terjadi penurunan konstruksi. Apabila dilakukan dengan cara penggantian karena alasan fix top
elevasi maka kesulitan yang muncul adalah lokasi pembuangan material hasil galian tanah dasar.

Pada manual desain perkerasan jalan tahun 2017 (MDP) disebutkan cara penanganan
perbaikan tanah dasar berdasarkan nilai CBR dan Jenis tanah yang digabungkan dengan volume lalu-
lintas rencana yang dituang dalam Tabel-1 berikut. Dari tabel tersebut dapat dibaca bahwa untuk
perencanaan tanah dasar digunakan nilai CBR 6% untuk perencanaan tebal perkerasan, sehingga
penambahan lapis penopang (urugan pilihan dengan nilai CBR minimal 10 %) adalah bertujuan untuk
membuat nilai CBR existing menjadi setara CBR 6% sehingga lapisan di atas disusun berdasarkan
modulus resilient masing-masing lapisan.
Tabel 1. Desain Perbaikan tanah Lunak

Ruas jalan Babat-Ploso adalah ruas jalan dengan katagori tanah dasar labil (lunak cenderung
kembang-susut tinggi) oleh karena jalan existing yang akan dijadikan sebagai objek penelitian maka
dengan kondisi tanah dasar tersebut akan dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Menggali existing sedalam 95 cm untuk membuang material existing karena diasumsikan lapis
pondasi sudah mengalami pembauran dengan lempung yang terpompa sampai pada lapis
permukaan, sehingga seluruh material hasil galian akan digunakan sebagai urugan sekitar di luar
bahu jalan.
2. Menghampar lapisan pasir pasang setebal 20 cm di atas permukaan tanah dasar yang sudah digali
dan diratakan, dengan harapan bahwa pasir akan berfungsi sebagai stabilisator gerakan tanah
dasar saat mengalami perubahan volume sebagai akibat adanya perubahan kadar air antara
musim penghujan dan musim kemarau, diharapkan sebagian Pasir akan berbaur dengan tanah
dasar yang sekaligus berfungsi sebagai bahan perbaikan perkuatan daya dukung.
3. Menghampar geotextile non-woven tepat di atas permukaan lapisan pasir yang berfungsi sebagai
lapisan pemisah (separator).
4. Pemasangan pasir dan geotextile adalah bentuk-bentuk system perbaikan tanah dasar khususnya
pada tanah dasar yang berkatagori labil.

Permasalahan dan Alternative Pemecahannya.

Pada dasarnya ruas jalan Babat-Ploso memiliki susunan struktur perkerasan yang sama yaitu
telford sebagai lapis pondasi dan macadam sebagai lapis permukaan dan seluruh permukaan sudah
tertutup dengan campuran beraspal. Adapun adanya variasi susunan struktur saat ini pada beberapa
segmen disebabkan karena adanya system perbaikan sesuai jenis kerusakan yang terjadi. Sebagai
contoh terdapat segmen dengan panjang 500 meter memiliki tebal lapisan batu putih (pedel) setebal
20-30 cm dan ditutup dengan lapisan beraspal setebal 10-12 cm dua lapis. Namun ada juga segmen
yang kondisi bagus dengan susunan lapis perkerasan telford 25 cm, macadam 5-7 cm dan lapis
beraspal setebal 5 cm dengan lapis tanah dasar cukup bagus, dengan nilai CBR >6%.
System perbaikan perbaikan perkerasan yang sudah pernah dilakukan adalah dengan
penanganan pelebaran 2 meter untuk sisi kanan 1 meter dan sisi kiri 1 meter. Dengan menganggap
kondisi existing sebagai lapis pondasi bawah, sehingga struktur perkerasan ditambah lapis CTB setebal
30 cm langsung dihampar di atas existing. Hasilnya rata-rata hanya bertahan 3-4 tahun sudah
mengalami gelobang dalam dengan amplitude rata-rata di atas 2 cm, sehingga kurang nyaman bagi
pengguna jalan. Terjadi kerusakan arah memanjang pada lokasi yang dilebarkan sehingga
membutuhkan penanganan serius karena harus melakukan perbaikan sampai lapis pondasi pada
beberapa lokasi. Juga ada perbaikan dengan menggunakan konstruksi perkerasan jalan beton namun
sudah beri lapisan permukaan dengan aspal dan kondisinya terjadi retak–retak.

Juga terdapat perbaikan yang dilaksnakan pada tahun 2013 dengan melakukan
pembongkaran lapisan telford dan digali hingga kedalaman rata-rata 150 cm, dipasang cerucuk dolken
panjang 3 meter dengan jarak 50 cm arah melintang dan 50 arah memanjang, diberikan lapisan
geotextile non woven sebagai lapisan pemisah. Hasil galian dari lapisan pondasi dan lapisan
permukaan campuran beraspal digunakan ulang sebagai lapis urugan pilih dengan tebal rata-rata 72
cm, ditimbun lapis pondasi bawah (Agregat klas B) 30 cm, dihampar lapis pondasi atas berupa CTB 30
cm, dan lapis permukaan ATB 7 cm, serta ditutup dengan lapisan AC 5 cm. Kondisi struktur ini sampai
dengan saat ini masih bertahan, artinya tidak ada penurunan dan pergeseran secara keseluruhan
(total konstruksi) sebagaimana terjadi pada kondisi awalnya yang mengalami penurunan hingga 50 cm
dan bergeser ke sebelah kiri dari arah Babat menuju Ploso.

Karena usia rata-rata lapis permukaan hanya mampu bertahan 3-4 tahun dengan kondisi lapis
permukaan yang masih dapat diterima sebagai usia pelayanan ideal, dengan nilai kondisi IRI sekitar 5-
8, maka apabila hasil percobaan mampu bertahan 5 tahun dengan nilai IRI < 5 saya menilai sudah
cukup berhasil. Meskipun pada pelaksanaannya dilakukan dengan kedalaman Galian 150 cm,
menggunakan cerucuk dolken, serta dengan memanfaatkan kembali hasil galian lapis pondasi dan
lapis permukaan sebagai bahan urugan pilih sebagai bentuk perbaikan tanah dasar yang cenderung
labil. Pada percobaan ini hanya mengandalkan system perbaikan tanah dasar, namun dilakukan
perkuatan yang dijamin tidak mengalami penurunan dan pergeseran konstruksi secara menyeluruh,
dan cukup berhasil. Atas dasar percobaan ini selanjutnya dilakukan percobaan lanjutan yang lebih
sederhana dengan galian < 100 cm dan menggunakan pasir sebagai pengganti system perbaikan tanah
dasar, yang selanjutnya akan diuraikan analisis teknis dan empiris pada bagian berikut ini.

Analisis Penentuan Tebal Susunan Lapis Penelitian

Susunan lapisan konstruksi perkerasan yang menjadi objek penelitian adalah sebagaimana Gambar 2
berikut ini. Dengan tebal total 95 cm, yang terdiri atas lapisan pasir pasang 20 cm, lapis pondasi bawah
(agregat klas B) 30 cm, lapis pondasi atas, CTB setebal 30 cm dan lapis permukaan dengan hamparan
tunggal AC-Base setebal 15 cm. Perbedaan yang significant dengan percobaaan terdahulu adalah
sebagaimana Tabel 1 dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Digunakan lapisan pasir setebal 20 cm sebagai lapis stabilisator, yaitu mengantisipasi gerakan
vertical dan horizontal karena adanya pengembangan dan penyusutan tanah dasar sebagai
akibat terjadinya perubahan kadar air pada musim penghujan dan musim kemarau. Juga
sekaligus berfungsi sebagai lapis penopang dan distribusi beban yang akan diterima oleh
tanah dasar sehingga tidak terjadi keruntuhan pada tanah dasar yang sangat lunak tersebut.
Tanah dasar diasumsikan sangat lunak dan cenderung memiliki sifat kembang-susut tinggi
yang dalam makalah ini disebut sebagai tanah labil.
Detail Tebal Lapisan

AC-Base 15 cm

CTB 30 cm

Agregat Klas B 30 cm

Geotextile
Pasir 20 cm
Subgrade

Gambar 2. Susunan Struktur Perkerasan Penelitian Lapangan

Tabel 1. Susunan struktur lapis konstruksi Percobaan di lapangan

TEBAL (CM)
NO. URAIAN
PERCOBAAN 2013 PERCOBAAN 2020
1. GALIAN (TOTAL TEBAL STRUKTUR) 150 95
2. URUGAN PILIH (HASIL GALIAN ) 72 -
3. PASIR PASANG - 20
4. PANJANG / JARAK CERUCUK DOLKEN 300/50 -
5. GEOTEXTILE SEPARATOR DIGUNAKAN DIGUNAKAN
6. LAPIS PONDASI BAWAH (AGG. B) 30 30
7. LAPIS PONDASI ATAS (CTB) 30 30
8. ATB 7 -
9. AC 5 -
10. AC-Base - 15

2. Tebal pasir pasang 20 cm dimaksudkan bahwa 10 cm akan berfungsi sebagai pasir murni yang
berfungsi sebagai pengendali gerakan akibat muai-susut tanah dasar, sedang 10 cm lainnya
akan berbaur dengan lapis tanah dasar yang berfungsi meningkatkan daya dukung tanah dasar
(soil stabilization), sehingga mampu menerima berat beban total (konstruksi dan beban
kendaraan) yang terdistribusi hingga sampai pada lapis tanah dasar.
3. Melaksanakan pemadatan dengan berat statis alat pemadat (vibro roller) minimal 19-25 ton
dalam uapaya memberikan energy pemadatan yang maksimal sehingga derajat kepadatan
lapangan tercapai minimal 100 %. Direkomendasikan menggunakan berat vibro roller minimal
25 ton, mengingat beban overload lebih dari 42 ton.
4. Melaksanakan penghamparan tunggal lapisan AC-base gradasi kasar setebal 15 cm langsung
dengan mesin penghampar yang memadai. Dengan tujuan dapat memperoleh struktur
lapisan permukaan yang kokoh dan awet sehingga tahan terhadap rutting dan bleeding
sebagai akibat repetisi beban berlebih.
5. Dengan alat pemadat yang besar penghamparan lapisan tunggal dapat dilakukan sehingga
terjadi struktur perkerasan yang lebih kokoh dan awet. Sementara yang terjadi di lapangan
pola pemadatan dilakukan dengan alat pemadat yang tersedia sehingga tebal lapisan
disesuaikan dengan berat alat pemadat. Pola pemadatan lapis demi lapis mengurangi derajat
kekuatan lapisan khususnya terhadap gaya geser atau beban lateral. Ini adalah salah satu
bentuk perlemahan pada struktur lapisan konstruksi perkerasan jalan karena di jalan terjadi
gaya lateral akibat rem dan dorongan dari putaran roda kendaraan berat.
6. Susunan lapis konstruksi yang berlapis-lapis mengalami perlemahan maksimal saat beban
berat yang melintas dapat menyebabkan lendutan tinggi yang melampaui lendutan rencana,
sehingga masing-masing lapisan bekerja sendiri-sendiri. Sehingga apabila salah satu lapisan
runtuh (gagal) maka total kekuatan langsung berkurang dan sekaligus runtuh secara
keseluruhan.
7. Atas dasar hal-hal di atas maka pada penelitian ini akan digunakan alat pemadat dengan total
beban statis alat pemadat vibro roller minimal 25 ton. Agar semua struktur lapisan dapat
dihampar secara tunggal.
8. Nilai ITP apabila dibandingkan terdapat selisih relative kecil karena ada beberapa penyesuaian
antara lain :
a. Nilai kekuatan relative (a1) untuk AC dan ATB adalah 0,32, sedangkan untuk AC-Base
Gradasi kasar ditetapkan 0,44, karena nilai marshall stabilitas AC-Base adalah hamper
2 kali lipat AC dan ATB, AC Base = 1800 kg dan AC & ATB = 1000 kg.
b. Sedangkan untuk nilai kekuatan relative urugan pilih digunakan 0,06 dan pasir tetap
menggunakan 0,08. Hal ini disebabkan urugan pilih diambil dari pemilihan lapis
pondasi dan lapis permukaan, sehingga dimungkinkan masih ada perlemahan.
Sedangkan pada bahan pasir pasang tetap 0,08 karena materialnya sesuai persyaratan
teknis.

Prinsip Dasar Percobaan dan Metoda Pelaksanaan.


1. Dilakukan penggalian existing sedalam minimal 95 cm dari elevasi permukaan existing
dengan lebar 4,50 meter (1 lajur + 1 meter bahu jalan), sususnan struktur bahu jalan
disamakan dengan struktur perkerasan cukup dibatasi dengan marka saja.
2. Dihampar pasir pasang (zona 2 atau 3) setebal 20 cm, untuk mengantisipasi atau
mengendalikan prilaku tanah labil, dengan beranalogi bahwa pasir berfungsi sebagai
peredam pergerakan tanah vertical maupun horizontal pada saat mengalami
perubahan volume (kembang-susut) akibat perubahan kadar air. Memadatkan pasir
dilakukan dengan menyiram hingga jenuh atau bahkan terendam kemudian dipompa
hingga air permukaan pasir habis.
3. Geotextile dihampar di atas pasir yang akan berfungsi sebagai separator antara
subgrade (sesudah diperbaiki dengan pasir pasang) dengan lapis pondasi bawah.
4. Dihampar lapis pondasi bawah (agregat Klas B), setebal 30 cm, dengan kadar air
optimum dan langsung dipadatkan hingga derajad kepadatan 100%. Penetapan tebal
tebal lapis pondasi bawah 30 cm berdasarkan kondisi tanah dasar yang hanya memiliki
nilai CBR < 2,5%, sehingga lapis pondasi sekaligus berfungsi sebagai capping layer.
5. Apabila kepadatan dan elevasi permukaan lapis pondasi bawah tercapai sesuai
gambar rancangan maka penghamparan CTB setebal 30 cm segera dilakukan dengan
cara semi mekanis, karena jarak dari lokasi CTB plant atau batching plant relative
cukup jauh sehingga proses setting awal semen terlampaui.
6. Pemadatan lapis pondasi bawah dan CTB dilaksnakan dengan vibro roller kapasitas 20-
25 ton, sehingga apabila digetarkan dapat mencapai energy pemadatan 40-50 ton. Hal
ini dimaksudkan bahwa energy pemadatan harus lebih besar dari berat beban yang
akan lewat pada permukaan jalan ini, sehingga struktur tetap kokoh tidak tergoyahkan
oleh beban yang lewat.
7. Dalam rangka memberikan energy pemadatan tambahan dari beban kendaraan berat
yang lewat, maka CTB yang sudah dinyatakan padat langsung disemprot prime coat
ditunggu hingga 4 jam kemudian ditabur dengan pasir hingga rata, langsung lalu-lintas
dibuka untuk beraktivitas normal.
8. Sebelum dibuka untuk lalu-lintas 3 (tiga) titik diukur elevasinya terhadap BM tertentu
untuk diamati penurunannya/ pergeserannya.
9. Sambil melaksanakan kegiatan yang sama persis dengan lajur sebelahnya, maka
dilakukan uji coba skala Laboratorium terkait AC-Base.
10. Setelah pelaksanaan lapis CTB pada kedua belah sisi selesai dan dinyatakan padat
melalu uji sand cone, maka penghamparan AC-Base setebal 15 cm langsung
dilaksanakan hamparan tunggal dengan menggunakan finisher yang memadai dan
berat Tyre roller (9 roda) yang memadai (diisi air penuh) sebagai tambahan berat
pemadat, apabila memungkinkan PTR diberi getaran halus dan merata untuk setiap
lintasan.
11. Spesifikasi masing-masing bahan mulai dari pasir, geotextile, agregat klas B dan CTB
dan AC-base terlampir dalam satu kesatuan dokumen ini.

RESUME SPESIFIKASI UNTUK MASING-MASING BAHAN


a. Spesifikasi Material Pasir Pasang
1. Berat Isi lepas minimal 1,2 ton/m3
2. Nilai setara pasir minimal 50%
3. Lolos saringan No. 200 maksimal 10%

Gradasi Pasir
Persentase Berat yang Lolos Saringan
Ukuran
Gradasi Zona I Gradasi Zona II Gradasi Zona III Gradasi Zona IV
Saringan
(Kasar) (agak Kasar) (agak Halus) (Halus)
9,60 mm 100 100 100 100
4,80 mm 90-100 90-100 90-100 95-100
2,40 mm 60-95 75-100 85-100 95-100
1,20 mm 30-70 55-90 75-100 90-100
0,60 mm 15-34 35-59 60-79 80-100
0,30 mm 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 mm 0-10 0-10 0-10 0-15
b. Spesifikasi Material Geotextile
c. Spesifikasi Material Lapis Pondasi Bawah dan CTB
1. Bahan lapis pondasi bawah adalah Agregat Klas B
2. Bahan CTB adalah Agregat Klas A dan Semen (3-5) %
Persyaratan untuk Bahan-bahan Tersebut sesuai Tabel 5.1.2.1 dan 5.1.2.2. Spesifikasi
Umum 2018 Revisi 1 Dirjen Bina Marga Kementrian PUPR
d. Persyaratan Semen:
1. Yang ada di pasaran dalam zaq (40/ 50) kg.
2. Jenis OPC/ PPC/ PCC
e. Bahan Campuran Beraspal
1. Gradasi AC-Base sebagaimana Tabel 6.3.2.3)
2. Tebal penyelimutan aspal 8-12 mikron
3. Memiliki kinerja campuran seperti Tabel
d. Daftar Peralatan yang dibutuhkan
a. 1 (satu) buah Excavator kapasitas besar untuk galian existing
b. 1 (satu) buah Grader untuk penghamparan dan pembentukan kemiringan lapis
pondasi bawah dan untuk pencampuran CTB di lapangan serta
penghamparannya
c. 1 (satu) buah Vibro roller kapasitas (20-25) ton untuk pemadatan tebal lapis
pondasi bawah 30 cm secara langsung, dan tebal lapisan CTB 30 cm secara
langsung.
d. 1 (satu) buah Finisher yang mampu menghampar secara langsung tebal
tunggal 15 cm AC-Base
e. 1 (satu) buah Tandem Roller untuk pemadatan awal dan pemadatan akhir lapis
AC-Base
f. 1 (satu) buah pemadat roda karet bertekanan (Pneumatic Tyre Roller, PTR)
dengan 9 (Sembilan) buah roda untuk pemadatan antara (intermediate)
dengan lintasan tertentu sesuai data uji coba sebelumnya.
g. Excavator kapasitas besar untuk galian existing

e. Persyaratan Detail untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengacu kepada


Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Revisi -1 dan Spesifikasi Khusus DPU Bina
Marga Prov. Jatim 2020
Kesimpulan
1. Penggunaan lapis pasir sebagai lapis stabilisator untuk mengendalikan tanah labil
2. Penggunaan alat pemadat dengan berat statis minimal 25 ton untuk mencapai derajat
kepadatan minimal 100%
3. Penggunaan lapis permukaan dengan AC-Base untuk mengantisipasi rutting dan
bleeding akibat repetisi beban berat yang cenderung overload.

Anda mungkin juga menyukai