Mortar sering disebut juga mortel atau spesi ialah adukan yang terdiri dari
pasir, bahan perekat, kapur dan PC
Jenis-jenis semen portland yang terdapat di Indonesia.
Jenis I (OPC) adalah semen portland untuk konstruksi umum yang penggunaan tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-jenis lain.
Jenis II adalah semen portland untuk konstruksi yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang.
Jenis III adalah semen portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang
tinggi.
Jenis IV adalah semen portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang
rendah.
Jenis V adalah semen portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap
sulfat
Semen portland pozolan (PPC) adalah suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus:
Diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama,
Atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan,
Atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 %
massa semen portland pozolan.
Pozolan adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina:
Tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan dengan
adanya air,
Senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar
membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen
Standar mutu pozolan menurut ASTM C618-92a dibedakan menjadi tiga
kelas, dimana tiap-tiap kelas ditentukan komposisi kimia dan sifat fisiknya.
Pozzolan mempunyai mutu yang baik apabila jmlah kadar SiO2 + Al2O3 +
Fe2O3 tinggi dan reaktifitasnya tinggi dengan kapur. Ketiga kelas pozzolan
tersebut adalah :
Kelas N : Pozolan alam atau hasil pembakaran, pozzolan alam yang dapat digolongkan didalam jenis
ini seperti tanah diatomoic, opaline cherts dan shales, tuff (batu putih/ debu vulkanic) dan abu
vulkanik atau pumicite, dimana bisa diproses melalui pembakaran atau tidak. Selain itu juga berbagai
material hasil pembakaran yang mempunyai sifat pozzolan yang baik.
Kelas C : Fly ash yang mngandung CaO di atas 10% yang dihasilakan dari pembakaran lignite atau
sub-bitumen batubara.
Kelas F : Fly ash yang mngandung CaO kurang dari 10% yang dihasilakan dari pembakaran lignite
atau sub-bitumen batubara
Semen portland komposit (PCC) adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan
bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan
anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk
bahan anorganik lain.
Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat,
batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35 % dari massa semen portland komposit
Air
Bahan tambah
Mempercepat setting
Memperlambat setting
SEMEN
Semen Portland adalah serbuk halus klinker (silika – silika kalsium yang bersifat
hidrolis) dan gips sebagai bahan tambah.
Bahan baku semen adalah batu kapur (60% – 66%), tanah liat (30% – 40%), pasir
silika dan pasir besi sebagai bahan koreksi apabila dalam tanah liat tidak terdapat
SiO2 dan Fe2O3.
JENIS SEMEN
OPC (Ordinary Portland Cement)
Type I, untuk bangunan umum tanpa persyaratan khusus
Type II, untuk bangunan tahan asam sulfat dan panas hidrasi sedang
Type III, untuk bangunan yang memerlukan kekuatan awal tinggi
Type IV, untuk bangunan dengan panas hidrasi rendah
Type V, untuk bangunan dengan ketahanan tinggi terhadap asam sulfat
Saringan
Untuk menentukan ukuran butir maksimum
Kadar air
Untuk koreksi porsi agregat kasar dalam campuran
Abrasi
Kekekalan bentuk
PASIR
Saringan
Untuk menentukan zona
Untuk penentuan porsi pasir dalam campuran
Kadar air
`Untuk koreksi perhitungan porsi pasir
Sand equivalent
Kandungan bahan Organik
CARA PENENTUAN PROPORSI AGREGAT
GABUNGAN
Proporsi agregat kasar dan agregat halus dapat dihitung dengan metoda analitis dengan
langkah sebagai berikut:
a. Pilih agregat gabungan sesuai butir maksimum yang ditetapkan, missal 38 mm
b. Mengacu saringan lolos no.4 (4,8mm), tetapkan nilai tengah dari batas bawah dan
batas atas gradasi gabungan, yaitu (Y0)
c. Pasir zona terpilih yang digunakan, yang lolos saringan no 4 = (Y1)
d. Agregat kasar ditetapkan yang lolos saringan no 4 = (Y2)
e. Gunakan rumus berikut untuk menentukan porsi agregat halus = X
Dimana :
Y0 = Ideal gradasi gabungan lolos saringan No.4
Y1 = prosen pasir lolos saringan no 4
Y2 = prose n Batu Pecah lolos saringan no.4
PERSYARATAN YANG HARUS
DIPENUHI
1. Berat jenis, penyerapan air dan kadar air agregat
Untuk memperhitungkan koreksi kadar air berdasarkan kandungan kadar air dalam
masing-masing fraksi agregat. Perancangan campuran standar mengacu pada agregat
dalam kondisi jenuh air. Dengan pengertian sebagai berikut:
a. Kondisi jenuh berarti kadar air sesuai nilai penyerapan agregat
b. Jika kadar air melebihi nilai penyerapan berarti kelebihan air, sehingga ada koreksi
minus kadar air, namun harus menambah porsi agregat sesuai dengan porsi lebihnya
c. Jika kadar air kurang dari nilai penyerapannya maka harus ada koreksi plus kadar air,
namun harus diikuti dengan pengurangan porsi agregat sebesar koreksi plus kadar air
air
2. Berat isi agregat, fraksi kasar maupun fraksi halus, maka nilai minimum berat isi adalah
1200 kg/ m3
3. Air pencampur yang dibutuhkan berdasarkan target slump, adalah air yang bukan
termasuk yang diserap dalam agregat, atau lebih tepat disebut sebagai air bebas.
Ukuran butir maksimum agregat kasar
1/5 dimensi terkecil struktur (lebar atau tinggi)
1/3 ketebalan plat
3/4 jarak bersih tulangan atau selimut beton
Modulus kehalusan
Tingkat kekasaran suatu fraksi agregat, semakin besar semakin kasar, nilai modulus kehalusan
agregat adalah jumlah komulatif prosen butir tertahan dibagi dengan 100.
Batasan nilai modulus halus untuk masing-masing fraksi agregat adalah:
Halus = 1,5-3,8
Kasar = 6,0-7,1
Kuat tekan yang ditargetkan
Kuat tekan yang ditargetkan harus ditambah nilai margin (angka keamanan) yang dihitung dari
standar deviasi sebesar 6-8 Mpa dikalikan dengan angka realibilitas (k) antara 90-95%, yaitu
sekitar 1,34 s/d 1,64 akibat cacat sebesar 5-10%; dalam perhitungan di dalam pedoman ini
digunkan angka k= 1,34. Sesuai spesifikasi 2018 revisi 2.
PENGUJIAN CAMPURAN
BETON
Uji konsistensi campuran (slump test)
Kuat tekan
Di laboratorium
Benda uji kubur 15 cm x 15 cm x 15 cm
Benda uji silinder diameter 15 cm tebal 30 cm
Di lapangan
Uji Hammer test
Pengambilan benda uji dengan core drill diameter 7 cm
Kuat lentur
Benda uji ukuran 50 cm x 15 cm x 15 cm
UJI KONSISTENSI BETON DI
LAPANGAN
Dilakukan setiap kedatangan truck mixer
Menggunakan Alat uji slump (Abrams), diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm
dilengkapi dengan batang penusuk /perojok diameter 16 mm
Diisi bahan campuran sebayak 3 lapis masing-masing dirojok 25 x
Setelah pengisian terakhir bahan diratakan dengan bagian atas cetakan
Cetakan dilepas pelan-pelan, sehingga yang tinggal adalah campuran beton segar yang mengalami
penurunan
Cetakan dibalik diletakkan di sebelah campuran beton segar tersebut
Letakkan batang perojok tepat di atas cetakan dan campuran beton segar yang mengalami penurunan
Ukur jarak bersih antara permukaan campuran dengan batang perojok,maka jarak tersebut disebut
sebagai nilai slump
UJI KUAT TEKAN BETON
Pembuatan benda uji :
Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis berisi kira-kira 1/3 isi cetakan.
Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata.
Ratakan permukaan beton.
Biarkan beton dalam cetakan selama ± 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas
getaranserta ditutup dengan bahan yang kedap air.
Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
Rendam benda uji dalam bak yang berisi air agar proses perawatan (curring) beton berlangsung
dengan baik, maka peredam dilakukan sampai batas waktu pengujian kuat tekan beton.
Catatan 1 kN = 0, 1 ton = 100 kg