Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI / PENGERTIAN
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan
gatal (Djuanda, Adhi, 2005).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (imflamasi pada kulit) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik (Brunner dan Suddart 2000). Jadi
dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala. Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda.
Dermatitis adalah penyakit kulit yang biasa ditandai dengan peradangan dan ruam
bengkak kemerahan. Kondisi ini umumnya membuat kulit menjadi sangat kering.
Masalah kulit yang satu ini kerap membuat pengidapnya tidak nyaman. Pasalnya rasa
gatal yang menyertainya bisa sangat ringan bahkan sangat parah.
Dermatitis terdiri dari beberapa jenis. Tiap jenisnya ini memiliki gejala yang berbeda.
Ada yang menetap dalam waktu lama, ada lagi yang hanya muncul jika terpapar zat
tertentu. Namun tak perlu khawatir, dermatitis biasanya tidak menular. Dengan
kombinasi perawatan dan pengobatan yang tepat, gejala penyakitnya bisa terkendali dan
teratasi dengan baik.

2. ETIOLOGI / PENYEBAB
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan
juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi.
(Arief Mansjoer.1998 ”Kapita selekta”)
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik (sinar
matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
b) Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

3. FAKTOR PREDISPOSISI
- Keringnya kulit
- Iritasi oleh sabun, deterjen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain
- Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu
- Alergi terhadap debu, serbuk bunga, atau bulu hewan
- Virus dan infeksi lain
- Perjalan ke Negara dengan iklim berbeda

4. KLASIFIKASI
a. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan / substansi
yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit
memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada
kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai.
Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :
1) Dermatitis kontak iritan
Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi
atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak
pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan selama waktu
yang lama. Dermatitis ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak, kekerapan,
gesekan dan trauma fisis, suhu serta kelembaban.Faktor individu juga
berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit
di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah
umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit
putih); jenis kelamin.
2) Dermatitis kontak alergik.
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit
dengan bahan alergik ( bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas ). Tipe ini
memiliki periode sensitisasi 10 – 14 hari. Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi
melalui 2 fase yaitu:
- Fase sensitisasi
Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum akan ditangkap
oleh sel langerhans dengan cara pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh
enzim lisosom. Pada awalnya sel langerhans dalam keadaan istirahat, dan hanya
berfungsi sebagai makrofag dengan sedikit kemampuan menstimulasi sel T.
Terjadinya sensitisasi kontak tergantung pada sinyal iritan yang dapat berasal
dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yang rendah terhadap respon
iritan, dari bahan kimia inflamasi pada kulit yang meradang. Jadi sinyal bahaya
yang menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenik sendiri
melainkan dari iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan mengurangi iritasi
akan menurunkan potensi sensitisasi.
- Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang
alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses secara
kimiawi menjadi antigen, diikat oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di
permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen akan dipresentasikan
kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di kelenjar limfe
sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24-
48 jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler
pada dermis, edema intrasel, biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan.
3) Dermatitis kontak fototoksik
Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan
kombinasi sinar matahari dan bahan kimia yang merusak epidermis kulit.
Gambaran klinis yang terjadi serupa dengan dermatitis iritan.
4) Dermatitis kontak fotoalergik
Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan pajanan cahaya disamping
kontak alergen untuk menimbulkan reaktivitas imunologik. Gambaran klinis
serupa dengan dermatitis iritan.
b. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural.
Manifestasi klinik dimulai sejak selama kanak-kanak. Dalam keadaan akut,
yang pertama tampak kemerahan dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulit tampak
pada wajah dan bokong. Pada anak yang yang lebih tua dan remaja, lesi tampak
lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut dan lipat siku. Gejala
terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan
pembentukan lesi yang merupakan keluahan utama mencari bantuan.
c. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran
sebesar uang logam,berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel,
biasanya mudah pecah sehingga basah, dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor
ekstremitas.
Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh sangat gatal, lesi
akut berupa vesikel dan papolu vesikel (0,3 – 1.0 cm) kemudian membesar dengan
cara berkonploensi atau meluas kesamping. Membentuk satu lesi karakteristik
seperti uang logam (koin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
Jumlah lesi dapat 1 dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan
ukuran bervariasi mulai dari miliar – numular.
d. Dermatitis Statis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan
tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal.
Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises
dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
e. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi,
hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit
dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis,
belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
f. Dermatitis medikamentosa
Adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan
untuk ruang kulit karen pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada
umumnya reaksi obat timbul mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik
atau menyeluruh.
g. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005). Timbul karena goresan pada kulit secara
berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25
cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores
kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa
gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan
bagian belakang dari leher.

5. TANDA DAN GEJALA


Tanda-tanda dan gejala dermatitis bergantung pada jenis yang Anda miliki, berikut
ulasan lengkapnya:
1. Dermatitis atopik (eksim)
Kondisi ini biasanya muncul pertama saat bayi dan bisa terus kambuh hingga
dewasa. Berbagai tanda dan gejala umum dari dermatitis atopik, yaitu:
• Rasa gatal yang parah terutama di kulit yang tertekuk seperti dalam siku, depan
leher, dan belakang lutut
• Ruam yang berkerak dan berair jika tergores
• Bercak merah, kasar, pecah, atau bersisik di kulit
Berbagai gejalanya bisa timbul tenggelam. Biasanya gejala muncul saat Anda
terpapar oleh zat tertentu yang meningkatkan risikonya.
2. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak biasanya muncul ketika kulit terpapar dan terkena zat tertentu
yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi. Biasanya kondisi ini ditandai dengan
berbagai gejala seperti:
• Ruam merah atau benjolan
• Lepuhan berisi air
• Sensasi terbakar dan panas pada ruam
• Kulit terasa gatal
• Kulit membengkak
Biasanya gejala ini hanya muncul pada area kulit yang terkena saja zat alergen saja.
3. Dermatitis seboroik
Jika dilihat sekilas, dermatitis seboroik mirip dengan ketombe. Kondisi ini biasanya
menyerang area yang berminyak pada tubuh seperti wajah, kulit kepala, dada bagian
atas, dan punggung.
Adapun berbagai gejala yang ditimbulkan yaitu:
• Sisik putih seperti ketombe
• Sisik kekuningan atau kerak pada kulit kepala, telinga, wajah, dan bagian tubuh
lainnya
• Kulit merah
Masalah kulit yang satu ini biasanya muncul dalam periode waktu yang cukup lama
dan kerap timbul tenggelam. Pada bayi, penyakit kulit yang satu ini disebut dengan
cradle cap.

6. FAKTOR-FAKTOR RISIKO
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko terkena kondisi kulit yang satu ini,
yaitu:
1. Usia
Kondisi ini dapat muncul pada usia berapa pun, tetapi dermatitis atopik (eksim)
biasanya muncul pada bayi. Oleh sebab itu, bayi dan anak-anak lebih berisiko
terkena eksim.
2. Alergi dan asma
Orang yang memiliki alergi dan asma lebih berisiko terkena dermatitis terutama
jenis atopik. Namun, tidak diketahui hubungan pasti antara alergi dan asma
dengan dermatitis atopik.
3. Pekerjaan
Pekerjaan yang terpapar langsung dengan logam, pelarut, atau produk pembersih
tertentu meningkatkan risiko terkena dermatitis kontak.
Orang yang bekerja di bidang kesehatan juga sering terkena eksim, terutama di
tangan.
4. Kondisi kesehatan
Anda mungkin akan berisiko tinggi terhadap dermatitis seboroik apabila memiliki
salah satu dari kondisi seperti gagal jantung kongestif, penyakit Parkinson, dan
HIV.
5. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga yang memiliki dermatitis biasanya lebih rentan
terkena penyakit yang sama. Pasalnya, eksim termasuk salah satu penyakit yang
sering kali diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya.
Selain itu, berbagai hal lainnya juga bisa meningkatkan seseorang terkena
dermatitis jenis tertentu. Misalnya, sering mencuci dan mengeringkan tangan bisa
membuat seseirang terserang eksim tangan.
Pasalnya, kebiasaan ini bisa menghilangkan minyak pelindung kulit dan
mengubah keseimbangan pH-nya

7. PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan melalui kerja
kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini
akan merusak sel epidermis.
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang
iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-
ulang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas
dapat menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi kulit, erupsi dan gatal. Selain itu,
dapat menimbulkan gangguan intergritas kulit dan gangguan citra tubuh yang timbul
karena vesikel kecil, kulit kering, pecah-pecah dan kulit bersisik.

8. GEJALA KLINIS
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama
palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

9. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang diakibatkan dermatitis kontak, antara lain:
• Infeksi kulit karena bakteri atau jamur.
• Neurodermatitis akibat terus menerus menggaruk kulit.
• Kualitas hidup menurun karena gejala dermatitis kontak mengganggu pengidap untuk
beraktivitas sehari-hari.

10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah hal pertama yang biasanya dilakukan untuk melihat
kemungkinan penyakit dengan melihatnya dari tanda dan gejala yang muncul pada
kulit.
b. Pemeriksaan penunjang :
a) Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
c. Laboratorium
1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
2) Urin : pemerikasaan histopatologi
d. Biopsi kulit
Biopsi kulit merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk mencari tahu
penyebab dermatitis. Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sampel kecil kulit
untuk dilihat di bawah mikroskop.
e. Tes Tempel Terbuka.
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga
karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi
hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
f. Tes Tempel Tertutup.
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester
yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan
yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam
setelah itu hasilnya dievaluasi.
g. Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir
yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar
ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel
tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai
kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari
dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk
menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi
dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan
tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam
keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan
salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi
lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai
macam obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak 24
jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah
disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan
penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk
mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita diperlukan keterampilan
khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita sendiri. Kadang-
kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka
penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup dengan
menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif dan penderita
dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji
tempel dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di
bidang itu. Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi
makrofag untuk pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan.
Namun hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.

11. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a. Terapi sitemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema,
juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-
jenisnya adalah :
1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.
Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin.
Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat
pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
2) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular
atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain
lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan
dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu perhatian
khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya
terutama pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari
insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi
limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans,
menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a
dan MCAF.
3) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan
menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi
aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi
ICAM-1.
4) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-
1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang
memiliki efek menghambat peradangan.
5) FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.
6) Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin
dan amilorid.
7) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r
yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah
kalsitriol.
8) SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi.
Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada
siklosporin
b. Terapi topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila
kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan
aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau
linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres,
bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di
dalam, diberi salep.
c. Diet
Penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan masalah yang
kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui seganai penyebab
dari dermatitis atau berapa persentase dari klien dermatitis yang mempunyai alergi
terhadap makanan. Diet pada penyakit dermatitis adalah diet TKTP (Tinggi Kalori
Tinggi Protein).
1) Tujuan diet dermatitis:
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa menimbulkan gejala alergi,
meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi serangan,
b. Mencapai status gizi yang optimal.
2) Syarat diet dermatitis:
a. Tinggi Energi, protein, mineral dan vitamin sesuai dengan kebutuhan.
b. Tidak menggunakan bahan makanan yg disangka menimbulkan alergi.
3) Bahan makanan yang dapat menimbulkan alergi:
a. Sumber zat tenaga : beras, gandum, cantel, havemut, jagung, kentang,
lombok, terong.
b. Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi, ayam, kalkun, itik, burung
dara dan telur hewan tsb., ikan tawar, ikan laut, cumi, kerang, keong,
kepiting, rajungan, udang, belut, kura-kura,penyu, telur penyu, ular , kacang
tanah,kacang polong, kedelai dan hasil olahan.
c. Sumber Zat Pengatur : daun selada, bit, bawang merah,bawang putih, labu,
ragi, semangka, kurma, peterseli, brocoli,lobak,kol,anggur, apel, murbei,
stroberi,kayu manis, kakao, coklat

12. PENGOBATAN
Bergantung pada penyebab dan kondisi yang dialami pasien, pengobatan untuk
kondisi ini bisa bervariasi. Selain rekomendasi gaya hidup dan pengobatan rumahan
berikut, pengobatan dermatitis di dokter biasanya meliputi:
a. Mengoleskan krim kortikosteroid untuk menghilangkan gatal dan peradagan
b. Mengoleskan krim atau losion tertentu yang memengaruhi sistem imun (calcineurin
inhibitors)
c. Minum antihistamin (diphenhydramine) untuk mengurangi reaksi alergi dan gatal
d. Minum antibiotik atau antijamur jika eksim sudah terinfeksi
e. Melakukan fototerapi atau terapi cahaya
Apa saja perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan untuk mengatasi dermatitis
1. Mengompres kulit
Biasanya dokter juga akan meminta Anda untuk mengompres kulit dengan kain
dingin atau basah. Tujuannya yaitu untuk meredakan gatal tanpa menggaruknya.
2. Mandi air hangat
Mandi air hangat juga biasanya disarankan untuk meredakan gatal-gatal yang
mengganggu. Namun jangan terlalu lama karena justru bisa membuat kulit makin
kering sehingga memperparah gejala. Selain itu, Anda juga bisa menambahkan
oatmeal dalam bak mandi untuk membantu meredakan gatal.
3. Jangan menggosok atau menggaruk kulit
Agar kondisinya tak semakin parah, jangan menggaruk atau menggosok terlalu keras
bagian kulit yang terkena dermatitis. Pasalnya, kebiasan ini bisa menginfeksi kulit dan
membuat kondsinya semakin parah.
4. Gunakan pakaian berbahan katun
Pakaian berbahan katun membantu mencegah iritasi kulit. Selain menyerap keringat,
bahan ini juga aman dan lembut di kulit sehinga tidak akan melukai area yang terkena
dermatitis.
5. Lakukan kegiatan menyenangkan
Stres menjadi salah satu hal yang membuat gejala dermatitis semakin parah. Oleh
karena itu, Anda wajib melakukan berbagai kegiatan menyenangkan agar stres tak
sempat mampir di pikiran Anda.
Melakukan yoga, mendengarkan musik, atau sekadar menarik napas dalam-dalam bisa
membantu tubuh tetap rileks. Intinya, lakukan berbagai kegiatan yang membuat Anda
bahagia sepanjang harinya.
6. Minum suplemen vitamin D
Dilansir dari Vitamin D Council, kecukupan vitamin D di dalam tubuh bisa membantu
mengendalikan gejala eksim. Selain itu, orang yang minum vitamin D juga memiliki
gejala eksim yang lebih ringan dan risiko infeksi yang lebih rendah.
7. Mengoleskan tea tree oil
Tea tree oil mengandung antibakteri, antijamur, dan antiradang. Oleh karena itu,
bahan alami satu ini bisa menjadi pilihan untuk meredakan dermatitis seboroik.
Namun perlu diingat bahwa tea tree oil perlu diencerkan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Campurkan minyak yang satu ini dengan minyak kelapa atau zaitun.
Perawatan ini mampu mengurangi rasa gatal dan mengurangi kemunculan bercak
bersisik pada kulit kepala.
8. Menggunakan aloe vera
Lidah buaya termasuk tanaman dengan kandungan antiradang yang cukup tinggi.
Penelitian yang diterbitkan dalam Indian Journal of Dermatology menyebutkan bahwa
ekstrak tanaman ini bisa meringankan dermatitis seboroik.
Penelitian menemukan bukti bahwa suplemen yang mengandung lidah buaya bisa
membantu mengendalikan gejala dan keparahan penyakit.
9. Minum suplemen minyak ikan
Suplemen minyak ikan membantu menekan gejala dermatitis yang dipicu oleh alergi.
Selain itu, suplemen yang satu ini juga membantu menjaga kesehatan tubuh secara
keseluruhan karena mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3
termasuk nutrisi yang bagus untuk menjaga kesehatan jantung.

13. PENCEGAHAN
Salah satu cara mencegah dermatitis yaitu dengan menjaga kulit dari
kekeringan. Untuk itu, ada berbagai kebiasaan yang perlu diterapkan yaitu:
1. Membatasi waktu mandi
Batasi waktu mandi Anda hanya sekitar 5-10 menit saja. Jika terlalu lama, kulit
bisa semakin kering. Akibatnya, kondisi penyakit justru akan semakin parah.
2. Menggunakan pembersih tanpa sabun atau pakai sabun yang lembut
Pilihlah pembersih tanpa pewangi dan deterjen (sabun) yang tidak menghasilkan
banyak busa. Jika harus menggunakan sabun, gunakanlah yang ringan. Pasalnya,
sebagian sabun dapat mengeringkan kulit.
3. Mengeringkan tubuh dengan hati-hati
Setelah mandi, tepuk-tepuk kulit dengan handuk yang halus. Jangan
menggosoknya terlalu keras karena bisa melukai kulit yang sudah sangat kering.
4. Melembapkan kulit
Saat kulit masih basah, kunci kelembapan kulit dengan minyak atau krim. Pilihlah
pelembap yang cocok untuk kulit Anda. Tanyakan ke dokter jika Anda bingung
produk apa yang kira-kira tepat dan tidak mengiritasi.
5. Menghindari iritan
Menghindari berbagai zat yang bisa mengiritasi tubuh membantu mencegah Anda
dari dermatitis kontak. Untuk itu, usahakan untuk menghindari atau membatasi
paparannya.
Gunakan sarung tangan jika Anda hendak membersihkan kamar mandi
menggunakan pembersih yang kuat. Hal ini dilakukan agar bahan aktif pembersih
kamar mandi tak langsung mengenai tangan yang bisa menyebabkan ruam. Bila
ada pertanyaan, konsultasikan dengan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media
Aesculapius FKUI, Jakarta.Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson.
199). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8.Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai