Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami


perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang kesehatan yaitu
teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk
penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang lain.
Sampai sekarang penelitian tentang transplantasi organ masih terus dilakukan. Sejak kesuksesan
transplantasi yang  pertama kali berupa ginjal dari donor kepada  pasien gagal ginjal pada tahun
1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan  pesat. Permintaan untuk transplantasi
organ terus mengalami peningkatan melebihi ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di
Cina, pada tahun 1999 tercatat hanya 24 transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya
mencapai 78 angka. Sedangkan tahun 2003 angkanya bertambah 356. Jumlah tersebut semakin
meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah transplantasi
keseluruhan organ di China memang meningkat drastis. Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat
melebihi Amerika Serikat.

Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat
untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik . pada
saat ini juga, ada upaya untuk memberikan organ tubuh kepada orang yang memerlukan,
walaupun orang itu tidak menjalani pengobatan, yaitu untuk orang yang buta. Hal ini khusus
donor mata bagi orang buta.

Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak terkait


dengannya: pertama,donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat
untuk dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit, atau terjadi
kelainan. Kedua:  resepien, yaitu orang yang menerrima organ tubuh dari donor yang karena satu
dan lain nya, organ tubuhnya harus diganti. Ketiga, tim ahli, yaitu para dokter yangmenangani
operasi transplantasi dari pihak donor kepada pasien.

 Transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru yang belum pernah dikaji
oleh para fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya. Karena masalah ini  adalah anak kandung

1
dari kemajuan ilmiah dalam bidang pencangkokan anggota tubuh, dimana para dokter modern
bisa mendatangkan hasil yang menakjubkan dalam memindahkan organ tubuh dari orang yang
masih hidup/ sudah mati dan mencangkokkannnya kepada orang lain yang kehilangan organ
tubuhnya atau rusak karena sakit dan sebagainya yang dapat berfungsi persis seperti anggota
badan itu pada  tempatnya sebelum di ambil.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu transplantasi organ?


b. Sejarah transplantasi organ?
c. Bagaimanakah kondisi transplantasi organ yang di perbolehkan?
d. Bagaimanakah kondisi transplantasi organ yang tidak di perbolehkan?
e. Macam-macam transplantasi?
f. Bagaiman transplantasi menurut hukum negara?
g. Bagaimana hukum islam terhadap transplantasi organ?
h. Penyelesaian kasus transplantasi organ?

1.3 Tujuan

Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis
dapat memahami dan mengaplikasikannya di lapangan khususnya mengenai transplantasi
organ.

1.4 Manfaat

Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam transplantasi organ dalam
keperawatan sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Transplantasi Organ

Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan
atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau
tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut melipui
kecocokan organ dari donor dan resipen.
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya
hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup
penderitan hampir tidak ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima
jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri. Organ
tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan mata.
namun dalam perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan
untuk membantu orang yang sangat memerlukannya.
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ adalah
rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia
yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan organ dan atau jaringan tubuh. Pengertian lain mengenai transplantasi
organ adalah berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal
dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti
jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
            Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya transplantasi organ dapat dikategorikan
sebagai ‘life saving’. Live saving maksudnya adalah dengan dilakukannya transplantasi
diharapkan bisa memperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan dari penyakit
yang dideritanya.
2.2 Sejarah Transplantasi Organ
Tahun 600 SM di India, susruta telah melakukan transplantasi kulit. Sementara jaman 
Renaissance, seorang ahli bedah dari Italia bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah
melakukan hal  yang sama. Diduga  John Hunter (1728-1793) adalah pioneer bedah

3
eksperimental,  termasuk bedah transplantasi.  Dia  mampu membuat kriteria  teknik bedah
untuk menghasilkan suatu jaringan transpalntasi yang tumbuh di  tempat baru. Akan tetapi
sistem golongan darah dan sistem histokompatibilitas yang erat hubungannya dengan
reaksi terhadap transplantasi belum ditemukan. Pada abad ke-20 wiener dan landsteiner
menyokong  perkembangan transplantasi dengan menemukan golongan darah sistem ABO
dan system Rhesus. Saat ini perkembangan ilmu kekebalan tubuh makin berperan  dalam
keberhasilan tindakan transplantasi. Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat 
searah dengan perkembangan teknik transplantasi. Ilmu  transplantasi modern makin
berkembang dengan ditemukannnya metode-metode pencangkokan, seperti :

1)   Pencangkokkan  arteria mammaria interna didalam operasi lintas koroner oleh Dr. George
E.Green.
2)  Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard,
walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.
3)   Pencangkokkan sel-sel substansia nigra dari bayi  yang  meninggal ke penderita parkinson
oleh Dr. Andreas Bjornklund.   
 
Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
1.  Autotransplantasi: pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang
itu sendiri.
2.  Homotransplantasi : pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh
orang lain.
3.  Heterotransplantasi : pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lain.
4.  Autograft
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini dilakukan dengan
jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui, atau jaringan lebih sangat
dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit grafts , ekstraksi vena untuk CABG , dll)
Kadang-kadang autograft dilakukan untuk mengangkat jaringan dan kemudian
mengobatinya atau orang, sebelum mengembalikannya (contoh termasuk batang autograft
sel dan penyimpanan darahsebelum operasi ).
5.   Allograft

4
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-identik anggota
genetis yang sama spesies . Sebagian besar jaringan manusia dan organ transplantasi yang
allografts. Karena perbedaan genetik antara organ dan penerima, penerima sistem
kekebalan tubuh akan mengidentifikasi organ sebagai benda asing dan berusaha untuk
menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi .
6.   Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang ditransplantasikan dari
donor ke penerima yang identik secara genetis (seperti kembar identik ). Isografts
dibedakan dari jenis lain transplantasi karena sementara mereka secara anatomi identik
dengan allografts, mereka tidak memicu respon kekebalan.
7.  Xenograft dan xenotransplantation
Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah contoh adalah
transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses. Contoh lain adalah
mencoba-primata (ikan primata non manusia)-transplantasi Piscine dari pulau kecil
(yaitu pankreaspulau jaringan atau) jaringan.
8.   Transplantasi Split
Kadang-kadang organ almarhum-donor, biasanya hati, dapat dibagi antara dua penerima,
terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan biasanya sebuah pilihan yang
diinginkan karena transplantasi organ secara keseluruhan lebih berhasil.
9.   Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik karena kedua paru-paru
perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah secara teknis untuk menggantikan
jantung dan paru-paru pada waktu yang sama. Sebagai jantung asli penerima biasanya
sehat, dapat dipindahkan ke orang lain yang membutuhkan transplantasi
jantung. (parsudi,2007).
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka
transplantasi dapat dibedakan menjadi :
a. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh
seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam
kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang bersifat regeneratif,

5
misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta organ-organ yang berpasangan misalnya
ginjal.
b.  Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau jaringan
dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang biasanya
didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya
jantung, kornea, ginjal dan pankreas.
2.3 Tujuan Transplantasi Organ
Transplantasi pada dasarnya bertujuan untuk:

1. Kesembuhan dari suatu penyakit, misalnya rusaknya jantung, ginjal, dll.

2. Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak atau mengalami
kelainan, tapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis, misalnya bibir sumbing.

3. UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 33 ayat (1)

“Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi


organ dan atau jaringan tubuh, transfusi darah, implan obat dan atau alat kesehatan, serta
bedah plastik dan rekonstruksi”

Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan
komersial.

Dilihat dari segi tingkatan tujuannya, ada “tingkat dihajatkan” dan ada “tingkat darurat”.

1.Tingkat dihajatkan yaitu transplantasi semata-mata  hanya sebagai pengobatan dari sakit
atau cacat yang jika tidak dilakukan dengan pencangkokan tidak akan menimbulkan
kematian, seperti transplantasi kornea mata dan bibir sumbing.

2. Tingkat darurat yaitu transplantasi sebagai jalan terakhir yang jika tidak dilakukan akan
menimbulkan kematian, seperti transplantasi ginjal, hati dan jantung.

2.4 Penyebab Transplantasi Organ

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:

6
1.      Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hiudp atau yang sudah
meninggal.

2.      Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian
tubuh sendiri atau tubuh orang lain.

Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi, yaitu :

1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil
jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan
jaringan atau organ.(anonim,2006)

2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut,
untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.

Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup atau
dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian batang
otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit, ginjal, sumsum tulang dan
darah (tranfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah : jantung, hati, ginjal,
kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak.

2.5 Donor Organ Yang di Perbolehkan


Hadis Nabi SAW :”Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena
sesungguhya Allah tidak meletakkan suatu pentakit, kecuali dia juga meletakkan obat
penyembuhnya,selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua.”(H.R. Ahmad, Ibnu Hibban
dan  Al-Hakim dari Usamah Ibnu Syuraih)

  Hadist  tersebut menunjukkan, bahwa wajib hukumnya berobat bila sakit, apapun
jenis dan macam penyakitnya, kecuali penyakit tua. Oleh sebab itu, melakukan
transplantasi sebagai upaya untuk menghilangkan penyakit hukumnya mubah, asalkan
tidak melanggar norma ajaran islam.

Dari dalil-dalil diatas maka dapat diambil hukum mengenai transplantasi organ yaitu:

7
Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata, ginjal) yang sudah meninggal
secara yuridis dan medis hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan islam,
dengan syarat bahwa resipien dalam keadaan darurat yang mengancam jiwanya bila tidak
dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal, tetapi tidak
berhasil.

 Hingga kini, tidak ada ulama yang mengajukan  argumen tertulis  yang secara
terang-terangan mendukung transplantasi organ. Namun demikian,  ulama di berbagai
belahan dunia telah menulis  argumen-argumen yang mendukung maupun mengeluarkan
fatwa-fatwa keagamaan tengtang transplantasi organ.

                Para ulama yang mendukung pembolehan transplantasi organ berpendapat 


bahwa transplantasi organ harus dipahami sebagai satu bentuk layanan altruistik bagi
sesama muslim. Pendirian mereka tentang transplantasi organ dapat diringkas sebagai
berikut:

a)   Kesejahteraan publik (al-Mashlahah)

          Kebolehan transplantasi organ harus dibatasi dengan ketentuan-ketentuan berikut:

1. Transplantasi organ tersebut adalah satu-satunya bentuk (cara) penyembuhan yang bisa
ditempuh.

2. Derajat keberhasilan dari prosedur ini diperkirakan tinggi.

3. Ada persetujuan dari pemilik organ yang akan ditransplantasikan  atau dari ahli
warisnya.

4. Kematian orang yang organnya akan diambil itu telah benar-benar diakui oleh dokter
yang reputasinya terjamin, sebelum diadakan operasi pengambilan organ.

5. Resipien organ tersebut sudah diberitahu tentang operasi  transplantasi berikut


implikasnya.

b)   Altruisme (al-Itsar)

8
Dalam surat Al-maidah ayat 2 telah  menganjurkan bahwa umat islam untuk
bekerja sama satu sama lain dan memperkuat  ikatan persaudaraan mereka. Dengan
demikian, berdasarkan ajaran diatas, tindakan seseorang yang masih  hidup untuk
mendonorka salah satu organ tubuhnya  kepada saudara kandungnya atau orang lain yang
sangat membutuhkan harus dipandang sebagai  tindakan  altruisme dari orang-orang yang
menyadari bahwa mereka memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. 

c)   Organ Tubuh Non muslim

 Kebolehan bagi seorang muslim untuk menerima organ tubuh nonmuslim


didasarkan pada dua syarat  berikut ;

1. Organ yang dibutuhkan tidak  bisa diperoleh dari tubuh seorang muslim.

2. Nyawa muslim  itu bisa melayang jika transplantasi tidak segera dilakukan.

2.6 Donor Organ Yang di Haramkan

Akan tetapi Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram hukumya apabila :

1.   Transplantasi organ tubuh diambil dari orang  yang masih dalam keadaan hidup 
sehat, dengan alasan :

  Firman Allah dalam Alqur’an S. Al-Baqarah ayat 195, bahwa ayat tersebut
mengingatkan , agar jangan  gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu, tetapi harus
memperhatikan akibatnya, yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri donor,
meskipun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur. Melakukan
transplantasi dalam keadaan dalam keadaan koma.

Walaupun  menurut dokter bahwa si donor itu akan segera meninggal maka
transplantasi tetap haram hukumnya karena hal itu dapat  mempercepat kematiannya dan
mendahului kehendak Allah. Dalam hadis nabi dikatakan :

“ Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat
madharat pada orang lain.”(HR. Ibnu Majah, No.2331)

9
2. Penjualan Organ Tubuh Sejauh  mengenai  praktik  penjualan organ tubuh  manusia,
ulama sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya haram berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan berikut :

          Seseorang tidak boleh  menjual benda-benda yang bukan  miliknya.

Sebuah hadis menyatakan, “Diantara orang-orang yang akan dimintai


pertanggungjawaban di akhirat adalah mereka yang menjual manusia merdeka dan
memakan  hasilnya.”

          Dengan demikian , jika seseorang menjual manusia merdeka, maka selamanya si


pembeli tidak memiliki hak apapun atas diri manusia itu, karena sejak awal hukum
transaksi itu sendiri adalah haram. Penjualan organ manusia bisa mendatangkan
penyimpangan, dalam arti bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan diperdagangkannya
organ-organ tubuh orang miskin dipasaran layaknya komoditi lain.

2.7 Macam-macam Transplantasi Organ

Ada bermacam-macam jenis transplantasi dengan perspektif yang berbeda. Ditinjau dari
segi jenis transplantasi yang dipakai, transplantasi dibedakan menjadi :

1. Transplantasi jaringan, seperti pencangkokan kornea mata, katup jantung.

2. Transplantasi organ, seperti pencangkokan ginjal, jantung, dan sebagainya. Sedangkan


ditinjau dari segi hubungan genetic antara donor (pemberi jaringan atau organ yang
ditransplantasikan) dan resipien (orang yang menerima pindahan atau organ),
transplantasi dapat dibedakan menjadiS :4

1. Autotransplantasi, yaitu transplantasi dimana donor dan resipiennya satu individu.


Seperti seorang yang pipinya dioperasi, untuk memulihkan bentuk, diambilkan daging
dari bagian badannya yang lain dalam badannya sendiri.

2. Homotransplantasi, yaitu transplantasi dimana donor dan resipiennya individu yang


sama jenisnya. (Jenis yang di sini 4 Abdul Aziz Masyhuri, Ahkam al-Fuqaha (Surabaya :
Dinamika Press, 1997), 377. 5 bukan jenis kelamin, tetapi jenis manusia dengan
manusia). Pada homotransplantasi ini bisa terjadi antara donor dan resipiennya dua

10
individu yang masih hidup, bisa juga terjadi antara donor yang telah meninggal dunia
yang disebut cadaver donor, sedangkan resipiennya masih hidup.

3. Heterotransplantasi, yaitu transplantasi di mana donor dan resipiennya dua individu yang
berlainan jenisnya, seperti transplantasi yang donornya adalah hewan sedang resipiennya adalah
manusia. Demikian macam-macam transplantasi yang biasanya terjadi pada saat ini. Sedangkan
yang menjadi kajian pemakalah adalah transplantasi jenis yang ketiga (Heterotransplantasi)
khususnya transplantasi katup jantung babi pada jantung manusia.5 Oleh karena itu kajian pada
makalah ini adalah bagaimana perspektif hukum Islam terhadap Transplantasi katup jantung babi
pada jantung manusia. IV. Dalil-Dalil dan Qaidah-Qaidah yang Dipakai.

2.8 Aspek Dari Pandangan Hukum Di Indonesia

Dari segi hukum, transplantasi organ dan jaringan sel tubuh dipandang sebagai suatu usaha mulia
dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia, walaupun ini adalah suatu perbuatan
yang melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan. Tetapi karena adanya
pengecualian maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana dan dapat dibenarkan.
Transplantasi dengan donor hidup menimbulkan dilema etik, dimana transplantasi pada satu sisi
dapat membahayakan donor namun di satu sisi dapat menyelamatkan hidup pasien (resipien). Di
beberapa negara yang telah memiliki Undang-Undang Transplantasi, terdapat pembalasan dalam
pelaksanaan transplantasi, misalnya adanya larangan untuk transplantasi embrio, testis, dan
ovarium baik untuk tujuan pengobatan maupun tujuan eksperimental. Namun ada pula negara
yang mengizinkan dilakukannya transplantasi organ-organ tersebut di atas untuk kepentingan
penelitian saja.

Diindonesia sudah ada undang undang yang membahasnya yaitu UU No.36 Tahun 2009
mengenai transplantasi :

Pasal 64

(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi,
serta penggunaan sel punca.

11
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.

(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

Pasal 65

(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu.

(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan
kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli waris
atau keluarganya.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 66

Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat dilakukan
apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.

Pasal 67

(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian
organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.

12
Pasal 68

(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan pemasangan implan obat dan/atau
alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 69

(1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

(2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah identitas.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 70

(1) Penggunaan sel punca hanya dapat dilakukan untuktujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, serta dilarang digunakan untuk tujuan reproduksi.

(2) Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal dari sel punca embrionik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

2.9 Menurut Pandangan Dari Berbagai Agama

1. Menurut Pandangan Agama Islam

Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan donor organ
ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :

13
a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup

Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ tubuhnya
atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu, seperti ginjal.
Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor,
seperti mendonorkan  jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya tidak diperbolehkan,
berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur’an :

1)   surat Al – Baqorah ayat 195

” dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan ”

2)   An – Nisa ayat 29

” dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri ”

3)   Al – Maidah ayat 2

” dan jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. “

b. Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal

Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, kita harus mendapatkan
kejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa hukum yang harus
kita tahu, yaitu :

a. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin menyumbangkan organnya setelah


dia meninggal. Bisa dilakukan melalui surat wasiat atau menandatangani kartu donor atau yang
lainnya.
b.  Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan persetujuan terlebih dahulu tentang
menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan bisa dilimpahkan kepada
pihak keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi dapat membuat keputusan atas
penyumbang.
c. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang ditentukan
dapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas hidup manusia lainnya.
d. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara prosedur medis
bahwa si penyumbang organ telah meninggal dunia.

14
e. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas yang
identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim.

Seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu organ tubuh
seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang
membutuhkannya.Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya, maka Allah
SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara
sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap
kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah
menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang hidup.
Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad,
Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).

Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia berkata,”Rasulullah
pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka beliau lalu bersabda :
“Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu !” Hadits-hadits di atas secara jelas menunjukkan
bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup. Begitu pula melanggar
kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan melanggar kehormatan dan menganiaya
orang hidup.

Aturan tersebut pun berlaku bagi bidang kesehatan dan kedokteran. Tak bisa sembarang
cara bisa dilakukan untuk mengobati penyakit manusia sebab harus melihat pada hukum halal
atau haramnya kepada 4 sumber diatas. Ketika tidak diperbolehkan dilakukan (haram), maka jika
tetap dilakukan maka akan menjadi dosa. Seperti halnya metode pengobatan dengan teknik
transplantasi organ, menjadi perbincangan hangat dikalangan ulama dan cendikiawan islam
bidang kedokteran mengenai hukum halal dan haramnya.

15
Pandangan Agama Islam

Agama Islam percaya prinsip menyelamatkan nyawa manusia. Mayoritas ulama Islam dari
berbagai penjuru dunia, berdoa bagi keselamatan nyawa manusia dan membolehkan
Transplantasi Organ sebagai kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusia.

 Peraturannya didasrkan pada fatwa fatwa yang dikeluarkan MajelisUlama Indonesia (MUI).

1. Pandangan Agama Buddha

Dalam agama Buddha dikenal ajaran “Catur Paramitha” yaitu mengenai empat budi luhur yang
meliputi maitri (memiliki cintakasih), karuna (suka menolong), mudita (simpati) dan upeksa
(menghargai semua orang). Hal sama dikemukakan oleh Kepala Pendeta Buddha Tinggi
Malaysia dan Singapura, dalam pendapatnya mengenai transplantasiorgan dari sudut pandang
agamaBuddha, transplantasi organ untuk kepentingan Perbaikan hidup Manusia merupakan 

perbuatan amalyang terbentuk berdasarkan landasan spriritual atau jalan religiusdalam


kehidupan. Agama Buddha sangat mendukung kemajuan teknologi kedokteran sebagai bagian
dari kemajuan akal budimanusia untuk mendonasikan organ untuk menolong sesama, tetapitidak
untuk diperjualbelikan. Donor merupakan karma yang baikyang dapat menghapuskan karma
buruk sebelaumnya.

2. Pandagan Agama Katolik

Secara umum pandangan agama katolik tentang transplantasi organ merupakan perbuatan 

amal dan cinta kasih. Transplantasisecara moral dan etik dapat diterima oleh Vatikan. Paus


BenedictXVI yang merupakan pemimpin agama Katolik Tertinggi saat ini menyatakan “Donor
organ merupakan keputusan individu yang karena tujuan mulianya dapat melakukannya setiap
saat untuk sesama. Sayapun setuju untuk memberikan organ saya kepada siapasaja yang
membutuhkannya”.

3. Pandangan Agama Kristen

Pengorbanan dan menolong sesama merupakan dasar ajaran bagi seluruh umat Kristiani,

16
sehingga keputusan untuk mendonorkanorgan merupakan merupakan hal yang positif. Bagi umat
Kristenmenolong sesama yang membutuhkan sangat dianjurkan. UmatKristen memandang
bahwa donasi organ merupakan perbuatancinta dan mengikuti teladan Yesus.

4. Pandangan Agama Hindu

dibenarkan dengan alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepadaorang yang menderita, agar dia
bebas dari penderitaan dan dapatmenikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting,
utama,mulia dan luhur, dari keutuhan organ tubuh manusia yang telahmeninggal. Tetapi sekali
lagi, perbuatan ini harus dilakukan diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa
pamrih dan bukandilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan material.Alasan logis
dijumpai dalam kitab Bhagawadgita II “Seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan
membuka pakaianlama, begitu pula Sang Roh menerima badan jasmani yang baru,dengan
meninggalkan badan lama yang tiada berguna. Kematianadalah berpisahnya Jiwatman atau roh

dengan badan jasmani. Ibarat pakaian, apabila badan jasmani (pakaian) sudah lama dan rusak,

kita akan membuangnya dan menggantikannya dengan pakaianyang baru.

2.10 Kode Etik Keperawatan

Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi suatu hal yang salah
jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2
yang mengatur tentang hubungan perawat dengan teman sejawat.Pokok etik tersebut berbunyi
“Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal”. Seorang perawat dalam menjalankan
profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :

1. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang

17
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respect terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.Praktik profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan
adalah seseorang melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun
dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah
dipertimbangkan secara matang.

2.      Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan


dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.

3.       Keadilan (Justice)

Adil terhadap orang lain dan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.

4.      Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan semaksimal mungkin
bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan bahaya/cidera fisik dan psikologis pada
klien.

5.       Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan


kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti.Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya

18
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argumen yang menyatakan adanya batasan
untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau
adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

5.       Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang


lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien.Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

 2.11 Transplantasi Organ dari Segi Norma Masyarakat

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor hidup, jenazah dan
donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan pelaksana lain, dan masyarakat.
Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam transplatasi adalah :

1.    Donor Hidup

Adalah orang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain (resipien). Sebelum
memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang
dihadapi, baik di bidang medis, pembedaan maupun resiko untuk pembedahannya lebih lanjut
sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi
donor, seseorang tidak boleh mengalami tekanan psikologis. Hubungan psikis dan emosi harus
sudah difikirkan olehdonor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.

2.    Jenazah dan Donor Mati

Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh-sungguh
untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia telah

19
meninggal. Kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila
sebelum meninggal donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang
merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain
bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang
hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan.

3.    Keluarga donor dan ahli waris

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling
pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin ataupun tekanan psikis dan emosi di
kemudian hari. Dari keluarga resipien sebenarnya hanya dituntut suatu pengargaan kepada donor
dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah
timbulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.

4.    Resipien

Adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain. Pada dasarnya, seorang penderita
mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau
meringankan penderitanya. Seorang resipien harus benar-benar mengerti semua hal yang
dijelaskan olah tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat
memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resipien. Akan tetapi, is harus menyadari bahwa
hasil transplantasi terbatas dan ada keungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia
menerima untuk transplantasi berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan
orang banyak di masa yang akan datang.

5.    Dokter dan tenaga pelaksana lain

Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat persetujuan dari donor,
resipien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal yang mungkin akan
terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi di kemudian hari
dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan

20
ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim
pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan kepentingan pribadi.

6.    Masyarakat

Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi. Kerjasama tim
pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama diperlukan untuk
mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi.
Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera diperlukan, atas
tujuan luhur akan terpenuhi.

21
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus Transplantasi Organ

Sean Rice, berusia 11 tahun rencananya akan dicopot alat penopang kehidupannya pada suatu
Minggu pagi dua tahun lalu. Sebuah kabar melalui sambungan telepon berhasil menyelamatkan
nyawanya.

Malam sebelumnya, ibunya Leanne Rice menerima apa yang nyatanya menjadi sebuah panggilan
telepon yang menyelamatkan nyawa anaknya.”karena anaknya mendapatkan donor dari
seseorang yang sudah meninggal.”

Sean didiagnosis menderita penyakit paru interstisial pada usia tujuh tahun dan diberi waktu
hanya dua tahun untuk dapat bertahan hidup.

Pada usia sembilan tahun Sean hanya memiliki 6,3 persen kapasitas paru-paru dan harus berada
di kursi roda, dengan tabung oksigen permanen, dan perlu diberi makan melalui tabung.

22
Organ paru-paru Sean Rice hanya memiliki kapasitas 6 persen saja ketika alat penopang
hidupnya disingkirkan. (Supplied: Leanne Rice)
Dia kemudian terkena flu dan dikirim dari rumahnya di South Tweed Heads di utara New South
Wales ke sebuah unit perawatan intensif di Brisbane, Queensland.

"Ada berbagai tingkat alat penopang kehidupan dan dia telah menggunakan semuanya," kata
Leanne Rice.

Dua hari sebelum dirawat di rumah sakit secara intensif, keluarga Rice bertemu dengan seorang
perwakilan dari Rumah Sakit Alfred di Melbourne untuk menilai kesesuaian Sean sebagai
penerima organ.

"Kami sangat tidak yakin bahkan kami masih tercantum di dalam antrian daftar tunggu donasi
organ pada hari dia menerima paru-parunya," kata Leanne Rice.

"Semuanya terjadi begitu cepat ... pada hari Sabtu saya diberitahu 'Sean pergi ke Melbourne,
naik pesawat, dia menjalani transplantasi'."

Panggilan itu diterimanya setelah ada seorang anak lain yang meninggal dan orang tua mereka
telah setuju untuk menyumbangkan organ-organnya.

"Saya hanya berpikir orang tua itu sungguh luar biasa - bahkan pada saat terburuk dalam hidup
mereka, mereka masih bersikap penuh cinta dan dermawan dan cukup mencintai anak mereka
untuk memberikan persetujuan mereka untuk [mendonasikan organ tubuh anaknya] demi
menyelamatkan orang lain," kata Leanne Rice.

"Anda tidak bisa lebih berani lagi daripada kondisi seperti itu."

Operasi yang menyelamatkan nyawa


Pada Sabtu malam dan dini hari Minggu sebelum operasi pencangkokan organ Sean berlangsung
merupakan saat yang sangat kritis bagi kesuksesan operasinya.

"Dia [terbang ke Melbourne] dengan menggunakan jet pribadi dengan semua peralatan dan
delapan orang dokter," kata Rice.

23
"Butuh waktu sekitar 3 jam hanya untuk mengeluarkannya dari ruang perawatan dan
mendorongnya di lorong rumah sakit menuju ke ambulans."

"Operasi pencangkokan paru-paru Sean dimulai pukul 21.30 dan saya mendapat telepon pukul
4.15 pagi yang mengabarkan bahwa dia selamat dari operasi ini."

Terlepas dari situasi yang begitu genting, Leanne Rice mengatakan bahwa dia tetap tenang.

"Saya hanya berpikir 'Jika setidaknya dia bisa diberi kesempatan saja, maka ada kemungkinan
dia bisa bertahan' dan saya harus percaya pada dokter," katanya.

"Saya cukup tenang, dan itu cukup mengejutkan saya, karena terkadang saya panik."

Sean Rice yang sudah lebih bahagia dan lebih sehat bersama dengan saudara perempuannya
Jessica. (Supplied: Leanne Rice)
Sean membuka matanya sembilan hari setelah operasi.

3.2 Pembahasan

1. Pandangan Hukum Di Indonesia

Diindonesia sudah ada undang undang yang membahasnya yaitu UU No.36 Tahun 2009
mengenai transplantasi :

Pasal 64

(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi,
serta penggunaan sel punca.

(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.

(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

24
Pasal 65

(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu.

(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan
kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli waris
atau keluarganya.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 66

Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat dilakukan
apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.

Pasal 67

(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian
organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.

Pasal 68

(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

25
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan pemasangan implan obat dan/atau
alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 69

(1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

(2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah identitas.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 70

(1) Penggunaan sel punca hanya dapat dilakukan untuktujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, serta dilarang digunakan untuk tujuan reproduksi.

(2) Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal dari sel punca embrionik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

2. Pandangan dari hukum agama

Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal

Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, kita harus mendapatkan
kejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa hukum yang harus
kita tahu, yaitu :

a. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin menyumbangkan organnya setelah


dia meninggal. Bisa dilakukan melalui surat wasiat atau menandatangani kartu donor atau yang
lainnya.

26
b.  Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan persetujuan terlebih dahulu tentang
menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan bisa dilimpahkan kepada
pihak keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi dapat membuat keputusan atas
penyumbang.
c. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang ditentukan
dapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas hidup manusia lainnya.
d. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara prosedur medis
bahwa si penyumbang organ telah meninggal dunia.
e. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas yang
identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim.

Pandangan Agama Islam

Agama Islam percaya prinsip menyelamatkan nyawa manusia. Mayoritas ulama Islam dari
berbagai penjuru dunia, berdoa bagi keselamatan nyawa manusia dan membolehkan
Transplantasi Organ sebagai kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusia.

Peraturannya didasrkan pada fatwa fatwa yang dikeluarkan MajelisUlama Indonesia (MUI).

Didalam kasus diatas bahawa transplantasi paru dari orang yang sudah meninggal itu
perbolehkan karena orang Pendonor, dan keluarganya sudah memberikan izin.

3. Pandangan Hukum Etik

a. Autonomi

Pada kasus diatas pasien mempunyai hak untuk dilakukan transplantasi organ
maka hal yang menjadi pertimbangan adalah seseorang melakukan transplantasi
tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja pasien diyakinkan
bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah dipertimbangkan
secara matang.

27
b. Kejujuran (Veracity)

dari prinsip ini, seorang dokter harus menyampaikan kondisi yang sebenarnya bagi pihak
pendonor dan resipien. Hal sedetail apapun dalam proses transplantasi organ harus
disampaikan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses yang akan dilakukan

c. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan


pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kasus transplantasi organ yang didasari
dengan prinsip untuk berbuat baik, tentu saja tidak melanggar prinsip ini.

3.3 Penyelesaian Masalah

1. Orang yang terlibat

Dokter, Perawat, Pasien, ibu Paien, Pendonor, dan Orangtua pendonor

1. Tindakan yang diusulkan


Pada kasus diatas Pasien akan dilakukan transplantasi organ paru
2. Maksud dari tinadak tersebut

Agar Pasien biasa sembuh, dan bias bertahan hidup dengan mempunyai orang paru
yang baru

3. Konsekuensi tidakan yang diusukan


a. infeksi
b. Apakah oprasi transplantasi itu akan berjalan dengan baik atau tidak
c. Pendarahan
d. Penolakan transplantasi (sistem kekebalan tubuh menyerang cahaya baru
e. Kemtian

28
BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah suatu


rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang
berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti
jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami suatu
kerusakan. Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor,  seperti  ditinjau dari
sudut si penerima atau resipien organ dan penyumbang organ itu sendiri. Jika dilihat dari si
penerima organ meliputi autotransplantasi, homotransplantasi, heterotransplantasi, autograft,
allograft, isograft, xenograft dan xenotransplantation, transplantasi split serta transplantasi
domino. Sedangkan dilihat dari sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan donor hidup
dan donor mati (jenazah). Banyak sekali faktor yang menyebabkan sesorang melakukan
transplantasi organ. Antara lain untuk kesembuhan dari suatu penyakit (misalnya kebutaan,
rusaknya jantung dan ginjal), Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah
rusak atau mengalami kelainan, tapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis (contoh: bibir
sumbing).

Dalam agama Kristen, katolik, hindu, dan budha transplantasi boleh dilakukan dengan alasan
medis dan asalkan dengan niat tulus dan tujuannya untuk kebaikan menolong nyawa seseorang
tanpa membahayakan nyawa si pendonor organ tersebut. Sedangkan dalam agama islam untuk
melakukan transplantasi organ harus dilihat terlebih dahulu dari mana organ yang akan
ditransplantasikan tersebut berasal atau dilihat dari sumber organ. Dalam hukum, transplantasi
tidak dilarang jika dalam keadaan darurat dan ada alasan medis, tidak dilakukan secara ilega,
dilakukan oleh profesinal dan dilakukan secara sadar. Dari segi etika keperawatan asalkan tidak
melanggar prinsip-prinsip etik seperti otonomi (Autonomy), Tidak merugikan
(Nonmaleficience), Berbuat baik (Beneficience), Keadilan (Justice), Kejujuran (Veracity) dan
Menepati janji (Fidelity) transplantasi organ diperbolehkan. Dari segi masyarakat, selama
transplantasi dilakukan atas dasar medis dan mendapat persetujuan dari anggota keluarga maka
diperbolehkan. Namun disisi lain transplantasi organ di kalangan masyarakat belum begitu

29
dipahami secara menyeluruh sehingga masih menimbulkan beberapa pertanyaan tentang
transplantasi. 

4.2  Saran

Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika ingin melakukan transplantasi organ,
pahami betul dari mana organ terseebut berasal. Dari donor hidup ataukah dari seseorang yang
sudah meninggal. Usahakan untuk mencari upaya penyembuhan lain sebelum memilih
transplantasi organ sebagai alternatif pengobatan.

Untuk penulis, saran yang ingin disampaikan adalah, lakukan penulisan dengan objektif dan
gunakan bebagai macam referensi yang ada agar tulisan benar-benar terbukti validitasnya.

30

Anda mungkin juga menyukai