Anda di halaman 1dari 28

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN

(Makalah Strategi pembelajan fisika)

Nama : Imawati Rohana (1713022041)


Cindy Alfayani (1713022049)
Mutiara Devina (1753022007)

Jurusan/Prodi : P MIPA/Pendidikan Fisika

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Fisika


Dosen : Dr. Kartini Herlina, M.Si

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Devinisi Pendekatan Pembelajaran.......................................................


B. Active Learning....................................................................................
C. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran...........................................

BAB III KESIMPULAN..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-NYA lah, penyusun
mampu menyelesaikan tugas strategi pembelajarn fisika berupa makalah yang
berjudul “Berbagai Pendekatan dalam Fisika”.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
beberapa referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Dan
harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan penyusun yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah in, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan oleh penulis agar lebih baik lagi kedepannya.
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pendekatan Pembelajaran

Skinner (1985) mengartikan belajar sabagai suatu proses adaptasi atau


penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran
yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Menurut pengertian secara psikhologi, belajar merupakan suatu proses


perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Learning is relatively permanent products of experiences that come out as


a result of the interaction between individual and environment
Şimşek, (2009)

Belajar merupakan produk pengalaman yang relative permanen yang muncul


sebagai hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi
bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat
digolongkan kedalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula
perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk,
perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan
perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
Di dalam kehidupan sehari-hari setiap orang pasti menghadapi berbagai
masalah mulai dari masalah yang paling sederhana sampai dengan masalah
yang paling rumit dan kompleks. Masalah yang rumit dan kompleks
merupakan tantangan potensial yang harus dipecahkan oleh orang yang
menghadapi masalah rumit dan kompleks, dia akan berusaha secara sungguh-
sungguh untuk memecahkannya.

Dengan melihat dan menganalisis situasi dan kondisi suatu masalah dan
tujuan yang hendak dicapainya, seseorang dapat menggunakan atau mencari
cara atau pendekatan yang dapat dimungkinkan untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya. untuk menerapkan suatu pendekatan dalam memecahkan
suatu masalah di samping pendekatan yang digunakan untuk memecahkan
masalah itu, juga bergantung pada persepsi tentang masalah yang dihadapi.

Pendekatan adalah mendeskrepsikan hakikat apa yang akan dilakukan dalam


memecahkan suatu masalah dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Pendekatan dapat berwujud cara pandang, filsafat, atau kepercayaan yang
diyakini kebenarannya.

Basir (2017)

Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan


cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan
tercapainya kompetensi yang ditentukan.

(permendikbud, nomor 103 tahun 2014)

Dart, Burnett, Purdie, Boulton-Lewis, & et al. (2000) menjelaskan bahwa The
learning approach is anchored in the philosophical concept and the didactic
method of teaching and learning strategies. This manifests the learning
objectives and their orientation that include furthering knowledge, repetition
and reconstruction, application, understanding, observation from a different
perspective and shaping thought.

Jadi, pendekatan pembelajaran berdasarkan pada konsep filosofis dan metode


pembelajaran didaktik dan strategi belajar. Metode didaktik yaitu metode
pembelajaran yang mengikuti pendekatan ilmiah atau gaya pendidikan yang
konsisten untuk berhubungan dengan pikiran peserta didik. Hal ini
mewujudkan pembelajaran objektif dan berorientasi yang meliputi
memperluas pengetahuan, pengulangan dan rekonstruksi, aplikasi,
pemahaman, observasi dari perbedaan perspektif dan pembentukan
pemikiran.

Watskin. (2010) menjelaskan bahwa A learning approach that encourages


learning for its own sake, such that it does not emphasize achievements and
products, and encourages multi-directional thought, led to better learning
results)

Jadi, pendekatan pembelajaran yang mendorong pembelajaran untuk


kepentingan sendiri, sedemikian rupa sehingga tidak menekankan pada
pencapaian dan pembelajaran dari segala arah. Yang mengarah untuk
pembelajaran yang lebih baik.

B. Active Learning

Karena pendekatan pembelajaran yang dibahas adalah pembelajaran secara


aktif. Dan pada zaman sekarang ini kebanyakan siswa dituntut untuk aktif
dalam pembelajaran atau pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
Maka, disini kami membahas tentang aktive learning atau pembelajaran aktif.

Active learning is anything course-related that all students in a class


session are called upon to do other than simply watching, listening, and
taking notes.
Felder and Brent (2015)

Jadi, pembelajaran aktif adalah pembelajaran apapun yang terkait dengan


semua siswa di sesi dalam kelas yang harus dilakukan selain hanya
menonton, mendengarkan, dan mencatat.

Active learning adalah sebuah usaha dalam kegiatan pembelajaran yang


mencoba membangun keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran
dimana menekankan keterlibatan seluruh indra. Kegiatan pembelajran
dilakukan dengan banyak memberi tugas, memperlajari gagasan dan
memecahkan masalah yang diberikan untuk memaksimalkan otak untuk
menerapkan apa saja yang dipelajarinya. Untuk itu selama proses
pembelajaran berlangsung peserta didik mengikuti pembelajaran dengan
menyenangkan, penuh semangat. Jadi pembelajaran belajar aktif adalah
sebuah proses pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa selama
proses pembelajaran yang tidak hanya di tekankan pada proses cerama dan
mencatat
Nurdyansyah (2015)

Dalam hal ini, siswa dituntut harus lebih aktif dalam pembelajaran. Jangan
hanya sekedar menonton atau mendengar materi yang disampaikan oleh guru,
ataupun hanya sekedar mencatat materi itu.

C. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran


A. Problem based learning

Pendekatan Problem-Based Learning (PBL) menurut Gagne (1985:35)


merupakan pendekatan yang menekankan pada terpaparnya masalah
sebagai pemicu belajar, sehingga belajar tidak lagi terkotak-kotak menurut
bidang ilmu, tetapi terintegrasi secara keseluruhan.

Menurut Barrow (2001) PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran


yang menggunakan problem/masalah sebagai sumber atau dasar
pembelajaran. Dosen berperan sebagai perancang dan fasilitator.
Mahasiswa aktif mengeksplorasi problem dan bekerja sama untuk
mendiskusikan serta mendapatkan jalan keluar dari problem tersebut.

Problem-based learning is an approach, which focuses on the


problem, from teaching objectives to students’ behaviour and from the
method and technique to be used up to behaviours need to be
determined in such an approach. Subsequently, the methods and
techniques to be used at the stage of problem solving will need setting.
Barrows And Kelson (2006)
Jadi, pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah pendekatan, yang
berfokus pada masalah yang ada dari pembelajaran objektif untuk perilaku
siswa dan dari metode dan teknik yang akan digunakan membutuhkan
perilaku yang ditentukan dalam pendekatan semacam itu. Kemudian,
metode dan teknik digunakan pada tahap pemecahan masalah yang akan di
atur.

Problem-based learning (PBL) takes a student-centred approach,


usually conducted within small groups. The teacher acts as a
facilitator in problem-based learning. The required knowledge and
skills are achieved in the process of solving authentic problems
Barrows (1996).

Pendekatan pembelajran berbasis masalah berpusat pada siswa, biasanya


dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Guru bertindak sebagai
fasilitator dalam pembelajaran berbasis masalah. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dicapai dalam proses memecahkan masalah
otentik.

Karakteristik problem based learning menurut Watson and Matthews


adalah: 1) It is an organization of problem-based teaching. It has a
totalitarian structure and emphasizes especially cognitive levels, 2) It has
a structure facilitating the experiences in small groups, special education
and active learning processes, 3) It develops skills and motivation and
maintains the skill for lifelong learning.

Jadi, karakteristik pembelajaran berbasis masalah menurut watson dan


matthews adalah

1. Berorientasi pada pengajaran berbasis masalah. Memiliki struktur


totaliter dan menekankan terutama tingkat kognitif.
2. Memiliki struktur yang memfasilitasi pengalaman dalam kelompok-
kelompok kecil, pendidikan khusus dan proses pembelajaran aktif.
3. Mengembangkan keterampilan, motivasi dan mempertahankan
keterampilan untuk pembelajaran sepanjang hayat.
Langkah Problem Based Learning menurut Walsh (2005) adalah: 1)
Meeting the problem and defining it, 2) Determining what one knows
and what he needs to know and putting his thoughts into order, 3)
Gathering and sharing information, 4) Producing potential solutions and
hypotheses, 5) Determining the learning issues, 6) The application of the
new knowledge to the problem and reevaluation, 7) Identifying the best
solution, 8) Explaining the problem and its solution briefly, and 9)
Evaluation and presentation of new learning.

PROBLEM BASED LEARNING

Kegiatan
No Kegiatan
Guru Siswa
Guru bertindak sebagai Meeting the problem and
defining it
fasilitator yang
memberikan masalah
kepada siswa.
Setelah fasilitator Determining what one
memberikan masalah, knows and what he needs
masalah yang diberikan to know and putting his
harus dapat membuat thoughts into order
siswa menumbuhkan
1 Awal kerangka berpikir
bagaimana cara
menyelesaikan masalah
tersebut.
Fasilitator mengamati Gathering and sharing
pembelajaran yang information
sedang berlangsung.
Apakah informasi yang
disampaikan sesuai atau
tidak.
2 Inti Fasilitator mengamati Producing potential
pembelajaran yang solutions and hypotheses
sedang berlangsung.
Apakah hipotesis yang
didapatkan oleh siswa
sesuai atau tidak.
Fasilitator mengamati Determining the learning
pembelajaran yang issues
sedang berlangsung.
Apakah masalah pokok
yang ada sesuai atau
tidak.
Fasilitator membenarkan The application of the new
jika ada informasi yang knowledge to the problem
kurang tepat lalu and reevaluation
menerapkan informasi
tersebut.
Identifying the best Mendengarkan serta
solution mencatat solusi yang
terbaik yang diberikan oleh
guru.
Explaining the problem Setelah itu siswa
3 Akhir and its solution briefly mendapatkan kesimpulan
terbaik dari solusi yang
didapatkan.
Evaluation and Lalu, siswa menemukan
presentation of new penyelesaian
learning

Contoh implementasi pendekatan problem based learning

Langkah Problem Based Learning menurut Walsh (2005) adalah:

1) Meeting the problem and defining it,


Menemukan masalah dan mendefinisikan nya. Jadi, pada langkah
ini guru sebagai fasilitator memberikan sebuah fenomena yang ada.
Bisa dalam bentuk gambar maupun dalam bentuk media yang lain.
Setelah fasilitator memberikan fenomena tersebut siswa diharapkan
mampu untuk menganalisis apakah ada masalah yang ditemukan di
dalam fenomena yang diberikan tersebut. Contoh masalah yang
diberikan oleh fasilitator berupa gambar sebagai berikut:

2) Determining what one knows and what he needs to know and putting
his thoughts into order,
Menentukan apa yang diketahui dan apa yang perlu diketahui dan
menumbuhkan kerangka berpikir. Jadi, pada langkah ini setelah
siswa menganalisis gambar, siswa dapat mengetahui masalah yang
ada pada gambar tersebut lalu dapat memikirkan bagaimana cara
menemukan solusi dari gambar tersebut. Contohnya, dari gambar
kita dapat mengumpulkan informasi yang terdapat pada gambar.

3) Gathering and sharing information,


Mengumpulkan dan membagi informasi. Jadi, setelah didapatkan
masalah dan timbul pertanyaan dari masalah tersebut. Kemudian,
siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tentang
masalah yang ada. Contohnya, diperoleh informasi dari internet yaitu
jika benda berada pada ruang 3 sampai jauh tak hingga maka
bayangan yang terbentuk pada lensa yaitu nyata, terbalik dan
diperkecil.
4) Producing potential solutions and hypotheses,
Menghasilkan solusi dan hipotesis. Jadi, pada langkah ini, siswa
dapat menemukan solusi dan hipotesis dari masalah yang ada.
Contohnya, dari gambar ditemukan masalah yaitu bagaimana bisa
titik embun dapat membiaskan semua benda yang ada di depan nya?
bagaimana hal tersebut dapat terjadi? dan mengapa gambar yang
dbiaskan terbalik?. Jadi, dari timbulnya pertanyaan diatas mampu
menumbuhkan kerangka berpikir pada siswa.

5) Determining the learning issues,


Menentukan topik pembelajaran. Jadi, setelah mengamati dan
menemukan hipotesis yang ada dari permasalahan. Kita dapat
menentukan topik pembelajaran yang ada. Contohnya, setelah siswa
menganalisis gambar yang diberikan oleh fasilitator kemudian siswa
dapat menemukan hipotesis lalu dapat menentukan bahwa topik
pembelajaran yang sedang dipelajari tentang lensa.

6) The application of the new knowledge to the problem and


reevaluation,
Menerapkan pengetahuan baru untuk masalah dan reevaluasi. Jadi,
pada langkah ini siswadapat menerapkan pengetahuan yang baru
untuk mengetahui solusi yang ada. Contohnya, dari gambar
diperoleh bahwa pada titik embun tersebut menerapkan konsep lensa
yaitu pembiasan cahaya. Maka, siswa dapat menerapkan konsep
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

7) Identifying the best solution,


Mengidentifikasi solusi terbaik. Jadi, pada langkah ini fasilitator
membantu siswa dalam menentukan solusi terbaik yang didapatkan
dari permasalahan yang ada. Contohnya, dari gambar tersebut di
peroleh solusi bahwa konsep yang digunakan yaitu tentang
pembiasan cahaya. Apabila ada analisis siwa yang salah disini
fasilitator membenarkan jika ada analisis siswa yang salah.

8) Explaining the problem and its solution briefly,


Menjelaskan masalah dan solusi secara singkat. Jadi, pada langkah
ini setelah siswa menganalisis dan mendapatkan solusi terbaik maka
siswa dapat mengetahui masalah dan menemukan solusi terbaik dari
masalah tersebut. Contohnya, setelah siswa mengetahui bahwa
masalah yang diberikan oleh fasilitator yaitu tentang pembiasan
cahaya, maka siswa dapat mengetahui mengapa titik embun dapat
membiaskan cahaya, mengapa gambarnya dapat terbalik.

9) Evaluation and presentation of new learning

Evaluasi dan presentasi pembelajaram baru. Jadi, pada langkah ini


fasilitator mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dan
dapat menyimpulkannya. Contohnya, titik embun itu menggunakan
konsep langka dan bayangan yang dibentuk terbalik karena
bayangan yang terbentuk berada di ruang 3. Dimana di ruang 3 yaitu
bayangannya nyata, terbalik, dan diperkecil.

B. Cooperative Learning

Nurhadi (2004) mengatakan bahwa Cooperative Learning sebagai pendekatan


pembelajaran yang memfokuskan pada kelompok kecil. Dimana siswa
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar

Keberhasilan belajar menurut model Cooperative Learning bukan semata-


mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan
belajar itu semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam
kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman
sebaya, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah
dan cepat terhadap materi yang dipelajari. Cooperative Learning membantu
siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan
kehidupan nyata di masyarakat

Cooperative learning is an approach to groupwork that minimizes the


occurrence of those unpleasant situations and maximizes the learning and
satisfaction that result from working on a high-performance team. A large
and rapidly growing body of research confirms the effectiveness of
cooperative learning in higher education
Felder and Brent (2007)

Jadi, pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan untuk kerja kelompok


yang meminimalkan terjadinya situasi yang tidak menyenangkan dan
memaksimalkan pembelajaran dan kepuasan yang dihasilkan dari bekerja
pada tim yang berkinerja tinggi. Sebuah badan penelitian yang besar dan
berkembang pesat menegaskan keefektifan pembelajaran kooperatif dalam
pendidikan sangat tinggi.

Pembelajaran kooperatif melibatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil


yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Jadi, pembelajaran kooperatif
dapat didefinisikan sebagai sistem kerja kelompok yang terstruktur (Anita
Lie, 2004). Dalam pembelajaran kooperatif usaha setiap siswa akan dihargai
dengan poin-poin perbaikannya. Dalam menyelesaikan tugas kelompok,
setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu
bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pembelajaran (Depdiknas, 2002). Nurhadi
(2004) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Jadi, pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama serta melatih
interaksi siswa dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar.

Student Teams-Achievement Divisions (STAD) atau Tim Siswa-Kelompok


Prestasi, dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang
sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada kelompok
belajar siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam satu kelas
tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4–5 orang. Setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal
dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota
tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain
untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami materi bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu
sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau
setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis diskor dan tiap individu diberi point
pengembangan yang didasarkan pada seberapa jauh skor itu melampui rata-
rata skor siswa yang lalu. Point tiap anggota tim ini dijumlah untuk
mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi
sertifikat atau ganjaran yang lain (Muslimin, 2000).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pengembangan dari lima


komponen utama tipe tersebut. Menurut Slavin STAD dilaksanakan dengan
melibatkan kelima komponen utama: (1) presentasi kelas, (2) pembentukan
kelompok, (3) kuis individu, (4) peningkatan skor individu, dan (5)
penghargaan tim/kelompok (Wawang, 2004).

Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD.

Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran kooperatif


metode STAD adalah sebagai berikut:
A. Persiapan STAD
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa
untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi
pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan
dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan
tersebut.

2) Menetapkan siswa dalam kelompok


Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap
kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus
diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh
membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung
memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan
kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):

a) Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam
kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk
melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah
skor tes.
b) Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa.
Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk,
bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak
bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada delapan kelompok yang
beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang beranggotakan
lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan
dibentuk.
c) Membagi siswa dalam kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok- kelompok
yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar
rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan
rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua
kelompok dalam kelas kurang lebih sama.
d) Mengisi lembar rangkuman kelompok
isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar
rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk
pembelajaran kooperatif metode STAD).

3) Menentukan Skor Awal


Skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang dilakukan guru
sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor
tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat
diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.

4) Kerja sama kelompok Sebelum memulai pembelajaran kooperatif.


sebaiknya diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini
merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal
yang menyenangkan dan saling mengenal antar anggota kelompok.

5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu
penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes
penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.

B. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang
meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas
kelompok, dan kuis.

Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:


1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan
mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-teki, memunculkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan
sehari-hari, dan sebagainya.
b) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau
untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.
2) Pengembangan
a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari
pembelajaran. 
b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa
mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok
masalahnya.
3) Praktek terkendali
a) Siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh guru.
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau
menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan
menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab
pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama
penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan
satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.
C. Kegiatan Kelompok
1) Pada kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa yang
dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman
dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan
yang diberikan oleh guru.
b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota
kelompok menguasai pelajaran.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang
anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi
sebelum meminta bantuan kepada guru.
d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan
lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan
guru adalah:
a. Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.
b. Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar
jawabannya.
c. Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau
dengan seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang
dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa
harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan
jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman
yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab
untuk menjelaskan.
d. Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan
dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar
jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.
3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa
bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk
mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi.

D. Kuis atau Tes


Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali
penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa
menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis
adalah setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian
diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
E. Penghargaan Kelompok
a) Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu
dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap
individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.
b) Menghargai hasil belajar kelompok
Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor
kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin
peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada
kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk
pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.

F.  Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama


Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa

STAD (Student Teams-Achievement Divisions)

Langkah- kegiatan
No Kegiatan
langkah Guru Siswa
Guru merancang
materi yang akan
Persiapan digunakan,
Siswa mengerjakan
1 Awal STAD membagi
pre test
siswamenjadi
beberapa
kelompok
2 Inti Mengajar Guru menjelaskan Siswa mendengarkan
kepada siswa apa penjelasan dari guru
yang akan
dipelajari,
Kegiatan Guru mengamati Siswa melakukan
Kelompok kegiatankelompo diskusi kelompok
k yang dilakukan untuk menemukan
oleh siswa solusi yang diberikan
oleh guru
Kuis atau Tes Guru memberi Siswa mengerjakan
soal kuis atau tes soal kuis atau tes
yang diberikan oleh
guru
Penghargaan Guru memberikan Kelompok yang
Kelompok penhargaan kepad mendapatkan nilai
kelompok yang terbaik akan
mendapatkan nilai mendapatkan
terbaik penghargaan dari
3 Akhir guru
Mengembalikan Memberikan hasil Siswa menerima
kumpulan kuis kuis yang telah di hasil kuis yang telah
yang pertama kerjakan oleh dilakukan dan
siswa melihat kemampuan
yang dimiliki

Implementasi Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai


berikut.

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi


dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam
menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain
dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak
harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.
2. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan
diperoleh nilai awal kemampuan siswa.
3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5
anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang
berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok
berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender.
Salah satu cara pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan hasil nilai
siswa adalah seperti berikut ini.

Kelompok A terdiri dari Trogonraja, Ridwan, Anwarudin, dan Respati.


Kelompok B terdiri dari Elang, Fakri, Fauzia, dan Restu. Kelompok C terdiri
dari Kusuma, Rohman, Fahmi, dan Andrew. Sementara itu, kelompok D
terdiri dari Valentinus, Fitrya, Vinsen, dan Febrian.

4. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah
diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu
antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru.
Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat
menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan
oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

5. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu

6. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan


memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
7. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.

Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai


berikut.

Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:

a. menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal)


dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya;

b. menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja


dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan
kuis II kepada setiap siswa, yang kita sebut dengan nilai kuis terkini;

c. menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan


berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masingmasing
siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan


yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat
cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria untuk status kelompok
(Muslimin dkk, 2000): a. Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok
kurang dari 15 (rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15)

b. Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 < rata-
rata nilai peningkatan kelompok < 20)

c. Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20
< rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25)
d. Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama
dengan 25 (rata-rata nilai peningkatan kelompok > 25).

Contoh proses penentuan penghargaan kelompok.

Keterangan: Nilai dasar (awal) = nilai tes awal.

Nilai Kuis/tes terkini = rata-rata nilai kuis I dan kuis II.

Nilai penghargaan kelompok = rata-rata nilai peningkatan di kelompok.

C. Inquiry Based Learning

Inquiry based learning is a broad pedagogical approach which has


enjoyed widespread support by educators and education systems over the
past decade. Inquiry can be defined as ‘seeking for truth, information or
knowledge / understanding’ and is used in all facets and phases of life.

Lutheran Education Queensland

Jadi, pembelajaran berbasis penyelidikan adalah pendekatan pedagogis yang


luas yang telah menikmati dukungan luas oleh pendidik dan sistem
pendidikan selama beberapa dekade terakhir. Penyelidikan dapat
didefinisikan sebagai 'mencari kebenaran, informasi atau pengetahuan /
pemahaman' dan digunakan dalam semua aspek dan fase kehidupan.

Menurut Kim (2005) pembelajaran berbais inquiry dioperasionalkan


menjadi 5 langkah dalam mengajar matematika: 1) inviting ideas, 2)
exploring, 3) proposing, 4) explaining and solving, 5) taking action or
application.

Siklus pertanyaan pendekatan pembelajaran berbasis inquiry:

1. Activate prior knowledge


2. Find questions based on observation, experience and explorations
3. Learn multiple perspectives: inquiry groups, research, experiment,
studio time
4. Compare, contrast and critique multiple perspetives
5. Share learning experience
6. Reflect upon learning experience and plan new inquiries
7. Take thoughtful action and apply new knowledge
Schwarzer and Luke (2001)

INQUIRY BASED LEARNING

No Kegiatan Kegiatan
Guru Siswa
Guru sebagai fasilitator. Activate prior knowledge

Guru membimbing siswa Find questions based on


dalam menemukan observation, experience and
pertanyaan yang explorations
diperoleh dari
1 Awal
eksperimen.
Fasilitator membimbing Learn multiple
siswa dalam perspectives: inquiry
pembelajaran dan dalam groups, research,
melakukan eksperimen. experiment, studio time

Compare, contrast and Siswa didorong untuk


critique multiple membandingkan konsep
perspetives awal mereka dengan
beberapa teori daripara ahli.
Fasilitator mendengarkan Share learning experience
2 Inti pengalaman yang
didapatkan siswa.
Fasilitator membimibing Reflect upon learning
siswa dalam pengalaman experience and plan new
dan pengetahuan yang inquiries
baru bagi kelompok.
Fasilitator membimning Take thoughtful action and
siswa dalam apply new knowledge
3 Akhir pengaplikasian
pengetahuan baru yang di
dapatkan.

BAB III KESIMPULAN

pendekatan pembelajaran yang mendorong pembelajaran untuk kepentingan


sendiri, sedemikian rupa sehingga tidak menekankan pada pencapaian dan
pembelajaran dari segala arah. Yang mengarah untuk pembelajaran yang lebih
baik. Pembelajaran pada zaman sekarang yaitu pembelajran yang berpusat pada
siswa (student centered) maka terdapat tipe pembelajran yaitu active learning.
Active learning adalah sebuah usaha dalam kegiatan pembelajaran yang mencoba
membangun keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran dimana
menekankan keterlibatan seluruh indra. Macam-macam pendekatan yang berpusat
pada siswa adalah problem based learning, pendekatan cooperative tipe STAD,
dan inquiry based learning.

DAFTAR PUSTAKA
Aflalo, Ester and Gabay, Eyal. 2013. "Learning Approach and Learning:
Exploring a New Technological Learning System," International Journal
for the Scholarship of Teaching and Learning: Vol. 7: No. 1, Article 1

Akdemir, Ahmet Selçuk. 2016. Learning and Teaching: Theories, Approaches,


Models. Ankara- TÜRKİYE. Çözüm Eğitim Yayıncılık

Basir, Muhammad. 2017. Pendekatan Pembelajaran. Sengkang. LAMPENA


INTIMEDIA

Felder, Richard M and Rebecca Brent. 2009. ACTIVE LEARNING: AN


INTRODUCTION.

Shafiuddin, Mohammed. 2010. Cooperative Learning Approach in Learning


Mathematics. International Journal of Educational Administration .ISSN
0976-5883 Volume 2, Number 4, (2010), pp. 589-595

Widyantini, dkk. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam


Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta. Departemen Pendidikan
Nasional

Anda mungkin juga menyukai