Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL PENELITIAN

PENGGUNAAN ANTISEPTIK ALKOHOL 70% DAN


OCTENIDINE DIHYDROCHLORIDE 0,1% PADA PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS UNTUK MENCEGAH PHLEBITIS

THE USE OF ANTISEPTIC ALCOHOL 70% AND OCTENIDINE DIHYDROCHLORIDE 0.1%


ON MOUNTING PROCEDURE INFUSION TO PREVENT PHLEBITIS

Shella Beatrix1, Gilny Aileen Joan2, Denny Ricky3


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia
Email: shellbet23@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Antiseptik alkohol merupakan cairan antiseptik yang sering digunakan
sebelum penusukan infus dalam pencegahan masuknya mikroorganisme. Pemberian
antiseptik lain untuk kulit adalah Octenidine Dihydrochloride 0,1% yang terbukti efektif
dalam melawan berbagai macam mikroorganisme, penutupan luka, dan tidak
beracun. Octenidine Dihydrochloride 0,1% biasanya tidak dipakai dalam pengolesan
antiseptik sebelum penusukan infus. Metode: Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan Post-Test Only Design dan sampel dipilih dengan menggunakan
metode Purposive sampling Hasil: Perolehan data nilai skala phlebitis dihitung
menggunakan rumus median, kemudian dilanjutkan uji statisktik melalui uji Mann-
Whitney didapatkan hasil tidak ada perbedaan angka yang signifikan dengan nilai p =
0,317 α > 0.05 dalam penurunan kejadian phlebitis kepada pasien rawat inap selama
3-4 hari perawatan. Diskusi: Kesimpulan penelitian ini menunjukkan tidak ada
perbedaan angka kejadian phlebitis antara penggunaan antiseptik alkohol 70% dan
Octenidine Dihydrochloride 0,1%. Octenidine Dihydrochloride 0,1% dapat digunakan
sebagai antiseptik alternatif pada pemasangan infus.

Kata Kunci: Alkohol 70%, Octenidine Dihydrochloride 0,1%, Phlebitis

ABSTRACT
Introduction: Antiseptic alcohol is a liquid antiseptic that is often used prior to
insertion of the infusion in preventing the entry of microorganisms. Giving another
antiseptic for skin is Octenidine Dihydrochloride 0.1% which proved effective against
a variety of microorganisms, wound closure, and non-toxic. Octenidine
Dihydrochloride 0.1% are usually not used in the application of an antiseptic before
insertion of the infusion. Method: This study used an experimental method with
Post-test Only Design and the sample was selected using purposive sampling
method. Result: Data acquisition phlebitis scale value is calculated using the
median, then proceed through the test statistics Mann-Whitney test showed no
significant difference in the numbers, with p = 0.317 α> 0.05 decreased incidence of
phlebitis in patients hospitalized for 3-4 days of treatment. Discussion: The
conclusion of this study showed no difference in the incidence of phlebitis between
the use of antiseptic alcohol 70% and Octenidine Dihydrochloride 0.1%. Octenidine
Dihydrochloride 0.1% can be used as an antiseptic alternative to the infusion.

Keywords: Alkohol 70%, Octenidine Dihydrochloride 0,1%, Phlebitis

JURNAL

SKOLASTIK
KEPERAWATAN
Vol. 3, No.1
Januari - Juni 2017

ISSN: 2443 – 0935


E-ISSN: 2443 - 1699

25
Shella Beatrix1, Gilny Aileen Joan2, Denny Ricky3

PENDAHULUAN sehingga dapat merugikan pasien dengan


menambah rasa nyeri pada pasien dan juga
Phlebitis adalah peradangan akut pada membuat penambahan biaya karena
lapisan internal vena. Phlebitis ditandai lamanya perawatan di rumah sakit
dengan rasa sakit dan nyeri di sepanjang (Kristiyawati dan Solechan, 2011 dalam
aliran vena, kemerahan, bengkak dan teraba Chandra, Wasisto, & Agrina, 2013).
hangat di area sekitar pemasangan infus.
Kejadian ini merupakan komplikasi yang Kejadian phlebitis dapat dikurangi dengan
sering muncul pada saat dilakukan terapi cara melakukan tindakan seperti mencuci
kateter infus. Banyak faktor yang dapat tangan sebelum melakukan tindakan
menambah dan meningkatkan resiko penusukan kateter infus, menggunakan
terjadinya phlebitis. Faktor yang glove, memastikan lingkungan sekitar pasien
mempengaruhi adalah seperti pemberian dalam keadaan bersih, memastikan alat
obat melalui infus pada saat pemberian obat infus yang digunakan dalam keadaan steril,
injeksi yang terlalu asam atau terlalu basa menyiapkan kondisi kulit pasien terhindar
atau pemberian cairan infus yang hipertonik, dari masuknya kuman dengan cara
terjadinya trauma pada vena saat mengoleskan cairan antiseptik seperti
penusukan, pemberian infus kateter yang alkohol sebelum penusukan, membuang
terlalu kecil dibandingkan vena, pemakaian jarum infus kateter ke dalam limbah medis,
jangka panjang infus kateter dan selang membuang peralatan yang telah kontak
infus, penyakit penyerta yang dialami pasien, dengan pasien secara langsung kedalam
kondisi vena yang tidak baik, terjadinya limbah medis, dan jika sudah terjadi phlebitis
infeksi, dan kondisi balutan yang tidak maka selang kateter infus segera dicabut
diperhatikan (New Zealand Intravenous agar tidak menambah kesakitan pada pasien
Nursing, 2006). Penelitian yang dilakukan (Higginson & Andrew, 2013).
oleh Salgueiro, Parreira, dan Veiga tahun
2012 di Medical Ward of a Central Hospital Pemberian antiseptik yang lain untuk kulit
di Portugal menyatakan bahwa kejadian adalah octenidine dihydrochloride.
phlebitis sering muncul pada pasien yang Octenidine sudah terbukti efektif melawan
mendapatkan terapi cairan infus dengan berbagai macam mikroorganisme dan
persentase kejadian phlebitis sebanyak menunjukkan penyerapan rendah dan tidak
11,09% dan kejadian phlebitis dapat beracun. Efek yang diberikan pada
menyebabkan infeksi pada aliran pembuluh pemberian octenidine harus dalam
darah. Depkes RI tahun 2006 juga konsentrasi yang rendah atau 0,1%, jika
menyatakan bahwa di Indonesia dengan konsentrasi yang diberikan tinggi maka
nilai persentase sebanyak 17,11% muncul dapat memberikan dampak reaksi pada kulit
kejadian phlebitis yang disebabkan oleh (Rundjan, 2011).
infeksi nasokomial pada saat pemasangan
infus yang dapat merugikan pasien dan BAHAN DAN METODE
lamanya proses penyembuhan selama Metode yang digunakan dalam penelitian
dirumah sakit (Chandra, Wasisto, & Agrina, yang dilakukan adalah metode eksperimen
2013). dengan menggunakan Post-Test Design
Phlebitis merupakan masalah yang sering yang dilakukan pada dua kelompok yang
muncul pada pasien bila diberikan terapi berbeda. Penelitian dilakukan untuk meneliti
pemberian cairan infus, sehingga perawat tingkat kejadian phlebitis. Desain ini tidak
harus menanggapi phlebitis dengan serius, melakukan pengukuran sebelum melakukan
walaupun kejadian phlebitis ini tidak uji coba baik pada kelompok kontrol maupun
menyebabkan kematian. Kejadian phlebitis kelompok uji. Pertama-tama yang dilakukan
yang muncul akibat tidak adanya atau adalah menentukan populasi untuk
kurangnya perawatan terhadap infus, kelompok kontrol dan kelompok uji. Kedua
kelompok eksperimen diberi intervensi.

26 | Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017


PENGGUNAAN ANTISEPTIK ALKOHOL 70% DAN OCTENIDINE DIHYDROCHLORIDE 0,1% PADA PROSEDUR PEMASANGAN INFUS UNTUK
MENCEGAH PHLEBITIS

Intervensi dalam penelitian ini adalah Dihydrochloride 0,1%, peneliti menjelaskan


pemberian antiseptik alkohol 70% pada mengenai prosedur penelitian yang
kelompok kontrol sebelum pemasangan dilakukan kepada subjek penelitian,
infus. Intervensi selanjutnya yang diberikan pengukuran nilai skala phlebitis dan
pada penelitian ini adalah pemberian pengukuran nilai skala phlebitis dilakukan
antiseptik Octenidine Dihydrochloride 0,1% sesudah pemberian cairan antiseptik alkohol
pada kelompok uji sebelum penusukan infus. 70% dan cairan antiseptik Octenidine
Intervensi yang telah diberikan kemudian Dihydrochloride 0,1%, peneliti menanyakan
diukur nilai skala phlebitis menggunaan nilai persetujuan subjek untuk bersedia
skala phlebitis yang biasanya tanda dan berpartisipasi dalam penelitian. Bila setuju
gejala akan muncul setelah 72 sampai 96 maka calon subjek penelitian diminta untuk
jam dan mungkin tanda dan gejala phlebitis menandatangani informed consent,
akan muncul sebelum 72 sampai 96 jam. pemberian cairan antiseptik, 25 subjek
penelitian pada kelompok kontrol diberikan
Suyanto (2011) menjelaskan bahwa cairan antiseptik alkohol 70% dan 25 subjek
keseluruhan objek penelitian disebut penelitian pada kelompok uji diberikan
“populasi penelitian” dan sebagian objek cairan antiseptik alkohol dan antiseptik
penelitian yang diambil mewakili populasi Octenidine Dihydrochloride 0,1%. yang
tersebut disebut “sampel penelitian” dioleskan sebelum dilakukan penusukan
Populasi yang diambil dalam penelitian ini kateter infus, pemberian antiseptik sebelum
adalah pasien rawat inap Klinik Universitas penusukan, lalu subjek penelitian dilihat
Advent Indonesia. Metode sampel yang apakah ada tanda phlebitis dengan
dipakai adalah metode purposive sampling, menggunakan lembar observasi nilai skala
pengambilan sampel yang dilakukan atas phlebtis yang dilihat setelah 3-4 hari atau
pertimbangan peneliti sendiri. Sampel dalam sebelum 3-4 hari setelah penusukan dan
penelitian ini berjumlah 50 orang pasien nilai skala phlebitis akan di catat untuk
rawat inap di Klinik Universitas Advent dijadikan data, dan skala phlebitis yang
Indonesia. Subjek atau sampel dalam didapatkan dicatat oleh peneliti dan diolah
penelitian yang dilakukan ini adalah subjek datanya.
penelitian adalah pasien rawat inap di Klinik
Universitas Advent Indonesia, objek Instrumen penelitian adalah alat
penelitian adalah angka kejadian phlebitis, pengumpulan data dalam penelitian.
subjek secara sukarela ikut berpartisipasi Instrumen yang digunakan dalam penelitian
dalam penelitian yang akan dilakukan ini, ini adalah lembar observasi untuk
subjek tidak diikutsertakan untuk mengetahui kejadian phlebitis dengan
pengambilan data jika diberikan cairan infus menggunakan nilai skala phlebitis. Nilai
yang bersifat hipertonik, dan subjek skala phlebitis adalah nilai skala yang terdiri
penelitian berumur diatas 0-11 tahun sampai dari angka 0-4 yang telah diadaptasi oleh
60 tahun. Infusion Nurses Society tahun 2006 yang
dapat dilihat melalui tanda dan gejala yang
Prosedur pengambilan data dan muncul selama masa perawatan 72 sampai
dokumentasi dalam penelitian dilakukan 96 jam.
dengan langkah-langkah prosedur penelitian
adalah pengurusan ijin penelitian secara Skala Tanda dan Gejala
administratif, pemilihan subjek penelitian
dilakukan pada bulan Februari 2016 dengan 0 Tidak ada tanda dan gejala
metode purposive sampling, peneliti
1 Kemerahan muncul disekitar area
menjelaskan tujuan penelitian kepada
penusukan, namun tidak
subjek, yaitu untuk mengetahui perbedaan
terasakan nyeri
kejadian phlebitis dengan pemberian cairan
antiseptik alkohol 70% dan Octenidine

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  27


Shella Beatrix1, Gilny Aileen Joan2, Denny Ricky3

2 Kemerahan dan pembengakakan jika nilai sig. > 0,05 atau sama dengan nilai
muncul disekitar area alpa, namun jika nilai sig. < 0,05 distribusi
pemasangan infus dan terasa data dikatakan tidak normal. Hasil analisis uji
nyeri distribusi normal data nilai skala phlebitis
3 Kemerahan dan pembengakakan didapati nilai p= 0,000 < α=0,05, maka
muncul disekitar area disimpulkan bahwa distribusi data tidak
pemasangan infus dan terasa normal (Besral, 2012: 29)
nyeri, dan vena chord teraba
Berdasarkan analisa dengan rumus median
4 Kemerahan dan pembengakakan dari nilai skala phlebitis pada subjek
muncul disekitar area penelitian yang telah dirawat selama 3-4 hari
pemasangan infus dan terasa dan subjek tersebut di oleskan cairan
nyeri, vena chord teraba dan lebih antiseptik alcohol 70% dan Octenidine
panjang, dan demam Dhydrochloride 0,1% adalah 0 atau tidak
mempunyai tanda dan gejala yang muncul.

Data yang diperoleh dianalisa menggunakan


Peringkat dekripsi nilai angka dimulai dari uji Mann-Whitney untuk mengukur nilai
tidak adanya tanda dan gejala sampai skala phlebitis pada subjek penelitian
mempunyai lima tanda dan gejala. setelah penggunaan antiseptik alkohol 70%
dan Octenidine Dihydrochloride 0,1%..
Bahan penelitian yang digunakan adalah
alkohol 70% dan Octenidine Dihydrochloride Analisis dari uji statistik data di atas
0,1%. Alat-alat yang digunakan dalam menunjukkan bahwa nilai uji Mann-Whitney
penelitian yang dilakukan adalah alkohol pada kejadian phlebitis setelah pemberian
70%, sebagai cairan yang akan digunakan, pemberian antiseptik memperoleh nilai z = -
Octenidine Dihydrochloride 0,1% sebagai 1000, p = 0,317 > α = 0,05 sehingga dapat
cairan yang digunakan, kapas sebagai disimpulkan tidak ada perbedaan yang
aplikator cairan sebelum dilakukan signifikan secara statistik terhadap
penusukan kateter infus, wadah plastik efektivitas setelah pemberian antiseptik
sebagai tempat untuk menampung cairan alkohol 70% dan Octenidine Dihydrochloride
yang digunakan, lembar observasi nilai skala 0,1% tehadap penurunan kejadian kejadian
phlebitis dan alat tulis sebagai media phlebitis pada pasien rawat inap di Klinik
dokumentasi selama proses penelitian yang Universitas Advent. Mean rank alkohol 70%
akan dilakukan, balutan adalah 25,00 dan mean rank Octenidine
transparan/Tegaderm sebagai alat untuk Dihydrochloride 0,1% adalah 26,00.
melihat tanda dan gejala phlebitis, dan glove Berdasarkan perbedaan mean rank dan nilai
latex sebagai pelindung terjadinya skala phlebitis pada tabel 3.1. diketahui
kontaminasi bakteri dari perawat ke pasien bahwa jumlah mean rank Octenidine
pada saat penusukan kateter infus. Dihydrochloride 0,1% lebih banyak dari pada
alkohol 70%, sehingga dapat disimpulkan
HASIL bahwa Octenidine Dihydrochloride 0,1%
efektif terhadap penurunan kejadian phlebitis
Data yang telah diperoleh dari 50 subjek lebih baik dibandingkan alkohol 70%.
penelitian yang terdiri dari 25 subjek pada
kelompok alkohol 70% dan 25 subjek pada PEMBAHASAN
kelompok Octenidine Dihydrochloride 0,1%
dianalisis dan diinterpretasikan sesuai Pasien yang menerima terapi kateter infus
dengan ketiga identifikasi masalah. Data untuk memenuhi kebutuhan cairan, obat-
diuji kenormalannya dengan Uji Kolmogorov obatan, nutrisi, dan sebagainya sangat
Smirnov. Distribusi data dikatakan normal beresiko terjadinya komplikasi infeksi pada
dalam uji normalitas Kolmogorov Smirnov saat kateter menembus kulit dan nasokomial

28 | Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017


PENGGUNAAN ANTISEPTIK ALKOHOL 70% DAN OCTENIDINE DIHYDROCHLORIDE 0,1% PADA PROSEDUR PEMASANGAN INFUS UNTUK
MENCEGAH PHLEBITIS

dapat terjadi pada peredaran darah (Moritz, Ece (2012) yang menyatakan bahwa
et al., 2014). Octenidine berguna sebagai irigasi
endodontik yang bersifat antimikroba dan
Penusukan kateter infus pada pasien dapat dapat digunakan juga sebagai obat kumur
memberikan resiko yang dapat merugikan untuk menghambat pertumbuhan plak pada
pasien seperti adanya infeksi pada aliran gigi.
darah yang berhubungan dengan
penusukan kateter, kejadian ini umumnya Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
terjadi karena adanya kolonisasi bakteri kurangnya sampel dalam penelitian dan
endoluminal karena kateter infus telah tidak adanya uji laboratorium untuk menguji
terkontaminasi (Slobbe Lennert, et al, 2010). kolonisasi bakteri pada daerah pemasangan
infus.
Alkohol pada kadar 60-80% berkhasiat
bakterisid dan fungisid kuat, dan bekerja KESIMPULAN
cepat. Konsentrasi yang optimal untuk daya
bakterisid adalah 70%. (Tjay dan Rahardja, Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
2007;249). Etanol 70% dianggap sebagai yang telah dilakukan dan uji statistik yang
antiseptik untuk pencegahan terjadinya digunakan dalam penelitian ini adalah:
infeksi pada aliran darah yang berhubungan
dengan penusukan kateter karena etanol 1. Angka kejadian phlebitis yang
70% berkhasiat dalam antimikroba tanpa muncul pada penggunaan alkohol
mengganggu pemberian antibiotik 70% selama masa perawatan 3-4
berkepanjangan, sehingga kejadian phlebitis hari adalah 0.
yang muncul setelah perawatan 3-4 hari 2. Angka kejadian phlebitis yang
tidak muncul (Slobbe Lennert, et al, 2010). muncul pada penggunaan
Octenidine Dihydrochloride 0,1%
Octenidine Dihydrochloride mempunyai selama masa perawatan 3-4 hari
struktur yang sama dengan chlorhexidine adalah 0.
dan benzalkonium, antiseptik ini rendah 3. Tidak ada perbedaan angka kejadian
cytotoxicity dan tinggi mikrobisidal (Stahl J, phlebitis antara penggunaan
Braun M, Siebert J, Kietzmann M, 2011). antiseptik alkohol 70% dan antiseptik
Antiseptik ini mempunyai kerja untuk Octenidine Dihydrochloride 0,1%.
menghancurkan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme didalam DAFTAR PUSTAKA
jaringan. Cytotoxin pada sel biasanya Besral. (2013). Analisa Data Riset
diterima pada saat jaringan terluka dan Kesehatan Menggunakan SPSS
dapat meregenerasikan dalam beberapa Tingkat Dasar. Departemen
hari, sehingga kejadian phlebitis setelah 3-4 Biostatistika : Fakultas Kesehatan
hari selama perawatan tidak muncul (Muller Masyarakat Universitas Indonesia.
G, Langer J, Kramer A, 2014).
Chandra, A., Wasisto, U., & Agrina (2013).
Octenidine dihydrochloride merupakan Analisis faktor yang berhubungan
antimikroba yang efektif terhadap bakteri dengan kejadian phlebitis pada pasien
khususnya bakteri gram-positif dan gram- yang terpasang infus di ruang medikal
negatif. Konsentrasi yang rendah (0,1%) chrysant Rumah sakit awal bros
octenidine sangat berefek baterisida, pekanbaru.
fungisida sangat baik, dan cukup baik
terhadap virusida, efek yang baik ini terjadi Dettenkofer, M., Wilson, C., Gratwohl, A.,
karena penyerapan yang minimal pada kulit Schmoor, C., Bertz, H., Frei, R., ... &
dan mukus membran dan tidak mengandung Widmer, A. F. (2010). Skin disinfection
toksik/racun (Dettenkofer et al., 2009). with octenidine dihydrochloride for
Penelitian ini didukung oleh Tirali, Bodur,dan

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  29


Shella Beatrix1, Gilny Aileen Joan2, Denny Ricky3

central venous catheter site care: a percutaneous permeation of a


double‐blind, randomized, controlled combination of 0.1% octenidine
trial. Clinical Microbiology and dihydrochloride and 2% 2-
Infection, 16(6), 600-606 phenoxyethanol (octenisept®) through
skin of different species in vitro. BMC
Higginson, Ray & Andrew. (2011). Phlebitis: veterinary research, 7(1), 1.
Treatment, care and prevention.
Nursing Times, 107(18). Suyanto (2011). Metodologi dan aplikasi
penelitian keperawatan. Nuha Medika
Moritz, S., Wiegand, C., Wesarg, F.,
Hessler, N., Müller, F. A., Kralisch, D., Tirali, R. E., Bodur, H., & Ece, G. (2012). In
... & Fischer, D. (2014). Active wound vitro antimicrobial activity of sodium
dressings based on bacterial hypochlorite, chlorhexidine gluconate
nanocellulose as drug delivery system and octenidine dihydrochloride in
for octenidine. International journal of elimination of microorganisms within
pharmaceutics, 471(1), 45-55. dentinal tubules of primary and
permanent teeth. Med Oral Patol Oral
Müller, G., Langer, J., Siebert, J., & Kramer, Cir Bucal, 17(3), 517-22
A. (2014). Residual antimicrobial effect
of chlorhexidine digluconate and Tjay, H.T., dan Rahardja Kirana. (2007).
octenidine dihydrochloride on Obat-obat penting: Kasiat,
reconstructed human epidermis. Skin penggunaan, dan efek-efek
pharmacology and physiology, 27(1), sampingnya. Edisi 6. PT. Gramedia,
1-8. Jakarta.

New Zealand. Intravenous Nursing. (2006).


Phlebitis. New Zealand: Incorporated
S.ociety.

Rundjan, L. (2011). Skin antiseptic choice to


reduce catheter-related bloodstream
infections. Paediatrica Indonesiana,
51(6), 345-50.

Salgueiro-Oliveira, A., Parreira, P., & Veiga,


P. (2012). Incidence of phlebitis in
patients with peripheral intravenous
catheters: The influence of some risk
factors. Australian Journal of
Advanced Nursing, The, 30(2), 32.

Slobbe, L., Doorduijn, J. K., Lugtenburg, P.


J., El Barzouhi, A., Boersma, E., Van
Leeuwen, W. B., & Rijnders, B. J.
(2010). Prevention of catheter-related
bacteremia with a daily ethanol lock in
patients with tunnelled catheters: a
randomized, placebo-controlled trial.
PLoS One, 5(5), e10840.

Stahl, J., Braun, M., Siebert, J., &


Kietzmann, M. (2011). The

30 | Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017

Anda mungkin juga menyukai