Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI UMUM HERPES

Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh


virus yang ditularkan melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga
pada mulut penderita karena yang bersangkutan melakukan oral seks
dengan penderita herpes.Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai berikut
1. Herpes Simpleks
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II .
Virus herpes simpleks tipe I (HSV I) Biasanya penderita
terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan
sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan
atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya
dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk mata dengan rongga
mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah
genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).
Virus herpes simpleks tipe II (HSV II) Penyakit
ditularkan  melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi
tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga
medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah
pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula
terjadi akibat hubungan seksual-orogenital.

2. Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah
kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1
biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks
tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau
tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan kebagian tubuh
lainnya (misalnya permukaan mata).

3. Herpes Zoster
Jenis herpes ini timbul akibat lanjutan dari infeksi virus varicella
zoster (cacar air). Apabila penderita mengalami cacar air yang
disebabkan oleh viru varicella zoster, maka jika orang tersebut tekerna
cacar untuk kedua kalinya, hal itu dinamakan herpes zoster.

B. HERPES SIMPLEK

1. Pengertian

Infeksi menular seksual didefinisikan sebagai penyakit yang


disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri , parasite
dank utu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan
seksual, baik yang belainan jenin ataupun sesame jenis.

Herpes simpleks adalah infeksi akut suatu lesi akut berupa vesikel
berkelompok di atas daerah yang eritema, dapat satu atau beberapa
kelompok terutama pada atau dekat sambungan mukokutan.Herpes
simpleks disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe
II yang dapat berlangsung primer maupun rekurens. Herpes simpleks
disebut juga fever blister, cold sore,herpes febrilis, herpes labialis,
herpes genitalis (Handoko, 2010).

Herpes simplek adalah penyakit berbentuk lesi pada kulit


disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV) yang menimbulkan
infeksi akut dan ditandai dengan vesikel berkelompok pada kulit yang
lembab.

Herpes simpleks adalah penyakit infeksi akut oleh herpes simplex


virus (HSV) tipe I dan tipe II yang ditandai dengan vesikel
berkelompok pada kulit eritematosa pada daaerah dekat mukokutan.
Sedangkan infeksi berlangsung secara primer maupun rekuren.

HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari


ginggivostomatitis, sampai keratokonjungtivitis, ensefalistis , penyakit
kelamin dan infeksi pada neonatal. Komplikasi tersebut menjadi bahan
pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli.

Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam


family herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identic dan
mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel
hospes detelah infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten
dapat bertahan untuk perriode yang lama bahkan seumur hidup
penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk
mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi rekuren.

Infeksi Herpes Simpleks ditandai dengan episode berulang dari


lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan
dan terasa nyeri. Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada
kulit atau selaput lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun
virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia (badan
sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi. Secara
periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai
berkembangbiak,seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan
pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya. Virus juga bisa
ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang nyata,
dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain.

2. Epidemologi
Pravelensi antibody dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung
pada faktor-faktor seperti negara , kelas sosial ekonomi dan usia. HSV
1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa anak-anak, terlebih
lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang. Kebiasaan , orientasi
seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. Pravelensi HSV-2 lebih
rending disbanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia
dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Studi serologis pada
popuklasi menunjukan bahwa lebih 50% usia 20 tahun telah terpajan
HSV. Studi pada populasi juga menunjukan bahwa 2-4% adalah karier
asimptomatik dan merupakan suatucontinual virus reservoir untuk
terjadinya infeksi baru.

Pada tahun 2003, dari data World Health Organization (WHO)


diperoleh bahwa secara keseluruhan terdapat 536 juta individu usia 15-
49 tahun hidup dengan HSV-2. Jumlah yang terinfeksi meningkat
sebanding dengan usia yaitu pada usia 25-39 tahun. Penelitian tentang
herpes genital yang dilakukan oleh Podder (2013) menyebutkan bahwa
terdapat sekitar 22% dari populasi di Amerika Serikat terinfeksi
dengan HSV-2.

Di Amerika sekitar 1 dari 6 orang berusia 14 – 49 tahun menderita


infeksi oleh HSV-2. Penularan infeksi lebih sering terjadi dari laki-laki
ke pasangan wanitanya, dibanding dari wanita ke pasangan laki-laki.
Karenanya, infeksi HSV-2 lebih sering ditemukan pada wanita (kira-
kira satu dari 5 wanita berusia 14 – 49 tahun) dibandingkan laki-laki
(kira-kira satu dari sembilan pria usia 14 – 49 tahun).

Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik


pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda (Siregar,
2005). Sekitar 50 juta penduduk di Amerika Serikat menderita infeksi
HSV pada usia 12 tahun atau lebih (Habif, 2004). Infeksi primer oleh
HSV tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi
HSV tipe II biasanya terjadi sebanyak 25-50% dari populasi (Sterry,
2006).

3. Etiologi

Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis


(HVH) yang merupakan anggota dari family herpesviridae. Adapun
tipe-tipe dari HSV adalah:

a. Hepes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi


atau luka pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut dan leher.

b. Herpes simplex virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada


genital dan sekitarnya (bokong, anal dan paha)

Herper simplex virus tergolong dalam family herpes virus, selain


HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein bar
(mono) dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan
varicella. Sebagian besar kasusu herpes genetalis disebabkan oleh
HSV-2 , namun tidak menutup kemungkinan HSV 1 menyebabkan
kelainan yang sama. Pada umumnya dsiebabkan oleh HSV 2 yang
penularannya secara utama melalui vaginal atau anak seks. Beberapa
tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital.
HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold score
pada mulut atau bibi, tetapi beberapa kasusu dihasilkan dari vaginal
atau anal seks.

4. Pathogenesis

HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam family herpesviridae,


sebuah grup virus DNA rantai ganda yang berperan secara luas pada
infeksi manusia. Kedua serotype HSC pada virus varicella zoster
mempunyai hubungan dekat sebagai subfamily virus alpha-
herpesviridae. Alpa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple,
bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan
infeksi pada sel inang. Infeksi pada natural hopst ditandai oleh lesi
epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan
penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten
pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodic. Transmisi
virus HSV sering kali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien
yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.

Infeksi primer HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau
mukosa dan bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia
sensoris dan terus bereplikasi. Dengan penyebaran sentrifugal oleh
saraf-saraf lainnya menginfeksi daerah yang lebih luas. Setelah infeksi
primer HSV masuk dalam masa laten di ganglia sensoris (Sterry,
2006).

Infeksi rekuren pengaktifan kembali HSV oleh berbagai macam


rangsangan (sinar UV, demam) sehingga menyebabkan gejala klinis
(Sterry, 2006).

Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar


melalui droplet pernapasan atau melalui kontak dengan saliva yang
terinfeksi. Seseorang terpajan HSV-1 pada umumnya sebelum
pubertas. Kulit dan mukosa merupakan pintu masuk sekaligus tempat
multiplikasi virus, yang menyebabkan sel lisis dan terbentuknya
vesikel.

HSV tipe 1, menyebabkan demam seperti pilek dengan


menimbulkan luka di bibir semacam sariawan. HSV jenis ini
ditularkan melalui ciuman mulut atau bertukar alat makan seperti
sendok – garpu. Virus tipe 1 ini juga bisa menimbulkan luka di sekitar
alat kelamin.

HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk


dalam sel hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan
mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit.
Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibody spesifik,
keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas
dnegan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui
serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam disana
serta bersifat laten. Infeksi orofaringg HSV-1 menimbulkan infeksi
laten di ganglion syaraf trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2
menimbulkan infeksi laten di ganglia dorsalis sakralis. Bila pada wuatu
waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami reaktivasi dan
multipikasi kembali hingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini
dalam tubuh hospes sudah ada antibody spesifik sehingga kelainan
yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat waktu infeksi
primer. Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus,
demam, stress fisik atau emosi, sinar UV , gangguan pencernaan, alergi
makanan dan obat-obatan dan beberapa kasusu tidak diketahu dengan
jelas penyebabnya. Penularan hamper selalu melalui hubungan seksual
baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV
dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung
jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari
kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau
kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis dan dermis
menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.

HSV tipe 2; dapat menyebabkan luka di daerah alat vital sehingga


suka disebut genital herpes, yang muncul luka-luka di seputar penis
atau vagina. HSV 2 ini juga bisa menginfeksi bayi yang baru lahir jika
dia dilahirkan secara normal dari ibu penderita herpes. HSV-2 ini
umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini juga sesekali
muncul di mulut. Dalam kasus yang langka, HSV dapat menimbulkan
infeksi di bagian tubuh lainnya seperti di mata dan otak.

Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya:


mengenai jari-jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi
dan perawat yang melakukan kontak kulit dengan penderita. Tenaga
kesehatan yang sering terpapar dengan sekresi oral merupakan orang
yang paling sering terinfeksi (Habif, 2004). Bisa juga mengenai para
pegulat (herpes gladiatorum) maupun olahraga lain yang melakukan
kontak tubuh (misalnya rugby) yang dapat menyebar ke seluruh
anggota tim (Sterry, 2006).

5. Manifestasi klinis

Infeksi awal dari herpes simplek ini adalam asimptomatik.


Symptom dari infeksi awal ( saat inisial episode berlangsung pada saat
infeksi awal ) symptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah
infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam
tahun pertama setelah diagnose di lakukan pada sekitar 15 % kasuss
HSV-2 . inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat
berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah
dibedakan.

Manifestasi klinis stomatitis hepatica primer berbeda dari bentuk


rekuennyya. Infeksi primer dapat bersifat subklinis, tetapi pada
beberapa keadaan menimbulkan manifestasi berat di daerah oral dan
disebut gingivostomatitis hepatica primer. Manifestasi bentuk rekuren
dapat terjadi di ekstra oral ( herpes labialis) atau intra oral (herpes intra
oral).

Keparahan dan kekerpan manifestasi klinis serta rekurensi herpes


gential dipengaruhi oleh faktor virus dan penjamu. Pengaruh faktor
pejamu lainnya terhadap kemudahan tertular infeksi ataupun ekspresi
penyakit termasuk umur, ras, tempat tinggal, latar belakang genetic
belum jelas.

Tanda utama dari genital herpes adalah luka disekitar vagina, penis,
atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di
skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah
infeksi. Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua
minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk
beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut:

a. Nyeri dan dysuria

b. Uretal dan vaginal discharge

c. Gejala sistemik (malaise, demam, myalgia, sakit kepala)

d. Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal

e. Nyeri pada rectum, tanesmus

Tanda-tanda:

a. Eritem, vesikel, pustule, ulserasi multiple, erosi, lesi dengan


krusta pada tingkat infeksi

b. Limfadenopat inguinal

c. Faringitis

d. Servisitis

a) Herpes genital primer

Infeksi primer biasanay terjadi dalam waktu 2-21 hari setelah


hubunagn sesksual ( termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi
lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya
setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat
didahului dengan gejala prodromal, yang menyebabkan salah
diagnosis sebagai influenza dan juga di tandai dengan gejala
sistemik dan local yang lama. Demam, nyeri kepala, malaise, dan
myalgia. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan
berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi
superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans
penis, preputium dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.

b) Herpes genital rekuren

Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu


waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi
dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada
saat itu di dalam hospes sudah ada antibody spesifik sehingga
kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Fakto
pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam ,
gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang,
alcohol, dan beberapa kasusu sukar diketahui penyebabnya. Pada
sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan
outbreaks beberapa kali setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di
tubuh kita. Ketika virus terpicu untuk aktif maka akan bergerak
dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul
luka ditempat terjadinya outbreaks.

Menganai gambaran klinis dari herpes progenitalis: gejala klinis


herpes progenital dapat ringan samapi berat tergantung dari
stadium penyakt dan imunitas dari pejamu. Stadium penyakit
meliputi : infeksi primer→staidum laten→replikasi
virus→stadium rekuren.

Manifestasi klinis dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi


dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang
pada orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap
HSV-1 atau HSV-2 , yang biasanya menjadi lebih berat dengan
gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi

Macam macam manifestasi klinis

1) Infeksi oro fasial


2) Infeksi genital

3) Infeksi kulit lainnya

4) Infeksi ocular

5) Kelinan neurologis

6) Penurunan imunitas

7) Herpes neonatal

6. Komplikasi

Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah


kesehatan yang serius pada orang dewasa. Sering dijumpai komplikasi
pada susunan syaraf pusat ( SSP) dan superinfeksi jamur. Kompilasi
pada SSP berupa meningitis aseptic, disfungsi sistem syaraf otonom.
Pada pria bias terjadi impotensia. Pada sejumlah orang dengan sistem
imunitasnya tidak bekerja baik bis terjadi outbreaks herped genital
yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang
dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata
orang yang disebut herpes okuler,. Herpes okuler biasanya disebabkan
oleh HSV-1 namun terkadang dpat juga disebebkan HSV-2 . herpes
dapat menyebabkan penyakit mata serius termasuk kebutaan.

Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya.


Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal dan mengalami
gangguan oada otak, kulit atau mata . bila pada kehamilan timbul
herpes genital, hal itu perlu mendapat perhatian serius Karena virus
dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat
menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal
mempunyai angka mortalitas 60% , separuh dari yang hidup mendrita
cacat neurologis atau kelainan pada mata.
Pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester
pertama., partus premature dan pertumbuhan janin terhambat pada
trimester kedua kehamilan. Pada neonates dapat terjadi lesi kulit,
ensefalistis, makrosefali dan keratokonjungtivitis.

7. Penatalaksanaan

Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi


herpes genitalis , namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan ,
seperti:

a. Menjaga kebersihan local

b. Menghindari trauma atau faktor pencetus

c. Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara


local sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide
sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa
efek samping, diantaranya pasien akan mengalami rasa nyeri
hebat, maserasi kulit juga terjadi.

Pengobatan herpes genitalis bertujuan untuk mencegah infeksi


( terapi profilaksis) memperpendek masa sakit termasuk kekerapan
komplikasi infeksi primer, mencegah terjadinya latensi dan rekurensi
klinis setelah episode pertama, mencegah rekurensi pada merka yang
asimtomatik, mengurangi transmisi penyakit dan eradikasi infeksi
laten.

Meskipun tidak ada obat herpes genital , penyediaan layanan


kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani
gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan
mengurangi resiko menularnya herpes pada pasangan seksual. Obat-
obatan untuk menangani herpes genital adalah:
a. Asiklovir

Obat antiviral yang digunakan secara lua suntuk pengobatan


herpes simplex, mekanisme kerja siklovir didasarkan pada
penghambatan enzim DNA polimerasi virus. Asiklovir segera
diubah menjadi asiklo-guanosin monosfat oleh ensim timidin
kinase virus, kemudian diubah lagi menjadi asiklo guanine
trifosfat ( asiklo –GTP). Asiklo-GTP bergabung dengan DNA
virus yang akan mengakibatkan terhentinya aktfitas enzim
DNA polimerase

b. Valasiklovir

Valasikovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara tepat


dan hamper lengkab berubah menjadi asiklovir oleh enzim
hepar.

c. Farmsiklovir

Adalah jenis pensiklovir, suatu analog neuklosida yang efektif


menghampat replikasi HSV-1 HSV-2 . sama dengan asiklovir,
pensiklovir memerluka timidinkinasi virus untuk fosfolirasi
menjadi monofisfat dan sering terjadi resistensi silang dengan
asiklovir.

Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara


section caesaria bila pada saat melahirkan diketaui ibu menderita
infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah
atau paling lambat 6 jam setelah ketubah pecah. Pemakaian asiklovir
pada ibu hamil tidak dianjurkan.

8. pencegahan

Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah
HSV. Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan
masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika
terjadi ekskresi virus. Spermatisida menyebabkan HSV inaktif secara
invitro. Disamping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak orak
genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.

Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk mencegah herpes genital


yaitu:

a. mendidik seseorang yang beresiko tinggi untuk mendapatkan


herpes genitalis dan PMS liannya untuk mengurangi transmisi
penularan

b. mendeteksi kasus yang tidak diterapi baik simtomatik atau


asimptomatik

c. mendiagnosisi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari


individu yang terinfeski

d. skriring disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan


sangat berperan dalam pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA

Budimulja, Unandar. 2008. Eritrasma dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: FK UI.

Djuanda adhi. 1999. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta : fakultas FKUI

Habif, T. P. 2004, eds. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and


Therapy 4th edition. Pennsylvania. Mosby, inc.. p. 440-450

Siregar., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta ; EGC.

Metta Suryani, Linda Yulianti. “Masalah Dan Penatalaksanaan Herpes Genitalis


Rekuren” . ebers papyrus-vol 19 no 2 desember 2013

Laissa Bonita, Dwi Murtiastutik. Penelitian Retrospektif: Gambaran Klinis Herpes


Simpleks Genitalis(A Retrospective Study: Clinical Manifestation of
Genital Herpes Infection). FK Unair Surabaya Vol. 29 / No. 1 / April 2017

Fauzia Andrini Djojosugito Infeksi Herpes Simpleks Dalam Kehamilan


Universitas Riau ; JIK, Jilid 10, Nomor 1, Maret 2016, Hal. 1-4

Anda mungkin juga menyukai