Anda di halaman 1dari 56

PEDOMAN

PENATAAN KEPALA SEKOLAH

DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
memberikan arah perubahan secara organisatoris dalam berbagai hal. Salah satu di
antaranya adalah penegasan dalam perencanaan kebutuhan dan pemindahan tenaga
kependidikan yang telah melahirkan Subdirektorat baru di lingkungan Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan, yaitu Subdirektorat Perencanaan Kebutuhan dan
Pemindahan. Subdirektorat tersebut mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, norma, standar, prosedur, kriteria,
bimbingan teknis, dan supervisi di bidang perencanaan dan fasilitasi pengendalian
kebutuhan, dan pemindahan lintas daerah provinsi tenaga kependidikan pada
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan khusus. Dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, selain guru, maka tenaga kependidikan
merupakan komponen yang sangat menentukan dalam keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan.

Tenaga kependidikan, yang terdiri dari pengawas sekolah, kepala sekolah, tenaga
laboratorium sekolah, tenaga perpustakaan sekolah, dan tenaga administrasi
sekolah, merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan nasional. Oleh karena
itu tenaga kependidikan harus terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas di
setiap satuan pendidikan di Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Ditjen


Guru dan Tenaga Kependidikan menyusun pedoman Penataan Tenaga
Kependidikan. Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam menyusun dan
mengembangkan program penataan kepala sekolah.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam


penyusunan buku ini.

Jakarta, April 2019


Direktur Pembinaan Tenaga kependidikan,

Dr. Santi Ambarukmi, M.Ed


NIP. 196508101989022001

Pedoman Penataan Kepala Sekolah i


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Dasar Hukum 2
C. Tujuan Penyusunan Pedoman 3
D. Sasaran 4
E. Ruang Lingkup 5
BAB II PENATAAN KEPALA SEKOLAH 6
A. Pengertian 6
B. Tujuan 6
C. Rasional 7
D. Prinsip 7
E. Manfaat 8
F. Ruang Lingkup 9
BAB III MEKANISME PENATAAN KEPALA SEKOLAH 10
A. Alur Penataan 10
B. Pelaksanaan 11
C. Tindak Lanjut 42
BAB IV ORGANISASI PELAKSANA PENATAAN KEPALA SEKOLAH 43
A. Alur Organisasi Pelaksana Penataan Kepala Sekolah 43
B. Tugas dan Tanggungjawab Instansi Pelaksana Penataan 43
BAB V PENJAMINAN MUTU PENATAAN KEPALA SEKOLAH 48
A. Perencanaan 48
B. Pelaksanaan 49
C. Pemantauan dan Evaluasi 49
D. Pendampingan 51
BAB VI PENUTUP 53

Pedoman Penataan Kepala Sekolah ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Ujung tombak untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional adalah guru dan tenaga kependidikan.
Sebagai tenaga kependidikan, kepala sekolah bertugas mewujudkan tujuan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Pasal 54 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru menjelaskan bahwa beban
kerja kepala satuan pendidikan sepenuhnya untuk melaksanakan tugas
manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan
tenaga kependidikan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
menjelaskan bahwa pengembangan karier kepala sekolah merupakan tanggung
jawab Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) melalui manajemen pengembangan
karier dalam rangka penyesuaian kebutuhan organisasi, kompetensi dan pola
karier PNS.
Manajemen karier PNS meliputi pengembangan karier, pengembangan
kompetensi, pola karier, mutasi, dan promosi yang harus dilakukan dengan
prinsip merit system. Merit system merupakan kebijakan dan manajemen ASN
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar
tanpa membedakan faktor politik, ras, agama, asal-usul, jenis kelamin, kondisi
kecacatan, dan kebutuhan instansi pemerintah.
Pemenuhan kebutuhan kepala sekolah untuk saat ini dan periode tertentu ke
depan memerlukan perencanaan yang sangat baik dengan mempertimbangkan
berbagai aspek. Perencanaan kebutuhan tenaga kependidikan tidak hanya
berkaitan dengan kuantitas, tetapi juga terkait dengan kualitas kepala sekolah
yang dibutuhkan. Hasil analisis kebutuhan dan beban kerja memegang peranan

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 1


yang penting untuk pengadaan kepala sekolah yang berkualitas dengan tepat,
misalnya perekrutan, pendistribusian, dan pemindahan sesuai dengan
kebutuhan. Jika perencanaan kebutuhan tidak dilakukan dengan baik dan benar,
pemenuhan kebutuhan kepala sekolah tidak dapat terealisasi dengan baik.
Untuk mewujudkan pemenuhan kepala sekolah sesuai dengan kualitas dan
kuantitas yang dibutuhkan, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyusun Pedoman Penataan Kepala Sekolah sebagai arah
dalam penyusunan dan pengembangan program perencanaan dan pemindahan
kepala sekolah ke depan.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga
Kependidikan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 2


Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil;
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah;
12. Peraturan Kepala BKN Nomor 37 tahun 2011 tentang Pedoman Penataan
Pegawai Negeri Sipil;
13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi
Jabatan;
14. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan,
Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2018
tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018
tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas
Sekolah; dan
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2019
tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pendidikan Dasar dan
Menengah.
19. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 5 tahun 2019 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Mutasi
20. Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor
26017/B.B1.3/HK/2018 tentang Petunjuk Teknis Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah

C. Tujuan Penyusunan Pedoman


Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi instansi terkait agar memiliki kesamaan
persepsi dalam memahami dan melaksanakan penataan kepala sekolah.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 3


D. Sasaran
Pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan bagi:
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka: (a) perumusan
kebijakan penataan kepala sekolah lintas daerah provinsi pada pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
khusus; (b) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi kepada BKD dan
Dinas Pendidikan yang menangani penataan kepala sekolah lintas daerah
provinsi pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan khusus; dan (c) evaluasi dan laporan di bidang
penataan kepala sekolah pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan khusus.
2. Badan Kepegawaian Negara dalam: (a) melaksanakan wewenang
pengangkatan, penataan, dan pemberhentian kepala sekolah; (b)
memberikan pertimbangan mutasi kepala sekolah antar kabupaten/kota
dalam satu propinsi atau antarpropinsi.
3. Kementerian Dalam Negeri dalam: (a) menetapkan keputusan penataan
kepala sekolah berdasarkan pertimbangan kepala BKN; (b) melaksanakan
pengawasan terhadap pemerintah daerah dalam pelaksanaan penataan
kepala sekolah sesuai dengan standar teknis yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan penerapannya menjadi salah
satu kinerja daerah.
4. Pemerintah Provinsi melalui Dinas Pendidikan Provinsi dalam rangka
penataan kepala sekolah, dalam hal: (a) analisis jabatan kepala sekolah; (b)
analisis beban kerja kepala sekolah; (c) verifikasi dan validasi kepala
sekolah; (d) pemetaan kebutuhan kepala sekolah jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan khusus; (e) pengajuan usulan kebutuhan dan
penataan kepala sekolah kepada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi dan
usulan penataan harus disertai data kinerja kepala sekolah dan peta mutu
sekolah.
5. Pemerintah Provinsi melalui Badan Kepegawaian Daerah Provinsi dalam
pengadaan dan penataan kepala sekolah jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan khusus.
6. Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dalam: (a) analisis jabatan kepala sekolah jenjang pendidikan dasar; (b)
analisis beban kerja kepala sekolah jenjang pendidikan dasar; (c) hasil
verifikasi dan validasi kepala sekolah jenjang pendidikan dasar; (d) analisis

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 4


pemetaan kebutuhan kepala sekolah jenjang pendidikan dasar; (e)
pengajuan usulan kebutuhan dan penataan kepala sekolah kepada Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi.
7. Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
kabupaten/kota dalam pengadaan dan pengusulan penataan kepala sekolah
jenjang pendidikan dasar.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pedoman penataan kepala sekolah mencakup: (1) Substansi
penataan kepala sekolah meliputi: pengertian, tujuan, rasional, prinsip,
manfaat,dan ruang lingkup penataan; (2) Mekanisme penataan kepala sekolah
meliputi: prosedur penataan dan pelaksanaan penataan meliputi: rekrutmen,
pengangkatan, penempatan, karir, promosi, penataan dan pemberhentian; (3)
Organisasi pelaksana penataan kepala sekolah meliputi: wewenang
Kemendikbud, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota; (4) Penjaminan mutu penataan kepala sekolah meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan pendampingan.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 5


BAB II

PENATAAN KEPALA SEKOLAH

A. Pengertian
1. Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan
mengelola TK/TKLB atau bentuk lain yang sederajat, SD/SDLB atau
bentuk lain yang sederajat, SMP/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat,
SMA/SMK/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, atau Sekolah
Indonesia di Luar Negeri (SILN).
2. Formasi kepala sekolah adalah jumlah dan susunan jabatan dan/atau
pangkat kepala sekolah yang diperlukan dalam suatu lembaga/instansi
untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu.
3. Penataan PNS berdasarkan Peraturan Kepala BKN Nomor 37 tahun 2011
tentang Pedoman Penataan Pegawai Negeri Sipil adalah suatu proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk memperoleh kuantitas, kualitas,
komposisi dan distribusi/sebarannya pegawai yang tepat sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
4. Penataan kepala sekolah merupakan proses rekrutmen, pengangkatan,
penempatan, karir, promosi, pemindahan, dan pemberhentian kepala
sekolah atas dasar kepentingan dinas atau atas dasar permohonan sendiri.

B. Tujuan
Penataan kepala sekolah bertujuan sebagai berikut.
1. Pola karier kepala sekolah tertata dengan baik sehingga menjadi motivasi
bagi para sekolah untuk bekerja lebih baik lagi.
2. Pengangkatan sesuai dengan regulasi yang ada sehingga didapatkan
kepala sekolah yang memiliki kompetensi.
3. Penugasan dan pemindahan kepala sekolah sesuai dengan mekanisme
yang telah ditentukan oleh pemerintah.
4. Penugasan dan pemindahan kepala sekolah dapat dikendalikan oleh
Pemerintah dalam hal ini oleh Kemendikbud.
5. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi dan kinerja baik dapat
dipromosikan menjadi pengawas sekolah atau dinaikkan pangkat dan
jabatannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 6


C. Rasional
Penataan kepala sekolah berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku saat ini adalah:
1. Setiap Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Daerah wajib melakukan
penataan Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya untuk memperoleh
Pegawai Negeri Sipil yang tepat baik secara kuantitas, kualitas, komposisi,
dan distribusinya secara proporsional sehingga dapat mewujudkan visi dan
misi organisasi menjadi kinerja nyata. (Pasal 2 Perka BKN Nomor 37 Tahun
2011 tentang Pedoman Penataan Pegawai Negeri Sipil)
2. Untuk kelancaran penataan Pegawai Negeri Sipil di setiap instansi, perlu
menetapkan Pedoman Penataan Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan
dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara.
3. Tujuan dari Pedoman Penataan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur
dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini adalah sebagai
pedoman bagi Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) lnstansi Pusat dan
Daerah dalam melakukan penataan Pegawai Negeri Sipil (Lampiran Perka
BKN Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Pegawai Negeri
Sipil).
4. Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian guru dan
tenaga kependidikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dilaksanakan
dalam rangka: perluasan dan pemerataan akses pendidikan serta
peningkatan mutu, daya saing, dan relevansi pendidikan (Pasal 175 Ayat (2)
PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan).
5. Ketersediaan guru dan tenaga kependidikan yang merata dengan cara
meningkatkan perencanaan kebutuhan, penyediaan, pengangkatan,
distribusi, dan pemerataan guru dan tenaga kependidikan, meningkatkan
kapasitas daerah dalam mengelola perekrutan, penempatan, dan
peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien. (Penjelasan PP 19 Tahun
2017 tentang Perubahan PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru).
6. Penataan Kepala Sekolah dapat dilakukan sebagai sebuah promosi dalam
bentuk vertikal atau diagonal (Pasal 192 Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil).

D. Prinsip

Penataan kepala sekolah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 7


1. Teliti, tidak ada kesalahan dalam melakukan penataan kepala sekolah.
2. Objektif, sesuai data yang ada di daerah (tidak ada data yang ditambah
dan/atau dikurangi).
3. Adil, mengacu kepada proses peningkatan mutu kepala sekolah yang
impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan
nasional.
4. Transparan, yaitu mengacu kepada proses penataan yang memberikan
peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk
memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil penataan kepala
sekolah.
5. Akuntabel, merupakan proses penataan kepala sekolah yang
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan
secara administratif, finansial, dan akademik.
6. Legal, proses penataan kepala sekolah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Sistematis, proses penataan kepala sekolah terencana, terjadwal,
terukur dan terintegrasi dari program pengembangan sekolah dan/atau
kabupaten/kota dalam melaksanakan peningkatan mutu pendidikan
nasional.

E. Manfaat
Penataan kepala sekolah bermanfaat bagi:
a. Pemerintah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat melakukan pengendalian,
pendampingan, dan rekomendasi penataan kepala sekolah lintas daerah
provinsi pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan khusus.
b. Pemerintah Daerah
1) Pemerintah provinsi melalui dinas pendidikan memperoleh
pemenuhan kebutuhan kepala sekolah yang kompeten sesuai dengan
kriteria dan persyaratan pada jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan khusus;
2) Pemerintah kabupaten/kota melalui dinas pendidikan kabupaten/
kota memperoleh pemenuhan kebutuhan kepala sekolah yang
kompeten sesuai dengan kriteria dan persyaratan pada jenjang
pendidikan dasar.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 8


c. Satuan Pendidikan
Terpenuhinya kebutuhan kepala sekolah yang kompeten sesuai dengan
kriteria dan persyaratan.

F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penataan kepala sekolah meliputi: rekrutmen, pengangkatan,
penempatan, karir, promosi, pemindahan, dan pemberhentian kepala sekolah.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 9


BAB III

MEKANISME PENATAAN KEPALA SEKOLAH

A. Alur Penataan

Penataan kepala sekolah meliputi proses rekrutmen, pengangkatan,


penempatan, karir, promosi, pemindahan, dan pemberhentian/mutasi dan
pemberhentian kepala sekolah atas dasar kepentingan dinas atau atas dasar
permohonan sendiri. Proses penataan kepala sekolah tersebut memiliki
keterkaitan satu dengan yang lainnnya. Alur dan keterkaitan proses penataan
kepala sekolah diperlihatkan dalam gambar 3.1 di bawah ini.

PENATAAN KEPALA SEKOLAH

Rekrutmen/ Pemindahan Pember-


Pengangkatan Penempatan Karir Promosi
Penyiapan /Mutasi hentian

Periodisasi Jabatan Pengembang Pengusulan


Pengusulan Bakal Tim
Pertimbangan per 4 tahun Fungsional an Profesi Dinas
Calon KS Pengangkatan Pendidikan
Jabatan
BCKS

Seleksi Peningkata Pejabat


Administrasi Satuan n Karir
Peningkatan Pembina
Pendidikan Kompetensi (Pengawas Kepegawaian
sekolah
atau
Seleksi Substansi jabatan
lain)
Pemindahan
Penilaian ke satuan
Kinerja pendidikan
Diklat Calon KS lain

Lulus Diklat
CKS

Calon KS

Calon KS yang
Sudah Memiliki
STTPP

Gambar 3.1 Alur Penataan Kepala Sekolah


Penjelasan:
1. Rekrutmen/penyiapan kebutuhan kepala sekolah dilaksanakan melalui
tahapan: pengusulan bakal calon kepala sekolah (BCKS), seleksi
administrasi, seleksi substansi, diklat calon kepala sekolah (CKS) dan calon
kepala sekolah yang memiliki STTPP.
2. Pengangkatan kepala sekolah melalui Tim Pertimbangan Pengangkatan
(TPP) Jabatan, berdasarkan kepada calon kepala sekolah yang memiliki
STTPP

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 10


3. Penugasan kepala sekolah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah berdasarkan periodisasi. Setiap masa periode
dilaksanakan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun. Setelah menyelesaikan
tugas pada periode pertama, kepala sekolah dapat diperpanjang
penugasannya paling banyak 3 (tiga) kali masa periode atau paling lama
12 (dua belas) tahun. Penugasan kepala sekolah periode pertama pada
satuan administrasi pangkal yang sama paling sedikit 2 (dua) tahun dan
paling lama 2 (dua) masa periode atau 8 (delapan) tahun. Penugasan
kepala sekolah berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja setiap tahun
dengan sebutan paling rendah “Baik”. Dalam hal hasil penilaian prestasi
kerja tidak mencapai dengan sebutan paling rendah “Baik”, kepala sekolah
yang bersangkutan tidak dapat diperpanjang masa tugasnya sebagai
kepala sekolah.
4. Pola karier kepala sekolah merupakan pola dasar mengenai urutan
penempatan dan/atau perpindahan kepala sekolah dalam dan antar
kedudukan di setiap jenis jabatan secara berkesinambungan.
5. Promosi kepala sekolah merupakan kelanjutan dari karir berupa
pengembangan profesi dan peningkatan karir menjadi pengawas sekolah.
6. Perpindahan/mutasi kepala sekolah merupakan proses perpindahan
tempat tugas dari satu satuan pendidikan ke satuan pendidikan lain atas
dasar kepentingan dinas. Proses pemindahan kepala sekolah oleh pejabat
yang berwenang, mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dijelaskan pada mekanisme penataan. Perpindahan kepala
sekolah dapat dilakukan antar satuan pendidikan dalam satu kabupaten,
antara kabupaten dalam satu provinsi dan antara provinsi.
7. Pemberhentian
Pemberhentian kepala sekolah merupakan penghentian jabatan sebagai
kepala sekolah yang disebabkan oleh alasan tertentu sesuai yang
dilaksanan sesuai ketentuan.

B. Pelaksanaan

1. Rekrutmen/Penyiapan

Mekanisme pelaksanaan rekrutmen/penyiapan kebutuhan kepala sekolah


berupa pengusulan bakal calon, seleksi administrasi, seleksi substansi,
pelaksanaan diklat sehingga dihasilkan calon kepala sekolah yang memiliki
STTPP.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 11


a. Pengusulan Bakal Calon
Proses pengusulan ini dilakukan berdasarkan hasil penghitungan
proyeksi kebutuhan 5 tahunan yang dilakukan oleh Dinas Provinsi,
Dinas Kabupaten/Kota, dan penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
Selanjutnya Kepala Sekolah dapat mengusulkan Guru pada satuan
pendidikannya untuk menjadi Bakal Calon Kepala Sekolah (BCKS)
kepada Kepala Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat diusulkan secara langsung oleh Guru dari
sekolah di bawah binaan pemerintah daerah yang memenuhi
persyaratan untuk mengikuti seleksi BCKS kepada Kepala Dinas
Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota melalui panitia pengusulan BCKS
setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Sekolah satuan administrasi
pangkal. Sedangkan untuk penyampaian BCKS yang diselenggarakan
oleh masyarakat dilakukan oleh pimpinan penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat kepada Kepala Dinas
Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
Adapun uraian tahapan pengusulan BCKS sebagai berikut.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 12


Gambar 3.2 Alur Tahapan Pengusulan Bakal Calon Kepala Sekolah
Kepala Dinas Pengawas Sekolah
Kepala Sekolah Guru
Pendidikan

pengumuman Pengumuman
kebutuhan kepada guru

guru
membuat surat memberikan
lamaran rekomendasi
melengkapi
persyaratan dan
rekomendasi

menerima membuat
usulan

pendistribusian
nstrumen instrumen
instrumen AKPK
kepada dengan
calon peserta
seleksi
administrasi

1) Pengumuman BCKS
Pengumuman formasi Kepala Sekolah dilakukan oleh Dinas
Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Pengumuman
formasi Kepala Sekolah sekurangnya berisi tentang jumlah formasi,
syarat-syarat administratif dan syarat tambahan, batas waktu
pengumpulan persyaratan; dan prosedur pendaftaran.

2) Identifikasi BCKS
Identifikasi bagi BCKS dilakukan dengan memperhatikan
persyaratan yang telah ditentukan
3) Penyiapan berkas BCKS
Berkas usulan BCKS disiapkan oleh Guru yang mendaftar sebagai
BCKS sesuai dengan ketentuan.

4) Pengusulan dan Penyampaian BCKS


a) Pengusulan dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru
bersangkutan.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 13


b) Guru yang diusulkan menjadi BCKS harus mendapatkan surat
rekomendasi dari Kepala Sekolah selaku atasan langsung dan
pengawas sekolah.
c) Pengajuan berkas usulan Guru dari sekolah di bawah binaan
pemerintah daerah ditujukan kepada Dinas Provinsi atau Dinas
Kabupaten/Kota, dan usulan Guru dari sekolah yang
diselenggarakan oleh masyarakat kepada pimpinan
penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat.

b. Seleksi Administrasi
Seleksi administrasi dilakukan melalui penilaian kelengkapan
administrasi/dokumen guru sebagai BCKS, sebagai bukti bahwa BCKS
bersangkutan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Seleksi administrasi dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi/
Kabupaten/Kota bagi guru yang berasal dari sekolah negeri, sedangkan
untuk guru dari sekolah swasta dilakukan oleh penyelenggara
pendidikan yang didirikan oleh masyarakat dan hasilnya Ed dilaporkan
kepada Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/Kota

Persyaratan seleksi adimistrasi BCKS melaiputi:


1) Syarat BCKS
Persyaratan BCKS sebagai berikut :
a) memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S-1) atau
diploma empat (D-IV) dari perguruan tinggi dan program studi
yang terakreditasi paling rendah B dibuktikandengan surat
keterangan dari Perguruan Tinggi yang mengeluarkan Ijazah.
b) memiliki serifikat pendidik
c) bagi Guru PNS memiliki pangkat paling rendah Penata,
golongan ruang III/c.
d) pengalaman mengajar paling sedikit 6 (enam) tahun menurut
jenis dan jenjang sekolah masing-masing, kecuali di TK/TKLB
memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun di TK/TKLB.
e) memiliki hasil penilaian prestasi kerja guru dengan sebutan
paling rendah "Baik" selama 2 (dua) tahun terakhir.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 14


f) memiliki pengalaman manajerial dengan tugas yang relevan
dengan fungsi sekolah paling sedikit 2 (dua) tahun.
g) sehat jasmani, rohani, dan bebas NAPZA berdasarkan surat
keterangan dari rumah sakit Pemerintah;
h) tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau
berat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
i) tidak sedang menjadi tersangka atau tidak pernah menjadi
terpidana.
j) berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu
pengangkatan pertama sebagai kepala sekolah.
2) Syarat Calon Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN)
Calon Kepala Sekolah di SILN selain memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud di atas harus memenuhi persyaratan khusus sebagai
berikut:
a) memiliki pengalaman paling sedikit 4 (empat) tahun berturut-
turut sebagai kepala sekolah, dibuktikan dengan fotocopy SK
pengangkatan kepala sekolah dan surat penyataan dari dinas
pendidikan setempat;
b) sedang menjabat kepala sekolah pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah atau masyarakat,
dibuktikan dengan SK pengangkatan kepala sekolah
c) menguasai bahasa Inggris dan/atau bahasa negara tempat yang
bersangkutan akan bertugas baik lisan maupun tulisan
dibuktikan dengan fotocopy sertifikat TOEFL dan test
wawancara;
d) memiliki wawasan dan mampu mempromosikan seni dan
budaya Indonesia.
e) Seleksi BCKS Luar Negeri (SILN) dilakukan oleh lembaga yang
diberi wewenang Oleh Dirjen GTK.
3) Syarat BCKS Daerah Khusus
Guru yang diusulkan menjadi BCKS di daerah khusus, memiliki
persyaratan sebagai berikut:
a) memiliki pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat l,
golongan ruang III/b, dibuktikan dengan fotocopy SK pangkat
terakhir;

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 15


b) memiliki pengalaman mengajar paling sedikit 3 tahun
dibuktikan dengan SK mengajar dan surat pernyataan dari
kepala sekolah;
c) Jika persyaratan (a) dan (b) di atas juga belum terpenuhi oleh
bakal calon kepala sekolah di daerah khusus maka masalah
diselesaikan secara khusus.
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai
kewenangannya dapat menambah persyaratan lainnya sesuai
kebijakan daerah, sebagai contoh:
 Daftar Riwayat Hidup
 Pas foto terbaru dengan ukuran tertentu
 Fotocopy SK CPNS yang telah dilegalisasi sekolah
 Fotocopy SK PNS yang telah dilegalisasi sekolah
 Fotocopy Sertifikat kejuaraan GTK Berprestasi (bagi yang
memiliki) atau Prestasi Iainnya yang telah dilegalisasi
sekolah
c. Seleksi Substansi
Seleksi substansi Bakal Calon Kepala Sekolah (BCKS) merupakan Tes
Potensi Kepemimpinan (TPK). TPK dalam konteks ini menggunakan
model Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) yang telah
dikembangkan oleh LPPKS. PPK adalah suatu sistem untuk menilai
kemampuan, kekuatan, kesanggupan, dan/atau daya kepemimpinan
yang dimiliki oleh BCKS yang memungkinkan untuk dikembangkan.
Dalam PPK ini BCKS diminta merespon kasuskasus kepemimpinan
secara bertingkat, dari yang segera harus diatasi, hingga tindakan yang
akan dilakukan untuk jangka panjang. Prinsip-prinsip PPK adalah
keadilan, menyeluruh, terbuka, valid, realiabel, dan dapat memilah.
Penyelenggara seleksi substansi BCKS adalah LPPKS, Asesor dalam
seleksi substansi BCKS adalah widyaiswara LPPKS/LPMP/
PPPPTK/LPPTK KPTK, dosen, pengawas sekolah, dan praktisi
pendidikan yang memiliki STTPP asesor PPK.
Peserta seleksi substansi BCKS adalah bakal calon kepala sekolah yang
telah lulus seleksi administratif. Seleksi substansi BCKS dilaksanakan
selama 25 jp, waktu pelaksanaan ditentukan oleh LPPKS setelah
berkoordinasi dengan Dinas pendidikan provinsi, Kabupaten/Kota atau
yayasan.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 16


Tempat pelaksanaan seleksi substansi ditentukan oleh LPPKS setelah
berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota atau
yayasan.
Tata laksana seleksi persiapan meliputi hal-hal berikut ini.
1) Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota atau yayasan
menyiapkan peserta seleksi substansi BCKS (peserta harus lulus
seleksi administrasi)
2) Tenaga administrasi (bisa dari Dinas Pendidikan Provinsi.
Kabupaten/Kota atau yayasan) menyiapkan bükü panduan, biodata
asesor dan peserta, daftar hadir asesor dan panitia, format evaluasi
penyelenggaraan seleksi substansi, ATK, peralatan, dan sarana
pendukung lainnya.
3) Tenaga administrasi melakukan penataan ruang ujian sesuai dengan
petunjuk Ketua Tim Asesor.
4) Ketua dan Tim Asesor mempelajari data asesi seleksi substansi BCKS
yang terdiri atas jumlah asesi dan unit kerjanya.
5) Ketua dan Tim Asesor memeriksa dan menyiapkan instrumen PPK
sesuai dengan data asesi
Ketua, Tim Asesor, dan Tenaga Administrasi melakukan koordinasi
dengan unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan seleksi substansi
BCKS, terutama yang terkait dengan pembagian tugas, sebelum kegiatan
dilaksanakan. BCKS yang telah lulus seleksi substansi dinyatakan
sebagai CKS untuk mengikuti tahapan pelaksanaan diklat CKS.

d. Pelaksanaan Diklat
Diklat CKS dikemas dalam tiga tahap dengan model "ln-Service
Learning 1 (In-1) —On-the-Job Learning (OJL) — In-Service Learning 2
(In-2). In-1 adalah pembelajaran melalui kegiatan tatap muka. On-the-
Job Learning adalah pembelajaran di lapangan dalam situasi pekerjaan
yang nyata. Sedangkan In-2 adalah kegiatan tatap muka untuk
mempresentasikan dan merefleksikan hasil OJL. Model ini dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar yang terpadu antara aspek
pengetahuan dan pengalaman empirik sesuai dengan karakteristik
peserta diklat sebagai pembelajaran orang dewasa.
Kegiatan In-1 berupa tatap muka antara peserta diklat dengan
pengajar. Kegiatan ini diselenggarakan dalam durasi minimal 70 (tujuh
puluh) jam pelajaran @ 45 menit. Materi diklat mencakup materi

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 17


umum, materi inti dan materi penunjang. Pada akhir kegiatan In-l
peserta menyusun rencana tindak lanjut yang akan
diimplementasikan pada saat OJL.
Tahap ke dua adalah OJL, yakni pelaksanaan rencana tindak lanjut
yang telah disusun pada saat In-1. OJL dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan nyata di dua tempat, yaitu sekolah sendiri dan sekolah lain
yang akreditasinya lebih tinggi atau sama selama 3 (tiga) bulan atau
setara dengan 200 jam pelajaran, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kegiatan OJL di sekolah tempat calon bertugas dilakukan selama
150 (seratus lima puluh) jam pelajaran.
2) Kegiatan OJL di sekolah lain dilakukan minimal 50 (lima puluh)
jam pelajaran.
3) Jika di daerah calon tidak terdapat sekolah lain yang akreditasinya
lebih tinggi atau sama, maka kegiatan OJL dapat dilakukan di
sekolah direkomendasikan oleh dinas pendidikan setempat.
4) Peserta diklat calon kepala sekolah harus tetap melaksanakan
tugas sebagai guru selama melaksanakan kegiatan OJL.
5) Peserta diklat calon kepala sekolah mengimplementasikan
materi-materi pelatihan yang diperoleh dalam kegiatan In-1 pada
kegiatan OJL yang dituangkan dalam rencana tindak-lanjut.
6) Peserta diharuskan mengumpulkan sejumlah tagihan pada akhir
kegiatan OJL.
Tahap ke tiga yakni In-2, dilaksanakan dalam durasi 30 (tiga puluh)
jam pelajaran. Pada kegiatan ini dilakukan penilaian terhadap
portofolio calon kepala sekolah. Portofolio adalah sejumlah tagihan
terhadap pelaksanaan OJL yang dikumpulkan oleh calon kepala
sekolah dalam satu folder. Penilaian juga dilakukan melalui presentasi
hasil OJL dan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut dalam
konteks peningkatan kompetensi calon kepala sekolah.
Pelaksanaan Diklat Calon Kepala Sekolah meliputi 3 (tiga) tahapan
yakni In-1, OJL, dan In-2. Alur kegiatan diklat disajikan dalam diagram
3.2 sebagai berikut.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 18


Diklat Calon KS

Hasil AKPK In Service Penentuan


Learning-1 Kelulusan

Telaah
Laporan Ke
Hasil AKPK
Disdik/Yayasan/
Individu
Kemenag

On The Job
Penyusunan
Learning
Strategi
Pembelajaran dan
RTL

In Service
Learning-2

Gambar 3.2. Diagram Prosedur Pelaksanaan Diklat Calon Kepala


Sekolah

Penyelenggara Diklat Calon Kepala Sekolah adalah LPPKS dan LPD


yang telah ditunjuk oleh Dirjen GTK.
Narasumber dalam kegiatan Diklat tersebut adalah pejabat berwenang
yang terkait dengan kegiatan penyelenggaraan Diklat Calon Kepala
Sekolah. Sedangkan yang menjadi Pengajar Diklat Calon Kepala
Sekolah adalah widyaiswara LPPKS dan LPD, pengawas sekolah, dan
dosen perguruan tinggi, yang memiliki Sertifikat Master
Trainer/pengajar Diklat Calon Kepala Sekolah. Pengajar pada Diklat
Calon Kepala Sekolah bertugas memfasilitasi pelaksanaan In-1,
dilanjutkan pada pelaksanaan pendampingan pada OJL dan In-2 dalam
satu paket diklat. Setiap kelas difasilitasi oleh dua orang pengajar.
Peserta Diklat Calon Kepala Sekolah adalah calon kepala sekolah yang
telah lulus seleksi administratif dan seleksi akademik. Peserta dalam
setiap kelas maksimum 24 orang. Kegiatan penyusunan program
diklat CKS dilaksanakan dalam bentuk lokakarya. Lokakarya
dilaksanakan sebelum diklat CKS selama 3 (tiga) hari yang setara
dengan 30 JP. Dalam kegiatan tersebut dilakukan penyusunan
program diklat secara bersama antara dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota, kantor wilayah kementerian agama, LPD

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 19


dan Pengajar. Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ditetapkan oleh
LPD.
e. Calon Kepala Sekolah yang memiliki STTPP
Calon kepala sekolah adalah guru yang sudah dinyatakan lulus sebagai
calon kepala sekolah yang telah memperoleh STTPP Calon Kepala
Sekolah merupakan tahapan setelah prosedur diklat dalam sistem
program penyiapan calon kepala sekolah. Secara garis besar prosedur
pemerolehan STTPP Calon Kepala Sekolah terdiri dari 4 tahapan yaitu:
(1) penerimaan data Iulusan diklat calon kepala sekolah; (2) verifikasi;
(3) penerbitan STTPP Calon Kepala Sekolah; dan (4) penyerahan STTPP.
Tahapan memperoleh STTPP Calon Kepala Sekolah :
1) Penerimaan Data Lulusan Peserta Diklat Calon Kepala Sekolah (In-
On-ln)
a) Penerimaan Laporan dan Data Lulusan Peserta Diklat Calon
Kepala Sekolah (In-On-In) adalah laporan dan data lulusan
peserta diklat yang disertai pernyataan LPD terhadap calon
kepala sekolah bahwa yang bersangkutan telah memenuhi
kriteria yang telah dipersyaratkan agar diproses lebih Ianjut
oleh LPPKS.
b) Pengiriman laporan dan data lulusan diklat calon kepala
sekolah oleh LPD kepada LPPKS paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah diklat In-On-In.
2) Verifikasi
a) Verifikasi adalah kegiatan mengkaji ulang laporan dan data
lulusan diklat In-On-In calon kepala sekolah untuk
memastikan validitasnya dengan menggunakan instrumen
yang telah dibakukan.
b) Apabila laporan dan data lulusan diklat calon kepala sekolah
tidak valid, maka LPPKS melakukan konfirmasi kepada LPD
sampai dipastikan bahwa laporan dan data tersebut terbukti
valid.
c) Peserta yang oleh LPD dinyatakan lulus dan dinyatakan valid
oleh LPPKS, mendapatkan STTPP Calon Kepala Sekolah,
sedangkan peserta yang tidak lulus dinyatakan gugur.
3) STTPP Calon Kepala Sekolah

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 20


a) Peserta diklat yang dinyatakan lulus dalam diklat calon kepala
sekolah berhak mendapat Surat Keterangan Lulus yang
dikeluarkan oleh LPD.
b) Salinan Surat Keterangan Lulus dan format hasil seleksi
administrasi dan seleksi substansi dikirim oleh LPD ke LPPKS
sebagai verifikasi.
c) Apabila hasil verifikasi calon dinyatakan lulus, LPPKS
menerbitkan STTPP Calon Kepala Sekolah.
d) Format STTPP calon kepala sekolah terdapat pada lampiran.
e) STTPP Calon Kepala Sekolah adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru bahwa yang
bersangkutan telah memenuhi kualifikasi dan kompetensi
untuk mendapat tugas sebagai kepala sekolah.
f) Nomor Registrasi STTPP Calon Kepala Sekolah adalah nomor
khusus yang dikeluarkan dan dicatat dalam database nasional
Oleh LPPKS sebagai penjamin mutu penyelenggaraan
penyiapan calon kepala sekolah.
g) Nomor Registrasi STTPP Calon Kepala Sekolah sebagai data
dasar bagi LPPKS dan dinas pendidikan provinsi
kabupaten/kota dalam pemberdayaan dan pengembangan
kepala sekolah.
h) Jika ada calon kepala sekolah yang akan diangkat sebelum
waktu diterbitkannya STTPP Calon Kepala Sekolah diberikan
Surat Keterangan kelulusan dari LPPKS sebagai pengganti
STTPP Calon Kepala Sekolah.

2. Pengangkatan

Sesuai dengan Bab IV Pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala
Sekolah, pengangkatan kepala sekolah dilaksanakan bagi calon kepala
sekolah yang telah memiliki Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
Calon Kepala Sekolah. Selanjutnya pada ayat (2) diatur bahwa proses
pengangkatan calon kepala sekolah menjadi kepala sekolah dilaksanakan
oleh pejabat pembina kepegawaian atau pimpinan penyelenggara
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan
kewenangannya setelah mendapat rekomendasi dari Tim Pertimbangan
Pengangkatan (TPP) Kepala Sekolah.
Pedoman Penataan Kepala Sekolah 21
Rekomendasi dari TPP diterbitkan setelah proses pertimbangan
pengangkatan kepala sekolah dilaksanakan. Proses pertimbangan
pengangkatan kepala sekolah harus dilaksanakan dengan baik dan benar.
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan yayasan harus mengikuti
beberapa langkah berikut.
a. Pembentukan Tim Pertimbangan Pengangkatan (TPP)
Sesuai dengan Bab IV pasal 10, ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah, pembentukan TPP bagi:
1) sekolah negeri ditetapkan oleh pejabat pembina kepegawaian.
2) sekolah swasta ditetapkan oleh pimpinan yayasan.
b. Keanggotaan Tim Pertimbangan Pengangkatan (TPP)
TPP bagi sekolah negeri terdiri atas unsur:
1) Sekretariat daerah sebagai ketua merangkap anggota
2) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sebagai sekretaris
3) Dewan pendidikan sebagai anggota.
4) Pengawas sekolah sebagai anggota
5) TPP bagi sekolah swasta yaitu majelis pertimbangan yayasan
c. Tugas Tim Pertimbangan Pengangkatan (TPP)
TPP bagi sekolah negeri melakukan koordinasi dan menyiapkan segala
sesuatu sesuai dengan petunjuk teknis. Koordinasi tersebut untuk
melakukan persiapan, melaksanakan pertimbangan pengangkatan
bagi calon kepala sekolah yang sudah memiliki STTPP calon kepala
sekolah dan memberikan rekomendasi.
Tugas TPP sebagai berikut.
1) Menyiapkan instrumen pertimbangan pengangkatan kepala
sekolah sejumlah anggota TPP.
2) Menyelenggarakan rapat persiapan.
3) Mengidentifikasi calon kepala sekolah yang memiliki STTPP calon
kepala sekolah atau guru yang pernah menjadi kepala sekolah dan
memiliki STTPP penguatan.
4) Mengidentifikasi satuan pendidikan yang dituju.
5) Menyiapkan dan mengedarkan surat pemberitahuan kepada para
calon kepala sekolah yang akan diikutsertakan dalam
pertimbangan pengangkatan. Para calon kepela sekolah harus
menyerahkan berkas-berkas yang dibutuhkan meliputi: (1) foto
kopi STTPP calon kepala sekolah, (2) Daftar Riwayat Hidup (DRH);

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 22


(3). uraian tentang visi, misi, dan strategi; (4) foto kopi ijazah
terakhir, (5) penilaian prestasi kerja dua tahun terakhir, dan (6)
penilaian kinerja guru dua tahun terakhir, (7) bukti pengalaman
manajerial dengan tugas yang relevan dengan fungsi sekolah
paling singkat dua tahun.
6) Melaksanakan pertimbangan pengangkatan kepala sekolah serta
menyusun rekapitulasi dan rekomendasi hasil pertimbangan
pengangkatan.
7) Menyerahkan surat rekomendasi hasil pertimbangan
pengangkatan kepala sekolah kepada dinas pendidikan provinsi/
kabupaten/kota untuk diteruskan kepada pejabat pembina
kepegawaian.
d. Rambu-rambu Pertimbangan Pengangkatan Kepala Sekolah
Pelaksanaan pertimbangan pengangkatan bagi calon kepala sekolah
untuk sekolah negeri dapat dilaksanakan di kantor dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota. Substansi rambu-rambu dalam
pertimbangan pengangkatan kepala sekolah adalah sebagai berikut.
1) Kepemilikan STTPP calon kepala sekolah yang ditandatangani
oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan.
2) Kesesuaian latar belakang pendidikan dan keahlian calon kepala
sekolah dengan karakteristik sekolah.
3) Relevansi visi, misi, dan strategi yang ditulis calon kepala
sekolah.
4) Kesesuaian pengalaman calon kepala sekolah yang relevan
dengan karakteristik sekolah yang dituju.
e. Mekanisme Pertimbangan Pengangkatan Kepala Sekolah
Mekanisme pertimbangan pengangkatan kepala sekolah dapat dilihat
pada gambar diagram di bawah ini:

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 23


PEMBENTUKAN
DAN PENETAPAN
TPP

PERSIAPAN PELAKSANAAN
PERTIMBANGAN PENGANGKATAN
KS OLEH TPP

DAFTAR PELAKSANAAN USULAN


TUNGGU PERTIMBANGAN PENGANGKATAN/
CALON KS DAN PEMBUATAN PENEMPATAN
REKOMENDASI SEBAGAI KS

DITERIMA

Gambar 3.3 Mekanisme Pertimbangan Pengangkatan Kepala Sekolah

f. Kriteria dan Indikator Pertimbangan Pengangkatan Kepala


Sekolah
Kriteria Indikator
ii. Khusus
Lulus pendidikan dan Memiliki STTPP calon Kepala Sekolah
pelatihan calon kepala yang ditandatangani oleh Direktur
sekolah Jenderal GTK.
iii. Umum
1. Latar belakang 1. Kesesuaian bidang pendidikan formal
pendidikan/ keahlian; (SI/S2/S3).
2. Kesesuaian bidang pendidikan non
formal yang pernah diikuti (Kursus-
kursus dan pelatihan).
3. Kemampuan bahasa Inggris.
(ditunjukkan dengan skor TOEFL, TOEIC,
IELTS yang pernah diperoleh).
2. Pengalaman calon kepala .
sekolah yang relevan 1. Pengalaman menjadi guru/pendidik
dengan karakteristik pada sekolah yang memiliki
sekolahnya karakteristik yang relatif sama.
2. Pengalaman menjadi wakil kepala
sekolah yang relevan dengan satuan
pendidikan, (kecuali sekolah dasar).
3. Relevansi visi dan misi Relevansi visi, misi, dan strategi dengan
calon kepala sekolah kebutuhan pengembangan sekolah yang
dengan karakteristik akan ditempati.
sekolahnya;

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 24


Kriteria Indikator
4. Kesesuaian syarat-syarat 1. Sehat jasmani dan rohani
guru yang diberi tugas 2. Tidak pernah atau sedang
tambahan sebagai kepala mendapatkan hukuman disiplin PNS
sekolah seperti tercantum sedang atau berat.
pada Bab II Pasal 2 3. Hasil penilaian prestasi kerja (PPK)
Permendikbud Nomor 6 dalam dua tahun terakhir "Baik
Tahun 2018 tentang 4. Hasil penilaian kinerja guru (PKG)
Penugasan Guru dalam dua tahun terakhir "Baik".
sebagai Kepala Sekolah.

g. Pelaksanaan Pertimbangan Pengangkatan Kepala Sekolah


Pelaksanaan pertimbangan pengangkatan kepala sekolah, diatur
sebagai berikut.
1) Anggota TPP mengumpulkan informasi tentang karakteristik
satuan pendidikan yang membutuhkan kepala sekolah, dengan
pembagian tugas sebagai berikut.
a) Pengawas fokus pada kondisi internal sekolah (visi, misi dan
strategi sekolah, kurikulum sekolah, pendidik dan tenaga
kependidikan, peserta didik, sarana dan prasarana,
lingkungan fisik dan budaya sekolah);
b) Dewan Pendidikan fokus pada informasi tentang
karakteristik orang tua, lingkungan alam, dan sosial ekonomi
serta budaya masyarakat.
2) Penyamaan persepsi tentang karakteristik satuan pendidikan dan
masyarakat di sekitarnya di antara anggota TPP melalui Focus
Group Discussion hasil pengumpulan informasi oleh TPP;
3) Memeriksa keabsahan STTPP Kepala Sekolah
4) TPP menganalisis Daftar Riwayat Hidup dan uraian visi, misi, dan
strategi calon-calon kepala sekolah yang akan ditempatkan untuk
menilai:
a) Kesesuaian latar belakang pendidikan dan keahlian calon
dengan karakteristik sekolah;
b) Relevansi pengalaman calon dengan kondisi sekolah;
c) Relevansi visi misi dan strategi calon dengan karakteristik
sekolah;
d) Kesesuaian kemampuan bahasa dan budaya terhadap kondisi
sosial budaya masyarakat di sekitar sekolah;
e) Kesesuaian syarat-syarat guru yang diberi tugas tambahan
sebagai calon kepala sekolah seperti tercantum pada Bab II

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 25


Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala
Sekolah .
f) Membuat rekapitulasi dan rekomendasi hasil pertimbangan
pengangkatan kepala sekolah.
h. Pembuatan Rekapitulasi dan Rekomendasi Hasil Pertimbangan
Pengangkatan
Tim Pertimbangan Pengangkatan membuat rekapitulasi nilai hasil
pertimbangan pengangkatan calon kepala sekolah. Hasil
pertimbangan ini sekaligus merupakan rekomendasi para calon kepala
sekolah berdasarkan hasil pertimbangan pengangkatan.
Rekapitulasi dan rekomendasi hasil pertimbangan pengangkatan
selanjutnya diserahkan kepada kepada pejabat pembina kepegawaian
melalui dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.
3. Penempatan
Penugasan kepala sekolah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut.
a. Penugasan kepala sekolah pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah termasuk di daerah khusus
dilaksanakan dengan periodisasi.
b. Setiap masa periode dilaksanakan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun.
c. Setelah menyelesaikan tugas pada periode pertama, kepala sekolah
dapat diperpanjang penugasannya paling banyak 3 (tiga) kali masa
periode atau paling lama 12 (dua belas) tahun.
d. Penugasan kepala sekolah periode pertama pada satuan administrasi
pangkal yang sama paling sedikit 2 (dua) tahun dan paling lama 2 (dua)
masa periode atau 8 (delapan) tahun.
e. Penugasan kepala sekolah berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja
setiap tahun dengan sebutan paling rendah “Baik”.
f. Dalam hal hasil penilaian prestasi kerja tidak mencapai dengan sebutan
paling rendah “Baik”, kepala sekolah yang bersangkutan tidak dapat
diperpanjang masa tugasnya sebagai kepala sekolah.
g. Kepala Sekolah yang tidak diperpanjang masa tugasnya dapat
ditugaskan kembali sebagai guru.
h. Setelah menyelesaikan tugas pada periode ketiga, kepala sekolah dapat
diperpanjang penugasannya untuk periode keempat setelah melalui uji
kompetensi.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 26


i. Pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada nomor (8)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
j. Penugasan kembali sebagai guru sebagaimana dimaksud pada nomor
(7) dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/ Kota sesuai
dengan kewenangannya dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
jumlah guru di wilayahnya.
Penugasan dan pemindahan kepala sekolah berdasarkan periodisasi,
diuraikan oleh gambar 3.4 sebagai berikut:

Penugasan Penugasan Penugasan Penugasan


Periode ke-1 Periode ke-2 Periode ke-3 Periode ke-4
(4 Tahun) (4 Tahun) (4 Tahun) (4 Tahun)

Di sekolah yang sama Penugasan Di Sekolah yang berbeda


2 tahun ≤ penugasan di sekolah sama ≥ 8 tahun 2 tahun ≤ penugasan di sekolah sama ≥ 8 tahun

Setiap tahun dilakukan Penilaian Prestasi Kerja Kepala Sekolah (PPKKS)

Hasil penilaian kinerja paling rendah “baik”dapat dilanjutkan penugasannya sebagai kepala sekolah

Mengikuti Uji Penugasan di


Kompetensi Periode ke 4
Kepala Sekolah
(UKKS)

Gambar 3.4 Periodisasi Penugasan Kepala Sekolah


Penjelasan :
Penugasan kepala sekolah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah termasuk di daerah khusus dilaksanakan dengan
periodisasi dalam kurun waktu 4 (empat) tahun. Penugasan kepala sekolah
periode pertama pada satuan administrasi pangkal yang sama paling
sedikit 2 (dua) tahun dan paling lama 2 (dua) masa periode atau 8
(delapan) tahun. Penugasan kepala sekolah berdasarkan hasil penilaian
prestasi kerja setiap tahun dengan sebutan paling rendah “Baik”. Setelah
menyelesaikan tugas pada periode ketiga, kepala sekolah dapat
diperpanjang penugasannya untuk periode keempat setelah melalui uji
kompetensi.
Penugasan kepala sekolah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat adalah sebagai berikut.
a. Penugasan kepala sekolah pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat dituangkan dalam perjanjian kerja.
Pedoman Penataan Kepala Sekolah 27
b. Dalam hal hasil penilaian prestasi kerja kepala sekolah pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tidak mencapai
dengan sebutan paling rendah “Baik”, penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat
memberhentikan yang bersangkutan sebagai kepala sekolah
c. Kepala sekolah yang tidak diperpanjang masa tugasnya dapat
ditugaskan kembali sebagai guru.
d. Penugasan kembali sebagai guru sebagaimana dilakukan oleh
penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat dengan mempertimbangkan kebutuhan dan jumlah guru
pada satuan pendidikan yang bersangkutan.
Penugasan Kepala SILN adalah sebagai berikut.
a. Penugasan Kepala SILN paling lama 3 (tiga) tahun.
b. Masa penugasan Kepala SILN sebagaimana dimaksud pada nomor (1)
berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja setiap tahun dengan
sebutan paling rendah “Baik”.
c. Dalam hal hasil penilaian prestasi kerja setiap tahun tidak mencapai
dengan sebutan paling rendah “Baik”, maka kepala sekolah yang
bersangkutan tidak diperpanjang masa tugasnya sebagai kepala
sekolah pada tahun berikutnya dan dikembalikan kepada
Kementerian.
d. Dalam hal jangka waktu penempatan Kepala SILN akan berakhir,
kepala perwakilan di wilayah negara penerima atau wilayah kerja atau
organisasi internasional mengajukan usulan kepala SILN pengganti
kepada Kementerian dan kementerian yang menangani urusan
pemerintahan di bidang luar negeri paling lambat 6 (enam) bulan
sebelum jangka waktu penempatan kepala SILN yang digantikan
berakhir.
e. Setelah masa penugasan 3 (tiga) tahun sebagaimana dimaksud pada
nomor (1), Kepala SILN dapat diperpanjang berdasarkan usulan
kepala perwakilan di wilayah negara penerima atau wilayah kerja atau
organisasi internasional.
f. Setelah masa penugasan 3 (tiga) tahun sebagaimana dimaksud pada
nomor (1) dan tidak ada perpanjangan masa penugasan, kementerian
yang menangani urusan pemerintahan di bidang luar negeri
mengembalikan kepala sekolah yang bersangkutan kepada
Kementerian.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 28


g. Pengembalian kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada nomor (3)
dan nomor (6) dengan memperhatikan status dan hak kepegawaian
kepala sekolah yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
h. Kepala sekolah yang dikembalikan sebagaimana dimaksud pada
nomor (7) ditempatkan kembali oleh Dinas Pendidikan Provinsi,
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
i. Penempatan kembali oleh Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada nomor (8) dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan guru dan kepala sekolah di wilayahnya.
j. Kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada nomor (3) ditempatkan
kembali sebagai guru oleh Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/
Kota sesuai dengan kewenangannya.
k. Dalam hal penempatan kembali oleh Dinas Pendidikan Provinsi,
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada nomor (6) menjadi
kepala sekolah, yang bersangkutan dapat langsung diangkat menjadi
kepala sekolah.
4. Karir
Kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya berhak
untuk mengembangkan karier. Mengembangkan karier kepala sekolah
merupakan peningkatan jenjang jabatan guru atau promosi bagi kepala
sekolah untuk menjadi pengawas sekolah.
Kepala sekolah dapat menjadi pengawas sekolah apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki jabatan paling rendah Kepala Sekolah dengan masa kerja
sebagai kepala sekolah paling sedikit 4 (empat) tahun menurut jenis
dan jenjang sekolah masing-masing;
b. berijazah paling rendah Sarjana (S-1)/Diploma IV (D-IV);
c. memiliki Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP)
fungsional calon pengawas sekolah;
d. lulus seleksi calon pengawas sekolah;
e. lulus uji kelayakan untuk menduduki jabatan fungsional pengawas
sekolah pada jenjang jabatan tertentu;
f. memiliki hasil penilaian prestasi kerja kepala sekolah dengan sebutan
paling rendah “BAIK” selama 2 (dua) tahun terakhir; dan

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 29


g. sehat jasmani, rohani, dan bebas narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif berdasarkan surat keterangan dokter dari rumah sakit
Pemerintah.
h. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau berat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
i. tidak sedang menjadi tersangka atau tidak pernah menjadi terpidana.
5. Promosi

Pengembangan karier kepala sekolah melalui promosi mencakup kenaikan


pangkatdan peningkatan karier.
a. Kenaikan Pangkat
Pengembangan karier kepala sekolah dapat dilakukan melalui
kenaikan pangkat. Kenaikan pangkat kepala sekolah mengacu pada
Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan Permendiknas Nomor 35
Tahun 2010 Juknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya.
b. Peningkatan Karier
Alur pengembagan karier dan profesi kepala sekolah dapat dlihat
pada bagan 3.5 di bawah ini.
Kompetensi Pengawas
Sekolah : Promosi Kompetensi Kepala Sekolah :
1. Kepribadian 1. Kompetensi Kepribadian
2. Supervisi Manajerial Menjadi 2. Kompetensi Manajerial
3. Supervisi Akademik Pengawas 3. Kompetensi Supervisi Akademik
4. Evaluasi Pendidikan 4. Kompetensi Kewirausahaan
5. Sosial Sekolah 5. Sosial

Pengembagan Karir Pengembangan profesi

Pengembangan Karier Kepala Sekolah

Gambar 3.5 Alur Pengembangan Karier dan Profesi Kepala Sekolah


Proses promosi menjadi kepala sekolah dipersyaratkan mengikuti
pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah untuk memiliki kompetensi
dibuktikan dengan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP).
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah berdasarkan
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah. Kompetensi tersebut harus
ditingkatkan agar kepala sekolah mampu menjalankan tugas dan fungsinya
Pedoman Penataan Kepala Sekolah 30
sesuai dengan Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah, dan Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018
tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas
Sekolah.
Kepala sekolah yang mengikuti promosi menjadi pengawas sekolah harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Masa kerja sebagai kepala sekolah paling sedikit 4 (empat) tahun
sesuai dengan jenjang dan jenis satuan pendidikannya masing-
masing.
b. Memiliki sertifikat pendidik.
c. Ijazah Sarjana (S-1)/Diploma IV.
d. Surat rekomendasi dari Kepala SKPD bidang pendidikan (Kepala
Dinas Pendidikan berdasarkan portofolio yang menunjukkan bahwa
calon kepala sekolah memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai
dengan bidangnya).
e. Surat Keputusan pangkat terakhir.
f. Usia paling tinggi 55 tahun.
g. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (PPKPNS) Sekolah
minimal bernilai Baik untuk setiap unsur penilaian. Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir.
h. Daftar Riwayat Hidup (DRH) disertai deskripsi diri.
i. Mengikuti diklat fungsional calon kepala sekolah dan memperoleh
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan pelatihan (STTPP).
6. Pemindahan/Mutasi
Pemindahan/mutasi kepala sekolah merupakan proses perpindahan
tempat tugas kepala sekolah dari satu satuan pendidikan ke satuan
pendidikan yang lain atas dasar kepentingan dinas dan permohonan
sendiri. Pemindahan dapat dilakukan antar satuan pendidikan dalam satu
kabupaten/kota, antar kabupaten/kota dalam satu provinsi, dan antar
kabupaten/kota lintas provinsi
a. Wewenang Pemindahan
Pejabat yang berwenang dalam pemindahan kepala sekolah sebagai
berikut.
1) PPK Pusat dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau
memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk
menetapkan pemindahan kepala sekolah.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 31


2) PPK Pusat memiliki kewenangan memindahkan kepala sekolah
lintas provinsi bagi kepala sekolah jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK,
pendidikan khusus.
3) PPK daerah provinsi memiliki kewenangan pemindahan kepala
sekolah lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi bagi kepala
sekolah jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, pendidikan khusus.
b. Kriteria
Kriteria pemindahan kepala sekolah sebagai berikut.
1) Kepala sekolah yang dapat dipindahkan adalah kepala sekolah
yang bertugas pada daerah yang memiliki kelebihan.
2) Kepala sekolah yang dapat dipindah lintas kabupaten/kota dalam
satu provinsi adalah kepala sekolah dengan jenjang TK, SD, SMP,
SMA, SMK, dan pendidikan khusus.
Kewenangan pemerintah dalam pemindahan kepala sekolah disajikan
pada Gambar 3.6.

Kemendikbud
Melakukan
BKN Pemetaan/ Kemedagri
Pemerataan dan
Pemindahan KS

Gubernur /Dinas
Pendidikan
Provinsi/Kab/Kota

Bagan 3.6 Kewenangan Pemerintah dalam Pemindahan Kepala Sekolah

Mekanisme pemindahan kepala sekolah jenjang pendidikan menengah dan


pendidikan khusus antar provinsi disajikan pada Gambar 3.7.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 32


Gambar 3.7 Mekanisme Pemindahan Kepala Sekolah Jenjang Pendidikan
Menengah dan Pendidikan Khusus antar Provinsi

Skema kewenangan pemerintah provinsi dalam pemindahan kepala sekolah


ditunjukkan pada Gambar 3.8.

Gubernur

Dinas Pendidikan
Provinsi Melakukan
BKD Prov
Pemetaan/Pemerataan
Pemindahan

SMA/SMK/SLB

Gambar 3.8 Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam Pemindahan Kepala


Sekolah
Berdasarkan gambar 3.8, tugas dan wewenang instansi yang berkaitan
dengan pemindahan kepala sekolah jenjang Dikdas antarprovinsi dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
1) menganalisis peta kebutuhan kepala sekolah kabupaten/kota
untuk menentukan berapa kebutuhan kepala sekolah yang ada
Pedoman Penataan Kepala Sekolah 33
berdasarkan data SIM Tendik setelah berkoordinasi dengan
Kemdikbud melalui Ditbim Tendik Dirjen GTK.
2) menganalisis masa kerja dan hasil penilaian kinerja kepala sekolah
sebagai persyaratan untuk pemindahan kepala sekolah untuk
menghasilkan nama kepala sekolah yang memenuhi persyaratan
dan yang tidak memenuhi persyaratan.
3) memproses lebih lanjut kepala sekolah yang memenuhi
persyaratan dan menghentikan proses kepala sekolah yang tidak
memenuhi persyaratan
4) menginput usulan pemindahan kepala sekolah ke Kemdikbud
(Ditbim Tendik Dirjen GTK) melalui SIM Tendik.
5) menerima SK Pemindahan dari BKD kabupaten/kota yang akan
diserahkan kepada kepala sekolah.
b) Pemerintah Kabupaten/Kota/BKD
1) menganalisis data usulan pemindahan kepala sekolah dari
Kemdikbud melalui SIM Tendik. Analisa akan menghasilkan peta
kepala sekolah provinsi.
2) melakukan koordinasi dengan Pemerintahan Provinsi/
Gubernur/BKD dalam rangka pemindahan kepala sekolah antar
provinsi untuk mendapatkan persetujuan.
3) mengeluarkan lolos butuh kepala yang akan dipindahkan
(kabupaten/kota asal)
4) menerbitkan SK penempatan kepala sekolah yang dipindahkan
(kabupaten/kota tujuan).
5) SK penempatan kepala sekolah kepada dinas pendidikan
kabupaten/kota asal untuk diserahkan kepada kepala sekolah
yang bersangkutan.
c) Kemendikbud/Ditbim Tendik GTK
1) mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan kepala
sekolah jenjang dikdas seluruh kabupaten/kota dalam rangka
pemerataan mutu, relevansi, dan daya saing.
2) menganalisis data usulan pemindahan kepala sekolah dari seluruh
kabupaten/kota melalui SIM Tendik. Analisa akan menghasilkan
peta kepala sekolah seluruh kabupaten/kota.
3) melakukan koordinasi dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN)
tentang pemindahan kepala sekolah dikdas antar provinsi untuk

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 34


mendapatkan persetujuan dan hasilnya diserahkan oleh BKN
kepada pemerintah kabupaten/kota/BKD.
4) menerbitkan Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) bagi
kepala sekolah yang pindah dengan memenuhi syarat.
5) memberikan sanksi bagi kepala sekolah yang dipindahkan tidak
sesuai prosedur dan tidak memenuhi syarat dalam bentuk tidak
mendapatkan SKTP.
d) Gubernur
1) Bertanggung jawab atas pemetaan, penataan dan pemerataan
kepala sekolah, antarsatuan pendidikan antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau
kekurangan kepala Sekolah.
2) Mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan kepala
sekolah lintas daerah antar kabupaten/kota dalam 1 (satu)
daerah provinsi, untuk penataan dan pemerataan kepala Sekolah,
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
setelah berkoordinasi dengan BKD di wilayah kerjanya sesuai
dengan kewenangannya.

Mekanisme pemindahan kepala sekolah jenjang pendidikan menengah dan


pendidikan khusus dalam satu provinsi dapat digambarkan bagan 3.9 di bawah
ini.

Gambar 3.9 Mekanisme Pemindahan Kepala Sekolah Jenjang Pendidikan


Menengah dan Pendidikan Khusus dalam Satu Provinsi
Pedoman Penataan Kepala Sekolah 35
Berdasarkan gambar 3.9, tugas dan wewenang instansi yang berkaitan dengan
pemindahan kepala sekolah jenjang Dikdas antar kabupaten/kota dalam satu
provinsi dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
1) menganalisis peta kebutuhan kepala sekolah kabupaten/kota untuk
menentukan berapa kebutuhan kepala sekolah yang ada berdasarkan
data SIM Tendik;
2) menganalisis masa kerja dan hasil penilaian kinerja kepala sekolah
sebagai persyaratan untuk pemindahan kepala sekolah untuk
menghasilkan nama kepala sekolah yang memenuhi persyaratan dan
yang tidak memenuhi persyaratan;
3) Memproses lebih lanjut kepala sekolah yang memenuhi persyaratan
dan menghentikan proses kepala sekolah yang tidak memenuhi
persyaratan.
4) menginput usulan pemindahan kepala sekolah ke BKD provinsi
melalui SIM Tendik;
5) menerima SK Pemindahan dari BKD provinsi yang akan diserahkan
kepada kepala sekolah.
b) Pemerintah Provinsi/BKD Provinsi
1) mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan kepala sekolah
jenjang dikdas seluruh kabupaten/kota di satu provinsi dalam rangka
pemerataan mutu, relevansi, dan daya saing.
2) menganalisis data usulan pemindahan kepala sekolah dari seluruh
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melalui SIM Tendik.
3) analisa akan menghasilkan peta kepala sekolah seluruh kabupaten/
kota dalam satu provinsi.
4) membuat SK pemindahan kepala sekolah setelah berkoordinasi
dengan kabupaten/kota asal dan tujuan.
5) menyerahkan SK Pemindahan kepala sekolah kepada dinas
pendidikan kabupaten/kota asal untuk diserahkan kepada kepala
sekolah yang bersangkutan.
c) Ditbim Tendik GTK
1) melakukan pengendalian proses pemindahan kepala sekolah jenjang
dikdas dalam satu kabupaten/kota.
2) menerbitkan Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) bagi kepala
sekolah yang pindah dengan memenuhi syarat.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 36


3) memberikan sanksi bagi kepala sekolah yang dipindahkan tidak sesuai
prosedur dan tidak memenuhi syarat dalam bentuk tidak
mendapatkan SKTP.
d) Bupati/Walikota

1) Bertanggung jawab atas pemetaan, penataan dan pemerataan kepala


sekolah antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan kepala
sekolah.
2) Mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan kepala sekolah
untuk penataan dan pemerataan kepala sekolah antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan setelah
berkoordinasi dengan BKD di wilayah kerjanya sesuai dengan
kewenangannya.

Skema kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam pemindahan


kepala sekolah digambarkan bagan 3.10 sebagai berikut.

Bupati/
Walikota

BKD Dinas Pendidikan Kab/Kota


Kab/Kota Melakukan
Pemetaan/Pemerataan dan

TK/SD/SMP

Bagan 3.10 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Pemindahan


Kepala Sekolah

Mekanisme pemindahan kepala sekolah jenjang pendidikan dasar dalam


satu kabupaten/kota dapat digambarkan di bawah ini.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 37


Bagan 3.11 Mekanisme Pemindahan Kepala Sekolah Jenjang Pendidikan
Dasar

Mekanisme Pemindahan Kepala Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar dalam


Satu Kabupaten/Kota.
Berdasarkan gambar 3.11, tugas dan wewenang instansi yang berkaitan
dengan pemindahan kepala sekolah jenjang Dikdas dalam satu
kabupaten/kota diuraikan sebagai berikut:
a) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
1) menganalisis peta kebutuhan kepala sekolah dalam kebupaten/
kota untuk menentukan berapa kebutuhan kepala sekolah yang
ada berdasarkan data SIM Tendik.
2) menganalisis masa kerja dan hasil penilaian kinerja kepala
sekolah sebagai persyaratan untuk pemindahan kepala sekolah
untuk menghasilkan nama kepala sekolah yang memenuhi
persyaratan dan yang tidak memenuhi persyaratan.
3) Memproses lebih lanjut kepala sekolah yang memenuhi
persyaratan dan menghentikanproses kepala sekolah yang tidak
memenuhi persyaratan.
4) menginput usulan pemindahan kepala sekolah ke BKD
kabupaten/kota melalui SIM Tendik.
5) menerima SK Pemindahan dari BKD yang akan diserahkan
kepada kepala sekolah
b) Pemerintah Daerah/BKD Kabupaten/Kota

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 38


1) menganalisis data usulan pemindahan kepala sekolah dari Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota melalui SIM Tendik.
2) Analisa akan menghasilkan nama kepala sekolah yang akan
dipindah ke satuan pendidikan tertentu.
3) membuat SK pemindahan kepala sekolah untuk ditandatangani
oleh Bupati/Walikota.
4) menyerahkan SK Pemindahan kepala sekolah kepada dinas
pendidikan kabupaten/kota untuk diserahkan kepada kepala
sekolah yang bersangkutan.
c) Ditbim Tendik GTKP
1) Melakukan pengendalian proses pemindahan kepala sekolah
jenjang dikdas dalam satu kabupaten/kota.
2) Menerbitkan Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) bagi
kepala sekolah yang pindah dengan memenuhi syarat.
3) Memberikan sanksi bagi kepala sekolah yang dipindahkan tidak
sesuai prosedur dan tidak memenuhi syarat dalam bentuk tidak
mendapatkan SKTP.
Pemindahan kepala sekolah satuan pendidikan Indonesia di luar negeri
menjadi kewenangan Kemendikbud setelah mendapat persetujuan/
pertimbangan BKN berkordinasi dengan Kemenlu.
Skema kewenangan pemerintah dalam pemindahan kepala sekolah
Indonesia di luar negeri dapat digambarkan sebagai berikut.

BKN Kemendikbud Kemenlu

Hasil Seleksi
Khusus

Bagan 3.12 Kewenangan Pemerintah dalam Pemindahan Kepala Sekolah


Indonesia di Luar Negeri

Mekanisme pemindahan kepala sekolah Indonesia di luar negeri dapat dilihat


pada gambar 3.13.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 39


Kemendikbud SIM Tendik BKN Ditbim Tendik GTK

Mulai
Mulai Mulai

Login Menampilkan peta


kebutuhan, Masa Kerja Login Login
dan Kinerja KS

Menganisa Peta Pengendalian


Kebutuhan, Masa Kerja
dan Kinerja KS

Tidak Layak
Menganalisis Data
Usulan
Seleksi Menampilkan usulan Pemindahan KS
Pemindahan KS
Khusus
Layak Pengendalian

Menginput usulan
Pemindahan KS Membuat SK
Pemindahan KS

Penyerahan SK
Pemindahan KS
Diterbitkannya
Laporan hasil SKTP

Selesai
Menampilkan Laporan
Pemindahan KS

Bagan 3.13 Mekanisme Pemindahan Kepala Sekolah Indonesia di Luar Negeri

c. Alasan Pemindahan

Pemindahan adalah penugasan kepala sekolah lintas provinsi, lintas


kabupaten/kota atau lintas satuan pendidikan dalam satu
kabupaten/kota. Alasan pemindahan kepala sekolah sebagai berikut.

1) Kepentingan dinas dankebutuhan nasional sebagaimana


dimaksud berdasarkan perluasan akses, pemerataan mutu, daya
saing, dan relevansi pendidikan. Alasan pemindahan untuk
pemerataan mutu dapat menggunakan pemenuhan standar
nasional pendidikan.

2) Pemindahan berdasarkan permohonan sendiri berdasarkan pada


kepentingan individu kepala sekolah yang mencakup
pengembangan karier, suasana kerja baru, dan urusan keluarga.

d. Syarat Pemindahan

Pelaksanaan pemindahan kepala sekolah harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 40


1) Penugasan berdasarkan periodisasi.

2) Masa kerja di sekolah asal tidak boleh kurang dari 2 (dua) tahun.

3) Masa kerja di sekolah asal tidak boleh lebih dari 8 tahun; dan

4) Penilaian kinerja.

7. Pemberhentian

Kepala sekolah dapat diberhentikan dari penugasan karena:

a. mengundurkan diri

b. mencapai batas usia pensiun guru;

c. diangkat pada jabatan Iain;

d. tidak mampu secara jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat


menjalankan kewajibannya;

e. dikenakan sanksi hukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah


memiliki kekuatan hukum tetap;

f. hasil penilaian prestasi kerja kurang dari sebutan "Baik";

g. tugas belajar 6 (enam) bulan berturut-turut atau lebih;

h. menjadi anggota partai politik;

i. menduduki jabatan negara;

j. meninggal dunia;dan/atau

k. berakhirnya periodisasi penugasan kepala sekolah.

Secara administratif, usulan pemberhentian kepala sekolah pegawai


negeri sipil disampaikan oleh kepala Dinas Provinsi atau Dinas
Kabupaten/Kota kepada pejabat pembina kepegawaian. Sedangkan
usulan pemberhentian kepala sekolah bukan pegawai negeri sipil yang
bertugas pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
ditetapkan oleh pemimpin penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dilaporkan kepada kepala Dinas
Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.

Pemberhentian kepala sekolah merupakan salah satu aspek yang


mempengaruhi pemindahan kepala sekolah. Proses pemberhentian
kepala sekolah mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

Kepala sekolah yang mengajukan berhenti atas kemauan sendiri, dapat


diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. Pengajuan berhenti dapat
ditolak atau ditunda. Permintaan berhenti dapat ditunda untuk paling
lama 1 (satu) tahun, apabila kepala sekolah yang bersangkutan masih

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 41


diperlukan untuk kepentingan dinas, sedangkan ditolak apabila yang
bersangkutan:

a. sedang dalam proses peradilan karena diduga melakukan tindak


pidana kejahatan;

b. terikat kewajiban bekerja pada instansi pemerintah berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. dalam pemeriksaan pejabat yang berwenang memeriksa karena


diduga melakukan pelanggaran disiplin PNS;

d. sedang mengajukan upaya banding administratif karena dijatuhi


hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS;

e. sedang menjalani hukuman disiplin; dan/atau

f. alasan lain menurut pertimbangan PPK.

C. Tindak Lanjut

Apabila terjadi ketidaksesuaian dalam penataan kepala sekolah seperti


kesenjangan jabatan, ketidaksesuaian persyaratan, kelebihan dan kekurangan
tenaga formasi kepala sekolah dan kesenjangan mutu/kompetensi kepala
sekolah maka Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
perlu melakukan tindak lanjut sebagai berikut.

1. Menyusun rencana kebutuhan kepala sekolah.

2. Melakukan pemetaan kebutuhan kepala sekolah.

3. Mengendalikan formasi kebutuhan kepala sekolah.

4. Melaksanakan penempatan kepala sekolah berdasarkan hasil pemetaan


kebutuhan.

5. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan atau bimbingan teknis


peningkatan kompetensi kepala sekolah.

6. Melakukan redistribusi dan pemindahan sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 42


BAB IV

ORGANISASI PELAKSANA PENATAAN KEPALA SEKOLAH

A. Alur Organisasi Pelaksana Penataan Kepala Sekolah

Diagram alur pelaksana penataan kepala sekolah diperlihatkan pada Gambar


4.1.
Pemerintah Pemerintah Kemendikbud BKN Kemendagri
Kab/Kota Provinsi

Penataan KS Penyusunan keputusan


pengangkatan,
SD/SMP NSPK penataan pemindahan, pemindahan
Rekrutmen dan kepala
Pengangkatan pemberhentian sekolah
Penempatan Pegawai Negeri berdasarkan
Pemindahan Sipil pertimbangan
Pemberhentian kepala BKN.
Pengawasan
pemerintah
Penataan KS Penyusunan
daerah
SMA/SMAK NSPK penataan
Rekrutmen pengangkatan,
pemindahan,
Pengangkatan keputusan
dan
Penempatan pemberhentian pemindahan
Pemindahan Pegawai Negeri kepala
Pemberhentian Sipil sekolah
berdasarkan
pertimbangan
kepala BKN.
Pengawasan
pemerintah
daerah

Gambar 4.1. Diagram Alur Pelaksana Penataan Kepala

B. Tugas dan Tanggungjawab Instansi Pelaksana Penataan

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


a. Merumuskan kebijakan penataan kepala sekolah:
1) Secara aktif karena kewenangannya untuk memindahkan kepala
sekolah lintas daerah antar provinsi pada pendidikan anak usaia
dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
khusus;
2) Secara pasif meminta kepada pemerintah daerah (gubernur atau
Bupati/walikota) untuk memindahkan kepala sekolah lintas
kabupaten/kota dalam satu proovinsi atau dalam satu
kabupaten/kota.
b. Menyusun bahan pemetaan kebutuhan penataan kepala sekolah pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan khusus;

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 43


c. Menyusun bahan penataan kepala sekolah lintas daerah provinsi pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan khusus;
d. Menyusun bahan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penataan kepala sekolah pada pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan khusus (petunjuk
teknis);
e. Memberi bimbingan teknis dan supervisi kepada BKD dan Dinas
Pendidikan yang menangani penataan kepala sekolah lintas daerah
provinsi pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan khusus; dan
f. Melaksanakan evaluasi dan laporan di bidang penataan kepala sekolah
pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan khusus.
2. Badan Kepegawaian Negara
a. Melaksanakan wewenang pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
b. Badan Kepegawaian Negara dapat mendelegasikan sebagian
wewenangnya/memberikan kuasa kepada pejabat lain di
lingkungannya untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
c. Memberikan pertimbangan mutasi kepala sekolah antar kabupaten/
kota dalam satu propinsi atau antarpropinsi.
3. Kementerian Dalam Negeri
a. Kementerian Dalam Negeri menetapkan keputusan penataan kepala
sekolah berdasarkan pertimbangan kepala BKN.
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintah daerah dalam
pelaksanaan penataan kepala sekolah sesuai dengan standar teknis
yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB, dan
penerapannya menjadi salah satu kinerja daerah.
4. Pemerintah Provinsi
Di tingkat provinsi penataan kepala sekolah menjadi tanggung jawab
langsung Badan Kepegawaian Provinsi dan Dinas Pendidikan Provinsi.
a. Dinas Pendidikan Provinsi
Secara teknis Dinas Pendidikan Provinsi bertanggung jawab langsung
penataan kepala satuan pendidikan jenjang Pendidikan menengah dan
Pendidikan khusus, antarkabupaten/kota dalam wilayah provinsi.
Untuk melaksanakan penataan kepala sekolah Dinas Pendidikan
Provinsi melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 44


1) Analisis jabatan kepala sekolah untuk memperoleh informasi
jabatan kepala sekolah di wilayah provinsi yang menjadi tanggung
jawabnya.

2) Analisis beban kerja kepala sekolah, sehingga diperoleh jumlah


kebutuhan kepala sekolah jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan khusus.

3) Verifikasi dan validasi kepala sekolah, jenjang pendidikan


menengah dan pendidikan khusus, untuk memperoleh data
kelebihan dan kekurangan kepala sekolah.

4) Pemetaan kebutuhan kepala sekolah jenjang pendidikan


menengah dan pendidikan khusus.

5) Mengajukan usulan kebutuhan dan penataan kepala sekolah


kepada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi dan usulan penataan
harus disertai data kinerja kepala sekolah dan peta mutu sekolah
dengan langkah:

a) Rekrutmen

Tugas dan tanggungjawab Pemerintah Provinsi pada tahapan


rekrutmen adalah:

 Pendataan calon kepala sekolah

 Melaksanakan seleksi administratif

 Merekomendasi calon kepala sekolah ke LPPKS dalam


pelaksanaan seleksi substansi dan Diklat Cakep

 Menerima calon KS yang lulus seleksi

 Menyediakan calon KS sesuai dengan perhitungan


kebutuhan kepala sekolah

b) Pengangkatan

 Membentuk dan Menetapkan Tim Pertimbangan


Pengangkatan (TPP)

 Menyiapkan instrumen pertimbangan pengangkatan


kepala sekolah sejumlah anggota TPP.

 Mengidentifikasi calon kepala sekolah yang memiliki


STTPP.

 Mengidentifikasi satuan pendidikan yang dituju.

 Menyiapkan dan mengedarkan surat pemberitahuan


kepada para calon kepala sekolah yang akan diikutsertakan
dalam pertimbangan pengangkatan.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 45


 Melaksanakan pertimbangan pengangkatan kepala sekolah
.

 Menyerahkan surat rekomendasi hasil pertimbangan


pengangkatan kepala sekolah .

 Mengkat calon kepala sekolah menjadi kepala sekolah

c) Penempatan dan Pemindahan

 Menyusun pemetaan penempatan kepala sekolah yang


yang telah mendapat SK pengangkatan

 Menyusun pemetaan pemindahan/penugasan kepala


sekolah berdasarkan penilaian kinerja dan periodisasi

 Penginputan data pengangkatan dan pemindahan KS


kedalam Sim Tendik

d) Pemberhentian

 Menyusun pemetaan pemberhentian kepala sekolah yang :

 mengundurkan diri

 mencapai batas usia pensiun Guru;

 diangkat pada jabatan Iain;

 tidak mampu secara jasmani dan/atau rohani sehingga


tidak dapat menjalankan kewajibannya;

 dikenakan sanksi hokum berdasarkan putusan pengadilan


yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;

 hasil penilaian prestasi kerja kurang dari sebutan "Baik";

 tugas belajar 6 (enam) bulan berturut-turut atau lebih;

 menjadi anggota partai politik;

 menduduki jabatan negara;

 meninggal dunia.

b. Badan Kepegawaian Daerah Provinsi


Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi bertanggungjawab dalam
pengadaan dan penataan kepala sekolah jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan khusus. Proses penataan kepala sekolah
dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Analisis data yang disampaikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi,
yang terdiri atas:
a) hasil analisis data kinerja;
b) hasil analisis peta mutu pendidikan sekolah jenjang
pendidikan menengah dan pendidikan khusus;

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 46


c) hasil analisis data jumlah kepala berdasarkan jenjang jabatan.
2) Penerbitan SK penataan kepala sekolah dengan persetujuan
kepala Dinas Pendidikan Provinsi.

3) Mengusulkan penataan kepala sekolah antarprovinsi kepada


Badan Kepegawaian Negara (BKN).

5. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bertanggung jawab melakukan


kegiatan-kegiatan berikut ini.
1) Analisis jabatan kepala sekolah jenjang pendidikan dasar, untuk
memperoleh informasi jabatan kepala sekolah di wilayah
kabupaten/kota yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Analisis beban kerja kepala sekolah jenjang pendidikan dasar,
sehingga diperoleh jumlah kebutuhan kepala sekolah jenjang
pendidikan dasar.
3) Analisis hasil verifikasi dan validasi kepala sekolah, jenjang
pendidikan dasar, untuk mendapatkan data kelebihan dan
kekurangan kepala sekolah.
4) Analisis pemetaan kebutuhan kepala sekolah jenjang pendidikan
dasar.
5) Mengajukan usulan kebutuhan dan penataan kepala sekolah
kepada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi. Usulan penataan
harus disertai data kinerja kepala sekolah dan peta mutu sekolah.

b. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten/kota bertanggung


jawab dalam pengadaan dan pengusulan penataan kepala sekolah
jenjang pendidikan dasar. Proses pengusulan penataan kepala sekolah
dilakukan berdasarkan hasil analisis data kinerja, peta mutu sekolah,
dan data jumlah kepala sekolah jenjang pendidikan dasar.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 47


BAB V

PENJAMINAN MUTU PENATAAN KEPALA SEKOLAH

Penjaminan mutu dalam penataan kepala sekolah meliputi perencanaan,


pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, pendampingan, dan pemetaan mutu dalam
penataan kepala sekolah. Penjaminan mutu dalam penataan kepala sekolah disajikan
pada Gambar 5.1.

Peta Mutu
Perencanaan
Kebutuhan
Kepala Sekolah

Perencanaan
Pendampingan Penataan
Kepala Sekolah

Pelaksanaan
Pemantauan
Penataan Kepala
dan Evaluasi Sekolah

Gambar 5.1 Prosedur Kegiatan Penataan Kepala Sekolah

A. Perencanaan

Perencanaan penataan kebutuhan kepala sekolah merupakan upaya untuk


memastikan bahwa adanya keteraturan dalam rekrutmen,pengangkatan,
penempatan, karir, promosi dan pemindahan kepala sekolah pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten/kota, tingkat provinsi telah direncanakan
dengan baik sebagaimana standar kepala sekolah yang telah ditetapkan.
Prosedur pada kegiatan perencanaan penataan kepala sekolah merupakan
langkah strategis yang perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota,
pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat demi memastikan bahwa
kepala sekolah yang dibutuhkan pada semua tingkatan telah terencana dengan
baik.

Prosedur untuk kegiatan perencanaan penataan kepala sekolah bertujuan


untuk: (1) mengidentifikasi permasalahan dalam proses perencanaan, (2)
tingkat keberhasilan perencanaan, dan (3) menginventaris temuan-temuan
dan tindak lanjut. Adapun ruang lingkup prosedur kegiatan perencanaan
kebutuhan Kepala Sekolah:

1. Penyelenggaraan kegiatan seperti penyiapan pedoman/panduan kerja

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 48


perencanaan, kebutuhan administrasi, sarana prasarana, konsultan dan
narasumber, panitia maupun perencananya sendiri.

2. Proses perencanaan penataanKepala Sekolah.

3. Pengolahan hasil pengamatan dalam berbagai dokumen dan pemberian


umpan balik.

4. Penyusunan laporan hasil penjaminan mutu.

B. Pelaksanaan

Dalam rangka pelaksaaan prosedur kegiatan penataan kepala sekolah perlu


diuraikan tugas sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan dan pemeriksaan terhadap penyiapan pedoman


penataan kepala sekolah, kebutuhan administrasi, sarana prasarana,
konsultan dan narasumber, panitia maupun perencana menggunakan
instrumen prosedur yang ditetapkan.

2. Melakukan pengamatan terhadap proses penataan kepala sekolah untuk


memastikan pelaksanaan penataan kepala sekolah sesuai standar yang
ditetapkan. Pengamatan menggunakan instrumen prosedur yang
ditetapkan.

3. Melakukan refleksi terhadap proses perencanaan dan memberi umpan


balik.

4. Melakukan pelaporan dan tindak lanjut hasil penataan kepala sekolah.

Tenaga pelaksana perencanaan disiapkan oleh pihak Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan melalui pembekalan dan penugasan. Ketentuan yang
mencakup penetapan personil, tugas dan tanggungjawab, perangkat dan
instrumen, pelaksanaan, pengolahan data, pembiayaan, pelaporan, dan tindak
lanjut diatur dalam petunjuk teknis.

C. Pemantauan dan Evaluasi

1. Pemantauan

a. Ruang Lingkup

Pemantauan kegiatan penataan kepala sekolah bertujuan untuk: (1)


menginventarisir faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
perencanaan penataan, (2) perubahan rencana dan solusi yang
ditemukan. Ruang lingkup pemantauan kegiatan penataan kepala
sekolah meliputi:

1) Faktor pendukung dan penghambat kegiatan perencanaan;

2) Perubahan-perubahan yang terjadi dan solusi yang ditemukan.


Pedoman Penataan Kepala Sekolah 49
b. Tugas Pemantauan

1) Melakukan pemantauan faktor-faktor yang mendukung dan


menghambat pelaksanaan penataan kepala sekolah misalnya
pemenuhan kebutuhan kepala sekolah, pemetaan calon kepala
sekolah yang tersedia, kepala sekolah yang dipromosikan dan
dipindahkan.

2) Melakukan pemantauan terhadap proses penataan kepala


sekolah yang berlangsung.

3) Melakukan pengamatan terhadap dokumen hasil penataan.

4) Melakukan pelaporan pemantauan kegiatan penataan kepala


sekolah.

c. Tenaga Pemantau

Tenaga pemantau disiapkan oleh pihak Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan melalui pembekalan dan penugasan. Ketentuan yang
mencakup penetapan personil, tugas dan tanggung jawab, perangkat
dan instrumen pemantauan, pelaksanaan pemantauan, pengolahan
data, pembiayaan, pelaporan, dan tindak lanjut diatur dalam petunjuk
teknis.

2. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan penataan kepala sekolah


diarahkan pada pengumpulan informasi tentang keterlaksanaan dan
ketercapaian tujuan penataan kepala sekolah secara menyeluruh.

Laporan evaluasi kegiatan penataan dimaksud merupakan bahan masukan


kepada berbagai pihak yang berkepentingan menyangkut pemenuhan
kriteria mutu pada semua tahapan pelaksanaan. Hasil evaluasi digunakan
sebagai bahan rekomendasi kebijakan, perbaikan, dan pengembangan
selanjutnya.

a. Ruang Lingkup

Ruang lingkup evaluasi kegiatan penataan kepala sekolah adalah


seluruh aspek terkait penataan kepala sekolah perencanaan,
pelaksanaan, ketercapaian tujuan, hasil evaluasi terhadap kegiatan
penataan kepala sekolah, bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat
keberhasilan proses pelaksanaan penataan kepala sekolah; (2) hasil
peanataan kepala sekolah

Ruang lingkup evaluasi kegiatan penataan kepala sekolah meliputi:

1) Persiapan, pelaksanaan, ketercapaian tujuan, hasil yang mengacu


pada cakupan pengendalian kegiatan penataan kepala sekolah.

2) Penyiapan dan pengembangan instrumen evaluasi berupa

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 50


dokumen berupa angket, lembar pengamatan.

3) Penyiapan tenaga evaluasi

4) Pengumpulan data

5) Pengolahan dan analisis data

6) Penyusunan laporan dilakukan oleh masing-masing pelaksana


atau petugas Evaluasi.

b. Sasaran Evaluasi

Sasaran evaluasi meliputi; (1) Satuan pendidikan, 2) pemerintah


kabupaten kota, 3) pemerintah provinsi dan 4) pemerintah pusat yang
melaksanakan penataan kepala sekolah.

c. Mekanisme Evaluasi

1) Pelaksana evaluasi adalah pihak Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan dengan menugaskan petugas Evaluasi yang telah
diberikan pembekalan.

2) Pelaksanaan evaluasi kegiatan penataan dilakukan minimal 1


(satu) kali selama pelaksanaan kegiatan.

3) Jumlah responden untuk evaluasi satuan pendidikan, pemerintah


kabupaten/kota, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat
disesuaikan kebutuhan dengan prinsip keterwakilan
(representasi)

d. Pendanaan Evaluasi

Sumber dana evaluasi dibebankan pada DIPA Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan.

e. Ketentuan Lain

Ketentuan lain yang mencakup penetapan, peran dan fungsi petugas,


perangkat dan instrumen evaluasi, pelaksanaan, pengolahan data,
pembiayaan, pelaporan, dan tindak lanjut diatur dalam petunjuk
teknis.

D. Pendampingan

Pendampingan penyelenggaraan penataan kepala sekolah antar satuan


pendidikan, antar jenjang, dan antar jenis pendidikan:

1. Secara umum dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri;

2. Secara teknis dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan


Provinsi serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada satuan

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 51


pendidikan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama dilaksanakan
oleh Menteri Agama.

Prosedur pada kegiatan penataan kepala sekolah merupakan langkah strategis


yang perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi
maupun pemerintah pusat demi memastikan semua kepala sekolah yang harus
ditata pada semua tingkatan dan jenjang telah terencana dengan baik.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 52


BAB VI

PENUTUP

Pedoman penataan kepala sekolah merupakan acuan bagi pejabat Pembina


kepegawaian pusat dan daerah, Badan Kepegawaian dan Pembangunan Sumber
Daya Manusia (BKPSDM), Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bidang
pendidikan di provinsi/kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan (stakeholder)
lainnya dalam perencanaan kebutuhan kepala sekolah. Pedoman penataan kepala
sekolah digunakan untuk menyamakan persepsi bagi pejabat Pembina kepegawaian
pusat dan daerah, kepala organisasi perangkat daerah (OPD) bidang kepegawaian di
provinsi/kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder) dalam
penataan kepala sekolah.

Pedoman ini diharapkan menjadi acuan bagi para pengambil kebijakan dalam
menata kepala sekolah di Indonesia. Akhirnya, semoga pedoman ini dapat menjadi
solusi untuk menyelesaikan permasalahan penataan kepala sekolah di Indonesia.

Pedoman Penataan Kepala Sekolah 53

Anda mungkin juga menyukai