Anda di halaman 1dari 13

Alam Pikiran Manusia dan Perkembangannya

A.    Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuannya


Dibanding dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah yang terlemah, sedangkan
rohaninya atau akal budi dan kemauannya sangat kuat (Aly dan Rahma, 1998:2). Manusia
memang tidak bisa terbang seperti burung, tidak dapat berenang selincah ikan, dan tidak
punya tenaga sekuat gajah.
Meski demikian manusia memiliki kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta
nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana untuk dirinya
maupun lingkungannya. Dengan demikian manusia bisa mengatasi kelemahannya tersebut.

1.      Kelebihan Manusia dari Penghuni Bumi Lainnya


Manusia merupakan makhluk yang paling dominan di permukaan bumi. Hampir semua
lini di bumi ini dikuasai oleh manusia. Kenapa bisa demikian? Karena manusia memiliki
beberapa kelebihan daripada makhluk bumi lainnya.
Kelebihan tersebut antara lain.
a)      Manusia sebagai makhluk yang berpikir (homo sapiens). Meski manusia mempunyai
beberapa keterbatasan secara fisik, seperti ukuran, kekuatan, kecepatan, dan panca inderanya
dibandingkan makhluk bumi lainnya, namun manusia lebih baik dalam menggunakan
akalnya. Dengan kemampuan berpikirnya manusia bisa mengatasi kekurangannya.
b)      Manusia sebagai pembuat alat (homo fiber).
Meski memiliki kekurangan dari segi kemampuan fisik, tapi manusia bisa memenuhi semua
kebutuhannya. Cara manusia untuk memenuhi kebutuhannya adalah dengan membuat alat.
Dengan alat yang dibuatnya tersebut, manusia dengan mudah dapat beradaptasi dengan
lingkungannya.
c)      Manusia dapat berbicara (homo languens).
Kelebihan manusia daripada makhluk hidup lainnya yang adalah manusia bisa berbicara,
sedangkan makluk hidup lainnya tidak. Manusia dapat berbicara melalui lisan maupun tulisan
sehingga ia dapat mengkomunikasikan apa yang diinginkannya.
d)     Manusia dapat hidup bermasyarakat (homo sosius).
Manusia merupakan makhluk sosial. Maksudnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa
bantuan dari manusia lainnya. Untuk mengatasi hal itu manusia pun hidup bermasyarakat dan
saling membantu satu sama lainnya. Dengan demikian manusia bisa dengan mudah
memenuhi kebutuhannya.
e)      Manusia dapat mengadakan usaha (homo economicus).
Salah satu cara bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya adalah dengan mengadakan
tukar-menukar barang dan berjual-beli dengan manusia lainnya. Dengan kegiatan ini manusia
bisa saling membantu dalam memenuhi kebutuhan masing-masing manusia tersebut dengan
mudah. Hal ini tentu tidak dapat dilakukan makhluk bumi lainnya.
f)       Manusia mempunyai kepercayaan dan beragama (homo religious).
Hal lain yang membedakan manusia dengan penghuni bumi lainnya adalah, manusia
memiliki kepercayaan dan beragama. Manusia percaya dengan adanya kekuatan gaib yang
lebih besar dan mengatur jagad raya ini.

2.      Rasa Ingin Tahu dan Terbentuknya Ilmu Pengetahuan Alam


Menurut Purnama (2003:4) Ilmu Pengetahuan Alam bermula dari rasa ingin tahu, yang
merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang apa yang
ada di sekitarnya. Baik itu alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari yang dilihatnya,
bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Manusia memiliki rasa ingin tahu (curiousity) yang tinggi. Dengan rasa ingin tahu ini
pengetahuan manusia dapat berkembang. Meskipun makhluk bumi lainnya juga mempunyai
rasa ingin tahu, tetapi rasa ingin tahunya itu hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
makanannya saja. Rasa ingin tahu mereka tidak untuk menciptakan sesuatu yang melebihi
kebutuhan makannya dan bersifat menetap (idle curiousity). Berbeda dengan manusia yang
mempunyai rasa ingin tahu yang terus berkembang. Perkembangan rasa ingin tahu itu selalu
dimulai dengan pertanyaan “apa” (what) tentang segala sesuatu yang dilihatnya. Kemudian
dilanjutkan dengan pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Pertanyaan-
pertanyaan seperti ini telah tumbuh sejak anak-anak belajar di taman kanak-kanak.
Dengan adanya kemampuan berpikir pada manusia, membuat rasa ingin tahu manusia
terhadap segala sesuatu di semesta ini terus berkembang. Jawaban terhadap berbagai
pertanyaan manusia terhadap berbagai gejala atau peristiwa yang terjadi di alam tersebut
akhirnya menjaddi ilmu pengetahuan.

3.      Sifat Keingintahuan Manusia


Dengan rasa ingin tahunya yang besar, manusia selalu berusaha mencari keterangan
tentang fenomena alam yang teramati. Untuk bisa menjawab pertanyaan dari rasa ingin
tahunya, manusia sering mereka-reka sendiri jawabannya. Meski jawaban seperti ini kadang
tidak logis, namun sering diterima masyarakat awam sebagai suatu kebenaran. Pengetahuan
semacam ini disebut pseudo science, yaitu pengetahuan mirip sains tapi bukan sains.
Cara memperoleh pengetahuan dengan pendekatan pseudo science (sains semu) ini antara
lain sebagai berikut.
a.       Mitos
Mitos merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman dengan dugaan, imajinasi dan
kepercayaan.
b.      Wahyu
Wahyu merupakan komunikasi sang Pencipta dengan makhluk-Nya sebagai utusan yang
menghasilkan ilmu pengetahuan yang benar.
c.       Otoritas dan Tradisi
Otoritas dan tradisi yaitu pengetahuan yang telah lama ada dan dipergunakan oleh pemimpin
atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran.
d.      Prasangka
Prasangka yaitu berupa dugaan yang kemungkinannya bisa benar dan bisa salah.
e.       Intuisi
Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang nonanalitik (tanpa nalar), tidak berdasarkan pola
pikir tertentu dan biasanya pendapat itu diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses berpikir
terlebih dahulu.
f.       Penemuan Kebetulan
Penemuan kebetulan yaitu pengetahuan yang awalnya ditemukan secara kebetulan dan
beberapa di antaranya adalah sangat berguna.
g.      Cara Coba-Ralat (Trial and Error)
Trial and error adalah pengetahuan yang diperoleh melalui cara coba-salah-coba-salah, tanpa
dilandasi dengan teori yang relevan.

Pada zaman Yunani (600-200 SM) pola pikir manusia menjadi lebih maju dariada pola
pikir mitos. Pada masa ini terjadi penggabungan antara pengamatan, pengalaman, dan akal
sehat atau logika. Aliran ini disebut “rasionalisme”, yaitu pertanyaan akan dijawab dengan
logika atau hal-hal yang masuk akal.
Selanjutnya juga dikenal metode deduksi, yaitu penarikan suatu kesimpulan berdasarkan
pada sesuatu yang bersifat umum. Bebarapa waktu setelahnya juga dikenal metode induksi,
yang intinya adalah pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atau
eksperinmentasi yang diperoleh.

B.     Perkembangan Fisik, Sifat dan Pikiran Manusia


1.      Perkembangan Fisik Manusia
Mulai dari rahim ibu, masa setelah dilahirkan, sampai masa dewasa, tubuh manusia
mengalami pertumbuhan sedikit demi sedikit. Proses perubahan tersebut dimulai dari bentuk
sel yang sangat sederhana pada saat pembuahan, sampai ke bentuk sel yang sangat kompleks.
Janin di rahim induk terjadi dari hasil pembuahan sel telur pejantannya. Sel telur yang telah
dibuahi (zigot) tersebut akan mengalami pembelahan sel, diferensiasi sel sehingga terbentuk
janin, dan transformasi bentuk tubuh.
Bentuk tubuh manusia mengalami perubahan yang sistematis dan teratur sesuai dengan
kodratnya sejak bayi hingga dewasa. Pada masa puberitas, terjadi perubahan fisik yang sangat
signifikan, terutama pada tanda-tanda kedewasaan seperti tumbuhnya rambut pada bagian
tubuh tertentu dan fungsi genetaliannya. Pertumbuhan morfologi wanita pada masa puberitas,
yang tidak dialami laki-laki, adalah pinggul membesar, pinggang meramping, terbentuknya
payudara serta datangnya siklus haid. Perbedaan bentuk tubuh dan genetalia tersebut dapat
dimaklumi karena secara biologis laki-laki dan perempuan mempunyai peran yang berbeda
dalam kehidupannya.

2.      Perkembangan Sifat dan Pikiran Manusia


Cara orang dewasa mencari pengetahuan umumnya sangat dipengaruhi oleh
pengembangan pegetahuan pada masa kanak-kanak.
a.       Masa bayi (0-2 tahun), disebut periode sensorimotorik. Pada periode ini perkembangan
kecerdasan bayi sangat cepat.
b.      Masa kanak-kanak (3-5 tahun), disebut periode praoperasional. Pada periode ini dorongan
keingintahuan anak sangat besar, sehingga banyak orang mengatakan bahwa anak pad
periode ini adalah “masa bertanya”.
c.       Masa Usia sekolah (6-12 tahun), disebut periode operasional nyata. Pada masa anak sangat
aktif, ditandai dengan perkembangan fisik dan motorik yang baik. Masa ini juga merupakan
“masa tenang” karena proses perkembangan emosional anak telah mendapat kepuasan
maksimal sesuai dengan kemampuannya.
d.      Masa remaja (13-20 tahun), disebut periode preoperasional formal. Masa ini merupakan
masa pertentangan (konflik), baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang dewasa.
e.       Masa dewasa (> 20 tahun), masa ini ditandai dengan kemampuan individu untuk berdiri
sendiri. Mereka mampu mengendalikan perilaku dengan baik, menempatkan dirinya sebagai
anggota dalam kelompok serta merupakan individu yang bertanggungjawab (Tim, 2007:9).

C.     Sejarah Pengetahuan Manusia


1.      Zaman Kuno
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari kemampuan mengamati
alam sekitarnya. Selain pengetahuan itu juga juga didapat dari hasil percobaan yang sifatnya
spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima sebagaimana
adanya. Belum ada usaha untuk mencari asal-usul dan sebab-akibat dari segala sesuatu.

2.      Zaman Yunani


Pada zaman ini perkembangan ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari bangsa Yunani. Pada tahap ini manusia
tidak hanya menerima pengetahuan seperti adanya saja, melainkan secara spekulatif mencoba
mencari jawab tentang asal-usul dan sebab-akibat dari segala sesuatu. Beberapa pandangan
dan pendapat itu adalah sebagai berikut:
a.       Thales (624-548 SM)
Ahli filsafat dan matematika, pelopor ari segala ilmu. Ia dianggap orang pertama yang
mempertanyakan dasar dari alam dan segala isisnya. Thales berpendapat bahwa pangkal
segala sesuatu adalah air: dari air asal segala sesuatu, kepada air pula ia akan kembali. Selain
itu dia juga menyatakan bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan
menerima cahaya dari matahari.

b.      Anaximenes (588-526 SM)


Anaximenes berpendapat bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat terjadi dari udara
yang merapat dan merenggang, pendapat ini mungkin dihubungkan dengan kenyataan bahwa
manusia itu tergantung kepada pernapasan.

c.       Anaximender (610-546 SM)


Anaximender berpendapat langit dengan segala isinya itu mengelilingi bumi dan
sebenarnya langit yang nampal itu hanya separohnya.

d.      Heraklitos (535-475 SM)


Heraklitos menyatakan bahwa api merupakan asal dari segala sesuatu. Sebab api ini yang
menggerakkan sesuatu, menghidupkan alam semesta, yang berubah-ubah sifatnya di dalam
proses yang kekal. Yang kekal hanyalah perubahan, segala sesuatu adalah mengalir.

e.       Pythagoras (580-499 SM)


Pythagoras mengemukakan empat unsur dasar yaitu bumi, air, udara, dan api. Dalam
bidang matematika menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa kuadrat panjang sisi miring
sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya.

f.       Empedokles (495-435 SM)


Empedokles menerima empat unsur dasar menurut Pythagoras dan menyatakan bahwa
sifat segala benda terjadi dari percampuran keempat unsur itu dalam perbandingan yang
berbeda.
Keempat unsur itu adalah sifat panas, dingin, basah, dan kering. Kering dan dingin
membentuk bumi, panas dan kering unsur pembentuk api,. Air dari basah dan dingin, udara
dari basah dan panas.
Selain itu juga diyatakab bahwa segala benda yang sejenis akan tarik menarik, sedang
yag berlawanan akan tolak menolak.

g.      Leukippos dan Demokritos (460-370 SM)


Dalam mencari unsur dasar dari segala sesuatu Leukipos da Demokritos mengemukakan
teori atom sebagai berikut: Zat memiliki bangun butir. Segala zat terdiri atas atom, yang tidak
dapat dibagi, tak dapat dimusnahkan, tak dapat diubah.

h.      Plato (427-347 SM)


Plato menyangkal teori atom, yang menganggap bahwa kebaikan dan keindahan itu
timbul dari sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah
yang sejak semula telah ada dalam alam pikiran atau alam ide. Apa yang nampak oleh
pancaindera hanyalah bayangan belaka. Pengalaman yang kekal dan benar adalah yang telah
dibawa oleh roh dari alam yang gaib.
i.        Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles berpendapat bahwa untuk mencari pegetahuan yang benar adalah dengan
jalan pikiran secara deduktif. Berbeda dengan Plato, Aristoteles menyangkal bahwa
pengetahuan yang benar itu berasal dari dunia yag gaib. Melainkan menghargai pengetahuan
yang diperoleh dan dibuktikan dengan pancaindera.

j.        Ptolomeus (127-151 SM)


Ptolomeus berpendapat bahwa bumi sebagai pusat jagad raya, bintang dan matahari
mengelilingingi bumi (geosentrisme). Planet beredar melalui orbitnya sendiri dan terletak
antara bumi dan bintang.
Pendapat dan pandangan Aristoteles dan Ptolomeus ini berpengaruh sangat lama sampai
menjelang zaman modern, yaitu zaman Galileo. Geosentrisme digantin dengan
heliosentrisme (matahari sebagai pusat jagad raya).

3.      Zaman Pertegahan


a.       Zaman Alkimia (abad 1-2)
Ahli Alkimia mennerima pendapat empat buah unsur buah unsur dan bahkan
menambahkan tiga lagi, yaitu: air raksa, belerang dan garam. Pengertian unsur di sini lebih
dimaksudkan sebagai sifatnya daripada unsur itu sendiri.
Air raksa = logam yang mudah menjadi uap.
Belerang = mudah terbakar dan memberi warna.
Garam = tak dapat terbakar dan bersifat tanah.

b.      Zaman Latrokimia (latros = Tabib)


Tokoh di zaman ini adalah Paracelsus (1439-1541), menerima tiga unsur: air raksa,
belerang dan garam yang dipandang bahwa:
Air raksa = mengandung roh, jiwa.
Belerang = mengandung semangat.
Garam = merupakan tubuhnya.

Perkembangan ilmu pengetahuan cendrung stagnan sampai tahun 1400. Semuanya masih
didasarkan atas pengetahuan Yunani terutama Aristoteles.
Perkembangan yang lebih penting dilakukan di Arab. Pada zaman keemasan Islam,
pengaruh bangsa Arab sangat menonjol. Orang Arab menerjemahkan, mempelajari,
mengembangkan, dan memperekaya karya-karya Yunani. Beberapa cendikiawan Islam di
antaranya:
1)      Al Khowarisi (825)
Menyusun buu aljabar dan aritmatika ynag kemudian mendorong penggunaan sistem
desimal.

2)      Omar Khayam (1043-1132)


Omar Khayam merupaka ahli matematika dan astronomi.

3)      Abu Ibnusina (atau Avicenna, 980-1137)


Ibnusina merupakan orang yang mengembangkan ilmu kedokteran. Ia juga menulis buku
tentang kedokteran pada masa itu.

Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam pengembangan IPA adalah sebagai
berikut.
a)      Menerjemahkan peninggalan Yunani, mengembangkannya dan kemudian menyebarkannya
ke Eropa dan selanjutnya dikembangkan di Eropa.
b)      Mengembangkan metode eksperimen sehingga memperluas pengamatan dalam lapangan
kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia, dan biologi.
c)      Memantapkan penggunaan sistem penulisan bilangan dengan dasar dan ditulis dengan posisi
letak, artinya nilai suatu angka terletak pada letaknya.

4.      Zaman Modern (abad XV sampai sekarang)


Pengetahuan yang terkumpul sejak zaman Yunani dan abad pertengahan memang sudah
banyak, namun belum tersusun secara sistematis dan belum dianalisis menurut jalan pikiran
tertentu.
Metode eksperimen pun mulai berkembang setelah ditemukannya alat yang makin
sempurna serta meningkatnya kemampuan berpikir. Berikut ini adalah tokoh yang
memelopori metode ekspermen.
a.       Roger Bacon
Menyatakan bahwa pada hakekatnya ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang
berdasarkan kepada kenyataan yang disusun dan dibentuk dari pengalaman, penyelidikan dan
percobaan. Matematiika merupakan dasar untuk berpikir dan merupakan kunci untuk mencari
kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

b.      Leonardo da Vinci


Pernah menyatakan bahwa: Percobaan tidak mungkin sesat, yang tersesat adalah
pandangan dan pertimbangan kita.

c.       Francis Bacon


Berpendapat bahwa cara berpikir induktif merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai
kebenaran: Hanya penyelidikan dan percobaan yang menumbuhkan pengertian terhadap
keadaan alam.
d.      Nicolas Copernicus
Ahli astronomi dan matematika dan pengobatan. Karyanya antara lain.
1)      Matahari adalah pusat dari sistem tatasurya (heliosentrisme).
2)      Bumi mengelilingi matahari sedangkan bulan mengelilingi bumi.

e.       Johannes Keppler


Mengemukakan tiga buah hukum tentang peredaran planet mengelilingi matahari.
1)      Orbit dari semua planet berbentuk elips.
2)      Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintas
bidang yag luasnya sama.
3)      Kuadrat dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet untuk mengelilingi matahari adalah
sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu dengan matahari.

f.       Galileo Galilei


Galileo antara lain menemukan 4 hukum gerak, penemuan tata bulan planet Jupiter,
mendukung heliosentrisme dari Copernicus dan hukumnya Keppler. Selain itu ia juga
menegaskan bahwa bulan tidak datar dan penuh gunung. Dia juga mengklaim bahwa planet
Merkurius dan Venus tidak memancarkan cahaya sendiri dan juga menemukan empat buah
bulan pada planet Jupiter. Semua penemuannya ini didasarkan atas pengamatan dengan alat
teropong bintangnya.
Semua penemuan dan pendapat yang telah dijelaskan di atas disusun berdasarkan hasil
percobaan. Mulai saat itu dianggap sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern.
Dianggap demikian karena pengetahuan yangdiperoleh tidak hanya menggunakan cara
berpikir deduktif saja tetapi juga bertumpu pada pengetahuan yang telah diakui kebenarannya
dengan eksperimen. Dengan kata lain setelah manusia memadukan kemampuan penalaran
dengan eksperimen lahirlah IPA sebagai ilmu yang mantap (Margono dkk, dalam Ahmadi
dan Supatmo, 1991: 14).

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu dan A. Supatmo. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Aly, Abdullah dan Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purnama, Hari. 2003. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim MK IAD UNP. 2007. Handout Ilmu Kealaman Dasar. Padang: UPT MKU UNP.
http://kumpulantugasyola.blogspot.com/2013/09/alam-pikiran-manusia-dan-
perkembangannya.html
A.  Latar Belakang
Manusia dewasa ini telah banyak merasakan kenikmatan hidup, baik berupa nikmat jasmani
maupun nikmat rohani. Kenikmatan jasmani dapat dilihat dari terpenuhinya berbagai macam
kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan sandang, pangan, maupun papan sampai dengan
kebutuhan sarana pendidikan, sosial, budaya dan lain-lain. Sedangkan kenikmatan rohani dapat
dilihat dengan terpenuhinya berbagai jenis keperluan sosial keagamaan, penyegaran jiwa misalnya
adanya tempat-tempat wisata, pagelaran kesenian musik, lukis, maupun drama serta banyaknya
berdiri tempat-tempat ibadah keagamaan dan lain-lain.
Pemenuhan berbagai macam kenikmatan ini merupakan hasil dari kemudahan-kemudahan yang
diperoleh manusia berkat kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau
iptek. Dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling rumit sekalipun telah dapat
ditundukkan oleh manusia dan sekaligus dapat dimanfaatkan. 
Sebagai contoh untuk keperluan sandang, manusia tidak perlu lagi memintal sendiri bahan-bahan
yang akan dijadikan pakaian, baju dan celana, tetapi cukup membelinya di toko pakaian atau toko
bahan sandang. Sedangkan untuk keperluan rohani misalnya bagi umat Islam dalam pelaksanaan
beribadah haji, pada saat ini tidak perlu lagi berlama-lama mengarungi samudra atau mengendarai
onta di tengah-tengah padang pasir, tetapi cukup dengan naik pesawat terbang dan atau
mengendarai mobil berpendingin dalam waktu yang relatif singkat. 
Kemudahan semacam ini, jika dituliskan semuanya tentu akan menambah deretan yang sangat
panjang bahkan mungkin takterhitung jumlah dan jenisnya. Penguasaan iptek yang demikian hebat
yang mampu melahirkan kenikmatan hidup sehingga sampai dapat dirasakan di masa awal milenium
ke tiga ini, tidaklah datang dengan cara tiba-tiba, tetapi melalui tahapan demi tahapan yang sangat
panjang, mulai dari iptek sederhana sampai dengan yang sangat canggih dan rumit. Tentunya tahap
demi tahap yang dimaksud jelas akan menentukan proses terbentuknya iptek sampai saat ini.
B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka ditemukan rumusan masalah seperti :
1.      Bagaimana cara perkembangan alam pikiran manusia?
2.      Apa pengertian dari mitos dan bagaimana manusia memperoleh pemikiran?
C.  Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan bagaimana cara perkembangan alam pikiran manusia.
2.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan mitos dan bagaimana manusia memperoleh pemikiran.
BAB II
PEMBAHASAN
1.    Perkembangan Alam Pikiran
Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang
mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam. Manusia sebagai
makhluk mempunyai ciri-ciri :
a.       Memiliki organ tubuh yang komplek dan sangat khusus terutama otaknya.
b.      Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
c.       Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
d.      Memiliki potensi berkembang biak.
e.       Tumbuh dan bergerak.
f.       Berinteraksi dengan lingkungannya.
g.      Meninggal atau mati.
Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang
terjadi disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah manusia
untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam
kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu
dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat
mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak hanya terdapat pada objek yang diamati dengan
panca indera saja, tetapi juga masalah-masalah lain, misalnya yang berhubungan dengan baik atau
buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat dipecahkan, timbul masalah lain
menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus setelah tahu apa-nya, mereka ingin tahu
bagaimana dan mengapa. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk
dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Rasa ingin tahu yang terdapat manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi
berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan semua peristiwa
yang terjadi di sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca inderanya
merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh hal-
hal yang diamatinya.
Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berfikir, rasa ingin tahunya
terus berlanjut, bukan hanya apa-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi jawaban dari
bagaimana dan kemudian berlanjut mengapa tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-
benda dan semua peristiwa yang diamatinya.
Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah atau diperlancar
dengan adanya kemampuan ini, maka dapat dilakukan tukar menukar informasi mengenai
pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan pengetahuan pada
manusia juga didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak
puas dan sifat yang lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan
yang lebih banyak. Dengan demikian, Akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat. 
2.    Mitos, Penalaran, dan Berbagai Cara Memperoleh Pengetahuan 
Pada zaman dahulu, kemampuan manusia masih terbatas baik peralatan maupun pemikiran.
Keterbatasan itu menyebakan pengamatan menjadi kurang seksama, dan cara pemikiran yang
sederhana menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan kesimpulan yang kurang tepat.
Dengan demikan, pengetahuan yang terkumpul belum memberikan kepuasan terhadap rasa ingin
tahu manusia dan masih jauh dari kebenaran .
Perkembangan selanjutnya adalah memenuhi kebutuhan non fisik (pikirannya), jadi tidak
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat
terpuaskan atas dasar pengamatan maupun pengalamannya saja untuk memuaskan alam
pikirannya.
Berbagai pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dari pengalaman dan
kepercayaan seseorang disebut mitos. Adapun cerita yang berdasarkan mitos ini disebut legenda .
Mitos ini timbul disebabkan karena keterbatasan alat indra manusia, seperti :
1.      Alat penglihatan
Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak oleh mata.
2.      Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000
perdetik.
3.      Alat pencium dan pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun yang diciumnya. Manusia hanya
bisa membedakan empat jenis rasa, yaitu manis, masam, asin , dan pahit. 
4.      Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif sehingga
tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut.
Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a.       Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatsan penginderaan baik langsung maupun
dengan alat.
b.      Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c.       Hasrat ingin tahunya terpenuhi.
Menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai
individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam 3 tahap :
1.    Tahap teologi atau fiktif.
2.    Tahap filsafat atau metafisik.
3.    Tahap positif atau ilmiah ril.
Pada masa teologi atau fiktif, manusia menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada
di sekitarnya. Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran
sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan gaib. Dalam alam mitos ini,
penalaran belum terbentuk, dan yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi dan intuisi.
Demikian juga manusia dengan objek masih menjadi satu antara subjek dengan objek belum ada
jarak, sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subjektif. Dahulu mitos sangat berpengaruh,
bahkan sampai sekarang ini pun belum sepenuhnya hilang. Mencari jawaban atas sesuatu masalah
dengan menghubungkannya dengan makhluk ghaib disebut berfikir secara Irasional. Tentu saja
melalui ini, pengetahuan yang diperoleh belum dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Manusia secara terus menerus selalu mengembangkan pengetahuan. Mereka mengembangkan
pengetahuan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan yang menyangkut kelangsungan
hidupnya saja. Mereka juga berusaha untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. 
Berfikir adalah suatu kegiatan untuk memperoleh/menemukan pengetahuan yang benar. Proses
berfikir dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan yang benar disebut penalaran.
Pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini merupakan hasil kegiatan berfikir, bukanlah hasil
perasaan. Tidak semua kegiatan berfikir merupakan penalaran. Penalaran merupakan kegiatan
berfikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan analistis.
Berdasarkan kriteria ini, maka tidak semua kegiatan berfikif merupakan berfikir logis dan
analistis. Cara berfikir yang tidak logis dan analistis bukan merupakan penalaran. Terdapat berbagai
cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, di
antaranya ialah :
a.    Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan.
Merasa, merupakan suatu cara menarik kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
b.    Intuisi.
Merupakan kegiatan berfikir yang tidak analistis, tidak berdasarkan pada pola berfikir tertentu.
c.    Wahyu.
Adalah pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada utusanNya.
d.   Trial and error.
Suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan. Oleh
karena itu, Pola pikir berdasarkan mitos mengajak manusia untuk berkembang melalui tahap-tahap
peradabannya dari menemukan sesuatu yang asing menuju ke sesuatu yang dikenal. Ini adalah suatu
hal yang dapat kita katakan sebagai pola kemanusiawian biasa. Implikasinya, berpikir berdasarkan
mitos adalah suatu bakat manusiawi, tidak bisa kita hindari. Demikianlah yang dialami oleh seluruh
bangsa-bangsa di dunia termasuk bangsa Indonesia, walaupun dapat dipergunjingkan lagi ketika
perilaku semacam ini masih bertahan sampai sekarang. 
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Mitologi mungkin akan terus eksis di dalam peradaban ini ketika manusia belum menemukan
suatu jawaban atas sebuah misteri. Mitologi bisa tertanam ke dalam kepribadian yang paling prinsip
sekalipun, bahkan dijadikan sebuah ideologi. Friksi antara mitologi dan logika akan muncul ketika
telah tuntasnya logika suatu misteri, namun pola pikir masih berdiri pada alas paradigma mitologi.
Pemahaman kita menjadi lebih lengkap mengenai kesalingterkaitan antara ide-ide itu. Mitos
menggunakan imajinasi untuk mengungkap keyakinan. Sastra memakai gelora jiwa untuk
mengungkap keindahan. Mitos ini timbul disebabkan antara lain keterbatasan alat indra manusia,
seperti :
1.      Alat penglihatan.
2.      Alat pendengaran.
3.      Alat pencium dan pengecap.
4.      Alat perasa.
Cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, di
antaranya ialah : Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan, Intuisi, Wahyu, Trial and error.

Dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan,
berlangsung dalam 3 tahap :
1.      Tahap teologi atau fiktif
2.      Tahap positif atau ilmiah ril
3.      Tahap filsafat atau metafisik.
B.  Saran 
Demikian dengan isi makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam penulisan mohon
dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati kami, kami sebagai pemakalah mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari teman-teman sekalian.
DAFTAR PUSTAKA

  Djaliel, Maman Abdul. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.
  Http://For-The-Better-World.Blogspot.Com/2008/09/Indonesia-Dalam-Pola-Pikir-Mitos-Dan.Html
  Http://Id.Shvoong.Com/Humanities/H_Philosophy/1787015-Sejarah-Perkembangan-Filsafat-Sains/
  Http://Laporanpenelitian.Wordpress.Com/2008/08/10/Mitos/
  Http://Pbmmatmarsigit.Blogspot.Com/2009/05/Elegi-Konferensi-Kebenaran.Html

Anda mungkin juga menyukai