Alam Pikiran Manusia Dan Perkembangannya
Alam Pikiran Manusia Dan Perkembangannya
Pada zaman Yunani (600-200 SM) pola pikir manusia menjadi lebih maju dariada pola
pikir mitos. Pada masa ini terjadi penggabungan antara pengamatan, pengalaman, dan akal
sehat atau logika. Aliran ini disebut “rasionalisme”, yaitu pertanyaan akan dijawab dengan
logika atau hal-hal yang masuk akal.
Selanjutnya juga dikenal metode deduksi, yaitu penarikan suatu kesimpulan berdasarkan
pada sesuatu yang bersifat umum. Bebarapa waktu setelahnya juga dikenal metode induksi,
yang intinya adalah pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atau
eksperinmentasi yang diperoleh.
Perkembangan ilmu pengetahuan cendrung stagnan sampai tahun 1400. Semuanya masih
didasarkan atas pengetahuan Yunani terutama Aristoteles.
Perkembangan yang lebih penting dilakukan di Arab. Pada zaman keemasan Islam,
pengaruh bangsa Arab sangat menonjol. Orang Arab menerjemahkan, mempelajari,
mengembangkan, dan memperekaya karya-karya Yunani. Beberapa cendikiawan Islam di
antaranya:
1) Al Khowarisi (825)
Menyusun buu aljabar dan aritmatika ynag kemudian mendorong penggunaan sistem
desimal.
Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam pengembangan IPA adalah sebagai
berikut.
a) Menerjemahkan peninggalan Yunani, mengembangkannya dan kemudian menyebarkannya
ke Eropa dan selanjutnya dikembangkan di Eropa.
b) Mengembangkan metode eksperimen sehingga memperluas pengamatan dalam lapangan
kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia, dan biologi.
c) Memantapkan penggunaan sistem penulisan bilangan dengan dasar dan ditulis dengan posisi
letak, artinya nilai suatu angka terletak pada letaknya.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan A. Supatmo. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Aly, Abdullah dan Eny Rahma. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purnama, Hari. 2003. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim MK IAD UNP. 2007. Handout Ilmu Kealaman Dasar. Padang: UPT MKU UNP.
http://kumpulantugasyola.blogspot.com/2013/09/alam-pikiran-manusia-dan-
perkembangannya.html
A. Latar Belakang
Manusia dewasa ini telah banyak merasakan kenikmatan hidup, baik berupa nikmat jasmani
maupun nikmat rohani. Kenikmatan jasmani dapat dilihat dari terpenuhinya berbagai macam
kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan sandang, pangan, maupun papan sampai dengan
kebutuhan sarana pendidikan, sosial, budaya dan lain-lain. Sedangkan kenikmatan rohani dapat
dilihat dengan terpenuhinya berbagai jenis keperluan sosial keagamaan, penyegaran jiwa misalnya
adanya tempat-tempat wisata, pagelaran kesenian musik, lukis, maupun drama serta banyaknya
berdiri tempat-tempat ibadah keagamaan dan lain-lain.
Pemenuhan berbagai macam kenikmatan ini merupakan hasil dari kemudahan-kemudahan yang
diperoleh manusia berkat kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau
iptek. Dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling rumit sekalipun telah dapat
ditundukkan oleh manusia dan sekaligus dapat dimanfaatkan.
Sebagai contoh untuk keperluan sandang, manusia tidak perlu lagi memintal sendiri bahan-bahan
yang akan dijadikan pakaian, baju dan celana, tetapi cukup membelinya di toko pakaian atau toko
bahan sandang. Sedangkan untuk keperluan rohani misalnya bagi umat Islam dalam pelaksanaan
beribadah haji, pada saat ini tidak perlu lagi berlama-lama mengarungi samudra atau mengendarai
onta di tengah-tengah padang pasir, tetapi cukup dengan naik pesawat terbang dan atau
mengendarai mobil berpendingin dalam waktu yang relatif singkat.
Kemudahan semacam ini, jika dituliskan semuanya tentu akan menambah deretan yang sangat
panjang bahkan mungkin takterhitung jumlah dan jenisnya. Penguasaan iptek yang demikian hebat
yang mampu melahirkan kenikmatan hidup sehingga sampai dapat dirasakan di masa awal milenium
ke tiga ini, tidaklah datang dengan cara tiba-tiba, tetapi melalui tahapan demi tahapan yang sangat
panjang, mulai dari iptek sederhana sampai dengan yang sangat canggih dan rumit. Tentunya tahap
demi tahap yang dimaksud jelas akan menentukan proses terbentuknya iptek sampai saat ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka ditemukan rumusan masalah seperti :
1. Bagaimana cara perkembangan alam pikiran manusia?
2. Apa pengertian dari mitos dan bagaimana manusia memperoleh pemikiran?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan bagaimana cara perkembangan alam pikiran manusia.
2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan mitos dan bagaimana manusia memperoleh pemikiran.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Alam Pikiran
Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang
mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam. Manusia sebagai
makhluk mempunyai ciri-ciri :
a. Memiliki organ tubuh yang komplek dan sangat khusus terutama otaknya.
b. Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
c. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
d. Memiliki potensi berkembang biak.
e. Tumbuh dan bergerak.
f. Berinteraksi dengan lingkungannya.
g. Meninggal atau mati.
Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang
terjadi disekitarnya, termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah manusia
untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam
kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu
dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat
mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak hanya terdapat pada objek yang diamati dengan
panca indera saja, tetapi juga masalah-masalah lain, misalnya yang berhubungan dengan baik atau
buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat dipecahkan, timbul masalah lain
menunggu pemecahannya. Manusia bertanya terus setelah tahu apa-nya, mereka ingin tahu
bagaimana dan mengapa. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk
dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Rasa ingin tahu yang terdapat manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi
berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan semua peristiwa
yang terjadi di sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca inderanya
merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh hal-
hal yang diamatinya.
Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berfikir, rasa ingin tahunya
terus berlanjut, bukan hanya apa-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi jawaban dari
bagaimana dan kemudian berlanjut mengapa tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-
benda dan semua peristiwa yang diamatinya.
Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah atau diperlancar
dengan adanya kemampuan ini, maka dapat dilakukan tukar menukar informasi mengenai
pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan pengetahuan pada
manusia juga didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak
puas dan sifat yang lebih baik. Mereka selalu berusaha mengerti atau memperoleh pengetahuan
yang lebih banyak. Dengan demikian, Akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat.
2. Mitos, Penalaran, dan Berbagai Cara Memperoleh Pengetahuan
Pada zaman dahulu, kemampuan manusia masih terbatas baik peralatan maupun pemikiran.
Keterbatasan itu menyebakan pengamatan menjadi kurang seksama, dan cara pemikiran yang
sederhana menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan kesimpulan yang kurang tepat.
Dengan demikan, pengetahuan yang terkumpul belum memberikan kepuasan terhadap rasa ingin
tahu manusia dan masih jauh dari kebenaran .
Perkembangan selanjutnya adalah memenuhi kebutuhan non fisik (pikirannya), jadi tidak
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat
terpuaskan atas dasar pengamatan maupun pengalamannya saja untuk memuaskan alam
pikirannya.
Berbagai pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dari pengalaman dan
kepercayaan seseorang disebut mitos. Adapun cerita yang berdasarkan mitos ini disebut legenda .
Mitos ini timbul disebabkan karena keterbatasan alat indra manusia, seperti :
1. Alat penglihatan
Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak oleh mata.
2. Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000
perdetik.
3. Alat pencium dan pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun yang diciumnya. Manusia hanya
bisa membedakan empat jenis rasa, yaitu manis, masam, asin , dan pahit.
4. Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif sehingga
tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut.
Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatsan penginderaan baik langsung maupun
dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c. Hasrat ingin tahunya terpenuhi.
Menurut Auguste Comte (1798-1857 M), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai
individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam 3 tahap :
1. Tahap teologi atau fiktif.
2. Tahap filsafat atau metafisik.
3. Tahap positif atau ilmiah ril.
Pada masa teologi atau fiktif, manusia menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada
di sekitarnya. Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran
sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan gaib. Dalam alam mitos ini,
penalaran belum terbentuk, dan yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi dan intuisi.
Demikian juga manusia dengan objek masih menjadi satu antara subjek dengan objek belum ada
jarak, sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subjektif. Dahulu mitos sangat berpengaruh,
bahkan sampai sekarang ini pun belum sepenuhnya hilang. Mencari jawaban atas sesuatu masalah
dengan menghubungkannya dengan makhluk ghaib disebut berfikir secara Irasional. Tentu saja
melalui ini, pengetahuan yang diperoleh belum dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Manusia secara terus menerus selalu mengembangkan pengetahuan. Mereka mengembangkan
pengetahuan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan yang menyangkut kelangsungan
hidupnya saja. Mereka juga berusaha untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Berfikir adalah suatu kegiatan untuk memperoleh/menemukan pengetahuan yang benar. Proses
berfikir dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan yang benar disebut penalaran.
Pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini merupakan hasil kegiatan berfikir, bukanlah hasil
perasaan. Tidak semua kegiatan berfikir merupakan penalaran. Penalaran merupakan kegiatan
berfikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan analistis.
Berdasarkan kriteria ini, maka tidak semua kegiatan berfikif merupakan berfikir logis dan
analistis. Cara berfikir yang tidak logis dan analistis bukan merupakan penalaran. Terdapat berbagai
cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, di
antaranya ialah :
a. Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan.
Merasa, merupakan suatu cara menarik kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
b. Intuisi.
Merupakan kegiatan berfikir yang tidak analistis, tidak berdasarkan pada pola berfikir tertentu.
c. Wahyu.
Adalah pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada utusanNya.
d. Trial and error.
Suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan. Oleh
karena itu, Pola pikir berdasarkan mitos mengajak manusia untuk berkembang melalui tahap-tahap
peradabannya dari menemukan sesuatu yang asing menuju ke sesuatu yang dikenal. Ini adalah suatu
hal yang dapat kita katakan sebagai pola kemanusiawian biasa. Implikasinya, berpikir berdasarkan
mitos adalah suatu bakat manusiawi, tidak bisa kita hindari. Demikianlah yang dialami oleh seluruh
bangsa-bangsa di dunia termasuk bangsa Indonesia, walaupun dapat dipergunjingkan lagi ketika
perilaku semacam ini masih bertahan sampai sekarang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mitologi mungkin akan terus eksis di dalam peradaban ini ketika manusia belum menemukan
suatu jawaban atas sebuah misteri. Mitologi bisa tertanam ke dalam kepribadian yang paling prinsip
sekalipun, bahkan dijadikan sebuah ideologi. Friksi antara mitologi dan logika akan muncul ketika
telah tuntasnya logika suatu misteri, namun pola pikir masih berdiri pada alas paradigma mitologi.
Pemahaman kita menjadi lebih lengkap mengenai kesalingterkaitan antara ide-ide itu. Mitos
menggunakan imajinasi untuk mengungkap keyakinan. Sastra memakai gelora jiwa untuk
mengungkap keindahan. Mitos ini timbul disebabkan antara lain keterbatasan alat indra manusia,
seperti :
1. Alat penglihatan.
2. Alat pendengaran.
3. Alat pencium dan pengecap.
4. Alat perasa.
Cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, di
antaranya ialah : Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan, Intuisi, Wahyu, Trial and error.
Dalam sejarah perkembangan jiwa manusia baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan,
berlangsung dalam 3 tahap :
1. Tahap teologi atau fiktif
2. Tahap positif atau ilmiah ril
3. Tahap filsafat atau metafisik.
B. Saran
Demikian dengan isi makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam penulisan mohon
dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati kami, kami sebagai pemakalah mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari teman-teman sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Djaliel, Maman Abdul. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Http://For-The-Better-World.Blogspot.Com/2008/09/Indonesia-Dalam-Pola-Pikir-Mitos-Dan.Html
Http://Id.Shvoong.Com/Humanities/H_Philosophy/1787015-Sejarah-Perkembangan-Filsafat-Sains/
Http://Laporanpenelitian.Wordpress.Com/2008/08/10/Mitos/
Http://Pbmmatmarsigit.Blogspot.Com/2009/05/Elegi-Konferensi-Kebenaran.Html