NIM : 21040113410005 KONSENTRASI: MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA TUGAS : PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN
“HOW WOULD GLOBALISATION MAKE THE EARTH UNSUSTAINABLE?”
Globalisasi mengacu pada hubungan spasial yang mengarah pada perluasan,
koneksi yang mendunia dan mempunyai keterkaitan dampak. Dampak globalisasi mempunyai dua sisi mata uang. Bagi negara – negara maju/pemodal, globalisasi merupakan suatu cara membuat mereka dapat bertahan dan memantapkan posisi mereka dalam kelangsungan kehidupan. Sedangkan bagi negara dunia ketiga, negara berkembang atau negara miskin, globalisasi memperburuk posisi mereka sebagai negara yang sedang memperjuangkan eksistensinya dalam berbagai segi kehidupan. Pada dasarnya, globalisasi berkaitan dengan keberlangsungan (sustainable). Prinsip sustainable adalah mengacu pada “tidak adanya penurunan kekayaan alam dan penyediaan modal konstan (alam)” (Pearce et al Pembangunan berkelanjutan, 1989). Berdasarkan konsep keberlanjutan, maka globalisasi merupakan hambatan bahkan ancaman keberlanjutan. Dampak globalisasi mencakup pada kehancuran kehidupan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.Hal ini akhirnya akan menyebabkan dunia menjadi unsustainable. Unsustain juga mengacu pada kata kunci kelangkaan, ketidak pastian dan tidak terbarukan. Negara berkembang atau negara dunia ketiga adalah pihak yang terkena dampak buruk globalisasi. Dalam segi pembangunan ekonomi, negara dunia ketiga rata – rata merupakan negara yang baru terlepas dari krisis ekonomi. Negara – negara ini masih berjuang dalam menstabilkan dan meningkatkan pembangunan ekonomi. Dengan karakteristik keterbatasan anggaran, sumber daya manusia, dan sumber daya alam, negara berusaha fokus dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga perlu sesegera mungkin melihat hasilnya. Akibatnya banyak program dan konsep pembangunan bersifat jangka pendek, dan sangat kurang memperhatikan keberlanjutan yang bersifat jangka panjang. Globalisasi identik dengan pasar global, pada prinsipnya bersifat liberal yang artinya menganut paham kebebasan dan daya saing.Era pasar global yang mencerminan kekuatan pemodal atau negara – negara maju yang melakukan ekspansi dan melebarkan jaringan ke negara – negara dunia ketiga merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan global. Negara dunia ketiga dengan permasalahan ekonomi akibat globalisasi menyebabkan degradasi lingkungan. Tidaklah mungkin lingkungan dapat dijaga dengan baik bila kondisi sosial dan ekonomi masyarakat buruk. Tidaklah mungkin masyarakat yang untuk hidup saja sulit akan dapat menjaga lingkungannya dengan baik. Globalisasi yang menyerang negara – negara yang sedang berkembang dari segi pertumbuhan ekonomi sangat rentan mengalami penurunan kualitas hidup yang akhirnya mengancam kelangsungan hidup manusia dimasa yang akan datang (unsustain). Bahkan Stiglitz dalam bukunya Globalization and Its Discontent (2002) mengatakan bahwa manfaat dari globalisasi lebih rendah dari klaim yang selama ini diyakininya, sebab harga yang harus dibayar juga mahal, karena lingkungan yang semakin rusak, demikian juga proses politik korup berkembang, dan cepatnya perubahan yang terjadi membuat masyarakat tidak dapat menyesuaikan budayanya. Tata ekonomi dunia sekarang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan. Misalnya, untuk membayar kembali hutangnya dan untuk meningkatkan pembangunan, Negara-negra sedang berkembang terpaksa harus mengeksploitasi sumber dayanya secara membabi buta sehingga akan semakin memperparah rusaknya lingkungan di negara-negara tersebut. Sistem proteksionisme di negara maju juga mempunyai dampak yang sama, karena mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar pada negara-negara sedang berkembang. Dengan demikian, baik karena sifat masalah lingkungan yang global maupun karena keterkaitannya dengan ekonomi dunia yang telah mengalami globalisasi, masalah lingkungan kini bersifat global, seperti efek rumah kaca, hujan asam,dan penipisan lapisan ozon di stratosfer menyebabkan kelangkaan (scarcity). Tak ada satu negara di dunia yang dapat menangani masalah lingkungan sendirian tanpa campur tangan negara lain, karena sifatnya yang global dan keterkaitannya pada perekonomian global. Upaya untuk pembangunan berkelanjutan menjadi agenda utama negara dunia ketiga. Hampir semua negara telah mempunyai kelembagaan yang concern dengan isu lingkungan hidup seperti di Indonesia mempunyai Kementerian Lingkungan Hidup yang bertugas untuk menjaga kelestarian dan kelangsungan lingkungan hidup yang dimplikasikan dengan kebijakan dan anggaran untuk lingkungan hidup. Namun komitmen dan keberadaan kelembagaan belum cukup untuk melestarikan lingkungan. Malah semakin sering terjadi bencana baik alam maupun karena ulah manusia. Pembangunan berkelanjutan tidaklah mudah dilakukan oleh negara yang masih menghadapi banyak masalah ekonomi. Beban hutang yang besar, kemiskinan dan pengangguran yang tinggi, serta stabilitas ekonomi yang rapuh serta pertumbuhan ekonomi yang berkualitas rendah membuat pemerintah menghadapi tantangan besar dalam mengimplementasikan kebijakan ekonomi berkelanjutan. Sementara itu kondisi keuangan negara yang berat, hutang luar negeri yang besar, serta fundamental ekonomi yang masih rapuh, disertai dengan kualitas pertumbuhan ekonomi yang memburuk, membuat negara – negara yang menjadi alat ekploitasi negara maju akan mudah terjebak memilih kebijakan ekonomi yang cenderung menguntungkan dalam jangka pendek. Khususnya dengan mengeksploitasi sumber daya alamnya, ataupun memberikan kelonggaran yang lebih besar pada kegiatan ekonomi yang berpotensi merusak lingkungan baik dari industrialis domestik ataupun asing. Pembangunan di perkotaan tumbuh dan berkembang sangat kompleks, diiringin dengan banyaknya masalah sosial, ekonomi dan lingkungan hidup sebagai proses globalisasi. Globalisasi tidak dapat dipungkiri memberikan dampak positif dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru, mengurangi tingkat penganagguran, kemajuan teknoligi informasi yang sangat pesat dan kemajuan-kemajuan pada bidang lainnya. Namun dampak negatif yang dirasakan dari globalisasi adalah makin tingginya arus urbanisasi dari desa ke kota, yang menyebabkan makin tingginya angka kemiskinan kota.Dengan makin terbukanya peluang untuk bekerja ternyata menghasilkan para pekerja yang diupah sangat rendah sehingga cita-cita mereka bekerja untuk meningkatkan taraf hidup justru semakin terpuruk karena penghasilan yang didapat setiap bulannya tidak bias dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Political will dari pemerintah yang tidak berpihak pada masyarakat kelas buruh dan pekerja malah mendorong arus globalisasi berlebihan. Pemerintah melapangkan jalan masuknya proses ini ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, dengan alasan bahwa proses tersebut dapat mensejahterakan masyarakat, namun pada kenyataannya hanya mensejahterakan segelintir orang atau kelompok-kelompok tertentu.Aplikasi dari pembangunan berkelanjutan yang dicita-citakan oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat seharusnya dilandasi juga oleh sifat pemerintah yang lebih pro rakyat bukan lebih mendukung intervensi modal asing. Akhirnya, Globalisasi dapat menyebabkan ketidak berlanjutan di bumi karena dampak – dampak negatif yang dihasilkannya, terutama untuk negara sedang berkembang. Buruknya kualitas lingkungan karena indutrialisasi, kelangkaan sumber daya alam akibat ekspoitasi yang berlebihan serta terpuruknya sistem ekonomi dan sosial negara berkembang menjadi indikator ketidakberlangsungan (unsustainable).