Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

Plasenta Previa Totalis

Pembimbing:

dr.Melvin NG Barus , M.Ked(OG), Sp.OG(K)

Penyusun:

Roni Syahputra Hasibuan 140100064


Bebie Ayura 120100165
Durga A/P Alagindera 130100356
Jeeshnaavi Muraleedharan 130100359

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK
DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
2020
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-NYa sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Plasenta previa totalis”.

Selama penyusunan laporan kasus ini, penulis ingin menyampaikan


ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada dr. dr.Melvin NG Barus ,
M.Ked(OG), SpOG(K) selaku supervisor pembimbing laporan kasus di
Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan waktunya dalam membimbing dan
membantu hingga laporan kasus ini dapat selesai dengan baik.

Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian


pembelajaran dalam kepaniteraan klinik senior. Penulisan laporan kasus ini
merupakan salah satu untuk melengkapi persyaratan Departemen Ilmu Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis sangat menyadari laporan kasus ini pasti tidak luput dari
kekurangan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 17 Februari 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Tujuan..........................................................................................1
1.3. Manfaat........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3
2.1. Anatomi.......................................................................................3
2.2. Klasifikasi....................................................................................5

2.3. Faktor Resiko...............................................................................6

2.4. Manifestasi Klinis........................................................................7

2.5. Patofisiologi.................................................................................8

2.6. Diagnosis.....................................................................................9

2.7. Diagnosis Banding.......................................................................10

2.8. Penatalaksanaan...........................................................................10

BAB 3 STATUS PASIEN...............................................................................19


BAB 4 FOLLOW UP......................................................................................24
BAB 5 DISKUSI KASUS...............................................................................27
BAB 6 KESIMPULAN...................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................32
iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kromosom Trisomi ......................................................................... 13


Gambar 2.2 Jenis-jenis Abortus........................................................................... 14

5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk menguraikan teori-
teori tentang Plasenta previa , terutama mengenai Plasenta previa totalis mulai dari
definisi sampai prognosisnya. Penyusunan penulisan laporan kasus ini sekaligus
untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi
Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
dan mengenal Plasenta previa.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Plasenta previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah


rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum
(OUI).
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah
bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim
seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar
dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks
yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau
klasifikasi plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa
antenatal maupun masa intranatal, dengan ultrasonografi. Oleh karena itu
pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal
maupun intranatal.1

Gambar 1 : Letak plasenta

7
2.2. Etiologi Plasenta previa

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah


diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa
desidua di daerah segmen bawah rahim. Plasenta previa meningkat kejadiannya
pada keadaan-keadaan endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi
endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa
ditemukan pada2 :

1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek


2. Mioma uteri
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada perokok berat (> 20 batang/hari).

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh


menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas
akan mendekati atau menutupi ostoum uteri internum.2
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang lebih rendah dekat ostium

8
uteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan
yang luas seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel.2

2.3. Faktor Resiko Plasenta previa

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian Plasenta Previa3 :

1. Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).


2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan
atrofik dan inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret,dll).
4. Chorion leave persisten.
5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
6. Konsepsi dan nidasi terlambat.
7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.

2.4 Insiden

Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran.


Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa merupakan penyebab
terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dari
pada usia diatas 30 tahun.Juga lebih sering pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal4.

2.5 Klasifikasi

Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan)5:

9
1. previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum Plasenta. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara
normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya
janin tetap tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan
lahir. Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga
dangerous placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri
internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko
perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal
asal tetap berhati-hati.

Gambar 1.2 Klasifikasi plasenta Previa:

10
Klasifikasi plasenta previa menurut Browne adalah5:

1. Tingkat 1, Lateral plasenta previa: Pinggir bawah plasenta berinsersi


sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir
pembukaan (Ostium).
3. Tingkat 3, Complete placenta previa: plasenta menutupi ostium waktu
tertutup dan tidak menutupi bila pembukaan hamper lengkap.
4. Tingkat 4, Central placenta previa: plasenta menutupi seluruh ostium pada
pembukaan hampir lengkap.

Menurut de Snoo, klasifikasi plasenta previa berdasarkan pembukaan 4 -5 cm


adalah6:1,3

1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba


plasenta menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 :
3. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium
bagian belakang.
4. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium
bagian depan.
5. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium
yang ditutupi plasenta.

2.6 Patofisiologi

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta

11
terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh
menjadi bagian

dari uteri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks
mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang
terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi
maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena
pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa
pun pasti kan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative
dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak
mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya minimal,
dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan
sempurna.7
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung
lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu
akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang
kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain
(causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less).7

Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi


lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta
previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi pada waktu
mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi
cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama
sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh
kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan
terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah
mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu
merusak jaringan lebih luas dan

12
melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat
jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa8.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan
inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya
elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan
kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala
tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau
setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik.8

2.7 Diagnosis

Diagnosa plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan


pemeriksaaan9:

a. Gejala Klinis
Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau
pada kehamilan trimester III yang bersifat tanpa sebab (causeless), tanpa
nyeri (painless), dan berulang (recurrent)9.
b. Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah dan bagian
terbawah janin belum turun, biasanya kepala masih floating.
c. Pemeriksaan inspekulo7

13
Tujuannya adalah untuk mengetahui asal perdarahan, apakah
perdarahanberasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix
dan vagina.9

d. Penentuan letak plasenta tidak langsung


Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotop dan ultrasonografi. Akan
tetapi pada pemerikasaan radiografi clan radioisotop, ibu dan janin
dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan
USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini
dianggap sangat tepat untuk menentukan letak plasenta.8
e. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan
banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi. Perabaan forniks.
Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan)
antara bagian terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan melalui kanalis
servikalis. Jari di masukkan hati-hati kedalam OUI untuk meraba adanya
jaringan plasenta9

2.8 Komplikasi

Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada
ostium dan merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien
biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah. Bahaya
plasenta previa adalah9 :

1. Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim terjadi


secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat
berulang dan semakin banyak dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat
dicegah7.
2. Akibat plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya

14
menorobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi
sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta.7

Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi
vilinya masih belum masuk ke dalam miometrium. Walaupun tidak seluruh
permukaan maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi
dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang
sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih
sering terjadi pada uterus yang yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan
plasenta akreta terjadi sampai 10%-35% pada pasien yang pernah seksio
sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-65% bila telah seksio sesaria tiga
kali10.

3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu
harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual ditempat ini misalnya pada
waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun
waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh
salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara
yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi a.uterina,
ligasi a.ovarika, pemasangan tampon atau ligasi a.hipogastrika maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan8

keluarnya adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas dari


semua
tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung dari plasenta
previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.

15
5. Kehamilan prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum
aterm. Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk
mengetahui kematangan paru-paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Solusio plasenta
7. Kematian maternal akibat perdarahan
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
9. Infeksi sepsis.

2.9 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan plasenta previa

2.9.1 Usia

Faktor risiko yang menyebabkan meningkatnya kejadian plasenta previa


adalah usia ibu, ibu dengan usia yang muda kurang dari 20 tahun lebih berisiko
mengalami plasenta previa karena pertumbuhan endometrium yang kurang subur
begitu juga dengan ibu dengan usia diatas 35 tahun karena pertumbuhan
endometrium sudah kurang subur. Ibu dengan usia diatas 35 tahun berisiko lebih
tinggi karena aliran darah ke endometrium terganggu karena kondisi endometrium
kurang subur.10

2.9.2 Paritas

Paritas memiliki pengaruh yang besar terhadap kejadian plasenta previa,


hal ini disebabkan adanya respon inflamasi dan perubahan atrofi pada dinding
endometrium yang menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar sehingga
plasenta

tumbuh menutupi bagian segmen bawah rahim dan atau sebagian ostium uteri
internum.11

2.9.3 Riwayat Seksio Sesarea

Faktor lain yang dapat menyebabkan plasenta previa yakni riwayat seksio
sesarea pada persalinan sebelumnya. Persalinan secara seksio sesarea

16
meningkatkan kejadian plasenta previa tiga kali lebih besar dibandingkan dengan
persalinan pervaginam dikarenakan karena cacatnya endometrium dimana bekas
luka operasi12.

Peningkatan kejadian plasenta previa ini diperkirakan diakibatkan karena


perubahan patologis yang terjadi pada miometrium dan endometrium selama
kehamilan karena adanya jaringan parut. Perubahan patologis yang dapat terjadi
meliputi pembentukan polip infiltrasi limfosit,dilatasi kapiler dan infiltrasi sel
darah merah bebas kedalam jaringan sekitar jaringan parut selain itu jaringan
parut menyebabkan implantasi plasenta tidak optimal peningkatan terjadi
malformasi vaskuler dan peningkatan kerentanan pembuluh darah.12

2.9.4 Riwayat Kuretase

Endometrium yang cacat akibat riwayat kuretase menyebabkan keadaan


endometrium kurang baik sehingga plasenta tumbuh meluas dan menutupi ostium
17
uteri internum, keadaan ini menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang
baikseperti ostium uteri internum. Tindakan operatif yang dilakukan baik vacuum
aspiration (VA) dan dilatation and sharp curettage meningkatkan terjadinya adhesi
sehinggapada dinding endometrium akan menghambat pertumbuhan plasenta
meluas menutupi ostium uteri internum untuk memenuhi kebutuhan janin.10

3.0. Penatalaksanaan

1) Terapi ekspektatif (pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita

dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya

diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara

ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspektatif 12:

17
i. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

ii. Belum ada tanda-tanda in partu.

iii. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).

iv. Janin masih hidup.

2) Terapi aktif

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang

aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang

maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa12

i. Seksio sesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya

harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan12.

ii. Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta11.

18
BAB 3
STATUS PASIEN

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Ny.LM (80.34.01)

Umur : 28 tahun

Suku : Batak

Alamat : Jalan Karya Jaya Gang Kary 14 Mustafa 2

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

Status Pernikahan : Menikah

Tanggal Masuk : 05 Februari 2020

Jam Masuk : 11.00 WIB

ANAMNESA PENYAKIT

ANAMNESA PENYAKIT

Ny. LM , 28 tahun, G1P0A0, Batak, Kristen Protestan, SMA, ibu rumah tangga,
menikah dengan Tn. D,28 tahun, Batak, Kristen Protestan ,SMA, Wiraswasta,

19
datang ke RS Haji Adam Malik Medan Sumatera Utara pada tanggal 05 Februari
2020 pukul 11.00 dengan:

Keluhan Utama : Mules-mules sesekali


Telaah : Hal ini dialami pasien sejak pagi di jam 06.00 sebelum masuk rumah
sakit . Riwayat keluar darah dan jaringan dari kemaluan tidak dijumpai.
Mual dan muntah tidak dijumpai.. Riwayat minum obat-obatan herbal
dijumpai. Riwayat perut dikusuk disangkal. BAK dan BAB dalam batas
normal. Pasien sebelumnya kontrol ke poli dengan diagnosa plasenta
akreta spektrum disoreder.
RPT : Tidak Ada
RPO : Tidak Ada
Riwayat operasi: Tidak Ada

RIWAYAT MENSTRUASI

Menarche : 13 tahun

Lama : 4-5 hari

Siklus : 28 hari

Volume : ± 3 doek/hari

Nyeri : ada

HPHT : -/05/2019

TTP : -/02/2020

ANC : 1x ke SpOG

RIWAYAT PERNIKAHAN

Pasien menikah 1 kali pada usia 23 tahun dengan suami berusia 23 tahun

20
RIWAYAT PERSALINAN

1. Perempuan ,Aterem,SC,RS,GR,Sehat.

PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN

Status Presens:

Sensorium : Compos mentis Anemis : +

Tekanan darah : 100/60 mmHg Ikterik : -

Nadi : 88 x/menit Sianosis: -

Pernapasan : 20 x/menit Dyspnoe : -

Temperatur : 36,6oC Oedema: -

Keadaan umum : Baik

Status Nutrisi : Baik

Keadaan penyakit : Sedang

Status Generalisata :

Kepala : Dalam batas normal

21
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor, kanan = kiri

Leher : Pembesaran KGB tidak dijumpai

Thorax : Inspeksi : Simetris fusiformis

Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri, kesan normal

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru


Auskultasi : Jantung: S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-)

Ekstremitas: LLA: 23,5 cm, akral hangat, CRT< 2 detik, clubbing finger (-),
oedem pretibial(-/-)

Status Lokalisata:

Abdomen : simetris, soepel, tidak teraba massa, nyeri tekan (-),


peristaltik (+) dalam batas normal

Perdarahan vagina : bercak (+)

Status Ginekologi:

Inspekulo : tidak dijumpai perdarahan dari OUE, F/A (-), darah (-)
lividae (+)
VT :-
Sarung Tangan :-

LABORATORIUM (13/02/2020)

Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Rujukan


Hemoglobin g/dL 13 12-16
Eritrosit Juta/µL 3,85 3,8-5,2
Leukosit /µL 10,990 3.600 -11.000

22
Hematokrit % 12 38-44
Trombosit /µL 240.000 150.000-440.000
Natrium mmol/L 132 135-155
Kalium mmol/L 2,97 3,5-5,0
Klorida mmol/L 99 96-106
KGD ad random mg/dL 98 <100
HbsAg Non reaktif Non reaktif
HIV Non reaktif Non reaktif

DIAGNOSA KERJA

Plasenta previa totalis + KDR ( 38-39) + SG + PK + AH

RENCANA TATALAKSANA

TERAPI MEDIKAMENTOSA

- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Dexamethason 15 mg/IV

RENCANA TINDAKAN

- Monitoring VS, HIS dan pendarahan P/V, UOP

23
BAB 4

FOLLOW UP PASIEN

Tanggal Follow up
05/02/2020 S : Lemas
O : - Status Presens
Sens : CM
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
- Status Lokalisata
Abdomen : membesar asimetris
TFU : 2 jari di bawah PX
Teregang : Ballotement (+)
Terganggu : Kiri
Terbawah : Kepala
HIS :-
DJJ : 147x/I reguler
A : Plasenta previa totalis + KDR ( 38-39) + SG + PK + AH
P :
• IVFD RL 20 gtt/i
• Inj. Dexamethason 15 mg/IV
R/ :
- Monitoring VS, HIS dan pendarahan P/V, UOP

24
Tanggal Follow up
07/02/2020 S : Nyeri luka operasi
O : - Status Presens
Sens : CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
- Status Lokalisata
Abdomen : soepel, peristaltik (+)
TFU : 2 jari di bawah pusat
A : Post SC a/I Plasenta previa totalis susp. Aretra a/I kista
ovarium kanan + NH2
P :
• IVFD RL 20 gtt/i
• Inj. Ranitidine 10mg/12 jam
R/ :
- Monitoring VS

Tanggal Follow up
08/02/2020 S : Nyeri luka operasi

25
O : - Status Presens
Sens : CM
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC
- Status Lokalisata
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
TFU : 2 jari di bawah pusat
A : Post SC a/i Plasenta previa totalis susp. Aretra a/I kista
ovarium kanan + NH3
P :
• As. Mefenamat 3x500mg
• Cefazoline 2x500mg
• B. Comp 2x1
R/ :
- Off Infus

BAB 5

DISKUSI

TEORI KASUS

26
Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim
(SBR) sehingga menutupi seluruh atau
Pasien Ny.L, 28 tahun, G2P1A0,
sebagian dari ostium uteri internum (OUI)
datang ke RSUP Haji Adam Malik
pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
pada tanggal 5 Februari 2020 pukul
Plasenta previa adalah komplikasi obstetri
11.00 dengan keluhan perdarahan
yang terjadi pada trimester kedua dan
pervaginam.
ketiga kehamilan. Hal itu dapat
Riwayat Menstruasi
menyebabkan kematian yang serius baik
bagi janin dan ibu. Ini adalah salah satu Menarche : 13 tahun

penyebab utama perdarahan vagina pada HPHT : /5/2019


trimester kedua dan ketiga. TTP : /2/2020
ANC : 1x ke SpOG
Plasenta previa totalis atau komplit adalah
plasenta yang menutupi seluruh ostium Riwayat Persalinan
uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak G2P1A0
mungkin bayi dilahirkan secara normal,
karena risiko perdarahan sangat hebat.

d. Diagnosis- Melalui anamnesis, pasien datang


Pada anamnesis dapat dinyatakan
dengan keluhan
beberapa hal yang berkaitan
dengan perdarahan antepartum perdarahan pervaginam.
seperti umur kehamilan saat
.
terjadinya perdarahan, apakah ada
rasa nyeri, warna dan bentuk Status Presens: dalam batas
terjadinya perdarahan, frekuensi
normal
serta banyaknya perdarahan.
 Status Generalisata: dalam
e. Gejala Klinis
batas normal.
Gejala utama berupa perdarahan  Status Lokalisata:
pada kehamilan setelah 28 minggu Abdomen : simetris,
atau pada kehamilan trimester III soepel, tidak teraba massa, nyeri
tekan (-),
yang bersifat tanpa sebab peristaltik (+) dalam batas normal
(causeless), tanpa nyeri (painless), Perdarahan vagina: bercak (+)

27
dan berulang (recurrent).
f. Palpasi abdomen  Status Ginekologi:
Inspekulo : tidak
Janin sering belum cukup bulan, dijumpai perdarahan dari OUE,
jadi fundus uteri masih rendah dan F/A (-), darah (-)
bagian terbawah janin belum lividae (+)
turun, biasanya kepala masih VT : Serviks
floating. tertutup, uterus tidak teraba,
adnexa kanan dan kiri tidak
g. Pemeriksaan inspekulo teraba massa, parametrium lemas,
kavum Douglas tidak menonjol.
Tujuannya adalah untuk Sarung Tangan : Darah (+),
mengetahui asal perdarahan, F/A (-)
apakah perdarahanberasal dari
ostium uteri eksternum atau dari
kelainan cervix dan vagina.

f. Penentuan letak plasenta tidak


langsung
Dapat dilakukan dengan
radiografi, radioisotop dan
ultrasonografi. Akan tetapi pada
pemerikasaan radiografi clan
radioisotop, ibu dan janin
dihadapkan pada bahaya radiasi
sehingga cara ini ditinggalkan.
Sedangkan USG tidak
menimbulkan bahaya radiasi dan
rasa nyeri dan cara ini dianggap
sangat tepat untuk menentukan
letak plasenta.
g. Penentuan letak plasenta secara
langsung.
Pemeriksaan ini sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan

28
perdarahan banyak. Pemeriksaan
harus dilakukan di meja operasi.
Perabaan forniks. Mulai dari
forniks posterior, apa ada teraba
tahanan lunak (bantalan) antara
bagian terdepan janin dan jari kita.
Pemeriksaan melalui kanalis
servikalis. Jari di masukkan hati-
hati kedalam OUI untuk meraba
adanya jaringan plasenta

Penatalaksanaan Plasenta Previa Menurut Rencana Tatalaksana


Scearce (2007)
Terapi Medikamentosa
2) Terapi ekspektatif (pasif)
- IVFD RL 20 gtt/menit
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin
- Transfusi PRC 6 Bag
tidak terlahir prematur, penderita

dirawat tanpa melakukan pemeriksaan


Tindakan
dalam melalui kanalis servisis. Upaya
- SC setelah Hb > 10 gr%
diagnosis dilakukan secara non - Monitoring VS, HIS dan

invasif. Pemantauan klinis dilakukan pendarahan P/V, UOP

secara ketat dan baik. Syarat-syarat

terapi ekspektatif:

v. Kehamilan preterm dengan

perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti.

vi. Belum ada tanda-tanda in partu.

vii. Keadaan umum ibu cukup baik

29
(kadar hemoglobin dalam batas

normal).

viii. Janin masih hidup.

3) Terapi aktif

Wanita hamil di atas 22

minggu dengan perdarahan

pervaginam yang aktif dan banyak,

harus segera ditatalaksana secara aktif

tanpa memandang maturitas janin.

Cara menyelesaikan persalinan

dengan plasenta previa

iii. Seksio sesarea

Prinsip utama dalam melakukan

seksio sesarea adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga

walaupun janin meninggal atau tak

punya harapan untuk hidup,

tindakan ini tetap dilakukan.

30
BAB 6

KESIMPULAN

Pada kasus seorang perempuan berusia 28 tahun, G2P1A0 datang ke rumah


sakit Haji Adam Malik Sumatera Utara pada tanggal 05 februari 2020 pukul
11.00 dengan keluhan mules-mules sesekali. Hal ini dialami pasien sejak pagi
jam 06:00 sebelum masuk rumah sakit . Riwayat keluar darah dan jaringan dari
kemaluan tidak dijumpai. Mual dan muntah tidak dijumpai.. Riwayat minum obat-
obatan herbal dijumpai. Riwayat perut dikusuk disangkal. BAK dan BAB dalam
batas normal. Pasien sebelumnya kontrol kehamilan di dipoli RSHAM dokter
spesialis kandungan dan didiagnosis Plasenta Akreta Spektrum
Disorder(PASD)Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik obstetrik dan pemeriksaan penunjang USG. Kemudian pasien
ini dilakukan SC pada tanggal 07 Februari 2020.

31
DAFTAR PUSTAKA

1.Varney : Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu


Kebidanan. Edisi 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006:
hal. 302 - 312.
2. Ministry of Health Republic of Indonesia. Indonesia Reproductive Health
Profile 2003. Available at: http:/w3.whosea.org/LinkFiles/Reproduc-
tive_Health__Profile_RHP-Indonesia.pdf
3. Sumapraja dan Rachimhadi,2007.Hubungan antara Paritas Ibu Dengan
Kejadian Plasenta Previa, Inc; 2007:p.7-10
4. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah
Denpasar. 2003
5. Wenstrom KD. Abortion. In: Cunningham FG, et all. William Obsetrics. 22nd
ed. USA: The McGraw-Hills Companies, Inc; 2005: p. 231-247.
6. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In: Berek JS, et all.
Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002: p. 507 - 9.
7. Griebel CP, et all. Management of Placenta Previa. AAFP Home New &
Publications Joumals American Family Physician. October 01 2005;72;1.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16225027.
8. Rand SE. Recurrent spontaneous abortion: evaluation and management. In:
AmericanFamilyPhysician.December1993.http://www/findarticles.com/p/articles/
mi_m3255/isn8_v48/ai_14674724/pg_1.
9. Oyelese,2006.Ilmu Praktis Kebidanan. Jakarta : EGC
10. Manuaba, 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakrta : EGC
11.Valley, VT. Abortion Incomplete. In: Emedicine.
http://www.emedicene.com/emerg/obs-tetrics and gynecology.htm last update:
August, 2008.
12. Lindsey, JL. Missed Abortion. Available from htpp ://
www.emedicine.com/med/topic last update: August, 2007.

32
33

Anda mungkin juga menyukai