Anda di halaman 1dari 100

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profil Puskesmas Tahun 2019 yang merupakan bentuk informasi

kesehatan secara berkala tiap tahun sebagai penyedia data dan informasi

dalam memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi derajat

kesehatan, upaya pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan dan

faktor faktor yang terkait lainnya serta perbandingan hasil cakupan

pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo

dengan rencana pencapaian indikator wajib standar kinerja pelayanan

bidang kesehatan di Kabupaten Lampung Timur tahun 2013 – 2019.

Profil Kesehatan Kecamatan Purbolinggo Tahun 2019 disusun melalui

proses pengumpulan data, pengolahan data analisis serta interprestasi

data dan informasi. Analisis data masih menggunakan analisis sederhana

yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Dalam setiap penerbitan profil Kesehatan Puskesmas

Purbolinggo, selalu dilakukan upaya perbaikan dari segi materi, analisis,

maupun bentuk tampilan. Profil kesehatan ini sangat bermanfaat dalam

rangka menyediakan sarana untuk kebutuhan manajemen (perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan serta evaluasi) pembangunan kesehatan,

pengambilan keputusan serta salah satu rujukan data dan informasi.

1.2 Sistematika Penyajian

Adapun sistem penyusunan profil kecamatan Purbolinggo Tahun

2019 terdiri 6 (enam) BAB adalah sebagai berikut :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 1


BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang maksud dan tujuan disusunnya

Profil Kesehatan kecamatan Purbolinggo dan sistematika

Penyajian.

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN PURBOLINGGO

Bab ini berisikan tentang gambaran umum

kecamatan Purbolinggo kabupaten Lampung Timur yang

meliputi letak Geografis, administrasi dan informasi umum

lainnya. Bab ini juga mengulas faktor - faktor yang

berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor lainnya seperti :

ekonomi, kependudukan dan pendidikan, sosial budaya dan

lingkungan.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisikan tentang angka kematian, angka kesakitan

dan angka status gizi masyarakat di wilayah Puskesmas

Purbolinggo.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini berisikan tentang pelayanan kesehatan dasar,

pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan

penyakit menular, pembinaaan kesehatan lingkungan dan

sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan

kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam

situasi bencana, kinerja Standar Pelayanan Minimal ( SPM)

Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya

yang diselenggarakan oleh Puskesmas Purbolinggo.

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 2


BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga

kesehatan, Pembiayaan kesehatan dan sumber daya

kesehatan lainnya.

BAB VI KESIMPULAN

Bab ini berisikan sajian tentang hal -hal penting yang perlu

ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Purbolinggo serta

keberhasilan keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga

mengemukakan hal – hal yang dianggap masih kurang dalam

rangka penyelenggaran pembangunan kesehatan.

LAMPIRAN

Pada lampiran terdapat data tabel resume/ angka pencapaian

Kecamatan dan 82 tabel data kesehatan dan yang terkait

kesehatan yang responsif gender .

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 3


BAB II

GAMBARAN UMUM KECAMATAN PURBOLINGGO

2.1 Kondisi Geografi

2.1.1 Luas Wilayah dan Letak Geografis

Puskesmas Purbolinggo membentang pada posisi S.04° 59' 16.1''

dan E.105° 29'27.3'', terletak di desa Taman Endah Kecamatan

Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur dengan luas 108, 7 km

terletak disebelah utara kota Sukadana yang merupakan ibukota

Kabupaten Lampung Timur.Kecamatan Purbolinggo terdiri dari 12

desa yaitu:

1. Taman Asri 7.Tegal Gondo

2. Taman Bogo 8. Toto Harjo

3. Taman Cari 9.Tanjung Inten

4. Tambah Dadi 10.Tegal Yoso

5. Taman Endah 11.Tanjung Kesuma

6. Taman Fajar 12.Tambah Luhur

Secara administratif Kecamatan Purbolinggo berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Way Bungur

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukadana

Sebelah Timur berbatasan denganTaman Nasional Way Kambas

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Raman Utara

Wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo dapat dilihat pada gambar peta

2.1 di bawah ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 4


Gambar 2.1.
Peta wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo

Sumber : Kecamatan Purbolinggo tahun 2019

Kecamatan Purbolinggo terletak diantara 2 sungai, sebelah timur

sungai Tulung Braja dan sebelah barat sungai

Batanghari.Keadaan alam kecamatan Purbolinggo terdiri dari

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 5


daratan dan persawahan serta saluran irigasi dan beberapa

sungai kecil.

2.1.2. Transportasi

Jalur transportasi ke desa desa diwilayah kecamatan Purbolinggo

pada umumnya dapat dijangkau oleh kendaraan roda 4

Puskesmas Purbolinggo berjarak 3 km dari ibukota kecamatan

sementara jarak terjauh desa ± 7 hingga 11 km yaitu desa Tegal

Yoso, Tambah Luhur dan Tanjung Kesuma.

2.2 Sosial Budaya

2.2.1 Kependudukan

Penduduk di wilayah Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

berjumlah 44.531 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk jenis

kelamin laki – laki berjumlah 22.437 jiwa ( 50, 4 % ) dan penduduk

jenis kelamin perempuan sebesar 22.094 ( 49, 6% ), persebaran

jumlah penduduk perdesa secara umum tidak merata. Suku

penduduk mayoritas suku Jawa dan sebagaian kecil suku

Lampung, Padang, Batak, Sunda dan lainnya.Secara rinci jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo perdesa dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 6


Tabel 2.1.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2019

No Desa KK Leki - laki Wanita Jumlah

1 Taman Asri 1.075 1.875 1.808 3.683

2 Taman Bogo 1.409 2.381 2.292 4.673

3 Taman Cari 1.275 2.241 2.256 4.497

4 Tambah Dadi 1.153 1.883 1.709 3.592

5 Taman Endah 914 1.545 1.532 3.077

6 Taman Fajar 1.053 1.936 2.028 3.964

7 Tegal Gondo 647 997 1.022 2.019

8 Toto Harjo 1.156 2.074 2.044 4.118

9 Tanjung Intan 1.503 2.612 2.609 5.221

10 Tegal Yoso 995 1.628 1.671 3.299

11 Tanjung Kesuma .1.158 2.201 2.098 4.299

12 Tambah Luhur 667 1.064 1.025 2.089

Jumlah 13.005 22.437 22.094 44.531

Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur 2019

Dari tabel 2.1. diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di

wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2019 persebaran

penduduk yang paling banyak Desa Tanjung Inten sebanyak 5.221

jiwa , yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah pada Desa

Tegal Gondo yaitu sebanyak 2.019 jiwa.

2.2.2 Pendidikan

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 7


Tingkat pendidikan penduduk wilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo tahun 2019 adalah : Tidak memiliki ijazah SD 11,

33% , SD/MI 24, 75%., SMP/ MTs 20, 31%, tamat SMA/MA 14,

98%, SMK 7.47%, AK/DIPLOMA 2, 95%, Universitas/DIV 2,

36%, S2 (master/doctor) 0.28% Untuk lebih jelasnya, proporsi

penduduk wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo berdasarkan

tingkat pendidikan dapat dilihat dari diagram 2.1. di bawah ini :

Diagram 2.1.
Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Purbolinggo
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2019

AK/D III; 2.950 D IV/S1; 2.640 Tamat S2/S3; .280


DI/DII; .810 Tidak memiliki ijazah SD; 11.330
SMK; 7.470

SMA//MA; 14.980

SD/MI; 24.750

SMP/MTs; 20.310

Sumber :Data Monografi Kec. Purbolinggo per Desember 2019

Dari diagram 2.1. di atas menunjukkan bahwa persentase

penduduk memiliki ijazah tertinggi adalah pendidkan tingkat

SD/MI yaitu 24.75 % .Diharapkan dengan semakin tinggi

pendidikan yang dimiliki masyarakat dapat meningkatkan

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 8


pemahaman tentang program kesehatan sehingga keluarga

dengan ber PHBS dapat terbentuk.

2.2.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Penduduk wilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo Tahun 2019 adalah dapat dilihat pada berikut ini:

Diagram 2.2.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Purbolinggo menurut Mata Pencaharian Tahun 2019

Peternak; 3.64
Anggota TNI; 0.33 Pensiunan
TNI/POLRI; 3.49

PNS; 11.71

Pedagang; 14.95

Petani; 63.22

Buruh; 1.64
Pengrajin; 0.55
Pengusaha; 0.47

Sumber :Data Monografi Kec. Purbolinggo per Desember 2019

Dari Diagram 2.2 diatas dapat dijelaskan bahwa mata

pencaharian penduduk wilayah Puskesmas Purbolinggo Tahun

2019 terbanyak adalah petani yaitu 7928 orang (63, 22%), dan

pedagang 1875 orang ( 14, 95 %).

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 9


BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Situasi derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Purbolingo

ditentukan oleh berbagai faktor, tidak hanya dipengaruhi pelayanan

kesehatan dan ketersedian sarana dan prasarana kesehatan, namun juga

ditentukan oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan

dan faktor lainnya.Faktor – faktor ini mempunyai pengaruh pada kejadian

kesakitan, kematian dan status gizi di masyarakat. Indikator kegiatan

yang telah dilaksanakan dan berdampak pada upaya untuk menekan

angka kematian dan kesakitan serta upaya untuk meningkatkan

perbaikan gizi masyarakat meliputi :

3.1 Angka Kematian ( Mortalitas )

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat

tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu. Indikator mortalitas meliputi

angka kematian pada bayi, angka kematian pada balita, angka kematian

pada ibu, angka kematian kasar.Indikator-indiator mortalitas yang menjadi

ukuran keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo sebagai berikut :

3.1.1 Kematian Bayi

Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11

bulan (termasuk neonatal ), kematian neonatal adalah kematian

yang terjadi pada bayi usia sampai dengan 28 hari. Di wilayah

kerja Puskesmas Purbolinggo jumlah kematian bayi dapat dilihat

pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 10


Grafik 3.1.
Trend kematian bayi di wilayah kerja
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2009 - 2019

14 14
14
12

10 11

6 6 7
JUMLAH KASUS
4
5
2 2
4
1 3
0
2009 2010 2
2011 2012
2013 2014
2015 2016
2017 2018
2019

Sumber :Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik di atas dapat diketahui jumlah kematian bayi

di Puskesmas Purbolinggo naik turun. Ditahun 2019 ini terjadi

penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2018. Berikut ini

jumlah kematian bayi menurut jenis kelamin di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo tahun 2013 – 2019 dapat di lihat pada

grafik berikut ini :

Grafik 3.2.
Jumlah kematian bayi menurut jenis kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2013 – 2019

14 14

12 11
10
8 7
7 7
5 6
6 5
5 5
4
2
2 3 3
2 2
0 0 2 2
Tahun 0
Tahun 0
2013 Tahun 0
2014 Tahun
2015 Tahun
2016 Tahun
2017 tahun
2018
2019

Laki-laki Perempuan Laki+Perempuan

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 11


Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Adapun penyebab kematian bayi pada tahun 2019 ada 2 kasus ,

terdiri dari kelainan congenital 2 kasus (100%). BBLR

sebanyak kasus ( 0% ). Penyebab kematian bayi di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo tahun 2019 dapat di lihat pada diagram

berikut ini :

Diagram 3.2.
Persentase penyebab kematian Bayi di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun
2019

-
200
0 100 -
BBLR -
KONGENITAL -
-
-

Sumber :Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo Tahun

2019

Harapannya untuk ditahun mendatang pelatihan -pelatihan yang

bertujuan menurunkan angka kematian anak bisa didapatkan

oleh semua bidan .Di Puskesmas Purbolinggo beberapa

pelatihan yang telah diikuti oleh bidan meskipun belum

semuanya diantaranya adalah pelatihan penanganan kasus

Prematur , Pelatihan Asfiksia , Asuhan Persalinan Normal (APN),

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 12


Penatalaksanaan kegawatdaruratan ibu dan anak , Kelas ibu ,

dan Pelayanan KB.

3.1.2 Kematian Balita

Kematian Balita adalah kematian yang terjadi pada balita

sebelum usia lima tahun ( bayi + anak balita ). Kematian Balita

menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak yang

berkaitan dengan faktor gizi, sanitasi penyakit infeksi dan

kecelakaan.Jumlah kasus kematian Balita terlihat pada grafik

berikut ini :

Grafik 3.3.
Trend Kematian Balita di wilayah kerja
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2010-2019

18
16 17
14
12 15
13
10
8 9
6
4 6
22 5
0
2010 2011 3
2012 2013 2
2014 2015
2016 2017 0
2018 2019

JUMLAH KASUS

Sumber :Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Penyebab kematian Balita dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 13


Grafik 3.4.
Penyebab kematian Balita menurut jenis kelamin
di wilayah kerjaPuskesmas Purbolinggo tahun 2019

0 0 0 0

0
BBLR KELAINAN KONGENITAL

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

3.1.3 Kematian Ibu Melahirkan

Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil

atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi

kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat

persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya

atau pengelolaanya, tanpa bukan karena sebab- sebab lain

seperti kecelakaan, terjatuh dll. Kasus kematian ibu dapat dilihat

pada grafik berikut :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 14


Grafik 3.5.
Trend kematian Ibu Melahirkan
di wilayah kerja Puskesmas PurbolinggoTahun 2010-2019

2 2 2

JUMLAH KASUS

1 1 1

0 0 0 0 0 0 0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber :Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun

2019

Berdasarkan grafik 3.5. diatas menunjukkan bahwa

jumlah kematian ibu dari tahun 2018 ke tahun 2019 mengalami

kenaikan.

3.2.Morbiditas

Morbiditas adalah angka kesakitan ( indensi atau prevalensi ) dari suatu

penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu.

3.2.1.Angka Kesakitan Umum

Pola Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 15


Tabel 3.1.
Pola 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

NO. NAMA PENYAKIT JUMLAH %

1 ISPA 3.469 27,34

2 Penyakit lainnya 2.388 18,82

3 Gastritis 1.625 12,80

Peny. Pada system otot &


4 1.542 12,15
jaringan (pyk tulang & rd sendi)

5 Penyakit Tekanana Darah Tinggi 1.148 9,05

Penyakit lain pada saluran nafas


6 938 7,39
bagian atas

7 Non Insulin Dependen DM 621 4,89

8 Penyakit Kulit Alergi 571 4,50

Penyakit dan Kelainan Saraf


9 213 1,67
Lainnya

10 Penyakit Kulit Infeksi 173 1,36

  Jumlah 12.688 100

Sumber : Koordinator Yankes Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

3.2.2. Angka Kesakitan Potensial

Beberapa penyakit yang menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)

serta penyakit penyakit yang berdampak luas pada kesehatan

masyarakat di kecamatan Purbolinggo antara lain :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 16


3.2.2.1.Penyakit TB Paru

Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit TB Paru

bertujuan untuk mencapai angka kesembuhan minimal 85%

dari semua penderita baru BTA positif yang ditemukan serta

tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap

hingga 70 % dari perkiraan semua penderita baru BTA

positif. Pelaksanaaan program TB Paru menggunakan

strategi DOTS (Directtly Observed Treatment, Shortcourse

chemotheraphy), sesuai rekomendasi WHO terdiri 5

komponen yaitu :

1.Komitmen politis dari pengambil keputusan, termasuk

dukungan dana.

2.Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara

mikroskopis.

3.Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh

pengawas minum obat ( PMO).

4.Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan

mutu terjamin.

5.Pencatatan dan Pelaporan secara baku untuk

memudahkan pemantauan dan evaluasi program

penanggulangan TBC.

Perkembangan penemuan kasus TB Paru BTA+ di wilayah

kerja Puskesmas Purbolinggo dari tahun 2010 – 2019 dapat

dilihat pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 17


Grafik 3.6.
Perkembangan Penemuan kasus TB Paru BTA +
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun
2010-2019

160

140

120

100

80

60
47
40 34 30
24 23 27
29 31
25
20

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun2019

Dari grafik 3.6.di atas terlihat penemuan kasus TB paru

BTA Positif dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019 masih

di bawah target bila dibandingkan dengan target enemuan

Nasional yaitu 844 kasus. Pada tahun 2010 mencapai 24

kasus( 2,8%), tahun 2011 penemuan kasus mencapai 34

kasus (4,02%) , dan tahun 2012 mencapai 23 kasus ( 2,72 % )

ini.tahun 2013 ada 30 kasus(3,55%), di tahun 2014 ada 27

kasus (3,19%) di tahun 2018 ada 47 kasus (5,56%) dan

ditahun 2019 ada 144 kasus (17,06%) Masih rendahnya

penemuan kasus TB Paru Positif disebabkan beberapa hal

antara lain: masih rendahnya pengetahuan penderita tentang

TB Paru , kesadaran untuk berobat ke sarana pelayanan

masih kurang, penderita yang mampu pengobatannya ke

dokter praktek sehingga laporan tidak terekam.Belum

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 18


dilakukan penjaringan kasus secara maksimal atau penemuan

masih dilakukan pasif ( passive case finding ), belum adanya

tenaga PNS analis. Upaya yang dilakukan telah dilakukan

kerja sama dengam Aisyah dalam penemuan secara aktif

kasus BTA+ melalui kader-kader Aisyah yang sudah dilatih. ,

juga upaya promotif dilakukan sosialisasi program TB ke

masyarakat melalui penyuluhan di Posyandu , pengajian dan

lain- lain, disarankan pula pada penderita BTA Positif untuk

mengamati lingkungan tempat tinggalnya dan keluarga agar

pada orang yang gejala sama untuk segera berobat ke

Puskesmas.Jumlah kasus dan angka penemuan kasus BTA +

menurut jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo Tahun 2019 dapat dilihat pada grafik 3.7. di

bawah ini :

Grafik 3.7
Trend Penemuan TB Paru Menurut Jenis Kelamin
di wilayah kerja Puskesmas PurbolinggoTahun 2019

LAKI -LAKI PEREMPUAN

59

47
40

20
15

PERKIRAAN KASUS BARU KLINIS BTA(+)

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 3.7. di atas menunjukkan bahwa penemuan TB

Paru klinis di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 19


2019 lebih banyak perempuan ( sejumlah 25 kasus ) bila

dibandingkan dengan laki-laki ( sejumlah 22 kasus ),

penemuan BTA(+) nya lebih banyak laki – laki ( sejumlah 18

kasus ) sedangkan perempuan( sejumlah 10 kasus ).

Indikator program TB Paru selanjutnya adalah angka

kesembuhan.Adapun yang dimaksud penderita TB Paru (+)

sembuh adalah penderita TB Paru yang setelah menerima

pengobatan anti TB paru dinyatakan sembuh ( hasil

pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negatif ).

Gambaran kesembuhan penderita TB Paru di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 3.8.
Kesembuhan penderita TB Paru
di wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo
tahun 2011- 2019

120

100

80
Persen

60

40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber :Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 3.8. di atas menunjukkan persentase

kesembuhan penderita TB Paru dari tahun ke tahun terjadi

peningkatan.Cakupan kesembuhan pada tahun 2013 ( 95,

65 % ) bila dibandingkan dengan standar kinerja pelayanan

bidang kesehatan di Kabupaten Lampung Timur tahun 2013

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 20


( 90% ) ini berarti telah mencapai target dimungkinkan

kepatuhan dalam berobat (minum obat ) pada penderita TB

Paru sudah baik.

Sedangkan persentase kesembuhan TB Paru BTA(+) 2019

mencapai 92,3 % menurut jenis kelamin di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 sudah mencapai

Target SPM (90%) dapat di lihat pada grafik berikut ini :

Grafik 3.9.
Persentase kesembuhan TB Paru BTA(+)
menurut jenis kelamin di wilayah kerja
Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2019

100 100 100

100
98
96
94
92
90 87.5
88
86
84
82
80
BTA(+)DIOBATI KESEMBUHAN

Laki-laki Perempuan

Sumber:Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun

2019

Indikator pelaksanaan P2 TB Paru yang lain adalah angka

konversi yang merupakan pemeriksaan dahak pada setiap

akhir pengobatan intensif, dapat dilihat pada grafik berikut :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 21


Grafik 3.10.
Penderita TB Paru yang konversi di wilayah kerja
PuskesmasPurbolinggo tahun 2010-2019

100 100
94.1 95.65
90
82.6
80 78.95 79.31 79.95 80

70

60 58.2
50

40

30

20

10

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2017

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 3.10. di atas menunjukkan bahwa perkembangan

ini menunjukkan dari tahun ke tahun pencapaian angka

konversi meningkat terlebih pada tahun 2013 mencapai

58.2 % angka tersebut kurang dari target ( 80 % ).Hal ini

menunjukkan managemen kasus TB Paru kurang baik

.Ditahun 2019 mencapai 79.95 % hal ini perlu di jaga dan

ditingkatkan pencapaian angka maksimal melebihi target di

tahun 2019.

3.2.2.2. Penyakit Malaria

Perkembangan penderita penyakit malaria tanpa

pemeriksaan sediaan darah di wilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo dari tahun 2010- 2019 dapat dilihat pada grafik

berikut :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 22


Grafik 3.11.
Trend perkembangan jumlah kasus malaria klinis
Di wilayah kerja puskesmas purbolinggo
Tahun 2010 – 2019

10 10
9
8
7
6
5
4
3
22
1
1
0
2010 2011 0
2012 2013 0 0
2014 2015 0 0
2016 2017 0
2018

Sumber :Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo 2019

Dari grafik 3.11. jumlah penderita tersebut adalah semuanya

merupakan kasus impor.

3.2.2.3. Penyakit HIV/AIDS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh infeksi Virus Human Immunodefiency Virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga penderita

mudah terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum

memasuki AIDS penderita terlebih dahulu dinyatakan HIV

positif. HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular

yang secara epidemi mempunyai fenomena seperti gunung es

dimana keadaan yang sebenarnya jauh lebih besar daripada

yang tercatat dan terlaporkan. Hal ini sebagai akibat dari

sistem pelaporan yang belum sempurna, masih tingginya

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 23


stigma di masyarakat terhadap penyakit ini sehingga masih

banyak masyarakat yang menyembunyikan penyakitnya serta

penjaringan kasus dalyanan kesehatan yang masih sangat

terbatas. Tujuan dari pengendalian HIV/AIDS adalah getting

three zeroes yaitu menurunkan jumlah kasus baru HIV,

menurunkan angka kematian, dan menurunkan stigma dan

diskriminisasi. Tujuan akhir dari upaya tersebut adalah

meningkatkan kualitas hidup ODHA. Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang

beresiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai

standar di fasyakes (100%). Di Puskesmas Purbolinggoupaya

penemuan kasus HIV/AIDS dilakukan pada setiap orang yang

beresiko terinfeksi HIV baik pada populasi kunci maupun pada

populasi khusus, meliputi kelompok waria, wanita pekerja

sosial, ibu hamil, pasien TB, pasien IMS, kasus gizi buruk.

Upya penemuan tersebut dilakukan baik oleh tenaga

kesehatan, kader maupun masyarakat. Pada tahun 2019 di

Puskesmas Purbolinggo tidak ditemukan penderita HIV atau

belum terdeteksi

3.2.2.4. Penyakit Diare

Pelaksanaan program P2 Diare bertujuan untuk mencapai

penurunan angka kesakitan ( Insiden Rate : 411 per 1000

penduduk ) dengan menggunakan strategi melakukan

penemuan dan pengobatan sesuai tatalaksana kasus diare,

yaitu dengan menngunakan Lima Langkah Tuntaskan Diare

( LINTAS DIARE ) yaitu pemberian oralit, zinc, antibiotik bila

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 24


disertai lendir dan darah, makanan pendamping ASI, dan

nasihat.Trend perkembangan penyakit Diare di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo Tahun 2008 – 2019 dapat dilihat pada

grafik berikut ini :

Grafik 3.12.
Trend Perkembangan penyakit Diare
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
tahun 2008 - 2019

1000

900 922

800 812

700
676
600 605 609
566
Jumlah Kasus

500
474
400
376 378
300

200
142
100
65
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber :KoordinatorP2M Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

Dari grafik 3.12. menunjukkan bahwa penyakit Diare di wilayah

kerja Puskesmas Purbolinggo dari tahun 2008 – 2019 trendnya

fluktuatif ( naik turun ) dengan jenis kasus tanpa dehidrasi. Di

tahun 2019 penemuan dan pengobatan ada 142 (14,3 % )

sedangkan target berdasarkan SPM 2019 adalah 20%. Berarti

blm mencapai target. Kasus Diare ditangani menurut jenis

kelamin di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2013 –

2019 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 25


Grafik 3.13.
Persentase kasus Diare ditangani menurut jenis kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2013 – 2019
332 224 221 311 87
227 163 207 255 55
50

34
40

31

30

20

10
Laki-laki Perempuan
Perempuan
0 Laki-laki
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

3.2.2.5. Penyakit DBD

Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah

dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 3.14.
Kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
tahun 2008 – 2019

14

12

10

8
Jumlahkasus

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2017

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 26


Dari grafik 3.14 diatas menunjukkan perkembangan kasus

DBD dari tahun 2008 – 2019 mengalami beberapa kenaikan,

namun tidak terjadi penyebaran kasus dari penderita yang

sembuh. Peningkatan kasus yang ada setelah dilakukan

pemeriksaan epidemiologi ternyata kasus DBD yang terjadi

adalah kasus impor.Berikut adalah kasus DBD menurut jenis

kelamin dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 3.15.
Jumlah Kasus DBD menurut jenis kelamin
di wilayah Puskesmas Purbolinggo
tahun 2013 – 2019

7
7 7

6 5
6
5
5

4
4
3

2 2
1
1 0
0
0
0 0
Tahun 2013
Tahun 2014 Perempuan
Tahun 2015
Tahun 2016 Laki-laki
Tahun 2017
Tahun 2018

Laki-laki Perempuan

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Bila dilihat dari masa penularan (trend kasus DBD) di wilayah

Kerja Puskesmas Purbolinggo sampai dengan tahun 2019 yang

tertinggi berkisar antara bulan Desember sampai dengan Maret di

tahun sebelumnya. Gambaran penyakit DBD berdasarkan waktu

di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2008- 2019 dapat

dilihat pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 27


Grafik 3.16.
Gambaran Penyakit DBD berdasarkan waktu
di wilayah Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2010- 2019
14

12

10

0
JAN PEB MAR APR MEI JUNI JUL AGT SPT OKT NOP DES

Sumber :Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

Berdasarkan grafik 3.16.di atas menunjukkan bahwa kasus DBD

terjadi pada bulan Desember kemudian bulan Januari, Pebruari

dan Maret berkaitan dengan musim penghujan serta masih

kurang berjalannya kegiatan PSN dimasyarakat sehingga bulan –

bulan tersebut banyak tempat untuk berkembang sebagai vector

penularan penyakit DBD. Upaya yang dilakukan untuk menekan

kasus DBD ini antara lain dengan meningkatkan sistem

kewaspadaan dini, sosialisasi DBD secara terus menerus melalui

Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) dengan 3 M Plus

yaitu :MENGURAS dan menyikat tempat – tempat penampungan

air, seperti bak mandi/wc.drum, dan lain-lain seminggu sekali

(M1 ), MENUTUP rapat – rapat tempat penampungan air seperti

gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2), MENGUBUR atau

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 28


menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air

hujan (M3). Upaya lainnya abatisasi dan fogging focus.

Berikut gambaran kasus DBD berdasakan tempat di wilayah

kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 :

Grafik 3.17.
Gambaran Kasus DBD Berdasarkan Tempat
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

0
T.A T.B T.C T.D T.E T.F T.G T.H T.I T.Y T.K T.L

Sumber : Koordinator P2 Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

3.2.2.6 .Penyakit Filariasis dan Kusta

Kasus Filariasis di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun

2015 ditemukan 1 kasus di desa Taman Bogo Perempuan .Ada

satu kasus lama ( Th 2015) sudah tertangani. Sedangkan kasus

kusta ditemukan 0 kasus.

Pencegahan dan pengendalian penyakit Filariaasis bertujuan

menurunnya angka microfilaria (microfilaria rate ) menjadi < dari

1 % dan mencegah serta membatasi kecacatan karena filariasis

(kaki gajah )., dalam pengobatan massal filariasis tahun 2015

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 29


mencapai 85, 55 % mayarakat telah minum obat filaria,

sedangkan 14, 45 % tidak minum obat adalah usia dibawah 2

tahun, Usila, Bumil, Busui dan orang yang mempunyai panyakit

kronis.Pencegahan dan pengendalian penyakit Filariaasis

bertujuan menurunnya angka microfilaria (microfilaria rate )

menjadi < dari 1 % dan mencegah serta membatasi kecacatan

karena filariasis (kaki gajah ).

3.2.2.7. P2 ISPA

Tujuan khusus dari pencegahan dan pemberantasan ISPA

(Infeksi Saluaran Pernapasan Akut ) adalah bertujuan

menemukan dan melakukan tatalaksana standar pada 86%

penderita pneumonia Balita. Adapun sasaran pelaksanaan P2

ISPA ditujukan pada kelompok usia Bayi ( 0-<1th) dan Balita (1-<

5 th) dengan fokus penanggulangan pada penyakit Pneumonia.

Pneumonia merupakan penyebab kematian pada bayi dan balita.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit

ini yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita

dengan cara menatalaksana semua kasus ISPA yang ditemukan

dengan tatalaksana sesuai standar, dengan demikian angka

penemuan pneumonia juga menggambarkan penatalaksanaan

kasus ISPA. Temuan Pneumonia Balita masih rendah.,

diakibatkan karena tidak semua tenaga kesehatan

melaksanakan tatalaksana ISPA dengan benar sehingga kasus

pneumonia tidak ditemukan terutama pneumonia ringan tidak

terjaring, penatalaksanan MTBM/MTBS belum berjalan

maksimal, juga karena petugas kesehatan bidan /perawat belum

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 30


seluruhnya mengikuti pelatihan dari Dinas Kesehatan. Trend

penyakit Pneumonia tahun 2008-2019 dapat dilihat pada grafik

berikut ini :

Grafik 3.18.
Trend Penyakit Pneumonia Di Wilayah kerja
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2008-2019

80 75

70

60

50

40

30

20 15
13
10 11
3 3 3
0 0
0 0 0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber :Koordinator P2M Puskesmas PurbolinggoTahun 2019

Dari grafik di atas tahun 2019 ada 11 kasus ini menunjukkan

penemuan kasus Pneumonia mengalami penurunan

dibandingkan tahun – tahun sebelumnya yaitu mencapai 75

kasus ( 17, 9 % ),

3.2.2.8. Pengendalian Penyakit Rabies / GHPR

Program pengendalian penyakit Rabies bertujuan

meningkatkan pemahaman, kemampuan dan peran serta

masyarakat, terwujudnya kemitraan sektor terkait serta

terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dan

terjangkau pada manusia dan hewan sehingga tercapai

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 31


Indonesia bebas rabies.Setiap kasus yang ditemukan dan

datang ke Puskesmas diberikan penatalaksanaan kasus GHPR

( Gigitan Hewan Penular Rabies ). Upaya yang perlu dilakukan

untuk pengendalian penyakit rabies/GHPR; sosialisasi tentang

penatalaksanaan kasus dan bahaya GHPR kepada

masyarakat, juga bimbingan tehnis tentang GHPR kepada

semua petugras kesehatan yang ada baik Pustu, Poskesdes,

serta pelayanan kesehatan swasta yang ada dan koordinasi

dengan Dinas Peternakan dalam pengendalian kasus dan

Dinas Kesehatan Kabupaten menambah ketersediaan VAR.

Perkembangan kasus GHPR di wilayah Puskesmas

Purbolinggo Tahun 2012 – 2019 dapat dilihat pada grafik

berikut ini :

Grafik 3.19.
Trend perkembangan kasus GHPR
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2012 - 2018
10

66 7
5
4 7
5
2
KASUS
0 3
2012 0
2013
2014
2015
2016
2017
2018

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas purbolinggo Tahun

2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 32


Dari grafik 3.19. di atas menunjukkan kasus GHPR di

wilayah Puskesmas Purbolinggo Tahun 2012 -2019 trend kasus

naik turun. Kasus GHTR tersebar di beberapa desa di wilayah

kerja Puskesmas Purbolinggo. Kasus GHTR perdesa di wilayah

kerja Puskesmas Purbolinggo dapat dilihat pada grafik berikut

ini :

Grafik 3.20.
Jumlah Kasus GHPR perdesa di wilayah kerja
Puskesmas PurbolinggoTahun 2019
2 7
2

1 1 1 1 1
1

0 0 0 0 0 0
0

Kasus

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 3.20 .di atas menunjukkan kasus GHPR

tahun 2019 tidak ditemukan 7 kasus GHPR.

3.2.3.Penyakit dapat dicegah dengan Imunisasi ( PD3I).

Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi yaitu TBC,

Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio dan Hepatitis B , merupakan

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 33


salah satu penyebab kematian anak di negara- negara berkembang.

Salah satu penyakit yang dapat dibasmi dengan Imunisasi di Indonesia

adalah Cacar. Penyakit Polio dapat ditekan melalui imunisasi, sidang

WHA 1988 menetapkan Eradikasi Polio tahun 2000 dengan 3 (tiga )

strategi yaitu imunisasi rutin, Pekan Imunisasi Nasional ( PIN), dan

Survailance Acute Flaccid ParalySis ( AFP ).

3.2.3.1.Reduksi Campak

Reduksi Campak di Indonesia berada pada tahap reduksi

dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa ( KLB ).Penyakit

Campak masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia

pada umumnya dan di Kabupaten Lampung Timur pada

khususnya. Berdasarkan kesepakatan global bahwa kegiatan

survailance campak harus dilakukan untuk mempercepat

tercapainya reduksi CampakTarget angka kesakitan (IR) campak

< 50/10.000 balita dan angka kematian (CFR)Campak <

2/10.000 balita.

Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo masih

ditemukan juga kasus suspec Campak meskipun imunisasi

Campak telah mencapai target, misalnya untuk tahun 2019

pencapain imunisasi Campak telah mencapai 100 % dan tidak

ditemukannya kasus suspec Campak , meskipun dalam setiap

tahunnya belum ada yang ditemukan positif setelah dilakukan

pemeriksaan. Kasus suspeck di wilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo dalam perkembangan tujuh tahun terakhir ( tahun

2010 – 2019 ) dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 34


Grafik 3.21.
Trend perkembangan kasus suspeck Campak
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2010-2019

20
18 18
16
14
12
11
10
Jumlah kasus
8
6
5
4
2
1
0 0 0 0 0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Sedangkan kasus suspeck Campak menurut jenis kelamin

dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 3.22.
Jumlah kasus suspeck Campak menurut jenis kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2011 - 2019

12

10

8
JUMLAHKASUS

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Koordinator P2M Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 35


Dari grafik 3.22. di atas menunjukkan dari jumlah kasus

suspeck Campak tahun 2011 laki – laki lebih banyak dari

perempuan, tahun 2012 perempuan lebih banyak dari laki-laki.

tersebut belum tentu semuanya adalah kasus positif campak

sehingga mulai tahun 2009 mulai dilakukan CBMS ( Case

Base Meaasles Surveilance ) yaitu kasus campak berbasis

hasil laboratorium yakni untuk memastikan apakah itu virus

campak, virus rubella atau virus yang lainnya. Untuk itu bila di

Puskesmas ada suspect Campak maka sampel darah

penderita di bawa ke Din.kes. Kabupaten sebagai laporan.

3.2.3.2.Eradikasi Polio

Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit

Polio, pemerintah melaksanakan program Eradikasi Polio

(ERAPO ) yang terdiri dari pemberian imunisasi Polio secara

rutin, pemberian imunisasi massal pada anak balita melalui

PIN ( Pekan Immunisasi Nasional ) dan Survailance AFP

( Acute Flaccid Paralysis )Sasaran utama AFP adalah

kelompok yang retan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu

anak berusia < 15 tahun.Sebagaimana kita ketahui, sebagian

besar kasus poliomielitis bersifat non paralitik atau tidak disertai

manifestasi klinis yang jelas.Sebagian kecil saja dari kasus

poliomyelitis yang menimbulkan kelumpuhan (Poliomyelitis

Paralitik).Dalam survailance AFP, pengamatan difokuskan pada

kasus poliomyelitis yang mudah diidentifikasikan, yaitu penyakit

poliomyelitis paralitik.Ditemukannya kasus poliomyelitis paralitik

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 36


disuatu wilayah menunjukkan adanya penyebaran virus – polio

liar di wilayah tersebut.

Untuk meningkatkan sensitiffitas survailans AFP, maka

pengamatan dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi

secara akut dan sifatnya flaccid ( layuh ), seperti sifat

kelumpuhan pada poliomyelitis.Penyakit – penyakit ini yang

mempunyai sifat kelumpuhan seperti poliomyelitis disebut

kasus AFP dan pengamatannya disebut sebagai survailance

AFP- (S-AFP ).Di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo

Penyakit AFP pada anak usia kurang dari 15 tahun pada tahun

2009 satu kasus, tahun 2010 dan tahun 2011 tidak ditemukan

kasus AFP, tahun 2012 ada 1 kasus jenis kelamin perempuan

berumur 18 bulan dari desa Taman Endah, tahun 2013 satu

kasus umur 9 bulan laki laki desa Toto Harjo dan pada tahun

2019 tidak diketemukan kasus yang kesemuanya setelah

dilakukan pengambilan sampel feses serta pemeriksaan

laboratorium melalui Dinas Kesehatan Lampung Timur dengan

hasil negatif Polio.

3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT

3.3.1.Pemantauan Pertumbuhan Balita

Status Gizi Balita merupakan salah satu indikator yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan

sebagai indikator perkembangan status gizi, pertumbuhan

merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara asupan dan

kebutuhan zat gizi. Perkembangan kasus gizi buruk di wilayah

kerja Puskesmas dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 37


Grafik 3.23.
Perkembangan kasus Gizi Buruk di wilayah kerja
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2010 - 2019
6

4
Jum lah kasus

0
Thn. 2010 Thn. 2011 Thn. 2012 Thn. 2013 Thn.2014 Thn. 2015 Thn. 2016 Thn. 2017 Thn. 2018

Sumber :Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Sedangkan kasus gizi buruk menurut jenis kelamin pada tiga

tahun dapat di lihat pada grafik berikut ini :

Grafik 3.24.
Jumlah kasus Gizi buruk menurut jenis kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2011 -2019

4
3
3

2 2

1 1
1 1
0 0 0 0 1
0 0 0
Tahun 0 0 0
2011 Tahun Tahun
2012 Tahun 0 Perempuan
2013 2014 Tahun Tahun
2015 Tahun Laki-laki
2016 2017 Tahun
2018

Laki-laki Perempuan

Sumber : Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 3.24. di atas menunjukkan kasus gizi buruk dari tahun

2010 – 2014 banyak terjadi pada anak laki –laki bila dibandingkan

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 38


dengan anak perempuan sedangkan pada tahun 2019 terdapat 0

kasus dengan jenis kelamin laki - laki. Banyak faktor yang

menyebabkan terjadinya kasus gizi buruk antara lain:kemiskinan

yang berakibat kurangnya asupan gizi pada anak, akibat penyakit

penyerta anak, masih terbatasnya pemberian PMT pada Balita

BGM/Gizi kurang sehingga jatuh pada gizi buruk serta masih

kurang pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada anak.

Perkembangan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo sejak tahun 2014 – 2019 dapat dilihat pada grafik

berikut ini :

Grafik 3.25.
Perkembangan Status Gizi Balita di wilayah Kerja
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2014 - 2019
39 29 26 7 13
100%

90%
1886 1362 1999 2901
80% 2934
70%

60%
BGM
50% Balita ditimbang Naik (N/D)
Balita ditimbang
40%
2762 2148 3025 3865
30% 2973
20%

10%

0%
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber:Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Berikut ini status gizi balita menurut jenis kelamin tahun 2019

dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 39


Grafik3.26.
Status Gizi Balita menurut jenis kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Purbolingo tahun 2019

1920
1945
2000
1800 1456
1600
1445
1400
1200
1000
800
600
400
7
200
Perempuan
0
6
Ditimbang
NAIK Laki -laki
BGM

Laki -laki Perempuan

Sumber : Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

3.3.2. Anemia Gizi Besi.

Perkembangan ibu hamil yang mendapat Fe3 dapat dilihat pada

grafik berikut ini :

Grafik 3.27.
Cakupan ibu hamil dapat Fe 3 di wilayah kerja
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2010 - 2019
100

80

60
Persentase

40

20

0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber :Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 40


Dari grafik 3.27. di atas menunjukkan pada tahun 2019 97,5% dari

target 85 % berarti sudah mencapai target.

3.3.3. Ibu Hamil Kurang Energi Kronis ( KEK )

Dalam rangka menurunkan prevalensi ibu hamil KEK di

tahun 2019 program gizi mengadakan penyuluhan pada ibu

hamil tentang bahayanya ibu hamil yang mengalami kurang

energi kronis bisa menyebabkan bayi dengan BBLR yang

berpotensi mengalami gizi buruk. Selan penyuluhan dilakukan

pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) untuk ibu hamil resiko

KEK dalam bentuk susu , serta dilakukan pemantauan secara

intensif oleh bidan desa. Sedangkan jumlah ibu hamil KEK

perdesa di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

ada 62 (7, 31%) dari 847 jumlah ibu hamil dapat dilihat pada

grafik berikut ini :

Grafik 3.28.
Jumlah Bumil KEK perdesa di wilayah kerja
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019
70 62
60

50

40

30

20
9 7
4 6 5 4 5 6 6 4
10 3 3

kasus

Sumber :Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 41


3.3.4. Kekurangan Vitamin A (KVA)

Prevalensi KVA belum dapat diketahui.Data-data yang

mendukung belum tersedia(belum ada data ), karena wilayah

Puskesmas Purbolinggo bukan merupakan daerah endemis KVA,

walau demikian upaya-upaya pencegahan tetap dilakukan. Salah

satu upaya pencegahan KVA adalah dengan pemberian vitamin A

kepada balita 2 kali setahun yaitu pada bulan Pebruari dan

Agustus Perkembangan cakupan pemberian vitamin A 2x selama

lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 3.29.
Cakupan Balita dapat Vit.A 2X per tahun
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2010 - 2019
100
90
80
70
60
50
40
Persentase

30
20
10
0

Sumber :Koordinator Gizi PuskesmasPurbolinggo tahun 2019

Dari grafik 3.29 di atas pemberian vitamin A pada Balita

dapat dikatakan dalam tiap tahun memenuhi target sesuai dengan

target SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Lampung Timur 2011 –

2019. Berikut persentase cakupan pemberian vit A menurut jenis

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 42


kelamin di wilayah kerja Puskesmas purbolinggo tahun 2013 –

2019 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 3.30.
Persentase Cakupan pemberian Vit.A
menurut jenis kelamin di wilayah Puskesmas Purbolinggo
tahun 2013 - 2019

200
180
160
140 97.41 94.05
90.22 91.54 99.03
120
91.3
100
80
60
85.75 94.41
40 89.89 95.26 99.45
20
89.1
0
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018

laki perempuan

Sumber : Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 43


BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1.Program Pelayanan Kesehatan Dasar

4.1.1.Kunjungan Puskesmas

Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang

diberikan di Puskesmas baik non perawatan maupun Puskesmas

Perawatan, Puskesmas Pembantu dan Poskesdes. Di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo satu Puskesmas non Perawatan, 5

Puskesmas Pembantu yang tersebar di desa 5 desa yaitu desa

Taman Asri , Tambah Dadi, Taman Fajar, Tegal Yoso dan Tambah

Luhur, dan 12 Poskesdes . Jumlah penduduk yang telah

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tersebut pada tahun

2019 dari sejumlah penduduk 44.531 jiwa yang memanfaatkan

sebesar 19.597 jiwa (44 %). Selengkapnya persentase pemanfaatan

pelayanan dasar dari tahun 2011 - 2019 dapat dilihat pada grafik

berikut ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 44


Grafik 4.1.
Persentase cakupan rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2011 - 2018
60

50

40
PERSENTASE

30

20

10

0
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber : Koordinator Yankes Puskesmas Purbolinggo tahun

2019

Dari grafik 4.1 diatas menunjukkan bahwa pemanfaatan

Puskesmas oleh masyarakat sudah mencapai target, bila dibandingkan

dengan target SPM Bidang Kesehatan Kabuppaten Lampung Timur

2011-2019 yaitu jenis pelayanan pengobatan/perawatan (cakupan rawat

jalan di Puskesmas RS Pemerintah dan swasta ) adalah 15 %. Untuk

perkembangan cakupan rawat jalan menurut jenis kelamin dapat dilihat

pada grafik 4.2 di bawah ini :

Grafik 4.2.
Perkembangan persentase cakupan Rawat Jalan
berdasakan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas
Purbolinggo tahun 2013-2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 45


70
64.09
61
60 59 58
57
54
50
42 43 42
41
40 38.7
36.01

30

20

10

0
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Laki-laki Perempuan

Sumber :Koordinator Yankes Puskesmas Purbolingo tahun 2019

4.1.2 Kesehatan Jiwa

Di Puskesmas Purbolinggo cakupan program kesehatan jiwa diawali

dengan pendataan dan penjaringan kasus gangguan jiwa ringan,

sedangn berat termasuk kasus pasung. Adapun proporsi jenis

gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo dapat dilihat

pada diagram berikut ini:

Diagram 4.1
Proporsi jenis gangguan jiwa
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 46


Usaha bunuh diri; 2.8 Gangguan pengguna Napza; 5.6
Ggn epilepsi; 9.9
Retardasi mental; 9.9
Ggn psikotik akut; 1.4
Ggn Depresi; 11.3

Skizofren; 59.2

Sumber: Koordinator Kesehatan Jiwa Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Berdasarkan diagram 4.1 di atas dijelaskan bahwa proporsi terbanyak

gangguan jiwa di Puskesmas Purbolinggo tahun 2019 adalah gangguan

jiwa Schizofren /gangguan jiwa berat dan kronik sebesar 59, 2 %.

Pasien yang dirujuk ke RSJ Bandar Lampung ada 5 kasus selebihnya

berobat ke Puskesmas atau langsung ke RSJ. Kasus – kasus pada

diagram tersebut diatas adalah hasil penjaringan/pemetaan di seluruh

wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo dan kunjungan pasien gangguan

jiwa yang datang ke Puskesmas. Pada tahun 2019 ada 508 kunjungan

pasien jiwa di Puskesmas Purbolinggo.

4.1.3 Pelayanan Laboratorium sederhana di Puskesmas

Kegiatan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Purbolinggo meliputi

pemeriksaan Dahak, golongan darah. Permasalahan yang ada di

pelayanan Laboratorium adalah tenaga laboratorium masih TKS

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 47


sehingga pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan pada hari Senin,

Rabu dan Kamis.

Adapun proporsi spesimen pemeriksaan Laboratorium Puskesmas

Purbolinggo dapat dilihat pada diagram berikut :

Diagram 4.2.
Proporsi spesimen pemeriksaan Laboratorium
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2018
BTA
Golongan darah 10%
17%
HBsAg
7% HB
25%

HIV
10%

Asam Urat
17%

Gula Darah
9%
Kolesterol
5%

Sumber : Koordinator Yankes Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari pie diagram di atas diketahui bahwa pemeriksaan terbanyak

adalah pemeriksaan HB yaitu 25%. Pemeriksaan HB banyak dilakukan

pada ibu hamil untuk mendeteksi ibu hamil tersebut menderita anemia

atau tidak sedangkan BTA hanya 10% yang dilakukan untuk penegakan

diagnosa TB dengan pemeriksaan labolatorium.

4.1.4. Pelayanan Kesehatan Gigi

Pelayanan Kesehatan dan mulut di wilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo tahun 2019 / rawat jalan gigi mencapai 824 kunjungan

( 2,21%) sedang target adalah 4 %, berarti belum mencapai target, hal

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 48


ini disebabkan karena tidak adanya tenaga dokter gigi di Puskesmas

Purbolinggo Kalau dilihat dari rasio Cabut dan Tambal gigi

dibandingkan dengan jumlah kunjungan gigi dapat dilihat pada diagram

berikut ini :

Diagram 4.3.
Rasio Cabut dan Tambal dibandingkan dengan jumlah kunjungan gigi di wilayah kerja
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2018

Cabut gigi susu


100%

Sumber : Koordinator Kesgilut Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 49


Dari diagram 4.1 diatas dapat menggambarkan kesadaran masyarakat

akan perawatan gigi masih kurang karena persentase Cabut ( 100 % )

sedang tambal 0 % .

4.2.Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

4.2.1 Kesehatan Ibu

4.2.1.1.Cakupan K1

Cakupan pelayanan Antenatal Care ( ANC ) pada ibu hamil dari

cakupan kunjungan-1 dan kunjungan– 4 . K- 1 adalah kunjungan

kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan pada triwulan

1 . K – 4 adalah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan

kesehatan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali.

Pelayanan yang mencakup minimal (1)Timbang badan dan ukur

tinggi badan, (2)Ukur tekanan darah, (3) Skrining status Imunisani

Tetanus(dan pemberian Tetanus Toxsoid), (4) Ukur tinggi fundus

uteri, (5)Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan ), (6)

pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7)Test

laboratorium sederhana (Hb, Protein Urine) atau berdasarkan

indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

Perkembangan cakupan K1 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.3.
Cakupan K1 Di Wilayah Kerja
Puskesmas PurbolinggoTahun 2009 -2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 50


100 100 98.2 98.5 98.59 99.9 99.6
96 97
93.8

80

60

40

20

0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.3. di atas menunjukkan cakupan K1 dari

tahun ke tahun naik turun, ditahun 2019 (99,6 % ) masih

dibawah target ( 100% ).

4.2.1.2.Cakupan K4

Kwalitas pelayanan kebidanan pada ibu hamil dapat dilihat dari

cakupan K4, selain itu K4 juga menggambarkan perlindungan

pada ibu hamil. Trend Cakupan K4 dapat dilihat pada grafik

berikut ini :

Grafik 4.4.
Trend Cakupan K4
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2010 - 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 51


100

80

60

Presentase
40

20

Sumber Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.4. diatas menunjukkan pencapaian K4 tahun

2019 belum mencapai target (98,7 % )

4.2.1.3.Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah

cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang

mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi

persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini

menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam

pertolongan persalinan secara profesional.

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 52


Perkembangan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2019 dapat di lihat

pada grafik berikut ini:

Grafik 4.5.
Cakupan persalinan Oleh tenaga kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2019

linakes
100.000% 100.000%
100.000% 100.000%
100.000% 100.000%

98.600% 98.700% 98.600%


98.300%

97.000% 96.800%
96.300%

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.5. di atas menunjukkan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan sudah mencapai target karena masyarakat

telah menyadari bersalin pada petugas kesehatan.

4.2.1.4. Cakupan ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk dan ditangani

Gambaran peran serta dan keterlibatan dalam mendukung upaya

peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas dalam

melakukan deteksi ibu hamil yang beresiko di wilayahnya serta

tingkat kemampuan tenaga dapat diukur dengan indikator

cakupan ibu hamil resiko tinggi ditangani. Persentase cakupan

ibu hamil resti yang di tangani perdesa tahun 2019 dapat dilihat

grafik berikut ini:

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 53


Grafik 4.6.
Persentase cakupan ibu hamil resti yang ditangani perdesa
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2019
104 102.9 102.6
101.7
102 101.1 101
100 100 100 99.8
100 98.8
98 97.6

96 95.2
94
92.1
92
90
88
86

Sumber :Koordinator Kesga Puskesmas Purbolingggo tahun 2019

Dari grafik di atas menunjukkan ada beberapa desa yang melebihi

target kemungkinan data luar wilayah dimasukkan ke pencatatan

pelaporan..Adapun cakupan pelayanan pada ibu hamil resti dalam lima

tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 4.7
Trend cakupan pelayanan ibu resiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
tahun 2014 - 2018
120

100 98.7 99.47 99.8

80
76
71.4
60

40

20

0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Putbolinggo tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 54


Dari grafik 4.7 diatas terdapat pencapaian belum melebihi 100%..

Masalah ibu hamil resiko tinggi perlu mendapat perhatian oleh karena itu

diperlukan upaya kesehatan berupa kunjungan rumah, penyuluhan, dan

peningkatan berjalannya kelas ibu, stikerirasi P4K dan penggunaan

buku KIA sebagai upaya menangani atau mencegah jumlah kesakitan

dan kematian ibu dan anak (AKI )

4.2.1.5. Keluarga Berencana

Tingkat pencapaian pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan

melalui cakupan KB yang ditunjukkan melalui kelompok sasaran program

yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut tempat

tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan.

Cakupan peserta KB baru dan peserta Aktif per desa di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 dapat dihat pada grafik berikut ini

Grafik 4.8
Cakupan peserta KB baru dan peserta aktif per desa
di wilayah kerja Puskesmas PurbolinggoTahun 2019

150
140
130
120
110
100 93.9
90 87.9 87.4
79.9 82.1
80 72.8 72.2 73.9 72.6
70 65 62.8 61.3 59.4
60
50
40
30
20 16.9 16.2 11.4 14.1 10.6 10.4 11.3 11 14 12.5 13.5 12.7
8.7
10
0

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 55


Sumber :Koordinator KB Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.8 diatas dapat dilihat peserta KB aktif tertinggi desa

Tambah Dadi, Tegal Gondo, dan Tambah Luhur Sedangkan desa

dengan cakupan terrendah adalah Desa Tanjung Kesuma.

4.2.2. Kesehatan Anak

4.2.2.1.Cakupan Kunjungan Neonatal dan bayi

KN1 adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar, kunjungan ke-1 pada

6-24 jam setelah lahir. Sedangkan KN Lengkap adalah pelayanan

neonatal dasar meliputiASI eklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan

mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada

saat lahir, pemberian immunisasi Hepatitis B1 bila tidak diberikan

padasaat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda.Dilakukan sesuai

standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan

pada -28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun

kunjungan rumah. Adapun cakupan kunjungan neonatus (KN Lengkap )

selama enam tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.9.
Cakupan kunjungan Neonatus KN3 di wilayah kerja
Puskesmas Purbolinggo tahun 2010 – 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 56


98.6 98.6 99.57 99.9 99.7 100
100 95.3
93.5 92.9

80

60

40

20

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber :Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.9. di atas menunjukkan bahwa Cakupan kunjungan

Neonatus di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo sudah mencapai

target. Berikut ini persentase cakupan KN3 menurut jenis kelamin di

wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2013 – 2019 dapat dilihat

pada grafik berikut ini :

Grafik 4.10.
Persentase cakupan KN3 menurut jenis kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
tahun 2013 – 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 57


120

100 100
100

80

61.45
60
52.23 51.3
48.27 48.8 51.15 49.8 49.9
44.67
40 32.7

20

0
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Laki-laki Perempuan

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.10 di atas menunjukkan bahwa presentase cakupan KN3

tahun 2019 telah memenuhi target sesuai dengan SPM Bidang

Kesehatan Kabupaten Lampung Timur yaitu 90%.

4.2.2.2.Cakupan penanganan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR )

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai 24 jam pertama

setelah lahir . Penanganan BBLR terdiri dari pelayanan kesehatan

neonatal dasar ( tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian

ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata,

talipusat, kulit dan pemberian imunisasi);pemberian vitamin K;manajemen

terpadu bayi muda (MTBM) penanganan penyulit/ komplikasi/masalah

pada BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan

buku KIA.Perkembangan kasus BBLR lima tahun terakhir dapat dilihat

pada grafik berikut ini :

Grafik 4.11

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 58


Perkembangan kasus BBLR
di wilayah kerja Puskesmas PurbolinggoTahun 2010-2019
50 48

45
39
40
35 34
30
28
25
19
20
18 18
15
10
10
4
5
0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber :Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.11 di atas menunjukkan kasus BBLR di tahun 2019

terjadi Penurunan dari tahun 2016 tetapi masih cukup tinggi .

Berikut ini penemuan kasus BBLR menurut jenis kelamin di

wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2013 – 2019 dapat

dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.12
Penemuan kasus BBLR menurut jenis kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2013 – 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 59


60

50 48

40 39
34

30 28
24 24 23 23
20 18 18
16 16
12 11 11 11
10 7 7

0
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

LAKI-LAKI PEREMPUAN Series 3

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

4.2.2.3.Cakupan Neonatal Resti dirujuk dan ditangani

Neonatal Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal,

yang langsung menyebabkan kesakitan dan kematian bayi.Neonatus

risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum , sepsis, trauma

lahir, BBLR ( Berat Badan lahir < 2500 gram ), sindroma gangguan

pernapasan dan kelainan neonatal.Neonatal resti / komplikasi yang

ditangani adalah neonatal resti/komplikasi yang mendapat pelayanan

oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes,

puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Cakupan neonatal

resti/komplikasi ditangani per desa dapat di lihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.13
Presentase Cakupan neonatal resti/komplikasi ditangani
per desa di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun
2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 60


100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Sumber: Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo Thn 2019

Grafik 4.13 di atas menunjukkan pada cakupan

penanganan Neonatal komplikasi mencapai tertinggi di semua

desa Mencapai target SPM Bidang Kesehatan Kabupaten

Lampung Timur 90%. Berikut cakupan neonatal resti menurut

jenis kelamin di wilayah Puskesmas Purbolinggo tahun 2013 –

2019 dapt dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.14.
Cakupan neonatal resti / komplikasi yang ditangani

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 61


menurut jenis kelamin di wilayah Puskesmas Purbolinggo
tahun 2013 – 2019

300

250

200

150 94.2 128.1


93.09 100
100
100
100
45.8
42.39 48.82
50 43.33
53.9 72
48.4
50.7
51.18
0 56.67
Tahun 2013 46.1 56.1
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018

Laki-laki Perempuan Jumlah L/P

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.14 di atas menunjukkan cakupan neonatal

resti/komplikasi yang ditangani menurut jenis kelamin dari tahun

ke tahun meningkat, misalnya tahun 2019 total cakupan ada

128,1 % kalau dibandingkan dengan SPM sudah mencapai target(

90% ) dan semua kasus neonatal resti dengan komplikasi sudah

mendapat penanganan.

4.2.2.4.Cakupan kunjungan bayi

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap

pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat

kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 62


imunisasiserta peningkatan kualiatas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh

kembang.Cakupan kunjungan bayi di wilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo tahun 2013-2019 dapat dilihat grafik berikut ini :

Grafik 4.15
Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
tahun 2013 - 2019

120

103.2 102.4
100 96.4 96.6 98.2
93 94.6
88.9
79.4
80 75.6
69.6
66
60

40

20

0
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Laki-laki Perempuan

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.15 di atas menunjukkan cakupan kunjungan bayi dari

tahun ke tahun sudah mencapai target, tetapi tahun 2019

mencapai 74,6% (belum mencapai target) sedangkan target

SPM 85%.

Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 12 – 59

bulan dilaksanakan melalui pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini

Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali pertahun ( setiap 6 bulan )

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 63


dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan

pelaporan lainnya.Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga

kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor

lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan deteksi

dini penyimpangan tumbuh kembang anak.Cakupan pelayanan anak

adalah anak balita ( 12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan

pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali disatu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu. Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin

tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4.16.
Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019
200
180
160
140 87.2
93.5 91.3 87.6 91
89.8 89.9 95.5 92.1 90.3 90.7
120 90.4

100
80
60
87.9 89.2 92.5 83.7 87.2 83.2 88.2
40 82.2 81.6 81 79.4 82.3

20
0
Taman Taman Taman Tambah Taman Taman Tegal Toto Tanjung Tegal Tanjung Tambah
Asri Bogo Cari dadi Endah Fajar Gondo Harjo Inten Yoso Kesuma Luhur

Laki- laki Perempuan

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.16.menunjukkan pencapaian cakupan pelayanan anak balita

secara keseluruhan mencapai 87,7 %, bila dibandingkan dengan target

SPM bidang Kesehatan Lampung Timur target 90% ini berarti target

belum tercapai, karena pelaksanaan pelayanan SDIDTK kurang

maksimal.

4.2.2.5. Cakupan pelayanan SD yang mendapat penjaringan

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 64


Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya promotif dan

preventif antara lain penjaringan kesehatan ( screning ) peserta didik

untuk memilah anak yang sehat dan tidak sehat sehingga didapatkan

pemetaan kesehatan peserta didik.Adapun cakupan penjaringan pada

siswa SD menurut jenis kelamin diwilayah kerja puskesmas purbolinggo

dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.17
Cakupan penjaringan pada siswa SD menurut
diwilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2019
120

100

80

60

40

20

0
T.Asri T.Bogo T.Cari T.Dadi T.Endah T.Fajar T.Gondo T.Harjo T.Intan T.Yoso T.KesumaT.Luhur
Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.17 di atas cakupan penjaringan pada siswa SD diwilayah

kerja puskesmas purbolinggo tahun 2019 telah mencapai

target.sebagaimana traget SPM (95% )

4.2.2.6. Cakupan kesehatan Usila

Yang dimaksud Usia lanjut menurut UU No 13 tahun 1998 adalah

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.Usia pra lansia adalah 45 –

59 tahun.Pelayanan Kesehatan lanjut adalah pelayanan kesehatan

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 65


sesuai standar yang ada pada pedoman pada usia lanjut ( 60 tahun

keatas ), disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Cakupan

pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun

2019 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.18
Cakupan kesehatan usila
di wilayah kerja PuskesmasPurbolinggo
Tahun 2014- 2018
90
80 80.78
70
60
50 47.35 47.72 49.9
40 41.49
30
20
10
0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.18 di atas didapatkan cakupan pelayanan usila pada tahun

2017 meningkat dan ditahun 2019 menjadi 49,9 % bila dibandingkan

SPM ( 75 %) artinya belum mencapai target. Hal ini dapat disebabkan

karena kurangnya pelatihan khusus tentang program usila pada kader

sehingga kemampuan kader usila kurang dalam menggerakkan dan

pengorganisasian usila. Juga karena masih kurangnya dukungan dari

keluarga dan lansia itu sendiri dan masih kurangnya dana yang

mendukung kegiatan usila. Sedangkan cakupan pelayanan Usila

menurut jenis kelamin cakupan kunjungan pelayanan lebih banyak

perempuan

Diagram 4.1

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 66


Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut
menurut jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Purbolingo
Tahun 2019

laki-laki; 46.4

perempuan; 53.3

Sumber : Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari diagram 4.1. menunjukkan bahwa cakupan kunjungan pelayanan

perempuan lebih tinggi dari laki- laki;.Ini dimungkinkan karena berkaitan

dengan kultur masyarakat di desa yang masih menganggap atau merasa

laki –laki berusia 60 tahun masih produktif dan belum merasa tua

sehingga masih banyak usila laki- laki belum menyadari bahwa dirinya

sudah mulai banyak kemunduran.

4.3.Pelayanan Imunisasi

4.3.1.Imunisasi Dasar pada bayi

Program Imunisasi dasar lengkap ( LIL / Lima Imunisasi dasar

Lengkap ) pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 DPT, 4 dosis Polio, 4

dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak.Diantara penyakit pada Balita

yang dapat dicegah dengan imunisasi, Campak adalah penyebab

utama kematian pada Balita.Diseluruh negara ASEAN dan SEARO,

Imunisasi Campak diberikan pada bayi umur 9 – 11 bulan dan

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 67


merupakan imunisasi wajib lainnya. Cakupan imunisasi Campak dalam

tujuh tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.19.
Trend persentase cakupan imunisasi Campak
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2011 – 2019

100
97 97.4 97
10094.8 92.27 100 100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber :Koordinator Imunisasi Puskesmas Purbolinggo Thn. 2019

Dari grafik 4.19 diatas menunjukkan pencapaian

Imunisasi Campak dari tahun 2011 – 2019 capaian di atas 90 %

bila dibandingkan dengan target SPM Bidang Kesehatan

Kabupaten Lampung Timur ( 90 % ) berarti telah mencapai

target.

4.3.2. Imunisasi pada Ibu Hamil

Imunisasi TT pada hamil bertujuan untuk memberikan

kekebalan pada bayi yang dilahirkan terhadap Tetanus

Neonatorum. Mulai tahun 2010 imunisasi TT diberikan dalam 5

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 68


dosis untuk perlindungan seumur hidup.Imunisasi DPT diberikan

pada waktu bayi, imunisasi TT diSekolah Dasar / MI, usia subur

dan pada waktu hamil.Oleh karena itu bidan harus melakukan

scerening kepada setiap ibu hamil yang memeriksakan diri untuk

melihat status imunisasi TT ibu hamil tersebut.Screening

dilakukan pada ibu hamil dengan melihat status imunisasi DPT

bumil tersebut pada waktu pada bayi, jika imunisasi DPT lengkap

dihitung TT2. Kemudian pada waktu sekolah dasar dilihat status

imunisasi TT/DT, jika waktu SD/MI mendapatkan imunisasi

lengkap maka dihitung TT4. Pada waktu usia subur mendapatkan

TT maka status imunisasi bumil tersebut dihitung TT5, sehingga

pada waktu hamil tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.Namun

bidan mengalami kesulitan melakukan sreening, karena ibu

hamil yang dilakukan screening sulit mengingat status

imunisasinya.Sehingga bidan menganggap status TT ibu hamil

yang datang mulai dari nol (diberikan TT1).Cakupan TT1 dan

TT2 pada ibu hamil dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.21

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 69


Persentase TT1 dan TT2 Bumil
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2011 - 2019
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Sumber : Koordinator Imunisasi Puskesmas Purbolinggo

thn.2019

4.3.3. Imunisasi anak Sekolah

Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS ) tahun 2019 dilaksanakan

pada anak sekolah ( kelas 1 – 4 SD ) yaitu BIAS dengan

imunisasi campak dan DT pada kelas 1 SD/MI serta imunisasi

TT/Td pada anak kelas 2-4 SD/MI.karena tahun 2011 imunisasi

Td dan TT tidak dapat dilaksanakan karena tidak tersedia ADS

( Auto Disable Siringe ) di Din.kes Prop. Lampung, sementara

Din.Kes. Lampung Timur tidak menyediakan anggaran untuk

pengadaan ADS tahun 2013, sehingga untuk mengatasi masalah

tersebut pada tahun 2019 imunisasi TT/Td diberikan pada anak

SD/MI kelas 1-4.yang pada tahun sebelumnya TT/Td diberikan

pada anak kelas 1- 3 SD.Cakupan ( BIAS ) dapat dilihat pada

grafik berikut ini:

Grafik 4.22

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 70


Cakupan imunisasi anak sekolah (BIAS)
diwilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
CAMPAK TD

Sumber : Koordinator Imunisasi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

4.3.4 Cakupan desa UCI

Cakupan desa UCI tahun 2012-2019 dapat dilihat pada grafik

berikut ini

Grafik 4.23
Cakupan desa UCI di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2014 – 2019

Desa UCI
100 100 100 100
100 100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tahun Tahun
2014 Tahun Tahun
2015 2016 Tahun
2017 2018

Sumber : Koordinator Imunisasi Puskesmas Purbolinggo tahun

2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 71


Grafik 4.23 di atas menunjukkan untuk wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo telah mencapai desa UCI .

4.3.5. Ketersediaan Farmasi

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa ketersediaan farmasi di

gudang obat Puskesmas Purbolinggo tercapai 100% untuk

ketrsediaan obat dan vaksin esensial. Ketersediaan obat sangat

diperlukan tetapi untuk obat –obat jiwa masih kurang terutama

untuk Penderita Epilepsi sehubungan dengan berjalannya

penjaringan dan pemetaan kasus gangguan jiwa yang di

laksanakan di 12 desa wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo

antara lain obat -obat yang diperlukan adalah, obat –obat ;

Penitoin, Carbamazepin, Trihexyphenidil(THP), Klorpromazin,

Risperidon, diazepam . Untuk mencukupi kebutuhan obat –

obatan jiwa kami telah mengajukan permohonan obat tersebut ke

Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur.

4.4. Pelayanan Kesehatan dan Rujukan

Pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo tahun 2019 dapat dilihat dari cakupan kunjungan rawat

jalan sebesar 19.597 jiwa (44%) dan 508 kunjungan pasien jiwa. Untuk

kasus –kasus yang tidak dapat ditangani di Puskesmas di buatkan

rujukan ke rumah sakit untuk tindakan selanjutnya.

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 72


4.5.Perbaikan Gizi

4.5.1. Cakupan ibu hamil dapat Fe 90

Grafik 4.24
Cakupan ibu hamil dapat Fe1 dan FE3
Di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2014 -2019
99.6 97.5
97
100 90.96
85.43 84.11 86.61
90 80.3
80
70 63.47 65.41

60
50
40
30
20
10
0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Fe 1 Fe3

Sumber : Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari data yang ada pada grafik 4.24 di atas menunjukkan ibu hamil

yang mendapatkan Fe1 dan Fe 3 dalam kurun tiga tahun terakhir

pencapaian mengalami trend naik turun. Pemberian tablet Fe sangat

membantu di dalam menambah jumlah asupan gizi kepada ibu hamil

perkembangan kesehatan baik ibu maupun bayi yang dikandung

kondisinya sehat dan prima.

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 73


4.5.2. Cakupan pemberian vitamin A.

Grafik 4.25.
Persentase bayi, balita mendapat vitamin A 2 kali
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2012 – 2019

120

100

80

60

40

20

0
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber : Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari data yang ada pada grafik 4.25. di atas menunjukkan bahwa

pencapaian target pemberian vitamin A mengalami fluktuasi naik

turun, vitamin A sangat penting untuk menambah asupan vitamin,

juga mencegah kerusakan dan kebutaan pada penyakit mata.

4.6.Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

4.6.1.ASI Eksklusif

Salah satu perilaku menuju kemandirian keluarga sadar gizi adalah

pemberian ASI Ekslusif yang dapat dilihat pada grafik berikut ini

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 74


Grafik 4.26.
Cakupan Bayi yang mendapat ASI Eksklusif
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2012 – 2019

100

90
86.52
80

70
63.39
60

50
46.6
40 41.3
34.8
30

20 21.96

10 11.1

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber :Koordinator Gizi Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.26. di atas menunjukkan bahwa bayi yang mendapat

ASI eksklusif masih di bawah target SPM ( 80 % ). Masih perlunya

melakukan upaya tindak lanjut berupa konseling, bimbingan

tehnis, maupun pendampingan yang merupakan manajemen

laktasi yang perlu dilakukan secara lintas program. Pencapaian

dari tahun ketahun naik turun dratis bisa dimungkinkan

pemahaman petugas tentang Asi Eksklusif sendiri yang berbeda

pada akhirnya mempengaruhi pencatatan pelaporan jumlah

cakupan.

4.6.2. Strata Posyandu

Pengertian dari Posyandu Pratama adalah Posyandu yang

belum mantap, Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah

dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8(delapan) kali pertahun

dengan rata – rata jumlah kader 5 (lima) orang atau lebih, tetapi

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 75


cakupan kelima kegiatan utama masih rendah yaitu kurang dari

50%, Posyandu Purnama ada Posyandu yang dapat

melaksanakan kegiatannya lebih dari 50 % serta dapat

menyelenggarakan kegiatan tambahan dan memperoleh sumber

pembiayaan dari masyarakat yang pesertanya masih kurang dari

50 % di wilayah kerja Posyandu.Dan Posyandu Mandiri adalah

dapat menyelenggarakan kegiatan tambahan dan memperoleh

sumber pembiayaan dari masyarakat yang pesertanya lebih dari

50% di wilayah kerjanya.

Diagram 4.2.
PersentasePosyandu menurut strata
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

Mandiri; 7.7 Madya; 7.7

Purnama; 84.6

Sumber :Koordinator Promkes Puskesmas Purbolinggo thn.2019

4.6.3. Perilaku Hidup Bersih dan sehat

4.6.3.1 Cakupan Rumah Tangga Sehat ber PHBS

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu upaya

pencegahan dan promotif yang paling efektif untuk mencapai

suatu kehidupan yang sehat ada 10 indukator yang digunakan

untuk mengukur PHBS. Indicator tersebut adalah pertolongan

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 76


persalinan oleh tenaga kesehatan, tidak merokok, melakukan

aktifitas fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari,

tersedia air bersih, tersedia jamban, kesesuaian luas lantai

dengan jumlah penghuni rumah dan lantai bukan dari tanah.

Perkembangan rumah tangga ber PHBS di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo dapatdilihat pada grafik berikut ini

Grafik 4.27
Perkembangan Rumah Tangga ber PHBS
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
tahun 2012 - 2019

90
80
70 80.7
61.2 80.1
60 62.15 63.76 70.4
50
40
30 34

20
10
0
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018

Sumber :Koordinator Promkes Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.31. di atas menunjukkan bahwa jumlah rumah

tangga ber PHBS di tahun 2019 sudah mencapai target ( 80 %)

4.7. Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Program pelayanan Kesling secara umum bertujuan .meningkatkan

dengan memutus mata rantai penularan penyakit berbasis lingkungan,

secara khususnya bertujuan:

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 77


 Meningkatkan akses berkelanjutan penduduk terhadap air minum

atau rumah tangga terhadap air minum yang berkualitas

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi yang

layak

 Meningkatkan kebutuhan masyarakat tentang sanitsi yang layak

dengan meningkatkan kesadaran dan perilaku.

4.7.1.Kebijakan Program

Keberhasilan pengendalian penyakit berbasis lingkungan tidak

semata mata ditentukan oleh masing – masing program, tetapi

sangat dipengaruhi oleh progrm lainnya, antara lain integrasi

program pengendalian penyakit & lingkungan, teknologi lingkungan

tepat guna untuk pengendalian vektor, mikroba, parasit dan lain-

lain.Kegiatan Sanitasi Lingkungan merupakan salah satu upaya

kesehatan, diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan

yang sehat & dilaksanakn terhadap Tempat – Tempat Umum,

Lingkungan pemukiman, Tempat Kerja, Angkutan Umum dan

lingkungan lainnya.

4.7.2. Strategi Program

1. Peningkatan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi

( KIE ) penyehatan lingkungan

2. Peningkatan kesehatan lingkungan dengan menekankan pada

akses terhadap air minum dan sanitasi Total Berbasis

Masyarakat ( STBM ), dan pendekatan kabupaten

kabupaten /kota/kawasan sehat;

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 78


3. Peningkatan kemampuan pencegahan dan penanggulangan

faktor resiko ( air, udara, limbah, pangan )

4. Memperkuat survailan faktor resiko lingkungan

5. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan

penyehatan lingkungan.

4 .7.3.Pendekatan Program

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut di atas telah

dikembangkan pendekatan program kesehatan lingkungan yaitu

sanitasi total berbasis masyarakat (STMB ) dan PPSP,

Kabupaten/Kota/Wilayah Sehat, hygiene sanitasi pangan,

implementasi strategi adaptasi perubahan iklim bidang kesehatan,

pengawasan TTU dan Rumah Sehat, pengawasan kualitas minum,

dan pengelolaan limbah

4.7.4.Cakupan Program

Program Pelayanan Kesehatan Lingkungan terdiri dari beberapa

kegiatan dengan capaian program sebagai berikut : 1.)pengawasan

kualitas air minum, 2.)pembinaan rumah sehat, 3.)pengawasan

sarana sanitasi dasar meliputi Sarana air bersih, jamban, kepemilikan

tempat sampah, kepemilikan Saluran Pembuangan air limbah,

4.)Pembinaan Institusi.

4.7.4.1.Pengawasan Kualitas Air Minum

Sumber air minum yang digunakan dalam rumah tangga

dikategorikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air

terlindung dan tidak terlindung.Sumber air minum terlindung

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 79


terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung,

sumur terlindung, dan air hujan.Sedangkan air minum tidak

terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak

terlindung, air sungai , dan lainnya.

Dari 40.060 penduduk diwilayah kerja Puskesmas

Purbolinggo tahun 2019 telah memiliki akses dengan sumber

air minum terlindung/layak sebanyak ( 90,28% ) target SPM

Bidang Kesehatan Kabupaten Lampung Timur sebesar 75%.

4.7.4. 2.Pembinaan Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang

memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki

jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan

sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah

yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai, lantai rumah

tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak

memenuhi syarat akan berisiko menjadi sumber penularan

berbagai jenis penyakit ( Depkes RI, 2007).Persentase

Cakupan rumah sehat di wilayah kerja Purbolinggo tahun

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 80


2011-2019 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 4.28
Persentase rumah sehat
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2011-2018
100
90 91.88
80 77.51 78.21 79.3
70 71.22 70.36
65.9
60 61.1
50
40
30
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Koordinator Kesling Puskesmas Purbolinggo thn.2019

Dari grafik 4.28 dapat dilihat pencapaian cakupan naik-

turun karena berbagai keterbatasan sumber daya, baik itu SDM,

dana maupun fasilitas pendukung lainnya yang ada pada

pemberi pelayanan maupun penerima pelayanan.

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 81


4.7.4.3.Pengawasan Sarana Sanitasi Dasar (Sarana Air Bersih )

Di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2019 yang

diperiksa sarana air bersih 0 (tidak dilakukan pemeriksaan)

sedangkan persentase cakupan sarana air bersih dalam tiga

tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4.29.
Persen cakupan sarana air bersih
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2014 -2018

100
90
80 90.28
71.22 90.28
70 71.22
60
50 76.8
40
30
20
10
0
2014
2015
2016
2017
2018

Sumber : Koordinator Kesling Puskesmas Purbolinggo tahun

2019

Dari grafik 4.29. di atas menunjukkan bahwa cakupan sarana air

bersih naik turun .akses keluarga terhadap air bersih tersebut

adalah yang menggunakan sumur gali terlindung.

4.7.4.4. Pengawasan sarana sanitasi dasar (Jamban )

Cakupan kepemilikan jamban dalam tiga tahun terakhir dapat

dilihat pada grafik berikut di bawah ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 82


Grafik 4.30.
Persen cakupan kepemilikan jamban di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun
2013-2018

100 100
80 95 100
75.45 100
60 89.1
40
20
0
2013
2014
2015
2016
2017
2018

Sumber : Koordiator Kesling Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.30. di atas menunjukkan.kepemilikan jamban sudah

mencapai target (75% ). Sedangkan cakupan Jamban Sehat

dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 4.31
Cakupan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2013- 2018
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Koordiator Kesling Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

4.7.4.5. Pengawasan sarana Sanitasi Dasar


(Kepemilikan saluran pembuangan air limbah ( SPAL )

Cakupan kepemilikan SPAL dapat dilihat pada grafik berikut ini

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 83


Grafik 4.32.
Cakupan kepemilikan SPAL di wilayah kerja Puskesmas tahun 2016 - 2018

100 96.45
97.34
80
97.5
60
40
20
0
2016
2017
2018

Sumber : Koordinator Kesling Puskesmas Purbolinggo tahun

2019

Dari grafik 4.32. di atas menunjukkan bahwa kepemilikan SPAL

dari keluarga yang diperiksa sudah mencapai target bila

dibandingkan target SPM ( 75 % ) hal ini menunjukkan perilaku

masyarakat berkembang kearah yang positif pada khususnya

pada perlaku pengelalaan air buangan rumah tangga.,

Sedangkan untuk cakupan SPAL memenuhi syarat dapat

dilihat pada grafik dberikut ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 84


Grafik 4.33
Cakupan SPAL Memenuhi Syarat wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2014-
2018

100
90 91.88
80 82.22 78.35 79.1
70 71.22
Series 1
60
50
40
30
20
10
0
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Koordinator Kesling Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

4.8.Program Pengendalian vektor

Tujuan umum program pengendalian vektor adalah meningkatkan kualitas

lingkungan dengan pemberantasan vektor, dengan tujuan khusus

meningkatkan jumlah rumah yang diperiksa jentik.

4.8.1.Stategi Program

1. Sinergi program Penyehatan lingkungan dengan program

Pengendalian Demam Berdarah

2. Survailan vector dilakukan melalui kegiatan pemantauan

jentik( jumantik/kamantik).Pengembangan system survailans vector

secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya

dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.

4.8.2.Capaian program

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 85


Pelayanan pengendalian vector lebih difokuskan kepada upaya

penanggulangan penyakit Deman Berdarah Dengue ( DBD ) melalui

pengelolaan lingkungan.Prinsip pengelolaan lingkungan adalah

mengusahakan agar kondisi lingkungan tidak/kurang disenangi oleh

nyamuk sehingga umur nyamuk berkurang & tidak mempunyai

kesempatan menularkan penyakit dan mengusahakan agar kontak

antara nyamuk dan manusia berkurang ( rekayasa

lingkungan).Sedangkan prinsip pengelolaan di lingkungan perindukan

adalah usaha untuk menghalangi nyamuk untuk meletakkan telurnya

atau menghalangi proses perkembanganbiakan nyamuk/3M Plus.

Di samping itu pemberdayaan masyarakat juga penting dalam

kegiatan pengendalian dengan melakukan gerakan PSN DBD,

pemeriksaan jentik berkala yang bertujuan mengendalikan populasi

nyamuk.

Beberapa factor resiko lingkungan kejadian penyakit DBD adalah:

 Perubahan Iklim ( cuarh hujan, temperatur udara, kelembaban

udara, dan lain lain )

 Man Made Breeding Places ( tempat perindukan )

 Perilaku

Salah satu kegiatan pelayanan pengendalian vektor antara lan

pemantauan jentik berkala oleh petugas Puskesmas dibantu oleh

kader kesehatan lingkungan.Jumlah rumah/bangunan yang

dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk dapat di lihat pada grafik

berikut ini:

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 86


Grafik 4.34.
Persentase rumah diperiksa jentik dan angka bebas jentik di wilayah kerja Puskesmas
Purbolinggo Tahun 2015 - 2018

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2015 2016 2017 2018

Sumber : Koordinator Kesling Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4.34. di atas menunjukkan bahwa jumlah

rumah/bangunan yang ada sejumlah 10193, sedang rumah yang

diperiksa sejumlah ( 35,6 % ) dan rumah / bangunan yang bebas

jentik ada ( 87,3 % ). Bila dibandingkan dengan target rumah

/bangunan bebas jentik SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Lampung

Timur tahun 2019 sebesar 70 %, pencapaian sudah mencapai

target.Ini dimungkinkan karena masih kesadaran masyarakat untuk

melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN) yaitu tempat –

tempat yang sangat potensial terhadap perkembangan nyamuk

Aedes tersebut, karena saat ini masyarakat beranggapan

penanggulangan jentik nyamuk adalah tidak harus melalui fogging

focus/pengasapan.Hal ini juga dimungkinkan karena seringnya

sosialisasi ke masyarakat tentang cara pencegahan penyakit menular

bersumber vector nyamuk .

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 87


4.9.Program Pelayanan Hygiene Tempat – Tempat Umum dan pengelolaan
makanan

4.9.1. Tujuan umum

 Meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas pelayanan higiene

sanitasi tempat umum dan tempat pengelolan makanan.

 Melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang dikelola

jasaboga yang tidak memenuhi syarat.

4.9.2.Tujuan khusus

 Meningkatkan kualitas higiene sanitasi tempat umum

 Meningkatkan kualitas higiene sanitasi tempat pengelolaan makanan

4.9.3. Kebijakan Program

1. Peraturan Menteri Kesehatan No 715 Tahun 2003 bahwa setiap jasa

boga harus memiliki sertifikasi laik Higiene

2. Undang – undang No.11 Tahun 1962 tentang Higiene untuk usaha

bagi umum.

4.9.4. Capaian Program

Tempat –tempat dan tempat pengelolaan makanan merupakan suatu

sarana yang meliputi hotel, restoran/rumah makan, pasar dan lain-

lain.Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan pengelolaan

makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan yaitu

memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana

pembuangan air limbah, ventilasi yang cukup, luas lantai( luas

ruangan ) yang cukup memadai.Presentase TUPM di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo dari tahun 2014- 2019 dapat dilihat pada

grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 88


Grafik 4.35
Presentase tempat umum dan Pengelolaan Makanan (PUTM) Sehat di Wilayah Kerja
Puskesmas Purbolinggo Tahun 2014 - 2018

Series 1
80 78.8
78
76
73.48 73.48 73.81
74
71.9
72
70
68
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Koordinator Kesling Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari grafik 4, 35 diatas dapat dilihat cakupan TUPM dari tiga tahun

belum mencapai target adalah di tahun 2019 baru mencapai 73, 81 %

sedang target SPM adalah 80 %. Untuk itu perlu adanya peningkatan

kapasitas petugas di lapangan untuk melakukan pengawasan secara

berkala sehingga menjamin keamanan konsumen atau pengguna

sarana dari resiko penularan penyakit.

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 89


Sumber daya kesehatan merupakan salah satu aspek pendukung dalam

penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Upaya pembangunan kesehatan

dapat berdaya guna dan berhasil guna bila kebutuhan sumber daya kesehatan

terpenuhi. Dalam bab ini gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan

dikelompokkan ke dalam sajian data dan informasi mengenai sarana kesehatan,

tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

5.1 Sarana Pelayanan Kesehatan

Di kecamatan Purbolinggo terdapat 1 (satu) puskesamas induk dengan

kondisi rusak ringan dan satu kendaraan roda 4 ( puskesmas keliling )

dengan kondisi rusak ringan , mempunyai 5 (lima ) puskesmas pembantu

dengan kondisi 4 rusak sedang, , 1 rusak berat, dan 12 Poskesdes yang

tersebar di 12 desa wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo dengan kondisi

5 bangunan gedung dalam keadaan baik dan 5 dalam keadaan rusak

ringan, 2 di perumahan masyarakat.

Permasalahan kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor

kesehatan saja tetapi menjadi tanggung jawab lintas sektor dan

masyarakat. Peran serta masyarakat/swasta dalam upaya mendukung

pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilihat dari bertambahnya

sarana kesehatan swasta. Jumlah sarana pelayanan kesehatan swasta di

wilayah kerja puskesmas purbolinggo tahun 2019 yaitu : Klinik Pratama

ada 3, Klinik Utama sebanyak 4 sarana , Rumah bersalin (RB) sebanyak

3 sarana, praktek dokter perorangan sebanyak 3 orang dan praktek

dokter gigi sebanyak 2 orang..

5.2 Tenaga Kesehatan

Tabel 5.1
Jumlah ketenagaan kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 90


Laki-laki Perempuan

No Ketenagaan PNS TKS PNS/ TKS JMH

PTT
1 2 3 4 5 6 7

1 Dokter Umum 0 0 1 1 2

2 Dokter Gigi 0 0 0 0 0

3 Perawat DIV 1 0 0 0 1

4 Perawat Umum DIII 1 3 8 5 17

5 SPK 0 0 1 0 1

6 Perawat Gigi DI 0 0 1 0 1

7 Perawat Gigi DIII 0 0 1 0 1

8 Bidan DIV 0 0 2 1 3

9 Bidan DIII 0 0 10 4 14

10 Bidan DI 0 0 1 0 1

11 Bidan desa/ 0 0 12 0 12
Poskesdes/DIII

12 Ahli Gizi DIII 0 0 1 0 1

13 Sanitasi DI 1 0 0 0 1

14 Analis Kesehatan/ DIII 0 0 0 1 1

15 Apoteker/Farmasi DIII 0 0 1/1 0 2

16 Kesmas 0 0 1 0 1

17 Pekarya Kesehatan 1 0 1 0 2
+SMA

18 Petugas loket/ SMA 0 1 1 1 3

19. Petugas SP2TP 0 0 1 0 2

20 Sopir Pusling 0 1 0 0 1

21 Kebersihan 0 0 0 1 1

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 91


Jumlah 4 5 44 14 67
Sumber : Koordinator Kepegawaian Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Dari tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah seluruh tenaga

Puskesmas ada 67 orang. Guna peningkatan mutu pelayanan

Kesehatan khususnya program P2, diharapkan ada perekrutan tenaga

PNS dengan latar belakang pendidikan Analis Kesehatan untuk

Puskesmas Purbolinggo.Proporsi tenaga kesehatan menurut Profesi di

wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 dapat dilihat pada di

gambarkan sebagai berikut :

Diagram 5.1
Proporsi tenaga kesehatan menurut Profesi
di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

Lain-lain Dokter Umum


6% 3% Perawat
Farmasi Pekarya Kesehatan
3% 28%
9%
Analis Kesehatan
1%
Sanitasi
1%
Ahli Gizi
1%

Perawat gigi
Bidan 3%
45%

Sumber : Koordinator Kepegawaian Puskesmas Purbolinggo tahun

2019

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 92


Berikut tenaga di pelayanan kesehatan swasta ( BP/RB) di wilayah kerja

Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berkut ini:

Tabel 5.2
Jumlah dan jenis tenaga yang di pelayanan kesehatan swasta
( BP/RB) di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo
Tahun 2019

No. Ketenagaan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5

1. Dokter umum 4 4 8

2. S1 Tehnik 1 0 1

3. SKM - 2 2

4. S1 Kep. 1 1 2

5. Akper 9 5 14

6. Akbid 0 6 6

7. SPRG 0 1 1

8. SPK 1 0 1

9. SMA 2 2 4

10 SMP 0 1 1

11. SD 1 0 1

JUMLAH 19 22 41

Sumber : Koordinator Kepegawaian Puskesmas Purbolinggo tahun

2019

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan melakukan

berbagai pendekatan, termasuk didalamnya dengan meningkatkan

sumber daya manusia dengan pelatihan –pelatihan untuk petugas

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 93


kesehatan diantaranya pelatihan yang tujuannya selaras dengan tujuan

program MDGs ke 4 (menurunkan angka kematian anak), MDGs ke

5(meningkatkan kesehatan ibu) . Bidan yang telah mengikuti pelatihan

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.3.
Jenis Pelatihan yang telah diikuti oleh bidan
di wilayah kerjaPuskesmas Purbolinggo tahun 2019

No Jenis Pelatihan Bidan dilatih

1 2 3

1. Asuhan Partus Normal (APN) 1.Fitriyah

2.Nuning .S

3.Siti Rahayu

4.Heni Rahmawati
Penatalaksanaa kegawatdaruratan Ibu
2. &Anak 1.Fitriyah

2.Nuning Setioningsih

3.Siti rahayu

3. Aspeksia 1.Firiyah

2.Wahida Mas”um

3. Marlina

4..Nuning S.

5. Deminar

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 94


4. Kelas Ibu 1. Fitriyah

2. Nuning. S

3. Anita

5 BBLR Marlina

6. Pelaporan KB Lusia Minarni

Sumber :Koordinator Kesga Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

5.3 Anggaran Kesehatan

Pada tahun anggaran 2019 alokasi anggaran Puskesmas

Purbolinggo seperti tabel berikut ini:

Tabel 5.4.
Anggaran Kesehatan Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

No Sumber Biaya Alokasi Anggaran

Kesehatan

Jumlah (Rp) Prosentase

(%)

1 APBD Kabupaten

Pengembalian ta.2012-2019

APBD dari USAID RTI/

keg.filaria

2 APBN

JKN /Kapitasi 1.153.637.119 67,15

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 95


BOK 564.440.000 32,85

TOTAL ANGGARAN 1.718.077.119 100

Sumber :Bendahara Rutin /JKN/BOK Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019

BAB V

PENUTUP

6.1.KESIMPULAN

1. Jumlah kasus kematian bayi pada tahun 2019 ada 2 kasus , terdiri dari

BBLR sebanyak 1 kasus ( 50% ) dengan rincian laki-laki 1 kasus,,

Kelainan Kongenital 1 kasus ( 50%) adalah laki-laki.

2. Jumlah kematian ibu tahun 2019 0 Kasus, tahun 2016 ada 2 kasus karna

perdarahan, dan 2012-2014 tidak ada kasus, tahun 2011 ada 2 ( dua )

kasus dengan penyebab perdarahan, pada tahun 2010 tidak ada kasus,

tahun 2009 tidak ada kasus.

3. Sepuluh penyakit terbesar masih diduduki penyakit Penyakit Lainnya

(27,34%, ) selanjutnya ISPA ( 18,82%), Gastritis (12,80%), Penyakit

pada sistem otot dan jaringan (12,15%), Tekanan Darah tinggi (9,045),

penyakit lain pd saluran bagian atas (7,39%).

1 Penyakit Lainnya 3.469 27,34

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 96


2 ISPA 2.388 18,82

3 Gastritis 1.625 12,80

Penyakit pad sistem otot dan


4 1.542 12,15
jaringan

5 Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1.148 9,04

Penyakit lain pada saluran nafas


6 938 7,39
bagian atas

7 Non Insulin Dependen DM 621 34,89

8 Penyakit Kulit alergi 571 4,50

Penyakit dan kelainan syaraf


9 213 1,67
lainnya

10 Penyakit Kulit Infeksi 173 1,36

4. Kasus penyakit berbasis lingkungan, kasus DBD dalam tiga tahun

terakhir ini naik turun, tahun 2015 ada 0 kasus, tahun 2016 ditemukan

12 kasus , tahun 2019 ditemukan 6 kasus DBD, penurunan kasus yang

ada setelah dilakukan pemeriksaan epidemiologi ternyata kasus DBD

yang terjadi adalah kasus import. Kasus DBD sering terjadi pada bulan

Desember kemudian bulan Pebruari dan Maret berkaitan dengan musim

penghujan serta masih kurang berjalannya kegiatan PSN dimasyarakat

sehingga bulan – bulan tersebut banyak tempat untuk berkembang

sebagai vector penularan penyakit DBD. Upaya yang dilakukan untuk

menekan kasus DBD ini antara lain dengan meningkatkan sistem

kewaspadaan dini, sosialisasi DBD secara terus menerus melalui

Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) dengan 3 M Plus Upaya lainnya

abatisasi dan fogging focus.

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 97


5. Kasus Filariasis di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2019

ditemukan 0 kasus , ada satu kasus tahun 2005 sudah tertangani

dalam pengobatan massal filariasis tahun 2015 mencapai 85, 55 %

mayarakat telah minum obat filaria, sedangkan 14, 45 % tidak minum

obat adalah usia dibawah 2 tahun, Usila, Bumil, Busui dan orang yang

mempunyai panyakit kronis.Pencegahan dan pengendalian penyakit

Filariasis bertujuan menurunnya angka microfilaria (microfilaria rate )

menjadi < dari 1 % dan mencegah serta membatasi kecacatan karena

filariasis (kaki gajah ).

6. Penemuan TB Paru klinis di wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo

Tahun 2019 lebih banyak perempuan ( sejumlah 25 kasus ) bila

dibandingkan dengan laki-laki ( sejumlah 22 kasus ), jpenemuan BTA(+)

nya lebih banyak laki – laki ( sejumlah 18 kasus ) sedangkan

perempuan( sejumlah 10 kasus ), Ditahun 2019 angka konversi

mencapai 80% .

7. Dalam tiga tahun terakhir kasus AFP adalah tahun 2014 - 2019 tidak

ditemukan kasus, tahun 2013 dari Desa Toto Harjo umur 19 bln jenis

kelamin perempuan , tahun 2012 ditemukan 1 kasus jenis kelamin

perempuan berumur 18 bulan dari Desa Taman Endah, pada tahun 2011,

tidak ditemukan kasus AFP, Kasus AFP yang ada ternyata dengan gejala

mirip Polio lumpuh layu mendadak (AFP) setelah dilakukan pengambilan

sampel feses serta pemeriksaan laboratorium melalui Dinas Kesehatan

Lampung Timur dengan hasil negatif Polio.

8. Kasus PD3I tahun 2019 adalah kasus penyakit Campak yaitu tidak ada

kasus

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 98


9. Jumlah kasus gizi buruk pada tiga tahun terakhir, tahun 2019 ada 0

kasus, Tahun 2017 ada 1 kasus, Tahun 2016 ada 0 kasus, 2015 ada 1

kasus , tahun 2014 ada 1 kasus, tahun 2013 ada 2 kasus.

6.2.SARAN

1. Dalam upaya peningkatan cakupan program diperlukan sistem

pencatatan pelaporan yang baik sehingga data yang tertulis dapat

menggambarkan situasi kesehatan yang sebenarnya untuk itu Dinas

Kesehatan Lampung Timur perlu mengadakan Bintek terpadu secara

berkala pada Puskesmas.

2. Diperlukan peran lintas sektor dan lintas program baik dalam upaya

promotif dan preventif dalam menekan kasus- kasus penyakit baik yang

menular maupun tidak menular.Untuk itu perlu ditingkatkan kegiatan

penjaringan dan pemetaan kasus dalam meningkatkan penemuan kasus

3. Peningkatan sistem pencatatan pelaporan baik dari Puskesmas, Pustu,

Poskesdes dan pelayanan kesehatan swasta ( BP-RB, Klinik ) yang ada

di wilayah Puskesmas Purbolinggo

4. Mengefektifkan kegiatan lokakaryamini bulanan maupun tribulan dalam

menemukan solusi berbagai permasalahan program Puskesmas yang

ada guna mencapai keberhasilan dalam bidang kesehatan dimasa

sekarang dan mendatang.

Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 99


Profil Kesehatan Puskesmas Purbolinggo Tahun 2019 100

Anda mungkin juga menyukai