KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO
NOMOR : 445/ 235 /412.202.1/SK/2017
TENTANG
Menimbang : a. bahwa untuk meminimalkan risiko jatuh pada pasien selama di rawat
dan/atau berada di rumah sakit;
b. bahwa untuk memberi perlindungan pada pasien dan meningkatkan
kewaspadaan petugas atau pegawai terhadap risiko jatuh;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam huruf a dan b
diatas, maka perlu ditetapkan dalam suatu keputusan Direktur RSUD
Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Tentang Pemberlakuan Panduan
Risiko Jatuh di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo.
MEMUTUSKAN
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kesalahan atau kekeliruan akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Bojonegoro
pada tanggal 25 Juli 2017
DIREKTUR
RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO
BAB I
DEFINISI
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian yang mengakibatkan sesorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
(makalah IPSG, 2013).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi
berada di permukaan tanah tanpa disengaja, dan tidak termasuk jatuh karena pukulan
keras, kehilangan kesadaran atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah penyebab
spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan
sadar mengalami jatuh.
Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya
jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat
dilihat / dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi akibat
penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang
dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
Ada dua faktor risiko yang mempengaruhi kejadian jatuh antara lain:
a. Faktor Intrinsik
Adalah variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada
waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak
jatuh .Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan
muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan
ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sincope yaitu kehilangan kesadaran
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak
dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan
pusing .
b. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)
diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tersandung benda-benda . Faktor-faktor ekstrinsik tersebut antara lain
lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang
terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau
tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-
obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan . Dalam panduan ini faktor
ekstrinsik tidak dijelaskan secara mendalam namun akan dijelaskan lebih
lanjut di Managemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).
Kejadian jatuh dapat mengakibatkan beberapa dampak yang
merugikan bagi seseorang, antara lain:
a. Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa
sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya
arteri/vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur,
humerus, lengan bawah, tungkai atas.
b. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan
dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu
kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.
c. Mati, yaitu akibat terburuk dari kejadian jatuh.
BAB II
RUANG LINGKUP
Risiko pasien jatuh terutama dapat terjadi pada pasien yang dirawat di ruangan:
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Rawat Intensif
- Instalasi Gawat Darurat
- Instalasai Rawat Jalan
Semua petugas yang bekerja di rumah sakit harus memahami bahwa semua pasien di
RSUD Sosodoro Djatikoesomo memiliki risiko untuk jatuh, dan semua petugas tersebut
memiliki peran untuk mencegah pasien jatuh.
BAB III
TATA LAKSANA
A. TATA LAKSANA
1. Asesmen awal / skrining
a. Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Risiko Jatuh Morse
Fall Scale pada pasien dewasa , Humpty Dumpty Scale pada pasien anak
dan Get up and Go Test pada pasien yang ada di rawat jalan
b. Rencana intervensi akan segera disusun, diimplementasikan,
dan dicatat dalam rencana keperawatan setelah skrining.
c. Skrining farmasi dan atau fisioterapi dilakukan jika terdapat adanya risiko jatuh
pada pasien.
2. Asesmen ulang
a. Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap: setelah
pasien jatuh (Post Falls), perubahan kondisi (Change of Condition), menerima
pasien pindahan dari ruangan lain ( On Ward Transfer), dan saat pasien
pulang (Discharge).
b. Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale/ Humpty
Dumpty Scale dan rencana keperawatan akan diperbaharui/ dimodifikasi
sesuai dengan hasil asesmen.
c. Penilaian dilakukan setiap hari pada shift pagi.
3. Perawat penanggung jawab pelayanan yang bertugas akan mengidentifikasi
dan menerapkan Prosedur Pencegahan Jatuh, berdasarkan pada:
a. Kategori risiko jatuh (rendah, sedang, tinggi)
b. Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien
c. Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices)
d. Asesmen Klinis Harian
4. Prosedur Pencegahan Jatuh pada pasien yang berisiko rendah, sedang, atau
tinggi harus diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang sesuai harus
optimal.
B. TATA LAKSANA PENGKAJIAN PADA PASIEN DEWASA
Assesmen atau pengkajian risiko pasien jatuh pada pasien dewasa menggunakan
format skoring risiko pasien jatuh dengan metode Fall Morse Scale
a. Petunjuk penggunaan assesmen risiko jatuh dengan metode fall Morse Scale :
a) Riwayat jatuh:
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat
riwayat kejadian jatuh fisiologis dalam 3 bulan terakhir ini, seperti pingsan atau
gangguan gaya berjalan, berikan skor 25. Jika pasien tidak mengalami jatuh,
berikan skor 0.
b) Diagnosis sekunder:
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika tidak,
berikan skor 0.
c) Alat bantu:
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30.
Jika pasien menggunakan tongkat / alat penopang, berikan skor 15. Jik pasien
dapat berjalan tanpa alat bantu, berikan skor 0.
d) Terapi intravena / antikoagulan :
Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20; jika tidak, berikan skor 0.
e) Gaya berjalan:
• Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami
kesulitan untuk bangun dari kursi, menggunakan bantalan tangan kursi
untuk mendorong
tubuhnya, kepala menunduk, pandangan mata terfokus pada lantai,
memerlukan bantuan sedang – total untuk menjaga keseimbangan dengan
berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu berjalan, dan langkah-
langkahnya pendek; berikan skor 20.
• Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah; pasien membungkuk;
tidak dapat mengangkat kepala tanpa kehilangan keseimbangan, atau
memerlukan bantuan ringan untuk berjalan; dan langkah-langkahnya
pendek; berikan skor 10.
• Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0
f) Status mental:
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya
untuk berjalan. Jika pasien mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan
fisiknya, berikan skor 15. Jika asesmen pasien sesuai dengan kemampuan
sebenarnya, berikan skor 0.
b. Isi format skoring risiko pasien jatuh sesuai dengan keadaan sebenarnya pasien
dengan format dibawah ini :
RM.RI.53
RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO
KABUPATEN BOJONEGORO
No RM :
Nama :
Tanggal Lahir :
Harap diisi atau tempelkan stiker jika ada
TOTAL SKOR
Dengan ini menyatakan bahwa saya/ keluarga telah Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan
menerima informasi sebagaimana di atas yang say beri
tanda/ paraf kolom di kanannya memahaminya serta
akan menjalankan tindakan pencegahan sesuai dengan
informasi yang diberikan
CATATAN :
i. Pengkajian Awal Risiko Jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah
sakit, dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment).
ii. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode :
a) Setelah pasien jatuh (Post Falls ) dengan kode : PF
b) Perubahan kondisi (Change of Condition ) dengan kata kode : CC
c) Menerima pasien pindahan dari ruangan lain ( On Ward
Transfer ) dengan kode : WT
d) Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
c. Setelah dilakukan skoring, tentukan tingkat risiko sebagai berikut :
>48 jam 1
Penggunaan
Obat Bermacam – macam obat yang
digunakan : obat sedatif 3
(kecuali pasien ICU yang
menggunakan sedasi dan
paralisis), Hipnotik, barbiturate,
Fenotiazin, Antidepresan,
Laksansia/Diuretika, Narkotik
Pengobatan lain 1
TOTAL SKOR
RR : Risiko Rendah ( 7-11 ),RT : Risiko Tinggi ( ≥ 12 ) (lingkari) RR/ RT RR/ RT RR/ RT RR/ RT RR/ RT
TANGGAL
Dokumentasi pemberian informasi dan Intervensi
pencegahan risiko jatuh ( Beri tanda √ )
WAKTU
Dengan ini menyatakan bahwa saya/ keluarga telah menerima informasi Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan
sebagaimana di atas yang saya beri tanda / paraf kolom di kanannya
memahaminya serta akan menjalankan tindakan pencegahan sesuai
dengan informasi yang diberikan.
Risiko
Rendah
(RR) CATATAN :
a. Pengkajian Awal Risiko Jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit,
dituliskan pada kolom IA (Initial Assesmen).
b. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan dengan
kode :
a) Setelah pasien jatuh (Post Falls ) dengan kode : PF
b) Perubahan kondisi (Change of Condition ) dengan kata kode : CC
c) Menerima pasien pindahan dari ruangan lain ( On Ward
Transfer ) dengan kode : WT
d) Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
b. Penilaian tingkat risiko pasien jatuh Setelah dilakukan skoring, tentukan tingkat
risiko sebagai berikut :
pasien
Risiko jatuh
rendah 7 – 11 Lakukan intervensi untuk
semua pasien
Risiko tinggi 12 atau Lakukan intervensi untuk
Lebih semua pasien jatuh risiko
tinggi
Edukasi
Dokumentasi yang diperlukan dalam assesmen risiko jatuh pasien adalah formulir
pengkajian risiko jatuh untuk pasien dewasa, anak-anak, dan pasien di rawat jalan. Ini juga
termasuk pengkajian ulangnya. Selain itu, kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan
terhadap pengelolaan risiko pasien jatuh di rumah sakit juga harus terdokumetasikan yang
meliputi :
a. Pengkajian dengan benar risiko pasien jatuh dengan menggunakan metode fall
morse scale, humpty dumpty scale, GET UP and GO test.
b. Tata laksana risiko pasien jatuh dilakukan sesuai prosedur.
c. Angka kejadian insiden pasien jatuh di rumah sakit
d. Pelaporan insiden jatuh dan dilakukan audit.
e. Peningkatan fasilitas kesehatan dan pengembangan
Ditetapkan di Bojonegoro
pada tanggal 25 Juli 2017
DIREKTUR
RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO