Anda di halaman 1dari 7

1.

Risiko Kredit

Didefinisikan sebagai kemampuan debitur membayar pokok, bunga atau


kewajiban lainnya kepada bank. Risiko ini dikelola dengan menetapkan
kebijakan dan prosedur
yang mencakup pembentukan, penjaminan, pemeliharaan dan penagihan
kredit, guna
memastikan bahwa profil risiko berada pada kisaran yang dapat diterima.
Metode pengelolaan risiko kredit (credit risk mitigation) adalah teknik dan
kebijakan
untuk mengelola sisiko kredit dalam rangka meminimalisir peluang atau
dampak dari
kerugian yang disebabkan oleh kredit bermasalah. Contoh:

a. Grading models for individual loan (model pemeringkatan untuk kredit


tunggal)
akan memberikan gambaran peluang suatu kredit menjadi macet atau
gagal bayar (probability of default) dan akan memberi keyakinan pada
bank untuk tidak mengkonsentrasikan kreditnya pada kredit yang rendah
kualitasnya (atau dengan kata lain memiliki probability of default yang
tinggi).

b. Loan portofolio management (manajemen portofolio kredit) Manajemen


portofolio pinjaman (LPM) adalah proses dimana risiko yang melekat
dalam proses kredit adalah dikelola dan dikendalikan.

c. Securitization (sekuritisasi) adalah proses mengemas sebagian dari


portofolio kredit menjadi suatu instrument sekuritas (efek), dan kemudian
menjual efek tersebut kepada investor. Hal ini merupakan suatu teknik
yang dapat dipergunakan melindungi bank dari economic shock. Sekuritas
memungkinkan bank untuk mengurangi tingkat eksposure yang tinggi
pada jenis kredit tertentu (yang berisiko tinggi) dan mendapat dana dari
penjualan kredit tersebut.

d. Collateral (agunan) adalah asset yang diberikan oleh nasabah untuk


menjamin
utang mereka, yang akan menjadi milik bank jika terjadi default (macet
atau gagal
bayar).

e. Cash flow monitoring (pemantauan arus kas). Kondisi arus kas


perusahaan dapat
terlihat dari aktivitas rekeningny di bank, sehingga kredit yang memburuk
dapat
terdeteksi. Reaksi cepat terhadap kredit yang memburuk dapat
menurunkan risiko
kredit.

f. Recovery management (manajemen pemulihan). Banyak bank


menyadari bahwa
pengelolaan kredit macet yang efisien akan mampu mengurangi kerugian
yang
timbul.

2. Risiko Likuiditas

Risiko yang dimiliki karena bank gagal melakukan pembayaran terhadap


kewajibannya yang jatuh tempo. Risiko dapat bersumber dari aktivitas
bank dalam
bidang perkreditan, penyediaan dana, dan instrument utang.

3. Risiko Strategis,

Risiko Strategisn adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis


jangka panjang yang diambil oleh direksi bank. Risiko ini juga terkait
dengan implementasi dari strategi tersebut. Risiko strategis mirip dengan
risiko bisnis, perbedaannya terletak dengan pada durasi (jangka waktu)
dan tingkat kepentingan dari sutu keputusan (kebijakan) manajemen.
Risiko strategis umumnya terkait dengan kebijakan investasi pda suatu
bisnis, jenis bisnis yang akan diakuisisi, dan pemilihan bisnis yang akan
diangkas atau dijual.

Good Corporate Governance

Corporate governance digambarkan sebagai serangkaian hubungan


antara
manajemen, dewan direksi, stakeholder, dan pemegang saham dari
perusahaan. Corporate
governance menciptakan strukur yang membantu bank dalam
menetapkan sasaran,
menjalankan operasi setiap harinya, memperhatikan kepentingan
stakeholder bank,
memastikan bank beroperasi secara aman dan baik, mematuhi peraturan
dan perundangan yang baik, dan menjaga kepentingan para deposan.

Rendahnya kesadaran good corporate governance menyebabkan


tingginya risiko
berinvestasi di Indonesia yang berdampak langsung dengan tingkat
investasi. Rendahnya
penerapan good corporate governance menyebabkan hilangnya
kepercayaan investor maupun kreditor untuk menyalurkan kredit, karena
ketakutan kalangan perbankan akibat kredit macet akibat penyaluran
kredit yang serampangan.

Bank Indonesia meminta para pelaku usaha sektor riil dan perbankan
sama-sama
menerapkan praktek tata kelola perusahaan yang baik untuk mengurangi
risiko pemberian
kredit. BI sebagai pengawas perbankan telah memberikan contoh dengan
menjalankan good
corporate governance (GCG), apabila bank sudah menerapkan GCG tapi
sektor riil belum,
maka bank akan memiliki risiko yang semakin besar dalam pemberian
kredit. BI telah
memasukkan prinsip-prinsi GCG dalam regulasi sector perbankan yang
tercermin dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/4/2006 dan penyempurnaannya.
GCG begitu penting bagi perbankan karena diharapkan dapat
memperbaiki citra
perbankan yang sempat terpuruk, mengingat dalam GCG terkandung lima
prinsip yang
dianggap positif bagi pengelolaan sebuah perusahaan, yaitu:

(1) prinsip keterbukaan (transparency), berarti bank harus membeberkan


informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat
dibandingkan. Informasi tersebut juga harus mudah diakses oleh
stakeholder sesuai dengan haknya;

(2) prinsip akuntabilitas (accountability), berarti bank harus menetapkam


tanggung jawab yang jelas dari setiap komponen organisasi yang selaras
dengan misi, visi, sasaran usaha, dan strategi perusahaan. (corporate
values), sasaran usaha, dan strategi bank, serta memiliki reward and
punishment system;

(3) prinsip tanggung jawab (responsibility), berarti bank harus memegang


prinsip prudential banking practices. Prinsip tersebut harus dijalankan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tetap terjaga kelangsungan
usahanya. Bank harus mampu bertindak sebagai good corporate citizen
(perusahaan yang baik);

(4) prinsip independensi (independency),berarti bank harus mampu


menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder.
Pengelola bank tidak boleh terengaruh oleh kepentingan sepihak dan
harus dapat menghindari segala bentuk benturan kepentingan (conflict of
interest);
(5) prinsip kewajaran (fairness), bank harus memperhatikan kepentingan
seluruh stakeholder berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran (equal
treatment). Bank juga perlu memberikan kesempatan kepada
stakeholder untuk memberikan masukan bagi kepentingan bank sendiri
serta memiliki akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan.

Ada beberapa bentuk implementasi GCG, antara lain:

(1) sistem pengawasan internal (internal control system).

(2) pengelolaan risiko (risk management);

(3) etika bisnis yang dituangkan dalam pedoman perilaku perusahaan


(corporate code of conduct).

Penerapan GCG dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi dan


mengantisipasi
potensi kerugian yang kemungkinan menimpa perbankan sebagai akibat
praktik suap dan
korupsi. Setiap perbankan yang mampu menerapkan prinsip GCG secara
benar memang harus mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi
terhadap segala kegiatan usaha yang dijalankan, karena GCG merupakan
bentuk pengaturan internal dalam bank (internal regulation).

1. Credit Risk
Defined as the ability of the debtor to pay principal, interest or other
necessary for the bank. This risk is managed with the approval of policies
and procedures which regulates the formation, guarantee, maintenance
and collection of credit, use make sure that the profile you retrieve
matches what is acceptable. Credit risk management methods (credit risk
mitigation) are techniques and policies to manage credit risk in order to
minimize the opportunities or effects of losses caused by non-performing
loans. Example:

1. Valuation model for individual loans (ranking model for single credit)
will give a picture of credit being bad or default (probability of
default) and will give confidence to the bank not to concentrate
credit on low quality credit (or in other words have a high probability
of default).
2. Credit portfolio management (credit portfolio management) Credit
portfolio management (LPM) is the process by which risks inherent
in the credit process are managed and controlled.
3. Securitization (securitization) is the process of packaging a portion
of a loan portfolio into an instrument of securities (securities), and
then selling the securities to investors. This is a technique that
banks can use from economic shocks. Securities allow banks to
reduce high levels of exposure to certain types of credit and get
funds from the sale of these loans.
4. Collateral (collateral) is an asset given by those entitled to be given
their debts, which will become the property of the bank in the event
of default (default or failure pay).
5. Cash flow monitoring. The condition of the company's cash flow can
be it can be seen from his account activities at the bank, so that
credit can deteriorate look. Rapid reaction to a worsening credit can
reduce risk credit.
6. Recovery management. Many banks realize that efficient
management of bad loans will be able to reduce losses a rise.

2. Liquidity Risk

Required risk because the bank fails to make payments to The fixed
maturity. Risks can originate from bank activities within credit sector,
provision of funds, and expenditure instruments.

3. Risk Strategies,

Strategic risks taken are related to long-term business decisions taken by


bank directors. This risk is related to the implementation of the strategy.
Strategic risk is similar to business risk, the difference lies in the duration
(time period) and the level of importance of the decision (policy)
management. Strategic risks associated with investment policies in a
business, the type of business to be acquired, and the selection of
businesses to be cut or sold.

Good Corporate Governance

Corporate governance is described as a series of relationships between


management, board of directors, stakeholders, and shareholders of the
company. Corporate governance creates structures that help banks set
goals, run operations every day, pay attention to the interests of bank
stakeholders, ensure banks operate safely and well, comply with good
laws and regulations, and safeguard the interests of depositors.

Low awareness of good corporate governance causes high risks invest in


Indonesia which directly impacts the level of investment. The low the
application of good corporate governance has led to a loss of investor and
creditor confidence in extending credit, due to the fear of the banking
community due to bad credit due to gratuitous lending.

Bank Indonesia asks business actors in the real sector and banking
together apply good corporate governance practices to reduce the risk of
giving credit. BI as a banking supervisor has given an example by running
good corporate governance (GCG), if the bank has implemented GCG but
the real sector has not, then the bank will have a greater risk in granting
credit. BI has been incorporate the principles of GCG in the banking sector
regulations reflected in Bank Indonesia Regulation (PBI) Number 8/4/2006
and its improvements.bGCG is so important for banks because it is
expected to improve the imagebbanks that had collapsed, given the GCG
contained five principlesbconsidered positive for the management of a
company, namely:

(1) the principle of transparency means that banks must disclose


information in a timely, adequate, clear, accurate and comparable
manner. The information must also be easily accessed by
stakeholders in accordance with their rights;
(2) the principle of accountability means that the bank must establish
clear responsibilities for each component of the organization that is
aligned with the company's mission, vision, business goals and
strategy. (corporate values), business goals, and bank strategies,
and have a reward and punishment system;
(3) the principle of responsibility means that banks must hold the
principle of prudential banking practices. These principles must be
carried out in accordance with applicable regulations in order to
maintain business continuity. Banks must be able to act as good
corporate citizens;
(4) the principle of independence, means that banks must be able to
avoid unnecessary domination by stakeholders. Bank managers
must not be affected by unilateral interests and must be able to
avoid all forms of conflict of interest;
(5) fairness principle, banks must pay attention to the interests of all
stakeholders based on the principle of equality and fairness (equal
treatment). Banks also need to provide opportunities for
stakeholders to provide input for the interests of the banks
themselves and have access to information in accordance with the
principle of openness.

There are several forms of GCG implementation, including:

(1) internal control system (internal control system).

(2) risk management;

(3) business ethics as outlined in the corporate code of conduct.

The application of GCG can be used as a tool to identify and anticipate


potential losses that may befall banks as a result of bribery and practices
corruption. Every bank that is able to properly apply the principles of GCG
must have a high level of sensitivity to all business activities carried out,
because GCG is a form of internal regulation in the bank (internal
regulation).

Anda mungkin juga menyukai