Anda di halaman 1dari 3

Respon tanaman yang mengalami cekaman kekeringan mencakup perubahan ditingkat seluler dan molekuler

seperti perubahan pada pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun
menjadi tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju
fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon, serta
perubahan ekspresi gen (Kramer, 1980; Pennypacker Pugnaire, Serrano dan Pardos, 1990; Mullet dan Whissit,
1996; Navari-Izzo dan Rascio, 1999; Pugnaire et al., 1999 dalam Sinaga , 2002).

Secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman kekeringan. Respon tanaman
terhadap stres air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat
mengalami cekaman. Bila tanaman dihadapkan pada kondisi kering terdapat dua macam tanggapan yang dapat
memperbaiki status air, yaitu (1) tanaman mengubah distribusi asimilat baru untuk mendukung pertumbuhan akar
dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat
pemekaran daun untuk mengurangi transpirasi; (2) tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata untuk
menghambat kehilangan air lewat transpirasi (Mansfield dan Atkinson, 1990)

Menurut Pugnaire et. al. (1999), bergantung responnya terhadap kekeringan, tanaman dapat diklasifikasikan
menjadi (1) tanaman yang menghindari kekeringan (drought avoiders) dan (2) tanaman yang mentoleransi
kekeringan (drought tolerators). Tanaman yang menghindari kekeringan membatasi aktivitasnya pada periode air
tersedia atau akuisisi air maksimum antara lain dengan meningkatkan jumlah akar dan modifikasi struktur dan
posisi daun. Tanaman yang mentoleransi kekeringan mencakup penundaan dehidrasi atau mentoleransi dehidrasi.
Penundaan dehidrasi mencakup peningkatan sensitivitas stomata dan perbedaan jalur fotosintesis, sedangkan
toleransi dehidrasi mencakup penyesuaian osmotik dengan mensisntesa/mengakumulasi prolin.

Respon tanaman yang mengalami cekaman kekeringan mencakup perubahan ditingkat seluler dan molekuler
seperti perubahan pada pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun
menjadi tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju
fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon, serta
perubahan ekspresi gen. Cekaman kekeringan dari tingkat paling ringan sampai paling berat mempengaruhi
proses-proses biokimia yang berlangsung dalam sel. Kekeringan mempengaruhi reaksi-reaksi biokimia fotosintesis,
sehingga laju fotosintesis menurun. Salah satu aspek fotosintesis yang sangat sensitif terhadap cekaman
kekeringan, termasuk cekaman tingkat ringan, ialah biosintesis klorofil, di samping itu pembentukan protoklorofil
terhambat pada potensial air sedikit di bawah 0 atm.

Beberapa hal yang bisa diukur pada tumbuhan yang sedang beradaptasi dengan defisit air yaitu adar air daun
(KAD), yang menggambarkan jumlah air yang tersimpan dalam tajuk (status air tanaman). Kandungan air daun
semakin menurun dengan semakin rendahnya kandungan air media (dalam hal ini tanah). Keadaan ini tidak
dipengaruhi oleh genotip suatu tanaman, karena kandungan air daun genotip apapun tetap akan menurun jika
kandungan air tanahnya rendah. [3]

Berbeda dengan penurunan jumlah air yang tersimpan pada tajuk, hal ini dipengaruhi oleh genotip suatu tanaman.
Tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan relatif lebih rendah penurunan jumlah air yang tersimpan
dalam tajuk dibandingkan tanaman yang kurang toleran. Perlu diingat tingkat toleransi suatu tanaman dipengaruhi
oleh genotip. [3]
Adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan yang lain adalah menambah ketebalan daun, karena akan
semakin tebal lapisan kutikula yang dapat menghambat kehilangan air. Luas daun spesifik (LDS) dapat digunakan
untuk memperkirakan ketebalan daun, semakin rendah luas daun maka daun akan semakin tebal. [3]

Pertumbuhan tanaman yang melambat, juga merupakan respon tumbuhan terhadap stres defisit air, lebih lagi
pada saat perkecambahan biji, bisa jadi biji gagal berkecambah karena hal tersebut. Pertumbuhan tanaman dapat
diukur dengan berat kering tajuk tumbuhan tersebut, semakin rendah berat keringnya maka semakin rendah
kandungan air media/tanah disekeliling tumbuhan tersebut. Berbeda dengan tanaman yang kelimpahan air/ tidak
mengalami defisit air, maka berat tajuk tumbuhan tersebut semakin tinggi, dan pertumbuhannya pun cepat. [3]

http://3nury.blogspot.com/

Kelebihan air

Tanaman yang mengalami waterlogging secara langsung berpengaruh terhadap proses respirasi yang berlangsung
pada tanaman. Secara umum respirasi bertujuan untuk menghaslkan energi dalam bentuk ATP (Adenosin
Triphospat). Secara normal respirasi berlangsung dalam 4 tahap, yaitu

1. Glikolisis yang menghasilkan 2 ATP

2. Reaksi antar

3. Siklus Krebs yang menghasilkan 2 ATP

4. Transpor elektron yang menghasilkan 34 ATP

Menurut Kozlowski, genangan berpengaruh terhadap perutumbuhan vegetatif tanaman karena tanaman
memerlukan adanya pertukaran gas yang cepat dengan lingkungannya dan adanya ketersediaan air yang
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan evapotranspirasi. Bila berlebih atau mengalami kekurangan
menyebabkan terjadinya cekaman dan akibatnya produktivitas tanaman menurun atau bahkan terjadi kematian.
Dalam keadaan tergenang, ruang pori tanah semuanya terisi oleh air sehingga pertukaran gas antar akar, tanah,
dan atmosfir terhambat yang mengakibatkan tanaman mengalami cekaman. Menurut Marzolf et al (1999),
genangan selama 24 jam mampu menurunkan kadar sampai 80 % bahkan dapat mengakibatkan tanah anaerob, ini
akan mempengaruhi langsung aktifitas fotosintesis dan respirasi tanaman.

Menurut Christiansen dan Lewis, (1982), bahwa toleransi tanaman terhadap genangan berhubungan dengan
karakter morphologi, fisiologi, dan anatomi. Akar adventif terbentuk karena adanya akumulasi auksin di perakaran
(Visser et al, 1999). Genangan mempengaruhi sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Mengakibatkan peningkatan
kadar menjadi lebih dari 50 %, karena genangan memutus suplai ke tanah (Ponnamperunna, 1981). Maka akan
menurunkan potensial redoks dan menghambat proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme aerob
sehingga hanya terjadi dekomposisi anaerob (fermentasi) yang menghasilkan energi lebih rendah daripada
dekomposisi aerob.

Respon fisiologis yang terjadi yaitu berlangsungnya respirasi anaerob atau biasa disebut fermentasi. Respon
morphologis yang terjadi berupa terbentuknya akar adventif untuk menangkap dari udara.

Reaksi respirasi anaerob :

→ + + 21 Kal + 2 ATP
Respon fisiologis bersifat reversibel atau dapat kembali seperti semula, sedangkan respon morphologis bersifat
irreversibel atau tidak dapat kembali lagi (permanen). Secara normal respirasi membutuhkan , disebut dengan
respirasi aeorb :

Reaksi respirasi aerob :

+ → + + + 675 Kal + 38 ATP

Karena respirasi anaerob menghasilkan energi yang sedikit yaitu hanya 21 Kal dan 2 ATP, sehingga pertumbuhan
tanaman jagung dan kacang (C3 dan C4) terhambat , yang dapat dilihat dari kelayuan tanaman dan warna daun
yang pucat dan kuning. Hal ini berbeda dengan tanaman yang tumbuh normal yang dapat melakukan resiprasi
aerob yang menghasilkan 675 Kal dan 38 ATP

Anda mungkin juga menyukai