Anda di halaman 1dari 3

Dalam perencanaan sistem drainase suatu kawasan, harus memperhatikan pola jaringan

drainase yang diperhatikan dengan mempertimbangkan topografi dan tataguna lahan kawasan
tersebut. Berikut adalah pola jaringan drainase:
Jaringan Drainase Siku
Jaringan yang dibuat pada daerah yang memiliki topografi sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan sungai di sekitarnya. Sungai tersebut nantinya akan dijadikan sebagai
pembuangan utama atau pembuangan akhir.
Jaringan Drainase Paralel
Jaringan yang memiliki saluran utama sejajar dengan saluran cabangnya. Biasanya
memiliki jumlah cabang yang cukup banyak dan pendek-pendek. Apabila terjadi perkembangan
kota, saluran akan menyesuaikan.
Jaringan Drainase Grid Iron
Jaringan ini diperuntukkan untuk daerah pinggir kota dengan skema pengumpulan pada
drainase cabang sebelum masuk kedalam saluran utama.
Jaringan Drainase Alamiah
Seperti jaringan drainase siku, hanya saja pada pola alamiah ini beban sungainya lebih
besar.
Jaringan Drainase Radial
Jaringan ini memiliki pola menyebarkan aliran pada pusat saluran menuju luar.
Jaringan Drainase Jaring-Jaring
Jaringan ini mempunyai saluran-saluran pembuangan mengikuti arah jalan raya. Jaringan
ini sangat cocok untuk daerah dengan topografi datar.
POLA DRAINASE
a. Pola Parallel
Parellel merupakan saluran utama yang terletak sejajar dengan saluran cabang (sekunder)
yang cukup banyak dan pendek-pendek, bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip
atau langsung bermuara kelaut. Berkembang dilereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan
monoklinal, isoklinal dan sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng sedang sampai agak curam dan dapat
ditemukan pula daerah bentuk lahan perbukitan yang memanjang. Sering terjadi pola peralihan
antara pola dendritic dengan pola parallel atau trails. Bentuk lahan perbukitan yang memanjang
dengan pola pengaliran parallel mencerminkan perbukitan tersebut dipengaruhi oleh perlipatan.
b. Pola Radial
Bentunya menyerupai kipas atau lingkaran, anak-anak sungai berkonsentrasi kesuatu titik
secara radial. Memiliki karakteristik daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa-sisa erosi.
Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik disebut sebagai pola pengaliran multi radial.
Umumnya dijumpai didaerah berbukit atau lereng gunung berapi, seperti Gunung Semeru,
Gunung Ijen dan Gunung Merapi.
c. Pola Dendritic
Pola drainase sungai yang menyerupai pembuluh darah daun di map view. Terjadi
terutama dimana batu-batu dibawah ini memiliki ketahanan yang seragam terhadap erosi.
Umumnya terdapat pada daerah dengan batuan sejenis dan penyebaran yang luas, misalnya
kawasan yang tertutup endapan sedimen yang terluas dan terletak pada bidang horizontal, seperti
didataran rendah bagian timur Sumatera dan Kalimantan.
d. Pola Rectangular
Pola drainase dimana saluran sungai berkembang dalam jaringan skala besar berpotongan
sendi. Pola drainase ditandai dengan tikungan sudut tepat disaluran sungai dan anak sungai yang
berpotongan. Memiliki karakteristik kekar atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak
memiliki perulangan lapisan batuan dan sering memperlihatkan pola pengaliran yang tidak
menerus. Umumnya terdapat didaerah berbatuan kapur, seperti dikawasan Gunung Kidul,
Yogyakarta.
e. Pola Trelis
Percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama
sejajar atau hampir sejajar. Berkembang dibatuan sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi
yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten. Memiliki karakteristik batuan sedimen
yang memiliki kemiringan perlapisan atau terlipat, batuan vulkanik atau batuan metasedimen
derajat rendah dengan perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola pengaliran biasanya
berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen.
f. Pola Deranged
Pola aliran yang tidak teratur dengan sungai pendek yang arahnya tidak menentu, payau
dan pada daerah basah mencirikan daerah glacial bagian bawah.
g. Pola Anular
Sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak lurus.
Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan keras. Memiliki
karakteristik struktur kubah atau kerucut, cekungan dan kemungkinan retas (stocks).
h. Pola Pinnate
Pola pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk sudut lancip
dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
i. Pola Multi-basinal
Percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan hilang kebawah
permukaan. Berkembang pada topografi karst. Memiliki karakteristik endapan berupa gumuk
hasil longsoran dengan perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar, merupakan daerah
gerakan tanah, vulkanisme, pelarutan gamping dan lelehan salju.
j. Pola Radial Sentrifugal
Sungai yang mengalir kesegala arahdari satu titik. Berkembang pada vulkan atau dome.
k. Pola Radial Sentripetal
Sungai yang mengalir memusat dari berbagai daerah. Berkembang dikaldera, karakter
atau cekungan tertutup lainnya.
Urutan sub das
 Kedudukan aliran sungai dapat diklsifikasikan secara sistematik berdasarkan urutan sub
das daerah aliran sungai
 Dari gambar tampak bahwa setiap aliran sungai yang tidak bercabang disebut sub das
urutan pertama. Selanjutnya sub das yang menerima aliran dari sub das pertama disebut
sub das kedua dan seterusnya
 Semakin besar angka urutan semakin luas wilayah sub das dan semakin banyak
percabangan sungai yang terdapat didalam das yang bersangkutan
 Dalam suatu das anak sungai bagian atas akan bersambung dengan anak sungai yang
lebih besar dibawahnya . setiap anak sungai mempunyai hidograf aliran yang
menunjukan respon das terhadap curah hujan. Ketika anak sungai bersatu air dari kedua
anak sungai tersebut bergabung. Tetapi debit puncakdari kedua anak sungai tersebut tidak
terjadi secara bersamaan aliran yang menunjukan respon das terhadap curah hujan.

Anda mungkin juga menyukai