Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa segala nikmat dan anugerah
yang diberikan kepada penyusun yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku
Panduan sistem transfer pasien di Rumah Sakit Bunda ini dapat selesai disusun. Buku
panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan
pelayanan pada pasien di Rumah Sakit Bunda.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam - dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan rencana pasien
pulang Rumah Sakit Bunda.

Dokumen RS Bunda 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................3
B. Tujuan....................................................................................................................................3
C. Ruang Lingkup.....................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................4
A Pengaturan Transfer.............................................................................................................4
B Keputusan Melakukan Transfer.........................................................................................4
C. Stabilisasi sebelum transfer...............................................................................................5
D Hal yang perlu dilakukan sebelum transfer :.....................................................................5
E Pendampingan Pasien Selama Transfer.............................................................................6
F Panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat / derajat
kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh dokter HCU/ DPJP 6
G Kompetensi pendamping pasiendan peralatan yang harus dibawa selama tranfers...…7
H Pemantauan, obat - obatan, dan peralatan selama transfer pasien kritis........................9
BAB III......................................................................................................................................12
DOKUMENTASI......................................................................................................................12

Dokumen RS Bunda 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer. Prinsip
dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien
saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau
antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukankoordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya
boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas
profesional lainnya yang sudah terlatih.

B. Tujuan
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi
tinggi.
2. Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan

C. Ruang Lingkup
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:
1. Transfer pasien dari IGD ke IRNA, HCU, Kamar Operasi
2. Transfer pasien dari IRJ ke IRNA, HCU, Kamar Operasi
3. Transfer pasien dari IRNA ke HCU, Kamar Operasi
4. Transfer pasien dari HCU ke IRNA, Kamar Operasi
5. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRNA, HCU
6. Transfer pasien dari IGD, IRNA, HCU ke Ruang Radiologi.

Dokumen RS Bunda 3
BAB II
PEMBAHASAN

Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ ruang
tindakan lain didalam rumah sakit

A. Pengaturan Transfer
1. RS BUNDA memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter senior (dr
HCU), dr IGD/ dr ruangan, DPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien
2. RS BUNDA mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk pasien-
pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.
3. Dokter senior / spesialis (DPJP/ dr HCU) yang bertanggungjawab dalam tim
transfer pasien harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan transfer pasien

B. Keputusan Melakukan Transfer


1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian
lakukan stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan / penerima
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi
dan persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan
matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit
akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat
pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih
besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten serta
didukung dengan peralatan
Dokumen RS Bunda 4
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP/ dokter senior (biasanya seorang
konsultan) dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan, serta alasan yang mendasari.
C. Stabilisasi sebelum transfer
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer
yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis
(extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien
kalau kondisi sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia
harus sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada prosedur /
pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan
dibuat hingga pasien ditransfer ke unit/ rumah sakit lain.

D. Hal yang perlu dilakukan sebelum transfer :


1. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
2. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan ventilator
portabel selama minimal 15 menit.
3. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus-menerus merupakan
teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer
berlangsung.
4. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-
WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
5. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperluka.
6. Pemberian terapi /tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer
Dokumen RS Bunda 5
7. unit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan segera /
resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi khusus,
namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.

E. Pendampingan Pasien Selama Transfer


1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat beratnya
penyakit / kondisi pasien).
3. DPJP / PPJP bertugas untuk membuat keputusan dalam menentukan siapa saja
yang harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr HCU/ dr
Anestesi selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik
dan tidak membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.

F. Panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat / derajat kebutuhan
perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh dokter HCU/ DPJP)
1. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/
rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat,
atau paramedis (selama transfer).

Dokumen RS Bunda 6
2. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya menjalani
perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan perawatan di ruang
rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis;
dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama
transfer).
3. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan
pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas yang
kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis
lainnya).
4. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory
support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan
dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi
dan perawat ruang intensif / IGD atau paramedis lainnya).

G. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama


Transfer
Kompetensi untuk transfer pasien dengan sakit berat / kritis derajat 3 intra- dan antar-
rumah sakit.
Semua pasien sakit berat / kritis derajat 3 didampingi oleh 2 orang selama transfer.
Satu orang adalah dokter, biasanya spesialis anestesi yang sudah terlatih dalam
penanganan jalan napas. Satu orang lagi adalah perawat atau dokter umum. Terdapat
standar keterampilan minimal untuk melakukan transfer pasien. Berikut adalah
kompetensi yang diperlukan.

Dokumen RS Bunda 7
Kompetensi SDM untuk transfer intra RS BUNDA
Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama
pendamping dibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
(orang Keamanan
tua/delirium)
Derajat 1 Perawat/Petugas  Bantuan hidup dasar  Oksigen
yang  Pelatihan tabung gas  Suction
berpengalaman  Pemberian obat-obatan  Tiang infus
(sesuai dengan portabel
 Kenal akan tanda
kebutuhan pasien)  Pompa infus
deteriorasi
dengan baterai
 Keterampilan
 Oksimetri denyut
trakeostomi dan
suction
Derajat 2 Perawat dan  Semua ketrampilan di  Semua peralatan di
Petugas keamanan/ atas, ditambah; atas, ditambah;

TPK  Dua tahun pengalaman  Monitor EKG dan


tekanan darah
dalam perawatan
 Defibrillator
intensif (oksigenasi,
sungkup pernapasan,
defibrillator, monitor)
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi  Monitor HCU
dan TPK/ Petugas dokter harus di atas portabel yang

keamanan standar minimal lengkap

Dokter:  Ventilator dan


peralatan transfer
 Minimal 6 bulan
yang memenuhi
pengalaman mengenai
standar minimal.
perawatan pasien
intensif dan bekerja di
Dokumen RS Bunda 8
HCU
 Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
 Keterampilan
menangani
permasalahan jalan
napas dan pernapasan,
minimal level ST 3
atau sederajat.
 Harus mengikuti
pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit
berat / kritis

Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja
di HCU
Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
Harus mengikuti
pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit
berat / kritis

H. Pemantauan, obat - obatan, dan peralatan selama transfer pasien kritis


1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama proses
transfer.
2. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. EKG kontinu
c. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
Dokumen RS Bunda 9
d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
e. Terpasangnya jalur intravena
f. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral
g. Peralatan untuk memantau cardiac output
h. Pemantauan end-tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator
i. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
j. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah
terjadinya hipotermia atau hipertermia)
k. Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan
dan tidak dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup
menghabiskan baterai monitor.
l. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri)
disarankan.
m. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di
dalam jarum suntik)
1) Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
2) Obat sedasi
3) Analgesik
4) Relaksans otot
5) Obat inotropik
n. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan
baik.
o. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
baik.
p. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
q. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
r. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak/listrik).
s. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati
listrik)
Dokumen RS Bunda 10
t. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
u. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan
cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan
ekternal / vibrasi (getaran).
v. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi /
obat-obatan.
w. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini
harus dilengkapi selama transfer.
x. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.

Dokumen RS Bunda 11
BAB III
DOKUMENTASI

Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit


1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer
2. Pencatatan harus terstandarisasi dan diterapkan untuk transfer intra rumah sakit.
3. Form tranfers harus mengandung:
a. Indikasi pasien masuk dan dirawat
b. Riwayat kesehatan,pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan diagnostic
c. Setiap diagnosis yang dibuat
d. Setiap prosedur yang dilakukan
e. Obat yang dibuat dan tindakan lain yang dilakukan
f. Keadaan pasien waktu dipindah
4. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit yang
dituju sebelum mentransfer pasien.
5. Saat tiba di unit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim transfer dengan
unit yang menerima yang akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
6. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara verbal
maupun tertulis)
7. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban merawat pasien.

Dokumen RS Bunda 12

Anda mungkin juga menyukai