Mengenali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Konstitusi dalam
Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia
Menurut Thomas Hobbes, manusia bagaikan serigala pada “status naturalis”.
Muncullah adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow] man), artinya yang kuat mengalahkan yang lemah. kemudian timbul padangan omnium contra omnes (perang semua lawan semua). Hidup dalam kondisi selaganya serba persaingan akhirnya menyadarkan manusia untuk membuat perjanjian antara sesama manusia. Hal ini dikenal dengan istilah factum unionis. Kemudian berkembang menjadi factum subjectionis, yaitu kesepakatan rakyat menyerahkan kekuasannya kepada penguasa dengan tujuan untuk menjaga perjanjian rakyat. Namun dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651), Hobbes beragumentasi bahwa Negara seperti monster Leviatan; ikan paus besar atau ular raksasa jahat berkepala tujuh. Ia cenderung membela monarki absolut (kerajaan mutlak). Konsep divine right (penguasa di bumi merupakan pilihan Tuhan) membuatnya memiliki otoritas tak tertandingi. Akhirnya banyak bermunculan raja-raja tiran dengan mengatasnamakan primus inter bahkan wakil tuhan. Mereka pun berkuasa sewenang-wenang dan menindas rakyat. Salah satu contoh raja yang bertindak absolut adalah Louis XIV, Raja Perancis, dinobatkan pada tanggal 14 Mei 1643 dan berkuasa selama 72 tahun (kekuasaan monarki terlama di Eropa). Akibat pemerintahannya yang absolut, Louis XIV berkuasa sewenang- wenang sehingga timbul kesengsaraan dan penderitaan pada rakyat. Peristiwa kerajaan mutlak ini selalu dilanjutkan oleh raja-raja setelah Louis XIV. Hingga pada masa kekuasaan Louis XVI, monarki absolut berhenti. Louis XVI ditangkap dan dihukum mati dengan Guillotine atas dakwaan penghianatan pada tanggal 21 Januari 1793. Dari sejarah tersebut menunjukkan awal mula munculnya konstitusi negara. Gagasan untuk membatasi kekuasaan raja disebut konstitusionalisme yang artinya kekuasaan seorang penguasa perlu dibatasi secara rinci dan tegas. Hal demikianlah yang menjawab pertanyaan seberapa penting konstitusi dalam berbangsa-negara. Konstitusi negara sangat diperlukan untuk membatasi kekuasaan penyelenggaraan negara dan menjamin hak-hak dasar warga negara. jika kekuasaan pemerintah tidak dibatasi, maka tentu saja penguasa negara akan memerintah dengan sewenang-wenang. Mengingat hukum besi kekuasaan, yaitu setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi sewenang-wenang. Bagi mereka yang berpandangan bahwa negara merupakan organisasi kekuasaan, maka konstitusi dipandang sebagai kumpulan asas pembagi kekuasaan menjadi beberapa lembaga kenegaraan. Misalnya badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konstitusi mengatur hubungan antar pusat-pusat kekuasaan tersebut supaya dapat bekerja sama. Contoh konstitusi di Negara Indonesia ialah pada UUD NRI 1945 Bab III tentang kekuasaan Pemerintahan Negara. 1. Pedoman bagi presiden dalam memegang kekuasaan pemerintahan (pasal 4, ayat 1) 2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon presiden dan wakil presiden (pasal 6,ayat1) 3. Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden (pasal 7) Ada 2 macam pengertian konstitusi, 1. Dalam arti sempit, konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat dokumen yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara. Biasa disebut Undang- Undang Dasar. 2. Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan. Jika konstitusi diartikan dalam arti sempit, maka Kerajaan Inggris tidak memiliki konstitusi. Padahal, Inggris merupakan negara konstitusional hanya saja tidak memiliki naskah Undang-Undang Dasar maupun dokumen single core konstitusional. Kerjaan Inggris bukanlah satu-satunya negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis. Contoh negara lainnya ialah Israel dan Selandia Baru. Selain mengatur hubungan kerja sama antar lembaga kenegaraan, konstitusi juga mengatur hubungan antara pemerintah dengan yang diperintah (warga negara). hal lain yang perlu dipelajari dari konstitusi ialah materi muatanya. Berikut beberapa pendapat para ahli tentang materi muatan konstitusi. J.G. steenbeek, sebuah konstitusi sekurang-kurangnya bermuatan hal-hal sebagai berikut (Soemantri, 1987), 1. Jaminan hak-hak asasi manusia dan warga negara, 2. Susunan ketatanegaran yang bersifat fundamental, 3. Pembagian dan pembatasan tugas kenegaraan yang bersifat fundamental. A.A.H. Struycken, konstitusi merupakan dokumen formal yang berisikan hal-hal sebagai berikut (Soemantri, 1987) 1. Hasil politik bangsa di waktu lampau 2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa 3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan sekarang maupun masa yang akan datang 4. Sutatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin. Miriam Budiardjo (2003), setiap UUD ketentuan-ketentuan mengenai 1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan pada badan legislatif, eksekutif dan yudikatif 2. HAM 3. Prosedur mengubah UUD 4. Larangan mengubah sifat tertentu dari UUD Kesimpulan dari materi muatan dalam konstitusi atau UUD adalah 1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Jika pada negara federah, pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara-negara bagian 2. Hak-hak asasi manusia, misalnya pada UUD NRI Tahun 1945 BAB XA 3. Prosedur mengubah UUD. misal pada UUD NRI Tahun 1945 BAB XVI pasal 37 4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD. Hal bertujuan untuk menghindari terulangnya kembali kasus yang telah diatasi, misalnya kemunculan diktator atau monarki. Dalam UUD NRI Tahun 1945 pasal 37 ayat 5 tentang ketetapan untuk tidak mengubah bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia 5. Memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.. misalnya pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan...”