Anda di halaman 1dari 13

Konsep Dan Asuhan Keperawatan Dengan Kebutuhan Khusus

Autisme Pada Anak

Di susun oleh kelompok 1


1. Fernando
2. Kiki Patmala
3. Oriza Sativa
4. Puput Avita Sari

Dosen Mata Kuliah:


Yendrizal jafri,s.kp.M.Biomed

Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis


Padang

Tahun Ajaran 2019/2020


Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena berkat
rahmatnya dan bimbingannya penulis mampu memyelesaikan makalah yang berjudul
suction pada anak Sebagai Tugas Mata kuliah keperawatan anak 2. Tak lupa pula
penulis mengucapkan terimah kasih kepada Bapak Yendrizal jafri,S.kp.M,Biomed yang
telah membimbing kami mengenai Keperawatan anak yang berguna bagi penulis dan
rekan-rekan mahasiswa yang mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik sehingga
dengan konsep tersebut penulis mampu menyesuaikan makalah ini sebagai aplikasi
yang telah diterima dalam mengikuti mata kuliah Keperawatan Anak Penulis berharap
dengan adanya makalah ini semoga dapat mengetahui , memahami, berbagai macam
tentang autisme .semoga makalah yang jauh dari sempurna ini memberikan warna bagi
penulis untuk lebih memahami.

Bukittinggi,20 Februari 2020

Kelompok 1
Daftar Isi

Kata Pengantar ..............................................................................................


Daftar Isi..........................................................................................................

Bab I Pendahuluan.........................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

Bab II Pembahasan.........................................................................................
A. Definisi Autisme...................................................................................
B. Klasifikasi Autisme..............................................................................
C. Penyebab Autisme ................................................................................
D. Patofisiologi Autisme...........................................................................
E. Manifestasi Autisme.............................................................................
F. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................
G. Penatalaksanaan ...................................................................................

Bab III Penutup..............................................................................................


A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak
Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autisme. Anak Autisme juga
merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan,
maupun secara akademik. Permasalahan yang ada dilapangan terkadang setiap orang
tidak mengetahui tentang anak Autisme tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih
dalam tentang anak Autisme. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi
mengenai siapa anak Autisme, penyebabnya dan lainnya. Autisme didapatkan pada
sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria lebih sering dari wanita dengan
perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala
yang lebih berat. Beberapa penyakit sistemik, infeksi dan neurologis menunjukkan
gejala-gejala seperti-austik atau memberi kecenderungan penderita pada
perkembangan gejala austik. Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan
kejang.

B. Rumusan Masalah
Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan Khusus Autisme,
maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus Autisme adalah:
1. Apa Definisi Autisme?
2. Apa Klasifikasi Autisme?
3. Apa Penyebab Autisme?
4. Apa Patofisiologi?
5. Apa Manifestasi?
6. Apa Pemeriksaan Diagnostik?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Autisme
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Autisme
3. Untuk Mengetahui Penyebab Autisme
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi
5. Untuk Mengetahui Manifestasi dan pemeriksaan diagnostik
Bab II
Pembahasan
A. Definisi Autisme
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks,yang biasanya
muncul pada usia 1-3 tahun. Tanda tanda autisme biasanya muncul pada tahun
pertama dan selalu sebelum anak berusia 3 tahun.autisme 2-4 kali lebih sering di
temukan pada anak laki-laki. (Aden ,2010).
Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang yang di dapatkan nya
sejak lahir atau masa balita,yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan social
atau komunikasi secara normal. Di tinjau dari segala bahsa,autis berasal dari bahsa
yunani yang berarti sendiri. Hal ini di latar belakangi karena autis pada umunya hidup
dengan dunianya sendiri,menikmati kesendirian dan tak da seorang pun yang mau
mendekatinya selain orang tua. (smart,2010)
Menurut American psych dalam “sumber dari pedoman pelayanan pendidikan
bagi anak autistic. Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak
yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi,interkasi social dan perilaku.akan tetapi,secara
garis besar autis adalah gangguan perkembangan khusunya perilaku. Akan
tetapi,secara garis besar autis adalah gangguan perkembangan khusunya terjadi pada
masa anak-anak,yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interkasi social
dan seolah olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak,gangguan ini biasa di
sebut Autis Infantil. (martin dan leo,2010)

B. Klasifiikasi Autis
Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan
gejalanya. Sering kali pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa autis.
Klasifikasi ini dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS).
Pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:
1. Autis Ringan
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun
tidak berlangsung lama. Anak autis ini dapat memberikan sedikit respon ketika
dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan dalam
berkomunikasi dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali.
2. Autis Sedang
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata namun
tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau
hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang stereopik
cenderung agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.
3. Autis Berat
Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan
yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya
ke tembok secara berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti. Ketika orang tua
berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap
melakukannya, bahkan dalam kondisi berada di pelukan orang tuanya, anak autis
tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak baru berhenti setelah merasa kelelahan
kemudian langsung tertidur (Mujiyanti, 2011).

C. Penyebab Autisme
Sepuluh tahun lalu,penyebab autism masih merupakan misteri.sekarang berkat
alat kedokteran yang semakin canggih,di perkuat dengan autopsy,di temukan
penyebabnya antara lain gangguan neurologis pada susunan saraf pusat. (otak).
Biasanya gangguan ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa kehamilan,bila
pertumbuhan sel-sel otak di beberapa tempat tidak sempurna.
Penyebabnya bisa karena virus (toxoplasmosis,cytomegalo,rubella,dan herpes)
atau jamur (candida) yang di tularkan ibu ke janin .bisa juga karena selama hamil
sang ibu mengomsumsi atau menghirup zat tang sangat polutif sehingga meracuni
janin. Kekurangan jumlah sell otak ini tidak mungkin di perbaiki dengan cara apapun.
Namun,ternyata setiap penyandang mempunyai cara berbeda untuk mengatasi
kekurangan tersebut. Sebaliknya ada makanan tertentu yang mempunyai pengaruh
dapat memperberat gejala. Adapula penderita yang menderita gangguan pada
pencernaan,metabolism,serta imunodefisiensi dan alergi (Maulana,2007)

Berikut ini adalah beberapa hal yang di curigai yang berpotensi autism:
1. Vaksin yang mengandung Thimerosal
Thimerosal merupakan pengawet yang di gunakan di berbagai vaksin. Karena
banyaknya kritikan,kini sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan
thimerosal di Negara maju. Namun, entah bagaimana halnya di Negara
berkembang (Smart,2010)
2. Televisi
Semakin maju suatu Negara,biasanya interaksi antara anak dan orang tua
semakin berkurang karena berbagai hal. Ini sebagai kompensasi nya, tv bisa
menjadi penyebab autisme pada anak. Terutama yang menjadi jarang
bersosialisasi karenanya (Smart,2010)
3. Genetic
Ada bukti kuat yang menyatakan perubahan dalam gen berkonstribusi pada
terjadinya autis. Menurut national institute of health. Keluarga yang memiliki
Autisme memiliki peluang 1-20 kali lebih besar melahirkan anak yang juga autis.
Penelitian pada anak kembar menemukan,jika salah satu anak autis,kembaranya
kemungkinan besar memiliki gangguan yang sama. Secara umum para ahli
mengidentifikasi 20 gen yang menyebabkan gangguan spectrum autisme. Gen
tersebut berperan penting dalam perkembangan otak,pertumbuhan otak dan cara
sel sel otak berkomunikasi. (Hasdianah,2013)
4. Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki
resiko lebih besar mengalami autisme. Obat-obatan tersebut termasuk valproic dan
thalidomide. Thalidomide adalah obat generasi lama yang di pakai untuk
mengatasi gejala mual dan muntah selama kehamilan,kecemasan serta insomnia.
Obat thalidomide sendiri di amerika sudah di larang beredar karena banyaknya
laporan bayi yang lahir cacat. Namun,obat ini kini di resepkan untuk mengatasi
gangguan kulit dan terapi kanker. Sementara itu,valproid acid adalah obat yang di
pakai untuk penderita gangguan mood fan bipolar di sorder (Hasdiah,2013)
5. Usia orang tua
Makin tua usia orang tua saat memiliki anak,makin tinggi resiko si anak
menderita autisme. Penelitian yang di punlikasikan tahun 2010
menemukan,perempuan usia 40 tahun memiliki resiko 50% memiliki anak
autisme di bandingkan dengan perempuan usia 20-29 tahun. Memang belum di
ketahui dengan pasti hubungan usia orang tua dengan autisme. Namun,hal ini di
duga karena terjadinya faktor mutasi gen “kata alycia hallady. Direktur riset studi
lingkungan autis speaks (Hasdiana,2013)
6. Makanan
Pada 1970 an kasus ADHD (Attention Deficit hyperactivity di sorder )
meningkat dari sebelumnya. Pada zat kimia yang ada pada makanan modern di
curigai sebagai penyebab utama meningkatnya kasus ini.
7. Radiasi Langsung Pada Bayi
Sebuah riset dalam skala besar di swedia menujukan bahwa bayi yang
terkena gelombang ultrasonic berlebihan akan cenderung menjadi kidal. Dengan
makin banyaknya radiasi di sekitar kita ada kemungkinan radiasi juga berperan
menyebabkan radiasi. Akan tetapi,bagaimana menghindarinya yang sudah jelas
mudah untuk di hindari adalah usg hindari jika tidak perlu (Smart,2010)
8. Sekolah Lebih Awal
Agak mengejutkan, namun ada beberapa penelitian yang menunjukan
bahwa menyekolahkan anak lebih awal (pre-school) dapat memicu reaksi autisme.
Di perkirakan bayi yang memili bakat autisme sebetulnya bisa sembuh/membaik
dengan berada dalam lingkup orang tuan nya. Namun,karena justru di pindahkan
ke lingkungan asing yang berbeda (sekolah playgroup/preschool), beberapa anak
jadi mengalami shock dan bakat autismenya menjadi muncul dengan sangatjelas.
Untuk menghindari ini para orang tua pelu memiliki kemampuan untuk
mendeteksi bakat autis pada anaknya secara dini,jika ternyata di deteksi mungkin
masa preschool nya perlu di bombing secara khusus oleh orang tua. Hal ini agar
ketika masuk masa kanak-kanak,gejala autis sudah hampir lenyap dan sang anak
bisa menikamti masa kecilnya di sekolahnya dengan bahagia.

D. Patofisologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf
terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus
selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan
satu sama lain lewat sinaps. Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas.
Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan
akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan
kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Peningkatan neurokimia otak
secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada
gangguan autisme terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian
otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.

E. Manifestasi Autis
Gejala autisme berbeda-beda dalam kuantitas dan kualitas penyandang autis
infantile klasik mungkin memperlihatkan gejala dalam derajat yang berat, tetapi
kelainan ringan hanya memperlihatkan sebagai gejala saja. Kesulitan yang timbul
adalah sebagian dari gejala tersebut dapat muncul pada anak normal, hanya dengan
insensitas dan kualitas yang berbeda.

Gejala pada autis mencakup gangguan pada (Martin dan leo,2010)


1. Gangguan pada bidang komunikasi verbal dan nonverbal seperti:
a. Terlambat bicara atau tidak dapat bicara
b. Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang
sering di sebut sebagai bahasa planet
c. Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai
d. Bicara tidak di gunakan untuk komunikasi
e. Meniru atau membeo,beberapa anak sangat pandai menirukan
nyanyian,nada,maupun kata-katanya tanpa mengerti artinya
f. Kadang bicara monoton seperti robot
g. Mimic muka datar
h. Seperti anak tuli,tetapi bila mendengar suara yang di sukainya,akan bereaksi
dengan cepat.
2. Gangguan pada bidang interaksi social,seperti:
a. Menolak atau menghindar untuk bertahap muka
b. Anak mengalami ketulian
c. Merasa tidak senang dan menolak jika di peluk
3. Gangguan dalam bermain
Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan
sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan
mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Sering memperhatikan
jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku
yang ritualistik sering terjadi, sulit mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute
yang sama.
4. Gangguan Perilaku
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam
bengong denagn tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat
sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak
dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya
sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah
tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama
bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, bahkan bisa menjadi agresif
dan merusak. Tidak dapt berbagi perasaan (empati) dengan anak lain.
6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran,
sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit,
menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras,
menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman
bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai pelukan, bila digendong sering
merosot atau melepaskan diri dari pelukan.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-
kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada
pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi
berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi
terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18
bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
3. The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40
skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi
kemampuan komunikasi dan sosial mereka
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi
anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan
pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.

G. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin
5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel
saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis mempunyai kadar serotonin tinggi
dalam darah. Kadar norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal
dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada
penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau
perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan
gangguan tidur.

Penatalaksanaan keperawatan
1. Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu
anak berbicara yang lebih baik.
2. Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
3. Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-temannya
seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan
kebutuhannya, mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan
sentuhan. Maka tak heran mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku
terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negative tersebut dan mencari
solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang yang di dapatkan nya
sejak lahir atau masa balita,yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan social
atau komunikasi secara normal. Di tinjau dari segala bahsa,autis berasal dari bahsa
yunani yang berarti sendiri. Hal ini di latar belakangi karena autis pada umunya hidup
dengan dunianya sendiri,menikmati kesendirian dan tak da seorang pun yang mau
mendekatinya selain orang tua. (smart,2010). Klasifikasi autisme di bagi mejadi
beberapa bagian,diantarnya yaitu autis ringan,sedang dan berat.
Penyebabnya bisa karena virus (toxoplasmosis,cytomegalo,rubella,dan herpes)
atau jamur (candida) yang di tularkan ibu ke janin .bisa juga karena selama hamil
sang ibu mengomsumsi atau menghirup zat tang sangat polutif sehingga meracuni
janin. Kekurangan jumlah sell otak ini tidak mungkin di perbaiki dengan cara apapun.
Namun,ternyata setiap penyandang mempunyai cara berbeda untuk mengatasi
kekurangan tersebut. Sebaliknya ada makanan tertentu yang mempunyai pengaruh
dapat memperberat gejala. Adapula penderita yang menderita gangguan pada
pencernaan,metabolism,serta imunodefisiensi dan alergi (Maulana,2007)

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan pada anak
berkebutuhan khusus autisme dan bagi orang tua yang memiliki anak autisme.
Daftar Pustaka

Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yorinda.C.(2019).Kapasitas Orang Tua Terhadap Personal Hygiene Anak Autis:Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai