Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau. Indonesia juga
memiliki geografis yang unik dan memiliki posisi strategis. Ini bisa dilihat dari
lokasi Indonesia yang terletak di antara dua samudera dan dua benua sekaligus
untuk dibuat Indonesia sebagai pusat perdagangan di dunia. Di samping itu,
Indonesia juga dikenal sebagai negara yang berlimpah energi alamnya. Lokasi
Indonesia yang berada di zona tabrakan tektonik piring membuat Indonesia
memiliki cadangan energi yang besar untuk kelangsungan hidup di Indonesia
sendiri dan untuk kelangsungan hidup dunia, mulai dari cadangan energi fosil
sebagai minyak, gas alam, dan batubara, kemudian energi non-fosil seperti
energi panas bumi, air, angin, dan matahari.
Secara tektonik, posisi orang Indonesia nusantara berada di zona tabrakan
plat track. Tabrakan antara lempeng menyebabkan pembentukan serangkaian
gunung berapi yang membentang dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan
Sulawesi ke Maluku. Karena tabrakan ini, aliran panas dari perut bumi dapat
mencapai posisi relatif dekat dengan permukaan bumi. Dengan itu Posisi ini
menyebabkan Indonesia memiliki potensi panas bumi 27 GW, setara dengan
40% energi panas bumi cadangan di dunia.
Namun sayangnya, sumber daya alamnya yang melimpah di Indonesia
masih menyebabkan krisis energi untuk negara Indonesia sendiri. Sampai
sekarang, bahkan Indonesia masih mengimpor 277.000 barel minyak mentah
per hari dan bahan bakar minyak (BBM) 407.000 barel per hari di 2010.
Indonesia memperkuat fakta bahwa negara Indonesia masih sangat bergantung
pada energi fosil, terutama minyak, dimana jumlahnya semakin terbatas di
dunia dan hasil pembakarannya tidak ramah lingkungan. Selain itu, krisis listrik
di Indonesia dan cuaca saat ini tidak dapat diprediksi. Ini merupakan indikasi
bahwa krisis energi dan dampaknya pada penggunaan energi di Indonesia tidak
bisa diremehkan lagi. Karena itu, perlu adanya lingkungan energi alternatif
yang ramah dan energi yang berlimpah cadangan dan juga terbarukan untuk
menghindari krisis energi dan polusi di mana-mana.
Energi panas bumi adalah salah satu bentuk energi tersedia di Indonesia
dalam jumlah yang sangat melimpah. Energi ini terkenal ramah lingkungan,
terbarukan, dan berkelanjutan. Dalam proses eksplorasi, panas bumi tidak
memerlukan permukaan tanah yang terlalu besar. Bahkan energi panas bumi
pun tidak dapat diekspor; sangat cocok untuk memenuhi energi yang
dibutuhkan oleh Indonesia, sehingga energi ini bisa menjadi solusi alternatif
untuk kemandirian dan keamanan energi di Indonesia.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Geothermal energy atau energi panas bumi?
2. Apa keuntungan dan kerugian penggunaan energi panas bumi?
3. Bagaimana pengaplikasian energi panas bumi di Indonesia?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian geothermal energy atau energi panas bumi.
2. Untuk mengetahui keuntungan penggunaan energi panas bumi.
3. Untuk mengetahui pengaplikasian energi panas bumi di Indonesi.
BAB II

DASAR TEORI

1. Definition Gheothermal
Gheotermal berasal dari 2 suku kata, “geo” artinya bumi dan “thermal”
artinya panas. Energi panas bumi dibagi menjadi dua yaitu energi panas bumi
magnetic dan energi panas bumi amagagmetik. Energi panas bumi magmatic
adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi.
Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi
sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang
diserap oleh permukaan bumi. Energi panas bumi amagmatic adalah sumber
energi yang diproduksi ketika hujan atau air jatuh dan bertemu dengan magma
(batuan cair yang panas di kerak bumi) mencapai panas yang luar biasa dalam
mangkuk bumi. Pertemuan ini menimbulkan cairan yang memiliki kekuatan
yang digunakan sebagai sebuah energy. Energi panas ini terkandung dalam
cairan dengan kedalaman lebih dari 1 km dibawah permukaan bumi. Cairan itu
memiliki temperatur dan tekanan yang tinggu dan beberapa memiliki
temperature lebih dari 300֯C. Energy panas bumi adalah system yang terdiri
dari beberapa energi: batu yang panas dengan kedalaman lebih dari 3 km,
retakan batu yang mengandung cairan (lokasinya diata batuan panas), dan
batuan yang biasanya adalah perubahan tanah liat. Gheothermal dapat
dikategorikan berdasarkan temperature, wadah, dan fase cairannya.
Geothermal system dapat dapat dikategorikan berdasarkan wadah, dan fase
cairannya. Berdasarkan tingkat temperaturnya; Hochstein (1990) membedakan
geothermal system menjadi tiga, antara lain:
1. Sistem Geothermal Menggunakan Temperatur Rendah
Adalah sebuah system dengan wadah yang berisi cairan bersuhu
rendah yaitu yang kurang dari 125֯C
2. Sistem Geothermal Menggunakan Temperatur Menengah
Adalah sebuah system dengan wadah yang berisi cairan bersuhu
sedang yaitu antara 125֯C hingga 225֯C.
3. Sistem Geothermal Menggunakan Temperatur Tinggi
Adalah sebuah system dengan wadah yang berisi cairan bersuhu
tinggi yaitu yang lebih dari 225֯C
Geothermal system juga sering diklasifikasikan berdasarkan entalpi
cairannya, antara lain
1. System entalpi rendah
Sistem ini menggunakan fluida atau cairan panas bumi secara langsung
denga suhu < 100֯C, biasanya dimanfaatkan untuk pemandian, pemanas
ruangan, proses ore pertambangan, dan greenhouses gas
2. System dengan entalpi sedang
Sistem ini menggunakan fluida atau cairan panas bumi secara langsung
denga suhu 100֯C-175֯C, biasanya dimanfaatkan untuk penhasil atau
pembangkit listrik kelas binary.
3. System dengan entalpi tinggi.
Sistem ini menggunakan fluida atau cairan panas bumi secara langsung
denga suhu >175֯C, biasanya dimanfaatkan sebagai pemutar turbin
generator, dan penghasil listrik sekala besar dengan suhu >200֯C
Kriteria itu digunakan sebagai dasar untuk pengelompokan, dalam faktanya
tidak berdasarkan nilai dari entalpinya, tetapi berdasarkan temperaturnya
karena entalpi merupakan sebuah fungsi dari temperature. Berdasarkan dari
fluid phase that is in the reservoir, system geothermal dibagi kedalam : single-
phase systems and geothermal two-phase system. Dibawah ada beberapa
deskripsi dari sistem pembangkit listrik tenaga panas bumi:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap Kering
Uap yang digunakan langsung dari sumur yang menghasilkan uap
kering, uap dialirkan langsung ke turbin dan turbin kemudian berputar
dan kemudian menghidupkan generator yang menghasilkan listrik.
Konversi System ini adalah koversi system paling mudah dan yang
paling mudah dan paling murah. Uap dari turbin dapat dilepaskan ke
atmosphere. Dari kondensor, air kondensat kemudian dialirkan ke
menara pendingin yang kemudian disuntikkan ke bawah permukaan
bumi. Sebagian air kondensat disalurkan ke kodensor.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Cahaya
Jenis cairan panas bumi yang digunakan dalam fluida panas bumi
adalah cair dan bersuhu tinggi. Cairan cair dimasukkan ke dalam
"flasher" sehingga berubah menjadi fase uap. Sangat tergantung pada
jumlah flasher tekanan uap. Fraksi uap kemudian disalurkan ke turbin.

3. Binary Cycle Power Plant


Jika air mencapai permukaan tidak cukup panas untuk menghasilkan
uap, maka air panas masih dapat digunakan untuk menghasilkan
energi listrik dengan mengalirkan air panas ke "Pembangkit Listrik
Biner". Air panas disuplai ke mesin penukar panas (heat exchanger).
Panas dari air diserap oleh cairan seperti isopenthane kemudian
digunakan untuk memutar turbin, menghasilkan energi listrik. Zat
isopentana kemudian dikondensasi kembali menjadi cairan dan
kemudian digunakan kembali
2. The Potential of Geothermal Areas
3. 1 Geothermal Energy Utilization in the Kamojang Nature
Reserve, West Java, Indonesia
Aktivitas pemanfaatan panas bumi berpotensi mengganggu kelestarian
Cagar Alam Kamojang dalam bentuk kerusakan hutan. Pemanfaatan panas
bumi di Cagar Alam menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tidak
boleh mengganggu kelestarian plasma nutfah yang ada di dalamnya.
Sementara itu, pemanfaatan panas bumi diperlukan untuk pembangkit tenaga
listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia. Pembukaan lahan
akibat kegiatan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi ditambah dengan
meningkatnya aktivitas manusia di dalam hutan mengakibatkan deforestasi
yang meluas.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Endes Nurfi lmarasa Dachlan,
Vella Putiksari, dan Lilik Budi Prasetyo menunjukkan bahwa jenis tutupan
lahan didominasi oleh hutan sekitar 4.231,3 ha dengan persentase tutupan
hutan sekitar 51,17%. Selain itu, perubahan tutupan lahan yang disebabkan
oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE) adalah 60,2 ha (8,90%), sedangkan
perubahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia adalah 614,46 ha
(91,10%). Untuk mengatasi terjadinya perubahan tutupan lahan, penanaman
telah dilakukan untuk mengatasi efek buruk dari masing-masing kegiatan.
Luasan areal reboisasi dan pengayaan yang dilakukan oleh PGE adalah
680,58 ha dengan melibatkan masyarakat yang tinggal di daerah sekitarnya.
Eksplorasi dan eksploitasi energi panas bumi memerlukan pembukaan
lahan untuk beberapa kegiatan, seperti pengeboran sumur produksi dan sumur
injeksi, pembangunan sistem perpipaan untuk mengalirkan fluida ke
pembangkit listrik, pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi, dan
pembangunan jalan akses ( Ditjen PHKA 2012). Pembukaan lahan oleh PGE
yang mencakup pembangunan infrastruktur menyebabkan deforestasi hutan
di Cagar Alam Kamojang hingga 60,18 ha (8,9%). Berdasarkan pedoman
tentang "sistem pinjam pakai" ("sistem pinjam pakai") dari Cagar Alam
Kamojang, Aula Besar KSDA Jawa Barat II, pemanfaatan panas bumi
menggunakan berbagai lokasi yang meliputi: 1) Lokasi "Kamojang Lama"
sekitar 30 ha untuk Kmj-VI, Kmj-II, KmjIII, Kmj-W, Kmj-DE / EE, Kmj-E /
HH, Kmj-B / DD, Kmj-C / GG, Kmj-G / II, Kmj− H / JJ, Kmj-I / KK, Kmj-
EE / FF, Kmj-N / PP, Kmj-O / QQ, T / VV, Kmj-B dan sistem perpipaan; 2)
Lokasi Ciharus-A, CHR-A sekitar 5,85 ha; 3) TVVD, E, F, G sekitar 12 ha;
4) KWK A, B, C (Unit V) sekitar 11,3 ha.
Berbeda dengan kegiatan PGE, pembukaan lahan menyebabkan
penurunan luas hingga 2 ha per kluster, terutama di area yang ditentukan di
mana lokasi tersebut mengandung panas bumi, dan juga membutuhkan waktu
yang lama untuk proses perizinan. Seperti yang kita ingat bahwa panas bumi
menghasilkan listrik dengan menggunakan sains dan teknologi modern
sehingga sumber daya manusia PGE memiliki pengetahuan tentang kebijakan
dan aturan di kawasan hutan konservasi. Pemahaman ini membuat PGE lebih
bertanggung jawab.

3. 2 Geothermal Potential Analysis Using Landsat 8 and Sentinel 2


(Case Study: Mount Ijen)
Kompleks Gunung Ijen adalah gunung api yang mempunyai danau
kawah dengan kedalaman sekitar 190 m dan mempunyai derajat keasaman
yang sangat tinggi (pH < 0,2) serta volume air danau yang sangat besar,
sekitar 36 juta m3 (Irfandy, 2012).
Suhu Permukaan pada daerah Gunung Ijen memiliki anomali dengan
besar suhu berkisar anatara 18֯C hingga 38֯C. Nilai korelasi terbaik dari
ketinggian dan suhu permukaan tanah adalah -0,89 yaitu korelasi suhu
permukaan bulan Januari. Sedangkan nilai uji korelasi indeks vegetasi
Landsat 8 dan Sentinel 2 adalah 0,81. Matriks konfusi tutupan lahan
memperoleh nilai sebesar 80%. Tutupan lahan pada daerah penelitian
didominasi oleh hutan sebesar 35% dari luas wilayah penelitian. Terdapat
wilayah potensi potensi panas bumi sangat tinggi pada Gunung Ijen dengan
luas 39,43 Ha yang terletak pada kecamatan Wongsorejo dan berbatasan
dengan Kecamatan Sempol. (Mardiana, 2017).
Berdasarkan hasil klasifikasi pada pengolahan data di kawasan Gunung
Ijen yang dilakukan oleh Ria Mardiana (2017), didapatkan luas dari masing-
masing kelas. Berikut ini merupakan tabel luas potensi panas bumi pada
kawasan Gunung Ijen:

Potensi Luas (Ha) %


Sangat Rendah 2017,31 6,23
Rendah 15724,19 48,62
Sedang 10918,9 33,76
Tinggi 3638,02 11,25
Sangat Tinggi 39,43 0,12

Daerah yang teridentifikasi memiliki potensi panas bumi sangat tinggi


berada pada Gunung Ijen yang terletak pada Kecamatan Wongsorejo. Daerah
tersebut memiliki suhu permukaan tinggi pada permukaan yang tinggi. Selain
itu memiliki nilai kerapatan vegetasi yang rendah dan berada pada tutupan
lahan berupa lahan kosong/ rumput, kawah, permukiman dan semak.
Penelitian yang dilakukan oleh (Robawa, 2016) penelitian tersebut
menggunakan citra Landsat 8 dan data kontur Peta RBI dalam menentukan
daerah yang berpotensi terhadap sumber daya panas bumi sehingga kawasan
gunung ijen dapat menjadi bahan rekomendasi dalam menentukan lokasi
pembangunan PLTP

3. Sustainable Geothermal Utilization in Indonesia


Keberlangsungan berbagai macam bentuk aktivitas dalam masyarakat serta
sektor industri nasional, sangat tergantung terhadap tersedianya energi listrik.
Hal ini yang menyebabkan ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik
semakin hari semakin meningkat. Oleh karena itu sektor ketenagalistrikan
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menentukan upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendorong berjalannya roda
perekonomian nasional.
Kepulauan Indonesia terletak di salah satu kerangka tektonik yang paling
aktif di dunia, terletak diantara perbatasan Indo-Australia, Pasifik, Filipina dan
lempeng tektonik Eurasia. Posisi strategis tesebut menjadikan Indonesia
sebagai negara paling kaya dengan energi panas bumi yang tersebar di 285
titik daerah sepanjang busur vulkanik dengan total potensi sebesar 29.215 GWe
(Badan Geologi Kementerian ESDM, 2011). Menurut Laporan yang
dikeluarkan oleh WWF pada tahun 2012 dengan judul “Igniting the Ring of
Fire: A Vision for Developing Indonesia’s Geothermal Power” Indonesia
memiliki potensi energi panas bumi terbesar di dunia, dengan setidaknya 29
Giga Watt total potensi panas bumi. Dari jumlah tersebut, baru dimanfaatkan
sekitar 1,2 Giga Watt. Kebijakan Energi Nasional telah menargetkan agar
panas bumi dapat menyokong 5% bauran energi nasional pada 2025, namun
hingga saat ini panas bumi baru berkontribusi 1% dengan perkembangan yang
lambat.
Pengembangan energi panas bumi sebagai salah satu energi terbarukan
menjadi sangat penting untuk didiskusikan terkait dengan cadangan energi fosil
yang terbatas, harga energi yang fluktuatif karena dipengaruhi oleh situasi
politik dan ekonomi dunia serta meningkatnya emisi gas rumah kaca akibat
pembakaran bahan bakar fosil.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah salah satu


pembangkit tenaga listrik yang ramah lingkungan. Sistem PLTP adalah sistem
pembangkit tertutup yang tidak memiliki limbah buangan seperti limbah yang
timbul pada pembangkit dengan bahan bakar batubara, gas ataupun bahan
bakar minyak. Dengan adanya PLTP pada sebuah kawasan tertentu maka
kelestarian air di kawasan tersebut akan selalu terjaga karena PLTP sangat
membutuhkan air tanah untuk menghasilkan uap panas.

Diantara pembangkit lainnya, PLTP merupakan pembangkit dengan


potensial besar yang memiliki sistem pembangkit ramah lingkungan. Akan
tetapi jika dikaitkan dengan penerapan UndangUndang Kehutanan, banyak
permasalahan yang timbul dalam kegiatan usaha PLTP. Regulasi yang
memasukkan pemanfaatan panas bumi dalam kelompok pertambangan akan
membatasi pemanfaatan potensi panas bumi yang kebanyakan terdapat di
kawasan hutan lindung. Pemanfaatan energi terbarukan menjadi sangat penting
dilakukan karena hal ini terkait dengan tuntutan global. Energi terbarukan
memiliki dampak yang baik bagi ekonomi dan lingkungan. Energi panas bumi
merupakan energi terbarukan yang ramah lingkungan sehingga
pemanfaatannya bisa berkelanjutan.

4. The Advantages of Gheothermal Energy


Panas bumi memiliki keuntungan dibandingkan dengan sumber energi yang
dapat diperbarui. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan setiap 1
MW energy panas bumi seperti penghematan penggunaan bahan bakar hingga
45 barrels per day.
Selain keuntungan itu, energi geotermal memiliki kelebihan lain yang tidak
dimiliki oleh sumber energi lain yang relatif lebih ramah lingkungan karena
mereka tidak menghasilkan banyak gas berbahaya jika dibandingkan dengan
energi lain seperti minyak dan batubara. Emisi energi panas bumi yang ramah
lingkungan membuat energi ini memiliki peluang untuk dimanfaatkan sebagai
Clean Development Mechanism (CDM). Mekanisme ini menetapkan bahwa
negara maju harus mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG) sebesar 5,2%
mulai tahun 1990, mungkin melalui proyek CDM di negara berkembang akan
mengurangi GHG tersebut.

Dilihat dari emisi CO2 hanya 170kg/MWh, hal ini relative kecil
dibandingkan dengan emisi CO2 dari sumber energi lainnya. Artinya panas
bumi memiliki level paling kecil penghasil polusi dibandingkan dengan sumber
energi lainnya.
Keuntungan lainnya dari energi panas bumi adalah harga nya yang rendah.
Penggunaan energi panas bumi telah dipercaya lebih hemat biaya.
Diperkirakan dapat mencapai kapasitas 250 MW, hal itu telah dikalkulasikan
biaya menggunakan energy batu bara untuk kebutuhan lingkungan di AS $ 48
juta per tahun, gas adalah AS $ 17 juta per tahun dan panas bumi mencapai AS
$ 0,399 juta per tahun (Pertamina, 1996).
Bagaimanapun, penggunaan dari sumber daya ini tidak dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat indonesia sendiri secara maksimal untuk memenuhi
kebutuhan energi nasional. Padahal krisis energi mengancam negara Indonesia
dan dunia mengingat jumlah energi seperti minyak bumi, batu bara dan bahan
energi fosil lainnya jumlahnya terbatas dan dampak dari penggunaan energi
dapat merusak lingkungan. Berdasarkan data dan fakta, itu telah jelas bahwa
energi panas bumi adalah solusi energi alternatif untuk mengurangi emisi di
negara Indonesia. Hal ini diperkuat oleh kebijakan pemerintah Indonesia
terkait pengurangan emisi CO2, termasuk:
1. Pemerintah telah memutuskan untuk melakukan pengurangan emisi CO2
hingga 26% pada tahun 2020
2. Kebijakan pemerintahan dalam program kerusakan pembangkit listrik
(fase II) dari 10000 MW dimana energi panas bumi berkontribusi sebesar
48%.
BAB III

PEMBAHASAN

1. Kesimpulan
Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang
terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari
yang diserap oleh permukaan bumi. Dalam pengertian lainnya energi panas
bumi adalah sumber energi yang diproduksi ketika hujan atau air jatuh dan
bertemu dengan magma (batuan cair yang panas di kerak bumi) mencapai
panas yang luar biasa dalam mangkuk bumi.
Keuntungan dari energi panas bumi adalah :
1. Menjadi pengganti penggunaan bahan bakar.
2. Lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan banyak gas
berbahaya.
3. Harga nya yang rendah disbanding dengan sumber energi lain.
4. Dapat digunakan untuk pembangkit listrik
Ada beberapa yang telah menerapkan penggunaan energi panas bumi di
Indonesia anatar lain adalah penggunaan energi panas pada konservasi alam di
Kamojang, Jawa Barat, indonesi dan penggunaan energy panas di Gunung Ijen.

Anda mungkin juga menyukai