PEMETAAN I
WATERPASS MEMANJANG
Nama :
Dosen pengajar :
Dosen Asistensi :
D3 TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat yang telah
diberikan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan praktikum Pemetaan I Waterpass
memajang serta dapat menyusun laporan mengenai hasil praktikum tersebut dengan baik.
Dalam penyusunan laporan ini,saya mengalami kesulitan. Akan tetapi saya dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik. Hal ini tidak lepas dari peranan Bapak Khoiri sebagai
dosen saya serta bantuan teman-teman yang telah membantu saya untuk menyusun laporan
ini.
Laporan survey dan pemetaan ini menjelaskan ruang lingkup Ilmu Ukur Tanah,
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada ilmu ukur tanah untuk pekerjaan Teknik Sipil.
Selain itu, dibahas tentang perkenalan ilmu pemetaanI beserta K3 (keamanan dan
keselamatan kerja) dan disertakan juga contoh perhitungan beserta gambarnya.
Semoga laporan yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, baik bagi saya
sendiri sebagai tolak ukur untuk penyusunan laporan yang berikutnya maupun bagi teman-
teman dan para pembaca.
Penyusun
2
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................3
1.2 Permasalahan.........................................................................................................................3
1.3 Maksud dan tujuan.................................................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................................................................4
1.5 Waktu dan tempat pengukuran..............................................................................................4
1.6 Alat-alat yang digunakan dalam praktikum.................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................11
METODE PELAKSANAAN..............................................................................................................11
2.1 Pengukuran waterpass dengan cara memanjang........................................................................11
2.2 pengukuran waterpass dengan cara melintang...........................................................................13
BAB III................................................................................................................................................14
3.1 Data pengukuran..................................................................................................................14
3.2 Analisa data pengukuran memanjang........................................................................................19
Cara perhitungan dari pengukuran memanjang....................................................................19
3.3 Analisa data pengukuran melintang.....................................................................................21
Cara perhitungan dari pengukuran melintang......................................................................21
BAB IV...............................................................................................................................................24
Cara Penggambaran.................................................................................................................24
PENUTUP...........................................................................................................................................27
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................28
LAMPIRAN........................................................................................................................................29
3
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ilmu ukur tanah merupakan suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di
permukaan bumi dan merupakan seni dan teknologi ketergantungan posisi relatif suatu titik
atau beberapa titik, diatas, pada atau dibawah permukaan tanah.
Bentuk bumi merupakan pusat kajian dan perhatian dalam ilmu ukur tanah. Proses
penggambaran permukaan bumi secara fisik adalah berupa bola yang tidak beraturan
bentuknya dan mendekati bentuk sebuah jeruk. Hal tersebut terbukti dengan adanya
pegunungan, Lereng-lereng, dan jurang. Karena bentuknya yang tidak beraturan maka
diperlukan suatu bidang matematis. Oleh sebab itu, diperlukannya ilmu ukur tanah yang
berguna untuk menentukan perbedaan tinggi antara satu titik dengan titk lainnya. Dalam hal
ini, kita dapat memanfaatkan alat untuk ilmu ukur tanah, yaitu penyipat datar atau waterpass.
Sehingga kita dapat mengetahui atau menetukan posisi vertikalnya yang berupa ketinggian
terhadap bidang rujukan ketinggian tersebut.
Waterpas (Levelling) adalah suatu alat untuk mengukur dalam menentukan beda
tinggi dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang di maksud
adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal.
4
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
5
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran Waterpass
a. Garis Vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi,yang umum dianggap
sama dengan unting-unting.
b. Bidang Mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik.
Pada bidang horizontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
c. Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian.
e. Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horizontal.Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya. (Slamet Basuki,hal
138,2006)
6
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Bertujuan untuk mengetahui beda tinggi permukaan tanah dalam arah melintang
pada poligon.Pada kedua profil ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk
mengetahui tinggi rendahnya permukaan tanah pada suatu poligon yang diukur dari
muka air laut. Pembuatan profil-profil ini sangat diperlukan dalam pekerjaan teknik
sipil. Semua proyek sipil yang vital diperlukan data yang akurat untuk mengetahui
keadaan tanah dari lokasi-lokasi tersebut, oleh karena itu perlu diadakan pengukuran
7
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Menentukan terlebih dahulu skala untuk jarak dan tinggi, karena jarak selalu lebih
panjang daripada tinggi, maka untuk jarak dan tinggi selalu diambil skala yang sama.
Selanjutnya untuk pelaksanaan membuat empat garis mendatar. Garis mendatar pertama
ditentukan titik - titik yang diukur dengan menggunakan jarak yang diambil dari titik
satu.Titik satu ditempatkan paling kiri diatas garis pertama.
Jarak-jarak yang diambil dari titik 1 ditulis dengan garis mendatar ke-1 dan
garis mendatar ke-2 serta ditulis tegak lurus, setelah melalui titik titik yang telah ada
pada garis mendatar pertama di tarik garis-garis yang tengah. Diantara garis mendatar
ke-2 dan ke-3 ditulis dengan arah tegak tinggi daripada titik tersebut. Bila satu garis
yang mempunyai tinggi sama dengan 0 harus ada pada gambar untuk daftar melukiskan
titik-titik yang diukur, sehingga diperlukan banyak ruangan. Maka untuk menghemat
ruang, titik yang diukur akan dilukiskan diatas suatu garis yang tingginya mendekati
titik - titik itu dan tingginya diambil dengan skala bulat. Dengan menggunakan skala
tinggi dapatlah sekarang digambarkan titik - titik yang diukur, diletakkan garis tegak
dan ditarik melalui titik yang telah ada pada garis mendatar pertama. Bila sekarang
titik-titik yang telah dilukiskan dengan tingginya yang dihubungkan berurutan maka
didapatlah profil lapangan pengukuran memanjang dan melintang.
8
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1.1 Waterpass
Alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian atau beda tinggi dan jarak secara optis.
Waterpass yang digunakan dalam praktek ilmu ukur tanah 1 adalah :
BT : Benang Tengah
BB : Benang Bawah
9
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Keterangan :
4. Prisma pendulum
10
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Alat yang terbuat dari aluminium ini terdapat angka-angka ukur sebagai penunjuk
pengukuran,memiliki satuan centimeter (cm) dengan
Untuk pengukuran jarak secara langsung digunakan pita ukur, baik yang terbuat dari plastik
maupun yang terbuat dari plat baja pita ukur ini biasanya lebar ± 2 cm, panjang 50 m dengan
menggunakan skala bolak-balik.
3.1.4 Unting-Unting
Unting-Unting digunakan untuk membantu meluruskan prisma sudut dengan titik yang berada
dibawahnya. Alat ini terbuat dari logam pejal yang salah satu ujungnya runcing dan ujung yang lain
tumpul dan diberi seutas tali untuk dikaitkan pada baut pemegang waterpass.
11
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Gambar 5 Unting-Unting
Alat ini digunakan untuk membantu agar waterpass dapat berdiri tegak meskipun diletakkan
pada suatu landasan yang landai. Sesuai namanya mempunyai kaki tiga yang terbuat dari besi
ujungnya runcing agar dapat menancap di tanah dan bagian atasnya sebagai tempat waterpass yang
bagian tengahnya terdapat lubang untuk mengunci waterpass.
3.1.6 Payung
Berguna untuk melindungi waterpass dari sinar matahari secara langsung yang dapat
menyebabkan Nivo pecah, mengerasnya klem pengunci, mengubah persyaratan alat serta digunakan
untuk melindungi waterpass dari air hujan.
12
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Gambar 7 Payung
Alat-alat keselamatan ini bertujuan untuk mencegah bahaya keselamatan kerja praktek di
lapangan. Alat-alat keselamatan yang dimaksud adalah :
Helm
Rompi spotlight
Bendera
1) sebelum memulai praktek ukur tanah harus memakai PPE ( Personal Protective
Equipment).
2) Meminjam peralatan dan alat keselamatanyang akan digunakan praktek ukur tanah
pada lap ukur tanah.
3) Pertama melakukan pengecekan alat – alat,seperti : Pesawat waterpass dan kaki
statif. Waterpass dipasang dan didatarkan. Sebelum dipakai, pesawat harus di stel
terlebih dahulu.
4) Pesawat didirikan tepat diatas dititik P1 yang telah ditandai dengan cat.
5) Setelah unting-unting menunjuk tepat ke titik P1, sekrup pengukit diatur sedemikian
rupa hingga gelembung nivo tepat ditengah-tengah.
6) Menentukan titik-titik yang akan ditentukan ketinggiannya, lalu mengukur jarak titik-
titik tesebut dari pesawat. Titik-titik tersebut adalah titik 1, 2, 3, dst.
13
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
7) Menyipat titik-titik yang telah ditentukan tersebut serta titik BM, sementara
pemegang rambu membetulkan posisi rambu ukur (baak) spaya tegak betul.
8) Setelah letak rambu ukur vertikal, benang horisontal dibaca oleh pengamat dan
hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass,
yaitu : d = 100 x (BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB. Jika hasil pembacaan tidak
memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
9) Setelah titik-titik tersebut disipat, maka pesawat dipindahkan ke titik P2 yang telah
diberi tanda cat, kemudian mengulang langkah-langkah no.2 s/d no.5. prosedur ini
diulang untuk posisi pesawat di P3, P4, dan seterusnya hingga titik terakhir, yaitu titik
P11.
10) Melakukan penghitungan beda tinggi terhadap titik-titik tersebut.
Dalam pengukuran
waterpass
memanjang kita
dapat mengetahui
kebenaran nilai
benang tengah dengan cara :
BT = BA+BB
Keterangan :
BT : Benang tengah
BA : Benang atas
BB : Benang bawah
14
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Dalam menentukan rata –rata beda tinggi, tanda minus ( - ) dimutlakkan, lalu pada hasilnya tanda
akan mengikuti beda tinggi pergi. Misal pada beda tinggi, menunjukkan( + ) , maka hasil dari rata –
rata beda tinggi akan megikuti ( + ) juga.
15
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Dalam mencari benang tengah dan jarak dalam waterpass melintang, cara yang dilakukan
sama dengan waterpass memanjang, yaitu :
BT = BA+BB
Keterangan :
BT : Benang tengah
BA : Benang atas
BB : Benang bawah
Jika mencari beda tinggi, hal pertama yang perlu diketahui adalah tinggi pesawat,yaitu jarak
dari waterpass sampai ke patok. Sehingga dapet diperoleh rumus :
Beda tinggi = Tinggi pesawat – BT masing-masing titik
Dan untuk mencari elevasi, dapat dicari dari elevasi masing – masing titik pada tabel data
waterpass memanjang. Lalu ditambahkan atau dikurangi dengan beda tingginya sesuai dengan tanda
pada beda tingginya. Jika beda tinggi ( + ) , maka ditambahkan, dan jika beda tinggi ( - ) , maka
dikurangkan.
Adapun yang menjadi point-point pengukuran melintang sebagai berikut:
a. Pinggir/tepi kiri saluran
b. Tengah saluran
c. Tepi kanan saluran
d. As jalan/tengah jalan
e. Tepi kanan jalan
f. trotoar
16
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BAB IV
Sketsa gambar
Contoh Perhitungan :
Jarak (D)
1. Jarak BM ke patok 1 = (BA-BB)x100
17
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
= ((1.231-0,984)+(1.381-1,243))x100
= 38,5
2. Jarak patok 1 ke 2 = (BA-BB)x100
= ((1.278-1,213)+(1,332-1,255))x100
= 14,2
Dan seterusnya…
Beda tinggi
1. Beda tinggi BM dan Patok 1= BTbelakang – BTmuka
= 1,093-1,310
= -0,217
2. Beda tinggi Patok 1 dan 2 = BTbelakang – BTmuka
= 1.240-1,291
= -0,048
Dan seterusnya…
Rata-rata Beda tinggi
1. Rata-rata Beda tinggi BM dan Patok 1 = 0,217+0,216
2
= 0,2165
2. Rata-rata Beda tinggi patok 1 dan 2 = 0,048+0,045
2
= 0,05
Dan seterusnya…
Elevasi
1. Elevasi patok 1 = Elevasi awal + Rata-rata beda tinggi
= 5,5+(-0,2165)
= 5,2835
2. Elevasi patok 2 = Elevasi awal + Rata-rata beda tinggi
= 5,2835+(-0,05)
= 5,2335
Dan seterusnya…
18
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Contoh Perhitungan :
19
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
20
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Sketsa gambar
21
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
= 0,006
22
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Sketsa gambar
23
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
24
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Sketsa gambar
25
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
26
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Sketsa gambar
27
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
28
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
29
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
30
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BAB V
KESIMPULAN
Dalam praktikum ilmu ukur tanah ini kita bisa mengetahui bahwa beda tinggi dan
elevasi pada suatu tempat itu mempunyai perbedaan di setiap titiknya yang dimana
perbedaan tinggi tersebut tergantung pada rendah,tingginya suatu permukaan tanah disetiap
titik pada suatu jarak.
Pada praktikum yang kami lakukan kami mendapat hasil sebagai berikut:
31
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet. 2006 . ILMU UKUR TANAH (edis- Revisi). Surabaya : Teknik Sipil UGM.
Lhoksuemawe:Lhoksuemawe.
Ir Tedjo Mulyono, Ir M .Muhklisin, Drs Setio Utomo, 1996, Petunjuk Pratikum Ukur Tanah 1,
Jemes. R . Wishing, B.S. Roy H Wishing, B. I.E, 1995, Pengantar Pemetaan, Erlangga:Jakarta.
R H. Dugdalc, B. Sc.(Eng), M.Sc..C.Eng. M. I. C. E., AMBIM, A.C. G.I. 1999, Head of department
32
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
LAMPIRAN
33