Anda di halaman 1dari 54

PROGRAM D 3

DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL


FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan


Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja ini.

Dalam penyusunan dan penulisan laporan Kerja Praktek ini,


penulis tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Ir. Muhamad Ghasna selaku Kepala Proyek


Pembangunan Tol Pasuruan-Kertosono Probolinggo section
1 & 2 yang telah mengijinkan kami untuk belajar sembari
bekerja di proyek ini.

2. Bapak L. Hariman Esawan Wahyudi, S.T. selaku admin


teknik lapangan yang telah membimbing kami selama
Praktek Kerja Lapangan.

3. Bapak Indra Setiawan dan Bapak Gunadi selaku pelaksana


yang tiada henti – hentinya menjawab semua pertanyaan
yang kami lontarkan selama mengamati pekerjaan, dan
segenap karyawan pelaksana, konsultan, dan pihak owner
yang namanya tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

4. Bapak M. Khoiri, S.T., MT. selaku dosen pembimbing


penulis pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah
membimbing penulis selama Praktek Kerja Lapangan
berlangsung.

5. Staf Dosen Program Studi DIII-Teknik Sipil FTSP


Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Fakultas Vokasi yang

ii
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama


perkuliahan

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda


kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang
membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya
kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Surabaya, Desember 2017

Penulis

iii
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

iv
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk keterampilan dan kecakapan seseorang untuk
memasuki dunia kerja. Pendidikan yang dilakukan di perguruan
tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan praktek dalam skala
kecil dengan intensitas yang terbatas, agar dapat memahami dan
memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja.
Maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja secara
langsung di instansi/lembaga yang relevan dengan program
pendidikan yang diikuti, sehingga setelah lepas dari ikatan
akademik di perguruan tinggi yang bersangkutan, mahasiswa bisa
memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama
masa pendidikan dan masa pelatihan kerja untuk melanjutkan
kiprahnya di dunia kerja yang sebenarnya.
Kerja praktek merupakan bagiandari kurikulum wajib dan
syarat yang harus ditempuh setiap mahasiswa sebanyak 2 sks.
Dalam pelaksanaannya mahasiswa dapat menemui suatu masalah
yang mungkin tidak ditemui sewaktu perkuliahan, sehingga
mahasiswa diharapkan untuk aktif dan menemukan solusinya
Beberapa hal yang dapat dipelajari dari kegiatan kerja
praktek ini yaitu Prosedur pelaksanaan suatu pekerjaan yang ada
diproyek dengan menerapkan teori – teori yang telah didapatkan
selama perkuliahan dan menyelesaikan masalah – masalah yang
mungkin terjadi selama pengerjaan Tol Pasuruan – Probolinggo
dengan penanganan yang tepat.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 1


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Penulis disini ditugaskan sebagai asisten admin teknik yang


dinaungi oleh PT. Waskita Karya selaku Kontraktor pelaksana
dalam proyek ini. Penulis ditempatkan di Proyek Tol Pasuruan -
Probolinggo section 1 & 2 tepatnya pada Desa Klampok,
Kecamatan Tongas, Pasuruan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari hasil magang yang dilakukan penulis di lapangan yang
dinaungi oleh PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, berikut
permasalahan yang dibahas :
1. Bagaimana penanganan pekerjaan tanah pada Tol Pasuruan –
Probolinggo?
2. Bagaimana perhitungan volume bangunan struktur pada proyek
Tol Pasuruan - Probolinggo?
3. Bagaimana perekapan data pada pekerjaan Tol Pasuruan -
Probolinggo?
4. Bagaimana proses pekerjaan pengecoran pada bangunan
struktur di Tol Pasuruan - Probolinggo ?
5. Bagaimana proses pekerjaan stressing pada girder jembatan ?
6. Apa saja kendala yang ditemui pada pekerjaan proyek Tol
Pasuruan – Probolinggo?

1.4 Tujuan Penulisan


1. Sebagai laporan hasil magang kerja pada proyek Tol Pasuruan –
Probolinggo sesi 1 dan 2.
2. Memahami metode pelaksanaan dari sebuah pekerjaan agar
tercapai efisiensi waktu.
3. Mendapatkan pengalaman kerja dan dapat mempelajari
pemecahan permasalahan yang sering dihadapi di lapangan.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 2


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB II
INFORMASI PROYEK

2.1 Pengelolah Proyek


PT. Trans Jawa Paspro ( Pasuruan – Probolinggo) Jalan
Tol selaku owner atau pemilik proyek ini bergerak di bidang
penyelenggara jasa jalan tol. Lalu PT Virama Karya berperan
sebagai konsultan pelaksana dalam pembangunan proyek Tol
Pasuruan – Probolinggo. Sedangkan PT Waskita Karya (Persero)
Tbk merupakan kontraktor yang melaksanakan proyek ini.
Proyek jalan Tol Pasuruan – Probolinggo ini dibangun
dengan tujuan untuk meningkatkan aksebilitas dan kapasitas
jaringan jalan dalam melayani lalu lintas di koridor Trans Jawa
pada tahun 2018 dengan spesifikasi sebagai berikut :

Nama Proyek : Pekerjaan pembangunan


Jalan Tol Pasuruan – Probolinggo
(Sta 0+000 s/d 31+300)
Lokasi Proyek : Pasuruan – Probolinggo, Jawa Timur
Pemilik Proyek : PT. Trans Jawa Paspro Jalan Tol
Sumber Dana : PT. Trans Jawa Paspro Jalan Tol
Waktu Pelaksanaan : 900 (Sembilan Ratus) Hari Kalender
Masa Pemeliharaan : 1095 (Seribu Sembilan Ratus Lima)
Hari Kalender
Jenis Kontrak : Turn Key
Tahun Anggaran : 2016 – 2018

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 3


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 1.1 Lokasi proyek Tol Pasuruan-Probolinggo

2.2. Struktur Organisasi Proyek


Untuk menunjang kelancaran suatu pproyek dan menghindari
terjadinya gangguan yang tidak diinginkan seperti keterlambatan
proyek maka perlu adanya koordinasi antar pihak.
Adapun organisasi yang terlibat didalam proyek pembangunan
jalan Tol Pasuruan – probolinggo Sta 0+000 s/d Sta 31+300 adalah
sebagai berikut :
Pemilik Proyek : PT. Trans Jawa
Paspro Jalan Tol.
Kontraktor : PT. Waskita Karya
(Persero), Tbk.
Konsultan Supervisi : PT. Virama Karya

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 4


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

(Persero).
Konsultan Perencana : PT. Multi Phi Beta
Consulting Engineers.
Konsultan PMI : PT. Mono Heksa
KSO PT. Global

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 5


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pekerjaan Tanah


Pekerjaan tanah yang akan dibahas pada bab ini yaitu
metode pelaksanaan pekerjaan timbunan, analisa stabilitas
timbunan tanah dasar, tes kepadatan tanah dengan sand cone,
dan tes CBR & Proof Rooling.
3.1.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan pada section 1 Tol Pasuruan –
Probolinggo mengalami keterlambatan karena kondisi tanah
merupakan tanah rawa. Penulis ditugaskan untuk menghitung
ulang jumlah alat berat yang dibutuhkan untuk memperoleh
target timbunan 10000 m3 per hari pada STA tertentu. Sebelum
menghitung jumlah kebutuhan alat berat, penulis ditugaskan
untuk mengamati kondisi lapangan untuk mendapatkan Cycle
Time yang dibutuhkan alat berat saat beroperasi.
Target timbunan yang akan penulis hitung berada pada
STA 0+300 dan STA 6+300. Berikut data – data yang penulis
dapatkan dari hasil pengamatan di lapangan.

 Alat Berat Yang Digunakan


 Dump Truck Hino kapasitas 24 m3
 Excavator CAT 320
 Excavator PC 200
 Buldozer Komatsu D85E – SS
 BOMAG BW211D Vibratory Smooth Drum Roller
 Sheep Foot Roller BOMAG 211
 Water Tank Truck Kapasitas

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 6


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Data Lapangan STA 0+300


 Dumpt Truck hino kapasitas 24 m3
o Waktu angkut kosong : 10 menit 28 detik
o Waktu muat : 12 menit 18 detik
o Waktu isi : 8 menit 54 detik
o Waktu tuang : 50 detik
o Total Cycle Time : 32 menit 30 detik
: 32,5 menit
 Excavator Komatsu PC 200
o Waktu Siklus : 0,35 menit

 Buldozer Komatsu D85E – SS


o Waktu 1 Passing : 2,02 menit
( jaraak gusur 50 m)
 Vibrator Roller BOMAG BW211D Vibratory Smoot
Drum Roller
o Waktu 1 passing : 2,4 menit

 Sheep Foot Roller BOMAG 211


o Waktu 1 passing : 8,3 menit

 Produktivitas Alat

Pada pekerjaan timbunan di section 1 STA 0+300


mengalami keterlambatan sehingga berakibat pada penambahan
jam kerja di lapangan dengan total 17 jam kerja dibagi menjadi
dua shift. Penambahan jam kerja akan berpengaruh pada
produktivitas alat berat yang digunakan untuk mengejar target
timbunan sebesar 10000 m3/hari . Perhitungan produktivitas alat
berat sebagai berikut :

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 7


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Dump Truck Hino Kapasitas 24 m3

Kapasitas Produksi Per Jam


𝑉 . 0,83 . 60
= 𝐷. 𝑇𝑆2 . 𝐹𝑘

35 . 0,83 . 60
=1,4 . 31,67 . 1,2
= 32,75 m3/jam

Volume 17 jam kerja = 32,75 m3/jam x 17 jam


= 556,75 m3
Jumlah alat = 10000 m3 : 556,75 m3
= 18 unit

 Excavator Komatsu PC 200

Kapasitas Produksi per Jam


𝑉 . 𝐹𝑏 . 𝐹𝑎 .60 0,97. 1 . 0,83 . 60
= 𝑇𝑆2 . 𝐹𝑘
= 0,35 . 1,2

= 115,01 m3/jam

Volume 17 jam kerja = 115,01 x 17 = 1955,24 m3

Jumlah alat =10000 m3 : 1955,24 m3

= 5,44 ≈ 6 unit

 Buldozer Komatsu D85E – SS

Kapasitas Produksi per Jam

q = q1 x a = 4,4 m3
𝑞 . 60 . 𝐸 4,4 . 60 . 0,83
Q = 𝐶𝑚
= 2,02

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 8


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

= 108,475 m3/jam
Volume 17 jam kerja = 1844,079 m3
Jumlah alat = 10000 : 1844,079
= 5,422 ≈ 6 unit

 Vibrator Roller BOMAG BW211D Vibratory Smooth


Drum Roller
Kapasitas Produksi per Jam
𝑉 . 1000 . 𝑏 . 𝑡ℎ . 𝐹𝑎 6 . 1000 . 1,93 . 0.2 . 0,83
Q= =
𝑛 4
= 480,57 m3/jam
Volume 17 jam kerja= 8169,69 m3
Jumlah alat = 10000 m3: 8169,63 m3
= 1,22 ≈ 2 unit

 Sheep Foot Roller BOMAG 211


Kapasitas Produksi per Jam
𝑉 . 1000 . 𝑏 . 𝑡ℎ . 𝐹𝑎 1,93 . 1000 . 3 . 0,83 . 0,2
Q= 𝑛
= 4
= 240,285 m3/jam
Volume 17 jam kerja = 4084,845 m3
Jumlah alat = 10000 m3 : 4084,845 m3
= 3 unit

 Water Tank Truck kapasitas 4 m3


𝑃𝑎 . 𝐹𝑎 . 60 100 . 0,83 . 60
Q= 1000 . 𝑊𝑐
= 1000 . 0,21
=23, 714 m3/jam

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 9


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Data Lapangan STA 6+300


 Dump Truck Hino kapasitas 24 m3
o Waktu angkut kosong : 7 menit 50 detik
o Waktu angkut isi : 10 menit 26 detik
o Waktu Tuang : 28 detik
o Waktu muat : 9 menit 38 detik
o Total Cycle Time : 28 menit 22 detik
:28,37 menit
 Excavator CAT 320
o Waktu Siklus : 9 menit 38 detik

 Buldozer Komatsu D85E – SS


o Waktu 1 Passing : 2 menit 01 detik
(Jarak Gusur 50 m)
 Vibrator Roller BOMAG BW211D Vibratory Smooth
Drum Roller
o Waktu 1 Passing : 2 menit 24 detik
 Sheep Foot Roller BOMAG 211
o Waktu 1 Passing : 8 menit 18 detik

 Produktivitas Alat
 Dump Truck Hino Kapasitas 24 m3

Kapasitas Produksi Per Jam


𝑉 . 0,83 . 60
= 𝐷. 𝑇𝑆2 . 𝐹𝑘

35 . 0,83 . 60
=1,4 .28,37 . 1,2
= 36,67 m3/jam

Volume 17 jam kerja = 36,57 m3/jam x 17 jam

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 10


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

= 621,69 m3
Jumlah alat = 10000 m3 : 621,69 m3
= 16 unit

 Excavator CAT 320

Kapasitas Produksi per Jam


𝑉 . 𝐹𝑏 . 𝐹𝑎 .60 0,97. 1 . 0,83 . 60
= 𝑇𝑆2 . 𝐹𝑘
= 0,37 . 1,2

= 96,45 m3/jam

Volume 17 jam kerja = 96,45 x 17 = 1639,65 m3

Jumlah alat =10000 m3 : 1639,65 m3

= 6,098 ≈ 7 unit

 Buldozer Komatsu D85E – SS

Kapasitas Produksi per Jam

q = q1 x a = 4,4 m3
𝑞 . 60 . 𝐸 4,4 . 60 . 0,83
Q = =
𝐶𝑚 2,02

= 108,475 m3/jam
Volume 17 jam kerja = 1844,079 m3
Jumlah alat = 10000 : 1844,079
= 5,422 ≈ 6 unit

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 11


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Vibrator Roller BOMAG BW211D Vibratory Smooth


Drum Roller
Kapasitas Produksi per Jam
𝑉 . 1000 . 𝑏 . 𝑡ℎ . 𝐹𝑎 6 . 1000 . 1,93 . 0.2 . 0,83
Q= 𝑛
= 4
= 480,57 m3/jam
Volume 17 jam kerja= 8169,69 m3
Jumlah alat = 10000 m3: 8169,63 m3
= 1,22 ≈ 2 unit

 Sheep Foot Roller BOMAG 211


Kapasitas Produksi per Jam
𝑉 . 1000 . 𝑏 . 𝑡ℎ . 𝐹𝑎 1,93 . 1000 . 3 . 0,83 . 0,2
Q= =
𝑛 4
= 240,285 m3/jam
Volume 17 jam kerja = 4084,845 m3
Jumlah alat = 10000 m3 : 4084,845 m3
= 3 unit

 Water Tank Truck kapasitas 4 m3


𝑃𝑎 . 𝐹𝑎 . 60 100 . 0,83 . 60
Q= =
1000 . 𝑊𝑐 1000 . 0,21
=23, 714 m3/jam

3.1.2 Analisa Stabilitas Timbunan Tanah Dasar


Pada proyek Tol Pasuran – Probolinggo terdapat beberapa
lokasi yang memerlukan perlakuan khusus seperti pada STA
0+000 s/d 3+000 yang merupakan tanah rawa. Perlakuan khusus
ini bertujuan untuk mengatasi masalah timbunan tanah dasar
dengan metode tertentu. Berikut penjelasannya :

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 12


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Analisa Data Tanah Dasar


Beberapa kondisi tanah berdasarkan kondisi di lapangan
maupun berdasarkan hasil pengujian data tanah adalah :
a. Lapisan tanah dasar pada permukaan di lokasi pembangunan
jalan ini adalah didominasi oleh tanah rawa yang lunak
(Gambar 1). Kondisi ini menjadikan alat berat untuk
pelaksanaan di lapangan menjadi sulit bekerja sehingga
diperlukan adanya lantai kerja yang relative tebal dan supaya
alat berat dapat bekerja dengan aman.

Gambar 3.1 Lapisan permukaan tanah dasar di area sekitar STA


0+000.

b. Terdapat 8 data sondir dan 8 data N-SPT+Boring dalam


pelaksanaan pembangunan jalan ini. Berdasarkan data sondir
dan N-SPT terlihat bahwa kedalaman tanah lunak adalah
bervariasi antara 2 hingga 6-7 meter. Berdasarkan data boring di
beberapa lokasi terlihat bahwa jenis tanah pada permukaan
(dengan tebal ±3 meter) adalah berjenis tanah lempung
sedangkan kedalaman berikutnya adalah berjenis tanah dominan

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 13


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

pasir. Berdasarkan hasil analisa data tanah maka diperoleh


kedalaman tanah lunak berdasarkan lokasi yaitu:
 STA 0+000 s/d 0+700 kedalaman tanah lunak 2 meter
 STA 0+700 s/d 1+050 kedalaman tanah lunak 0 meter.
 STA 1+050 s/d 1+475 kedalaman tanah lunak 3 meter.
 STA 1+475 s/d 1+800 kedalaman tanah lunak 0 meter.
 STA 1+800 s/d 2+250 kedalaman tanah lunak 3 meter.
 STA 2+250 s/d 3+000 kedalaman tanah lunak 2 meter.
 Perhitungan besar pemampatan tanah dasar dan lama
waktu pemampatan
Perhitungan besar pemampatan dan lama waktu
pemampatan tanah dasar dilakukan dengan menggunakan
beberapa parameter pemampatan yang diperoleh dari rumusan
empiris. Perhitungan besar dan lama waktu pemampatan
dilakukan dengan beberapa kondisi yaitu:
a. Tanah dasar pada permukaan adalah tanah lempung
sedangkan lapisan di bawahnya adalah tanah pasir sehingga
perhitungan lama waktu pemampatan dilakukan dengan
kondisi double drainage.
b. Nilai Cv tanah dasar = 4.5 m2/tahun sedangkan nilai Cc
tanah dasar adalah 0.56. Hasil tersebut diperoleh dari
perumusan empiris dan pendekatan nilai sesuai dengan
kondisi tanah dasar di area yang ditinjau.
Hasil perhitungan pemampatan tanah dasar dapat dilihat pada
Gambar 4 dan hasil perhitungan lama waktu pemampatan dapat
dilihat pada Gambar 5. Perhitungan besar pemampatan per
tahun dapat dilihat paga Gambar 6.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 14


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 3.2 Besar pemampatan tanah dasar dengan variasi


ketinggian timbunan dan kedalaman tanah lunak.

Gambar 3.3 Lama waktu pemampatan tanah dasar dengan variasi


kedalaman tanah mampu-mampat

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 15


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 3.4 Besar pemampatan tanah dasar pertahun pada kedalaman


tanah lunak 2 meter.

Gambar 3.5 Besar pemampatan tanah dasar pertahun pada kedalaman


tanah lunak 4 meter.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 16


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Berdasarkan hasil perhitungan pada gambar di atas


terdapat beberapa hasil yang kemudian digunakan untuk
melakukan analisa stabilitas timbunan yaitu:
 Besar pemampatan tanah dasar adalah dipengaruhi oleh tinggi
timbunan dan kedalaman tanah dasar. Lama waktu pemampatan
pada tanah lunak 2-3 meter adalah antara 0.75-2.75 tahun.
 Besar pemampatan tanah dasar pertahun pada kedalaman tanah
lunak maksimal 3 meter tetapi tinggi timbunan kurang dari 2
meter kecepatan pemampatan yang terjadi maksimal 2 cm/tahun
dapat dicapai pada tahun ke2 atau tahun ke-3.
Dengan besar pemampatan dan lama waktu pemampatan dari
hasil analisa di atas maka dalam melakukan analisa stabilitas
timbunan, tanah dasar telah dianggap mengalami pemampatan
dan tergantikan oleh tanah timbunan hingga kedalaman ±1
meter.

 Analisa stabilitas timbunan


Analisa stabilitas timbunan di atas tanah dasar dilakukan
dengan beberapa variasi dan kondisi yaitu :
a. Ketinggian timbunan yang dianalisa adalah setinggi 4 meter, 6
meter dan 8 meter. Tinggi timbunan yang dianalisa adalah
merupakan perwakilan dan tinggi timbunan yang akan dibangun
di lapangan.
b. Kondisi tanah dasar di bawah timbunan adalah:
 Tanah dasar lempung lunak dengan kedalaman 3 meter
 Tanah dasar lempung lunak dengan kedalaman 3 meter dan
terdapat lapisan kerikil 40 cm di bawah timbunan rencana.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 17


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Jumlah kebutuhan perkuatan timbunan dan stabilitas tanah


dasar
Jumlah kebutuhan geotextile yang diperlukan untuk
mengantisipasi kelongsoran pada timbunan dapat dilihat pada
Gambar 13. Safety factor rencana adalah 1.1. Berdasarkan hasil
tersebut terlihat bahwa dengan memperhatikan terjadinya
pemampatan tanah lunak akan mampu mengurangi jumlah
kebutuhan perkuatan geotextile secara siknifikan. Berdasarkan
hasil analisa tersebut maka beberapa rekomendasi yang
dilakukan di lapangan adalah:
 H timbunan 4 meter = 4 lembar geotextile
 H timbunan 6 meter = 10 lembar geotextile
 H timbunan 8 meter = 17 lembar geotextile

Gambar 3.6 Jumlah kebutuhan perkuatan geotextile pada beberapa


variasi dan kondisi.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 18


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

a. Perlu dilakukan pemasangan sub-drain pada dasar timbunan.


Konstruksi sub-drain terdiri dari lapisan kerikil dengan filter
geotextile berupa lapisan sub-drain di dasar timbunan. Lapisan
sub-drain di dasar timbunan badan jalan ini juga sangat penting
untuk ketahanan timbunan badan jalan dalam jangka panjang,
terutama saat terjadinya hujan lebat. Lapisan sub-drain di dasar
timbunan disarankan dapat berbentuk seperti salah satu dari 2
alternatif berikut :
 Lapisan kerikil dan batu (ukuran >1 inchi) dengan tebal 50
cm dan diapit dengan 2 lembar lapisan geotextile non-
woven untuk filter. Agar lapisan ini tidak rusak oleh
adanya kerikil, maka disarankan untuk melapisi pada
bagian dalamnya dengan 2 lembar geotextile woven.
 Lapisan pasir yang berada diantara 2 lembar lapisan
geotextile, kemudian diantaranya setiap jarak @10 meter
dipasang lapisan bronjong berisi batu ukuran 0.5x1.0 yang
dipasang melintang di dasar timbunan jalan. Lapisan
bronjong tersebut supaya dibungkus dengan lapisan
geotextile non-woven.
b. Beberapa syarat-syarat material yang harus dipenuhi adalah:
 Lapisan pasir (free draining material) di dasar timbunan
disyaratkan berupa pasir yang mengandung fraksi lolos
saringan 200 maksimum 10% dan subdrain batu/kerikil
diisyaratkan terdiri dari kerikil yang minimal tertahan di
atas ayakan ukuran 10 mm sampai dengan ukuran
maksimal 20 cm.
 Apabila diperkirakan bahwa lapisan LPA tidak berfungsi
mengalirkan air dengan sempurna maka disarankan pada
lapisan LPA ditambahi lapisan sub-drain kerikil

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 19


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

terbungkus geotextile non-woven dengan ketebalan


maksimal 15 cm dipasang seperti pada gambar rencana.
 Pada daerah top sub-grade di bawah galian yang memiliki
nilai CBR-rendaman < 6%, disarankan dilakukan perbaikan
tanah berupa satu lembar geotextile (woven) di atas tanah
sub grade dan kemudian di atasnya dititip dengan lapisan
urugan pilihan dengan ketebalan 40 cm.

150 1170 1170 150

75 75 300 2@360=720 150 80 150 2@360=720 300 75 75


BAHU JALUR LALU LINTAS BAHU BAHU JALUR LALU LINTAS BAHU
LUAR ( 2 JALUR ) DALAM DALAM ( 2 JALUR ) LUAR

PROBOLINGGO PASURUAN

Saluran Subdrain
FG ? FG Saluran Subdrain
Saluran Subdrain
- 4% @ 20 x 20 cm
- 2% @ 20 x 20 cm - 2% @ 20 x 20 cm
- 4%
(Arah Melintang)
(Arah Memanjang) (Arah Memanjang)
2
1 DETAIL 1
2

25
25
25
1
Geotextile Type woven ˜ GW-250 gr/m² (52 Kn)
400

URUGAN PILIHAN @ 25cm perlapisan


75

Tanah Dasar Geotextile Type woven ˜ GW-250 gr/m² (52 Kn)


Urugan Granular pilihan,
Tebal 40 cm

TYPICAL CROSS SECTION (POTONGAN B - B)


Tinggi timbunan 4 m dengan 4 lapis geotextile

Gambar 3.7 Gambar Tipycal Pewrencanaan Perkuatan Timbunan Jalan

3.1.3 Tes Kepadatan Tanah dengan Sand cone


Tes sand cone pada tanah dilakukan untuk menentukan
kepadatan di tempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang
telah dipadatkan. Menurut spec pada pelaksanaan proyek Tol
Pasuruan – Probolinggo kepadatan tanah timbunan mencapai
95% dengan toleransi 92,5%. Jumlah pekerja yang melakukan
tes tergantung dari luasnya tanah timbunan yang akan diuji
biasanya 1 tim terdiri dari 3 orang pekerja. Kepadatan lapangan
ialah berat kering persatuan isi.
 Peralatan Yang Digunakan Untuk Uji Tes Sandcone
1. Botol transpasan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4
liter.
2. Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 20


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3. Plat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan


lubang bergaris tengah 16,51 cm.
4. Peralatan kecil yaitu :
 Palu, sendok, kuas, pahat,,dan peralatan untuk mencari
kadar air (speedy test).
 Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg ketelitian
sampai 1,0 gram.
 Satu buah timbangan kapasitas 500 gram ketelitian
sampai 0,1 gram.
5. Pasir : Pasir bersih keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak
mengandung bahan pengikat dan bergradasi lewat saringan
no.10 (2 mm) dan tertahan pada saringan no.200 (0,075 mm).
 Langkah- langkah Tes Sand Cone
1. Pelaksanaan pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang
diuji adalah sebagai berikut :
 Meratakan permukaan tanah atau lapis dasar pondasi
yang diuji
 menempatkan plat untuk dudukan corong pasir ukuran
30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang berdiameter 16,51
cm pada permukaan tanah
 Merapatkan kedudukan plat dudukan corong dengan
pasak atau paku pada keempat sisinya
 Menggali lubang dengan kedalaman 10 cm - 15 cm pada
lubang plat corong
 Memastikan seluruh partikel lepas hasil penggalian tidak
ada yang tertinggal dalam lubang
 Memasukkan semua tanah atau bahan lapis dasar pondasi
yang digali dalam wadah/kaleng tertutup yang sudah
diketahui beratnya, lalu ditimbang
 Mengambil contoh tanah atau material lapis dasar pondasi
untuk dihitung kadar airnya
2. Pelaksanaan pengukuran dengan pasir uji yang sudah
diketahui parameternya pada lubang yang telah disiapkan di
titik uji adalah sebagai berikut :

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 21


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Mengisi botol dengan pasir (boleh sampai penuh atau


secukupnya melebihi isi lubang dan corong)
 Menimbang botol dengan corong dan pasir
 Menempatkan pada plat dudukan corong dengan lubang
tepat pada corong menghadap ke bawah dan botol di atas
 Membuka kran dan membiarkan pasir mengalir mengisi
lubang dan corong sampai penuh
 Setelah pasir berhenti mengalir, Menutup kran dan
Menimbang kembali botol + corong + sisa pasir.

 Perhitungan Volume
1. Perhitungan volume lubang

W10 = W6 – W7 – Wc

Keterangan :
W10 = Berat pasir dalam lubang (gram)
W6 = Berat botol + corong + pasir secukupnya (gram)
W7 = Berat botol + corong + sisa pasir (gram)
Wc = Berat pasir dalam corong (gram)

Ve = W10 : Ɣs

Keterangan :
Ve = Volume lubang (cm3)
W10 = Berat isi pasir (gram)
Ɣs = Berat pasir dalam lubang (gram)

2. Perhitungan berat isi kering

Ɣw = (W8 – W9) : Ve

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 22


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Keterangan :

Ɣw = Berat isi tanah (g/cm3)


Ve = Volume lubang (cm3)
W9 = Berat wadah + tanah (gram)
W8 = Berat wadah (gram)

Ɣd = {Ɣw : (100 + Wc)} x 100%

Keterangan :
Ɣd = Berat isi kering tanah (g/cm3)
Ɣw = Berat isi tanah (g/cm3)
Wc = Kadar air tanah (%)

 Pengujian Kadar Air dengan Alat Speedy Moisture Test


Pada dasarnya, pengujian kadar air dengan alat Speedy ini
adalah pengujian di lapngan (on site) dengan melakukan
pembacaan dial indikator yang bergerak berdasarkan tekanan
dari gas asetilin di dalam alat Speedy tersebut. Gas asetilin
didalam alat Speedy ini diakibatkan oleh reaksi kimia antara
benda uji dengan Kalsium Karbida (CaC2).
1. Peralatan dan bahan
 Masker.
 Sarung tangan.
 Kuas.
 Speedy Moisture Test.
 Kalsium karbida (CaC2) (harus berbentuk bubuk halus
dan mempunyai kadar yang dapat menghasilkan gas
asetilin dengan jumlah minimal 0.14 m3/kg kalsium
karbida).
 Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr.
 Bola-bola baja dengan diameter 31.75 mm.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 23


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Sikat dan kain pembersih.


 Sendok untuk menakar kalsium karbid.

2. Langkah kerja
 alat dan bahan.
 Membersihkan alat speedy dengan sikat pembersih.
 Menimbang benda uji kurang lebih 50 gr.

Gambar 3.8 Menimbang benda uji

 Memasukan bola-bola baja kedalam alat speedy.

Gambar 3.9 Memasukkan bola-bola baja

 Memasukan benda uji kedalam alat speedy.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 24


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 3.10 Memasukkan benda uji


 Membalikan tutup alat speedy sebagai tempat sementara
kalsium karbida.
 Memasukan kalsium karbida (CaC2) kedalam tutup alat
speedy sebanyak 3 sendok takar.

Gambar 3.11 Memasukan kalsium karbida

 Menutup alat speedy dengan rapat.


 Memutar alat speedy selama kurang lebih 30 detik,
 Bila dial indikator pada alat speedy sudah tidak bergerak
dilakukan pembacaan dial.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 25


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 3.12 Pembacaan dial.

 Pembacaan pada dial indikator merupakan jumlah


persentase kadar air dari benda uji.
 Membuka tutup alat speedy secara hati-hati dan perlahan-
lahan.
 Mengeluarkan bola-bola baja, benda uji dan kalsium
karbida dari dalam alat speedy.
 Membersihkan alat speedy dan bola-bola baja dengan
sikat dan kain pembersih.

* Contoh form hasil tes terlampir

3.1.4 Tes CBR ( California Bearing Ratio) dan Proof Rolling


Sebelum dilakukan pekerjaan LC (Lean Concrete), tim
lapangan ditugaskan untuk melakukan tes CBR dan Proof
Rolling pada STA 4+000. Penulis ditugaskan untuk mengamati
proses tes CBR lapangan dan Proof Rooling.
 CBR ( California Bearing Ratio )
CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan
antara beban penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan
terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama. Tujuan dilakukan tes CBR yaitu untuk

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 26


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

mengetahui nilai kepadatan tanah dilapangan sudah sesuai


dengan spek yang ditentukan. timbunan untuk lapisan ini bila
diuji dengan SNI 03-1744-1989 (AASHTO T193-99 (2003)),
harus memiliki nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya
dukung tanah dasar yang diambil untuk rancangan dan
ditunjukkan dalam gambar atau tidak kurang dari 6% jika tidak
disebutkan lain (CBR setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan
100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang
ditentukan oleh SNI 1742 : 2008 atau AASHTO T99-15(2015)).
 Peralatan Pengujian CBR Lapangan
 Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton, dilengkapi
dengan “swivel head”.
 Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas : 1,5 ton
(3000 lbs), 3 ton (6000 lbs), 5 ton (10.000 lbs), atau sesuai
dengan kebutuhan.
 Piston/torak penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
 Arloji penunjuk (dial) penetrasi untuk mengukur penetrasi
dengan ketelitian 0,01 mm (0,001”) dilengkapi dengan balok
penyokong dari besi propil sepanjang lebih kurang 2,5 meter.
 Keping beban (plat besi) yang bergaris tengah 25 cm (10”)
berlubang di tengah dengan berat +/- 5 Kg (10 Pound) dan
beban-beban tambahan seberat 2,5 Kg (5 Pound) yang dapat
ditambahkan bilamana perlu.
 Sebuah truck yang dibebani sesuai dengan kebutuhan atau
alat-alat berat lainnya (vibro, excavator, buldozer, dll) yang
dibawahnya dapat dipasang sebuah dongkrak CBR mekanis.
 Dua dongkrak truck, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk,
alat-alat perata, waterpas

 Pemasangan Alat
 ruk/alat berat lainnya ditempatkan sedemikan rupa sehingga
dapat dipasang dongkrak CBR mekanis tepat diatas lubang
pemeriksaan.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 27


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 As roda belakang diatur sejajar dengan muka jalan yang


diperiksa.
 Truk/alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak
ditahan lagi oleh per kendaraan (jika tertahan per maka
pembacaan akan tidak tepat karena terpengaruh pengenduran
gaya oleh per kendaraan)
 Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya
piston penetrasi berada 1 atau 2 cm dari permukaan yang
akan diperiksa.
 Cincin penguji (proving ring) diatur sehingga piston dalam
keadaan vertikal.
 Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal,
sentris (segaris dan tidak melenting/melendut) dan kokoh
serta tepat pada posisi yang disyaratkan
 Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan
sentris dibawah torak penetrasi sehingga piston penetrasi
tepat masuk kedalam lubang keping beban tersebut.
 Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston
penetrasi, sedemikian rupa sehingga jarum pada dial
penetrasi menempel pada keping beban/plat baja

 Pembacaan Waktu dan Penetrasi


 Piston penetrasi diturunkan sehingga memberikan beban
permulaan sebesar 5 Kg (10 Lbs) – jika diperlukan, dapat
gunakan beban-beban tambahan
 Arloji cincin penguji (proving ring) dan arloji penunjuk
penetrasi (dial penetrasi) diatur sehingga menunjuk pada
angka nol.
 Pembebanan ditambah dengan teratur, agar kecepatan
penetrasinya mendekati kecepatan tetap 1,25 mm (0,05”) per
menit – penambahan pembebanan ini yang sering terlupa
atau tidak terlaksana dengan baik konsistensi kecepatan
penetrasi per menitnya

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 28


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Pembacaan beban dicatat pada penetrasi (angka di belakang


= angka tabel SNI yang direvisi):
o 0,3128 mm (0,0125”) 0,32 mm [15 detik]
o 0,6200 mm (0,0250”) 0,64 mm [30 detik]
o 1,2500 mm (0,0500”) 1,27 mm [60 detik / 1 menit]
o 1,8700 mm (0,0750”) 1,91 mm [1 menit 30 detik]
o 2,5400 mm (0,1000”) 2,54 mm [2 menit]
o 3,7500 mm (0,1500”) 3,81 mm [3 menit]
o 5,0800 mm (0,2000”) 5,08 mm [4 menit]
o 7,5000 mm (0,3000”) 7,62 mm [6 menit]
o 10,1600 mm (0,4000”) 10,16 mm [8 menit]
o 12,5000 mm (0,5000”) 12,70 mm [10 menit]

Gambar 3.13 Tes CBR lapangan


 Tes Proof Rolling
Untuk menjamin keseragaman kekuatan lapis pondasi
agregat, perlu dilakukan uji kekuatan (proof rolling).
Metodanya adalah dengan melewatkan kendaraan truk yang
bermuatan sekitar 8 ton secara perlahan-lahan dengan kecepatan
setara dengan kecepatan berjalan kaki ( ± 5 km/h). Dengan
memperhatikan perkerasan di bawah roda belakang. Apabila
terlihat lendutan saat roda belakang lewat, maka pada lokasi
atau segmen tersebut harus dilakukan perbaikan.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 29


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3.2 Menghitung Volume Pekerjaan Struktur


Pada pelaksanaan proyek Tol Pasuruan – Probolinggo ada
banyak pekerjaan struktur diantaranya bangunan drainase ( Box
Culvert dan RCP ), Box Underpass dan jembatan. Penulis
ditugaskan untuk menghitung volume pembesian pada
bangunan drainase dan Box Underpass serta menghitung
volume gapura desa yang akan di gusur untuk proyek
pembangunan tol.

3.2.1 Menghitung Volume Pembesian Bangunan Struktur


Pada pembangunan proyek Tol Pasuruan – Probolinggo
terdapat beberapa bangunan struktur yang direncanakan untuk
menunjang kinerja Tol tersebut. Beberapa diantaranya yaitu
Reinforced Concrete Pipe (RCP) dan Box Culvert. Penulis
ditugaskan untuk menghitung volume pembesian dari dua
bangunan tersebut dengan metode tertentu, berikut ulasannya:

 Langkah – langkah menghitung volume pembesian


Perhitungan volume pembesian Pre Cast pada RCP dan
Box Culvert konsepnya sama hanya berbeda pada bentuknya.
Berikut pembahasan cara menghitung volume bangunan struktur
tersebut.
 Reinforced Concrete Pipe (RCP)
Perhitungan volume pembesian pada RCP mengiikuti
langkah – langkah sebagai berikut:
1. Pada gambar rencana pembesian setiap tulangan diberi
nomer berbeda sesuai jenis dan panjang tulangan tersebut.
Tulangan diberi nomer sama apabila ada tulangan yang
mempunyai jenis dan panjang sama.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 30


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

200 D13-200 (P1) D13-200 (P1)


7 185 7 15 190 38 18

21 7
7

16 24 Penampang Basah 120 24 16

121216

11
Basah 120 12
Beton kelas C
200 D13-200 (P1) D13-200 (P1)
7 185 7 15 190 38 18
245

21 7
7

16 24 Penampang Basah 120 24 16

121216
D13-200 (P1a)
200
186

168
142
120
146

120

142

144

146
168

144
11
12 Penampang
120 12
Beton
D13-200 (P2)kelas C

D13-200
245 (P2)

12 Penampang Basah
D13-200 (P1)

161212
D13-200 (P1b)(P1a)
D13-200
200
186

168
142
120
146

120

142

144

146
168

144
11

7 21
D13-200 (P2)
7

20 5

D13-200 (P2)
D13-200 (P1)
1016 24 Penampang Basah 120 24 1610 245 16

161212
D13-200 (P1b)
260

11
Blending Stone t. 20cm

7 21
Lean Concrete t. 5cm(beton kelas E) Blending Stone t. 20cm
7

Lean Concrete t. 5cm (beton kelas E)


20 5

DETAIL RCP
1016 24 Penampang PRECAST
Basah 120 24 1610
Blending Stone t. 20cm
POTONGAN
245
260
B16
Skala Lean
= Concrete
1 : t.50
5cm(beton kelas E) Blending Stone t. 20cm
Lean Concrete t. 5cm (beton kelas E)
Skala = 1 : 50

DETAIL RCP PRECAST POTONGAN B


Skala = 1 : 50 Skala = 1 : 50
260
70 120 70
D13-200 (W3d)
260 D13-200 (W3c)
30

D13-200 (W1c)
70 120 70 D13-200 (W3b)
70

D13-200 (W1b) D13-200 (W3d)


238 D13-200 (W3a)
D13-200 (W3c)
30

D13-200 (W1c)
D13-200 (W1a) D13-200 (W4f) D13-200D13-200
(W3b) (W4g)
70

D13-200 (W1b)
D13-200 (W4e) 238 D13-200D13-200
(W3a) (W4h)
163

D13-200 (W4d) D13-200 (W4i)


260
120

D13-200 (W1a) D13-200 (W4f) D13-200 (W4g)


D13-200 (W4c) D13-200 (W4j)

100
D13-200 (W4e) D13-200 (W4h)
D13-200 (W4b) D13-200 (W4k)
163

D13-200 (W2d) D13-200 (W4d) D13-200 (W4i)


D13-200 (W4a) D13-200 (W4l)
260
120

D13-200 (W4c) D13-200 (W4j)


100

D13-200 (W4b) D13-200 (W4k)


20 25 20

D13-200 (W2b)
D13-200 (W2d)
D13-200 (W2c) D13-200 (W4a) D13-200 (W4l)
70

D13-200 (W2b) 230


22 25 22

D13-200 (W2c)
70

D13-200 (W2a)
25 20

20 20 20 20

Beton Kelas "D"


230
5

Lantai Kerja t.5cm


D13-200 (W2a)
25 20

20 Beton Kelas "D"


Blending Stone t.20cm
10 260 10
40
5

POTONGAN C
Lean Concrete t= 5Cm Beton Kelas D t= 20Cm Lantai Kerja t.5cm
20 Blending Stone t.20cm
Blinding Stone 10
t= 20Cm 260 Beton Kelas C 10
40 Skala = 1 : 50
Lean Concrete t= 5Cm

WING WALL
Blinding Stone t= 20Cm
Beton Kelas D t= 20Cm
Beton Kelas C
POTONGAN C
Skala = 1 : 50
WING WALL
Skala = 1 : 50

Skala = 1 : 50

Gambar 3.13 Pembesian Wing Wall


2. Setiap tulangan dibedakan berdasarkan tipe tulangan sesuai
dengan bentuknya.
A C
b
a

a
b

B b= 12.00

0.5 0.5 0.5


a= 12.00 c= 12.00 d

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 31


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

350
D16-250 = 6 BH D13-125 = 10 BH
20
GambarD19-250
3.14 = 3 BHTipe tulangan pada pembesian
.19
RCP Pre
D13-500/500 = 8 cast
BH D13-500/500 = 12 BH

14.73
19.39
96

120
3. Panjang tulangan dihitung pada AutoCad dengan satuan

20
85.4
meter dan dikalikan dengan 7 jumlah tulangan Øsesuai 19 = 4 BH
dengan

26.6
9.7
jarak tulangan
D19-250 = 3 BH tersebut. Jumlah total panjang tulangan dibagi

7
D19-250 = 2 BH
D16-250 = 4 BH

120
350
12 meter untuk mendapatkan berapa lonjor tulangan 213
10 yang
dibutuhkan danD13-150 60
= 25 BH
dikalikan D13-150 = 53 BH
dengan 50
Ø19 = 2 BH
berat besi sehingga pada
TOP 7
hasil akhir kebutuhan
BOTTOM
130
besi dapat
110
diketahui pada satuan 7kg.
4. Volume pembesian D13-150 = 17 BH yang D13-150
dihitung
= 61 BH terletak pada bagian 10
plat
213
lantai350selimut beton RCP, dinding dan atap selimut beton

31.6

125
D16-250 = 10 BH
D19-250 = 5 BH 9.7
7

RCP, Stek Wingwall, dan Wingwall.


D19-250 = 6 BH
7
Ø19 = 4 BH

85.4
20

 Box Culvert

24.38
125

10 19.39
Perhitungan
D19-250 = 6 BH
volume pembesian3.35 padaD13-500/500 Box
= 12 BH Cuulvert
D13-500/500 = 18 BH

mengiikuti350
langkah – langkah sebagaiD13-125
D16-250 = 12 BH
berikut:20
= 22 BH
1. Pada gambar rencana pembesian setiap tulangan diberi
nomer berbeda sesuai jenis dan panjang tulangan tersebut.
Tulangan diberi nomer sama apabila ada tulangan yang
mempunyai jenis dan panjang sama.
32.5 295 32.5
60 120
D13-500/500 D13-150 15
CAST IN SITU
D13-150 D19-250 STEK D13
30
15

30
15

D16-250 D19-250 D19-250 D13-125 D19-125


100

D13-150
100

Plat Joint 100x250x10


D19-250
D19-250 Plat Embeded 150x150x8 D13-500/500 Plat Joint
Plat Embeded 100x250x10
150x150x8
30 300 30
D13-500/500
100

32 60 32
D19-250 Plat Embeded 150x150x8
20 STEK D13
D19-250 D19-125
Plat Joint 100x250x10
100

35

D13-150
15

D16-250 D19-250 D19-250 D13-125


15

D13-150 D19-250
120 120
35

32.5
D13-500/500
PT295WASKITA
D13-150
32.5KARYA (Persero) Tbk 32
INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 3.15 pemberian nomor pada pembessian box culvert

D13-150 (W6) A D13-150 (W6)


D16-150 (W2) D16-150 (W1) D16-150 (W2)

D13-150 (W7) D13-150 (W7)

50
30
D13-150 (W4)
B

200
D16-150 (W3)
D13-150 (W5)
3-D16 (W8) 3-D16 (W8)

35
50
30 300 30

D16-150 (W9)
D16-150 (W9)
D13-150 (W4)
D13-150 (W7)
D13-450/450 3 D16 (W8)
35

250 250
D13-150 (W4) D13-150 (W6) D16-150 (W1)

Gambar 3.16 Pemberian nomor pada pembesian wingwall

2. Setiap tulangan dibedakan berdasarkan tipe tulangan sesuai


dengan bentuknya.

A
b
a

45°
a

a
F
b

a 45°
b
a
b

e
°
135

B
c
148º

C E c
d

c
b

°
135
d D a
c

122
º
d
PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 33
INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 3.17 Tipe tulangan pada Box Culvert

3. Panjang tulangan dihitung pada AutoCad dengan satuan


meter dan dikalikan dengan jumlah tulangan sesuai dengan
jarak tulangan tersebut. Jumlah total panjang tulangan dibagi
12 meter untuk mendapatkan berapa lonjor tulangan yang
dibutuhkan dan dikalikan dengan berat besi sehingga pada
hasil akhir kebutuhan besi dapat diketahui pada satuan kg.
4. Volume pembesian yang dihitung terletak pada bagian Box
Culvert dan Wingwall.
3.2.4 Volume dan RAB Gapura
Pada STA 4+457 terdapat Gapura desa yang masuk
pada daerah pembangunan proyek tol. Penulis ditugaskan untuk
menghitung volume dan RAB untuk mengganti biaya
pembangunan Gapura yang akan digusur tersebut.

* lembar perhitungan volume dan RAB terlampir.

3.3 Perekapan Data Pekerjaan Lapangan

Perekapan data pada pekerjaan proyek pembangunan tol


sangat diperlukan untuk mengantisipasi adanya masalah –
masalah yang mungkin timbul nantinya. Data – data ini berguna
untuk memantau selama proyek pekerjaan berlangsung.

3.3.1 Pengisian IMTP ( Indeks Mampu Telusur Proses )

IMTP ( Indeks Mampu Telusur Proses ) bertujuan untuk


merekap data pengecoran bangunan struktur pada proyek Tol
Pasuruan – Probolinggo. Data ini bermanfaat apabila suatu
waktu ditemukan masalah pada beton hasil pengecoran dapat

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 34


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

dengan mudah diketahui penyebabnya serta cara mengatasinya


karena semua bahan yang masuk dan keluar tercatat dalam form
ini. Berikut cara pengisian form IMTP 04 :

1. Nomor Formulir : Nomor formulir diperoleh dari rekapan data


pengecoran sebelumnya.
2. Tanggal Pengecoran : Tanggal pengecoran yaitu tanggal saat
dilaksanakan proses pengecoran.
3. Detail Lokasi Pengecoran : Detail Lokasi Pengecoran diisi
dengan STA lokasi pengecoran termasuk dengan kelas beton
yang digunakan dan bagian bangunan yang di cor.
4. Detail No./Kode Gambar : Detail No./Kode Gambar diisi
dengan kode gambar bangunan struktur yang terdapat pada shop
drawing.
5. Personil Pelaksana : Personil Pelaksana diisi nama pelaksana
yang bertanggung jawab saat berlangsungnya proses
pengecoran.
6. Jam Pengecoran / Bongkar : Jam Pengecoran / Bongkar diisi
dengan jam dituangnya beton basah dari Mixer sampai selesai.
7. Jumlah Pekerja : Jumlah pekerja diisi dengan banyaknya pekerja
lapangan saat pengecoran berlangsung.
8. Cuaca : Cuaca diisi dengan kondisi cuaca saat pengecoran
berlangsung.
9. Penggetar : Penggetar diisi dengan tipe penggetar yang
digunakan ( Engine atau Elektrik ) serta jumlahnya.
10. Finishing : Finishing diisi dengan Finishing kasar atau finishing
halus ( untuk bangunan yang terlihat dari luar digunakan
finishing halus)
11. Curing : Curing diisi dengan jenis perawatan pada beton setelah
selesai pengecoran ( genangan air atau dilapisi plastik )

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 35


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

* Contoh form IMTP terlampir

3.3.2 Perekapan Data pada Surve Lapangan

Setiap dua kali dalam seminggu, penulis ditugaskan


untuk memantau pekerjaan struktur dengan melakukan surve ke
lapangan untuk mengumpulkan data berupa foto progress
pekerjaan tersebut. Data tersebut nantinya digunakan untuk
mengetahui berapa persen pekerjaan yang sudah terlaksana serta
mengantisipasi keterlambatan waktu pekerjaan. Pada
kesempatan ini penulis tidak hanya mengumpulkan data yang
ditugaskan melainkan juga belajar banyak hal dengan bertanya
kepada pekerja lapangan apabila ada hal yang tidak penulis
ketahui.

Gambar 3.18 Box Culvert STA 8+072 Gambar 3.19 Overpass STA 4+547

Gambar 3.20 Box Culvert STA 8+072 Gambar 3.21 Overpass STA 4+547

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 36


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

* Gambar surve bangunan struktur lain terlampir

3.4 Pekerjaan Pengecoran Bangunan Struktur


Penulis ditugaskan untuk mengamati pengecoran yang
ada pada bagian bangunan struktur. Diantaranya yaitu
pengecoran pondasi underpass, Bore Pile Overpass, dan Wing
Wall pada saluran drainase. Jenis beton dan penggunaannya
adalah seperti dijelaskan, di bawah ini, kecuali bila ada
ketentuan lain dalam Gambar, atau diperintahkan Konsultan
Pengawas.
Kelas Penggunaannya:
A-1 - Precast prestressed concrete box girders
- Precast prestressed concrete I-girders
- Precast prestressed concrete U-girders
- Prestressed concrete box girders
- Precast prestressed concrete hollow core slab units
A-2 - Prestressed Concrete Cantilevered Pier Heads and
Columns
- Prestressed Concrete Portal Pier
- Prestressed Concrete Hollow Slabs
- Precast Cross Beams
B-1 - Reinforced concrete slab bridges
- Reinforced concrete deck slabs
- Diapragms of Prestressed Concrete I-girder and U-girder
bridges
- Reinforced concrete hollow slab
- Concrete Barriers
- Pipe Culverts
- Reinforced concrete centilever pier columns and heads
- Stairs and Pier Column for Pedestrian Bridges
- Reinforced Concrete Piled Slabs
- Kerb (bertulang dan tanpa tulangan)
B-2 - Cast - in place reinforced concrete piles

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 37


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

C - Wall Piers
- Abutments,footing of piers, retaining walls
- Approach slabs
- Stairs on embankment and foundations of street lighting
poles
- Box culverts (termasuk dinding sayap/wing walls)
- RC frames and encasement of pipe culverts
- Planting Boxes
- Curbs (reinforced) and precast plates for slabs
- Stairs of pedestrian bridge
- Piers of pedestrian bridge
- U-ditches
D. - Dinding penahan tanah tipe gravitasi
- Concrete foot paths
- Head walls, penopang gorong-gorong pipa
E. - Levelling concrete, backfill concrete pada stone masonry
sebagimana disebutkan dalam Gambar
AA - Segmental precast prestressed concrete , U-girders
- Preccast/Segmental prestressed concrete I-girders
- Segmental prestressed concrete U-girders
- Prestressed concrete spun pile
P - Concrete Pavement.

3.4.1 Pengecoran Pondasi Underpass


Pada STA 1+368 terdapat bangunan Double Box
Underpass. Pada saat penulis melakukam surve ada pekerjaan
pengecoran pada pondasi Underpass tersebut. Selama
mengamati proses pengecoran penulis dibimbing oleh Pak Indra
selaku pengawas pelaksana bangunan tersebut. Berikut beberapa
informasi yang penulis dapat dari beliau :
1. Tingkat kesulitan pekerjaan Double Box Underpass
merupakan tingkat B dikarenakan :

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 38


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

- Bangunan berdiri di penghalang tiang listrik ( adanya


radiasi dan aliran listrik)
- Tanah tidak stabil serta rawan longsor ( tanah gembur)
- Jalan penghalang terlalu sempit dan dekat dengan lokasi
pekerjaan
- Beberapa tipe tingkat kesulitan pada pekerjaan bangunan :
o Tipe A : Tipe dengan tingkat kesulitan tinggi
seperti bangunan terowongan yang minim akan
oksigen serta pekerjaan pengeboran.
o Tipe B : Tipe dengan tingkat kesulitan sedang
dan bisa diatasi dengan penanganan yang tepat.
o Tipe C : Tipe dengan Tingkat kesulitan mudah
seperti bangunan di sungai penghalang pekerjaan
hanya air saat hujan.
2. Skew pada bangunan tersebut adalah 40º
3. Kabel PLN yang menjadi penghalang pembangunan Box
Underrpass merupakan listrik tegangan tinggi.
4. Lokasi pengecoran sendiri berada pada daerah rawa
sehinnga banyak sekali faktor yang harus diperhatikan
dikarenakan :
- tingkat susut tinggi.
- butuh perlakuan khusus.
- ketebalan lumpur 5 m s/d 8 m.
- membutuhkan banyak timbunan.
5. uji tes sump beton dengan ketinggian maksimal 10 cm
dengan mutu beton B1.
6. Produktivitas Mixer untuk pengecoran yaitu 30.857
m³/jam.
7. untuk mengejar waktu pengerjaan biasanya jam kerja
ditambah sampai malam hari.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 39


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

8. Kedalaman lumpur pada tanah rawa ± 3 m, dengan tinggi


air 4 s/d 5 m.

Gambar 3.22 Uji Slump Gambar 3.23 Pengecoran Box Underpass

3.4.2 Pengecoran Bore Pile Overpass


Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang
berbentuk tabung, yaitu berfungsi meneruskan beban struktur
bangunan diatasnya dari permukaan tanah sampai lapisan tanah
keras di bawahnya. Pondasi bore pile memiliki fungsi yang
sama dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya.
Penulis ditugaskan untuk mengamati proses pengecoran bore
bile pada bangunan Overpass STA 12+225. Penulis mengamati
dan menanyakan beberapa hal yang belum penulis ketahui
tentang bore pile kepada pekerja yang ada di lapangan. Berikut
informasi yang penulis dapatkan :
1. Diameter bore pile yang akan dipasang yaitu 800 cm.
2. Tipe tanah yang akan dilakukan pengeboran merupakan
tanah batuan. Pengeboran pada tanah di area seperti sawah
dan rawa relative lebih mudah dan cepat dikarenakan tanah
nya jenis tanah lunak.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 40


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3. Kedalaman tiap bore pile yang akan dipasang tidak sama,


tergantung pada kondisi tanah bangunan tersebut ( bore pile
yang diamati penulis mempunyai kedalaman 18,5 m)
4. Kedalaman pengeboran tergantung pada hasil tes sondir
dengan mempertimbangkan gaya dukung tanah.
5.
3.4.2 Langkah- langkah pekerjaan Bore Pile
1. Menentukan titik koordinat dan titik patok As bored pile beserta
pilecapnya, dengan menggunakan theodolite dan waterpass
2. Usahakan dalam menentukan titik awal pemboran berada di
lokasi yang tidak mengganggu pekerjaan sirkulasi angkutan
material; Persiapkan peralatan pemboran dan tempat
perawatannya dekat dengan lokasi pemboran
3. Rencanakan alur pergerakan alat bor agar nantinya perpindahan
alat menjadi efisiensi dalam segi waktu
4. Melakukan pemboran :
Ada 2 metode yang biasanya dilakukan untuk pemboran yaitu
wash boring dan dry drilling
- Pengeboran dengan sistem dry drilling : Tanah dibor dengan
menggunakan mata bor spiral dan tanah yang di bor diangkat
setiap interval kedalaman 0,5 meter. Hal ini dilakukan berulang-
ulang sampai kedalaman yang ditentukan. Pengeboran ini
dilakukan apabila karakterstik tanah yang dibor cenderung
tanah pasir dan tanah yang lunak.
- Pengeboran dengan sistem wash boring : Tanah dikikis dengan
menggunakan mata bor cross bit. Pengikisan tanah dibantu
dengan tiupan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan pompa
sentrifugal 3″. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 41


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

terdorong keluar dari lubang bor. Setelah mencapai kedalaman


rencana, pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan
berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi
tetap berlangsung terus sampai cutting atau serpihan tanah
betul-betul terangkat seluruhnya. Selama pembersihan ini
berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di
dekat lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari
lubang bor. Dengan bersihnya lubang bor diharapkan hasil
Dengan bersihnya lubang bor diharapkan hasil pengecoran akan
baik hasilnya. Pengeborana ini dilakukan apabila tanah yang
dibor cenderung keras . Apabila masih terdapat endapan mata
bor diganti dengan mata bor spiral untuk mengangkut endapan
sehingga kedalaman bore pile rencana dicapai.
- Setelah dibor masukkan Tulangan bor pile dengan
menggunakan katrol.
- Setelah dicek pekerjaan tulangannya, Bor pile siap di cor.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 42


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 3.24 Pengeboran Bore Pile


3.4.3 Proses Pelaksanaan Stressing Girder Jembatan.
Penulis ditugaskan untuk mengamati proses stressing
girder jembatan pada sta 8+857. Dari pengamatan penulis
dilapangan berikut informasi yang didapatakan :
Tahap - tahap proses pekerjaan Stressing balok girder adalah
sebagai berikut :
1. Install Strand
Instalasi Strand dipilih cara yang paling efisien dan
ekonomis. Untuk simple girder biasanya digunakan dengan cara
manual. Strand yang keluar dari angkur dan belum distressing
atau sebagian telah distressing, untuk waktu lebih dari 3
minggu, sebaiknya ujung kawat untaian yang terbuka tersebut
diberi pembungkus untuk melindungi korosi dan untuk
pengaman dari kerusakan lain.
2. Pemasangan Wedge Plate

Gambar 3.25 Pemasangan Wedge Plat


Wedge Plate dipasang setelah instalasi strand selesai
dan segera akan dilakukan stressing. Wedge Plate dikirim ke
site dengan material pencegah karat, misalnya dilumuri sejenis
minyak/oli. Persiapan pemasangan wedge plate adalah :
- Buka pelindung strand di bagian ujung.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 43


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

- Periksa panjang stressing


- Stressing lenght harus bersih dan serpihan beton yang akan
menghalangi masuknya strand ke dalam wedge plate.
- Posisi strand tidak boleh saling bersilangan yang dapat
mengakibatkan strand terjepit waktu stressing.
3. Pemasangan Wedges/baji

Gambar 3.26 Pemasangan Wedges/baji


Wedges dipasang sesaat sebelum dilakukan pekerjaan
stressing. Prosedur yang dipakai untuk pemasangan wedges
pada wedge plate:
a. Tekan wedge plate sampai menyentuh casting
b. Tékan wedges dengan tangan ke dalam lubang wedge plate
c. Kencangkan posisi wedge dengan memukul wedges biasanya
menggunakan pipa besi.
Penting : setelah wedge plate dan wedges terpasang, periksa
semua wedges telah terpasang dengan baik dan tidak ada yang
kendur.
4. Proses Stressing Balok Girder
Struktur beton balok girder yang akan distresssing harus
mencapai minimum kuat tekan karakteristik yang disyaratkan
oleh konsultan perencana yaitu Kelas A-1 (K-450). Stressing
dilakukan atas perintah penyedia jasa dan dengan persetujuan

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 44


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

konsultan pengawas. Sebelum dilakukan stressing sub-penyedia


jasa pekerjaaan prestressing harus mangajukan perhitungan
elongasi dan jacking force untuk mendapat persetujuan
konsultan pengawas sebagai acuan untuk pelaksanaan. Selama
pelaksanaan stressing harus dihadari oleh direksi atau wakilnya.
Stressing harus dilakukan oleh petugas yang berpengalaman dan
mempunyai pengetahuan yang baik terhadap alat-alat yang
digunakan. Kabel harus ditarik pada ujung dan gaya jack yang
ditentukan oleh gambar kerja atau instruksi direksi. Tidak boleh
ada kabel yang di tarik sebagian, lalu ditinggalkan kecuali atas
petunjuk gambar kerja atau direksi. Tegangan pada kabel harus
diukur dari perpanjangan kawat untaian (elongasi) dan selama
proses penarikan dapat dikendalikan dengan pembacaan alat
ukur tekanan. Alat ukur tekanan menunjukkan gaya yang telah
diberikan ke tendon sementara elongasi berfungsi scbagai
counter check. Elongasi yang terjadi harus berada dalam
interval yang dlijinkan yaitu antara -7% sampai +7% (sesuai
ACT 318 psl 18.18 dan SK SNI T- 15.1991 psl. 3.1 1.1 8).
Apabila hasil stressing yang dilakukan tidak memenuhi toleransi
yang disyaratkan, hal-hal yang harus dilakukan adalah:
- Jika basil elongasi secara grafis masih lebih besar dan +7%,
maka dilakukan lift-off atau memeriksa gaya yang bekerja pada
angkur kemudian dibandingkan dengan gaya angkur hasil
perhitungan. Jika masih belum memenuhi maka harus di release
dan dilakukan penarikan ulang.
- Jika hasil elongasi secara grafis lebih kecil dari -7%, maka
dilakukan penarikan tambahan sampai batas gaya jacking force
yang disyaratkan.
Tahap – tahap pekerjaan stressing metode DSI
a. Pasang Jack force dengan perlengkapanya;

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 45


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

b. Nyalakan jack force, hal ini menandakan dimulai proses


stressing.
c. Proses pengukuran perpanjangan strand dimulai pada pressure
50 MPa,
d. Tiap kelipatan 50 MPa ukur perpanjangan strand;
e. Pada pressure 150 MPa di cek beda panjang strand gunanya
untuk control.
f. Pressure strand dengan jack force sampai 382,60 MPa.
Pressure 382,60 MPa didapat dari data dan perhitungan sub
penyedia jasa sebelum melaksanakan pekerjaan stressing balok
girder.
g. Setelah semua selesai baru hitung elongasi dari tiap lubang
girder.
h. Lanjutkan urutan seperti diatas pada lubang girder lainya.

Gambar 3.27 Proses Stressing

3.5 Kendala kendala yang menghambat jalannya proses


pekerjaan proyek Tol Pasuruan-Probolinggo.
Berdasarkan pengalaman penulis saat melaksanakan
magang pada proyek Tol Pasuruan – Probolinggo ditemui

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 46


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

beberapa kendala yang dapat menghambat jalannya proses


pekerjaan tol tersebut. Beberapa diantaranya sebagai berikut :
1. Pembebasan lahan
Pembebasan lahan pada STA tertentu belum terselesaikan
sehingga mengganggu pekerjaan timbunan yang seharusnya
selesai pada waktu yang ditentukan.
2. Timbunan pada tanah rawa
Trase Tol Pasuruan – Probolinggo pada section 1 melewati
tanah rawa dimana perlu penanganan khusus yaitu dengan
pemasangan geotextile. Proses timbunan dengan pemasangan
geotextile ini memakan waktu lebih lama dari timbunan tanah
biasa yang berakibat terlambatnya progress pada pekerjaan
tersebut.
3. Sosial
Beberapa pekerjaan struktur berada dekat dengan pemukiman
warga sehingga pada kondisi tertentu mengakibatkan masalah
diantaranya:
 Suara bising kendaraan berat.
 Udara yang berdebu.
 Keretakan pada rumah warga.
 Bocornya saluran pipa.
Akibat masalah – masalah tersebut ada beberapa warga yang
protes dengan menghalangi pekerjaan proyek sampai disepakati
jumlah ganti rugi yang diberikan.

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 47


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1) Metode pelaksanaan di lapangan yang digunakan di proyek ini
sebagian berbeda dari perencanan awal proyek, dikarenakan
menyesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.
2) Proyek mengalami perlambatan di beberapa section, adapun
penyebabnya mulai dari cuaca, kondisi lapangan maupun
pekerjanya. Namun ketelambatan tersebut terus dikejar di
minggu selanjutnya untuk mengejar target pekerjaan yang
harus terselesaikan.
3) Ada beberapa bangunan drainase yang tertimbun tanah
dikarenakan tidak adanya perwatan secara berkala.
4) Gambar soft drawing untuk beberapa bangunan struktur
dirubah dikarenakan menyesuaikan kondisi lapangan. Serta
beberapa gambar dan hitungan pembesian perlu di refisi ulang
akibat dari adanya kesalahan.

4.2 Saran
Penulis telah melaksanakan magang kerja selama 2,5 bulan
dan mendapat banyak pengalaman serta pelajaran berharga selama
proses tersebut. Dari pengalaman tersebut penulis menyarankan
agar pembaca yang akan menjalani program magang untuk
mempersiapkan topik Tugas Akhir. Hal ini bermanfaat untuk
mengetahui data apa saja yang dibutuhkan saat melakukan program
magang agar dilain waktu ketika magang sudah selesai data – data

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 48


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

yang dibutuhkan sudah lengkap sehingga memudahkan pengerjaan


Tugas Akhir sebagai syarat kelulusan.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/

http://repository.uns.ac.id/metode-pelaksanaan-perkerasan-kaku/

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 49


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 50


INDUSTRI KONSTRUKSI
PROGRAM D 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

PT WASKITA KARYA (Persero) Tbk 51


INDUSTRI KONSTRUKSI

Anda mungkin juga menyukai