Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

KEPERAWATAN JIWA II
Dosen Pengampu :
Meti Agustini Ns., M. Kep

Di susun oleh :
Kelompok 1
Dewi Chintiya 1714201110069
Dina Okhtiarini 1714201110070
Erma Apriani 1714201110071
Hesty Noor Oktaviani 1714201110075
Nadia Khairunnida 1714201110080

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarokatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sekali yang kita
ingat, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Gangguan Sistem Pencernaan dengan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa dan
Contoh Jurnal”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Jiwa II yang diampu oleh Ibu Meti Agustini, Ns., M. Kep selaku dosen di Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu ibu
Meti Agustini, Ns., M.Kep yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan
yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Dengan demikian makalah ini kami buat, tentunya dengan besar harapan dapat
bermanfaat. Namun tidak menutup kemungkinan, makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
kepentingan proses peningkatan ilmu pengetahuan kesehatan.

Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

Banjarmasin, 11 Desember 2019

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar…………………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………... 2
C. Tujuan……………………………………………………………………. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri……………………………………….. 3
B. Etiologi Defisit Perawatan Diri………………………………………….. 3
C. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri……………………………………….. 5
D. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri………………………………… 5
E. Batasan Karakteristik Defisit Perawatan Diri……………………………. 6
F. Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri………………………………… 8
G. Pengkajian Defisit Perawatan Diri……………………………………….. 9
H. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………... 9
I. Rencana Asuhan Keperawatan…………………………………………... 10
J. Management Kasus Defisit Perawatan Diri……………………………… 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 18
B. Saran…………………………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan gangguan jiwa di Indonesia masih diperlukan perhatian khusus.
Dari data Riskesdas 2013, tercatat sebanyak 6% penduduk mengalami gangguan
jiwa. Penderita gangguan jiwa di Sumatra Barat masih tinggi, yaitu sebanyak 4,5%.
Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru
yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
penderita. Masalah kurangnya perawatan diri pada gangguan jiwa tidak boleh
dianggap remeh. Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna untuk mempertahankan kehidupannya.
Kurangnya perawatan diri atau yang sering disebut dengan defisit perawatan diri
merupakan gangguan kemampuan untuk melakukan perawatan terhadap dirinya
sendiri. Klien dinyatakan mengalami defisit perawatan diri jika tidak dapat
melakukan kegiatan perawatan diri seperti perawatan diri, berhias secara mandiri,
makan secara mandiri dan toileting.
Kurangnya perawatan diri pada penderita gangguan jiwa disebabkan oleh
kelemahan fisik dan kurangnya kesadaran penderita akan pentingnya melakukan
perawatan diri. Kurang perawatan diri dapat dilihat dari segi fisik, psikologis dan
sosial. Secara fisik dapat dilihat dari ketidakmampuan penderita untuk melakukan
kegiatan perawatan diri secara mandiri. Secara psikologi, penderita tidak melakukan
kegiatan perawatan diri disebabkan oleh kurangnya minat dan kesadaran penderita
akan pentingnya kegiatan perawatan diri, sedangkan segi sosial dapat dilihat dari
penderita yang tidak suka untuk berinteraksi dengan orang lain, menarik diri serta
malas untuk melakukan kegiatan perawatan diri. Penderita akan terlihat kotor, badan
bau, malas dan kurangnya inisiatif untuk melakukan kegiatan perawatan diri
Tindakan keperawatan yang tepat yang sudah dikembangkan dalam mengatasi
defisit perawatan diri ini terdiri dari tindakan keperawatan individu dan kelompok.
Tindakan keperawatan individu yang diberikan yaitu klien diajarkan dan dilatih
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri, yang meliputi mandi,
berhias, makan dan minum dengan benar serta toileting (BAK dan BAB secara

1
2

benar). Tindakan keperawatan kelompok yang dapat diberikan untuk klien


dengan defisit perawatan diri antara lain adalah terapi aktivitas kelompok (TAK).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Defisit Perawatan Diri ?
2. Apa penyebab Defisit Perawatan Diri ?
3. Apa saja jenis-jenis Defisit Perawatan Diri ?
4. Apa Saja Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ?
5. Apa Saja Batasan Karakteristik Defisit Perawatan Diri ?
6. Apa Saja Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri ?
7. Bagaimana Pengkajian Defisit Perawatan Diri ?
8. Apa saja Diagnosa Keperawatan ?
9. Bagaimana Rencana Asuhan Keperawatan ?
10. Bagaimana cara Management Kasus Defisit Perawatan Diri ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa itu Defisit Perawatan Diri .
2. Mengetahui Apa penyebab Defisit Perawatan Diri.
3. Mengetahui Apa saja jenis-jenis Defisit Perawatan Diri.
4. Mengetahui Apa Saja Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
5. Mengetahui Apa Saja Batasan Karakteristik Defisit Perawatan Diri.
6. MengetahuiApa Saja Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri.
7. Mengetahui Bagaimana Pengkajian Defisit Perawatan Diri.
8. Mengetahui Apa saja Diagnosa Keperawatan.
9. Mengetahui Bagaimana Rencana Asuhan Keperawatan.
10. Mengetahui Bagaimana cara Management Kasus Defisit Perawatan Diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses fikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri di antaranya mandi, makan dan minum secara mandiri,
berhias secara mandiri, dan toileting (buang air besar (BAB)/buang air kecil (BAK)).
(Muhkripah dalam Aziz 2014)
Defisit Perawatan diri adalah salah satu kemempuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Muhkripah dalam
Aziz 2014)
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraaan fisik dan psikis. (Ade dalam Poter Perry
2011)
Urang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya. ( Ade dalam Tarwoto 2011)
B. Etiologi Defisit Perawatan Diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah :
1. Faktor Predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c) Kemampuan Realitas Turun

3
4

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang


menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehinggga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.
Menurut Depkes (2000), factor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah :
1. Body Image, Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dnegan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktek Sosial, pada anak-anak selalu dimanja dalam kebesihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene
3. Status Sosial ekonomi, personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi, yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan, Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes militus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya, disebagian maasyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan Seseorang, ada kebiasaan orang yang mengguanakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain- lain
7. Kondisi fisik/psikis, pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
5

C. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut NANDA-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivutas sendiri
4. Defisit perawatan : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri
D. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
Adapun tanda dabn gejala defisit perawatan diri menurut fitria ( 2009) adalah sebagai
berikut:
1. Mandi/ hygiene
klien mengaklami ketidakmampuan dalam membersihkan badanj, memperoleh
sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan
mandi, meringankan tubuh , serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongandalam
meletakan ataumengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta
memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian menggunakan alat tambahan,
menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, mengguakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian
dan menggunakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalkam dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyag makanan,
6

menggubnakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka kontainer,


memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil maknan dari wadah lalu
memasukannyake mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara
yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup
maknan dengan aman
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmamampuan dalam mendapatkan jamban
atau kamar keci, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan menyiram toilet
atau kamar kecil.
Keterbatasan perawatan diri diatas baisanya diakibatkan karena stressor yang
cukup berat dan sulit ditangani oleh klien ( klien bisa mengalami harga diri
rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik
dalam hal mandi, berpakain berhias, makan , maupun BAB/BAK. Bila tidak
dilakukan intervensi oleh perawat, makan kemungkinan klien bisa mengalami
masalah risiko tinggi isilasi sosial.
Menurut Depkes (2002), tanda den gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor disertai bau mulut, penampilan tidak rapi
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi sosial, merasa tak berdaya, rendah
diri dan merasa hina
3. Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara
makan tidak teratur, BAK/BAB disembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri
E. Batasan Karakteristik Defisit Perawatan Diri
Menurut NANDA-I (2012) Batasan Karakteristik klien dengan deficit perawatan diri
adalah:
1. Defisit perawatn diri : Mandi
7

a) Kemampuan untuk mengakses kamar mandi


b) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
c) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
d) Ketidakmampuan menjangkau sumber air
e) Ketidakmampuan mengatur air mandi
f) Ketidakmampuan membasuh tubuh
2. Defisit perawatn diri : Berpakaian
a) Ketidakmampuan mengancing baju
b) Ketidakmampuan mendapatkan pakaian
c) Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian
d) Ketidakmampuan mengenakan sepatu
e) Ketidakmampuan mengenakann kaus kaki
f) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian
g) Ketidakmampuan melepaskan sepatu
h) Ketidakmampuan melepas kaus kaki
i) Hambatan memilih pakaian
j) Hambatan mempertahannkan penampilan yang memuaskan
k) Hambatan mengambil pekaian
l) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah
m)Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas
n) Hambatan memasang sepatu
o) Hambatan memasang kauskai
p) Hambatan melepaskan pakaian
q) Hambatan melepaskan sepatu
r) Hambatan melepas kaus kaki
s) Hambatan mengguanakan alat bantu
t) Hanbatan mengguanakan ret sleting
3. Defisit perawatn diri : Makan
a) Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukkan ke mulut
b) Ketidakmampuan menguyak makanan
c) Ketidakmampuan menghabiskan makanan
8

d) Ketidakmampuan menempatkan makanan ke perlengkapan makan


e) Ketidakmampuan mengguanakan perlengkapan makan
f) Ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat diterima secara
social
g) Ketidakmampuan memakan makan dengan aman
h) Ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai
i) Ketidakmampuan memanipulasi makanan dari mulut
j) Ketidakmampuan membuka wadah makanan
k) Ketidakmampuan mengambil gelas kke cangkir
l) Ketidakmampuan makan untuk dimakan
m)Ketidakmampuan menelan makanan
n) Ketidakmampuan mengguianakan alat bantu
4. Defisit perawatn diri : Eliminasi
a) Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat
b) Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air ( comode)
c) Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode
d) Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi
e) Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau commode
f) Ketidakmampuan untuk duduk di toilet atau commode.
F. Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah:
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada
makata, dan telinga, gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalh yang behubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi
diri, dan gangguan interaksi social.
9

G. Pengkajian Defisit Perawatan Diri


1. Data yang ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah
a) Data Subjektif
1) Pasien merasa lemah
2) Malas untuk beraktivitas
3) Merasa tidak berdaya
b) Data objektif
1) Rambut kotor, acak acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawatt
2. Mekanisme Koping
a) Rekresi
b) Penyangkalan
c) Isolasi soosial, menarik diri
d) Intelektualisasi
3. Masalah keperawatan
4. Defisit perawatan diri bukan merupan bagian dari komponan pohon masalah
(causa, coreproblem, epek) tetapi sebagian masalah mendukung
a) Effect
b) Core Problem
c) Causa
d) Defisit perawatan diri
e) Menurunnya motivasi perawatan diri
5. Pohon Masalah
H. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
10

I. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Pasien mampu : Setelah dilakukan SP 1
- melakukan kebersihan pertemuan, pasien dapat - Identifikasi kebersihan diri,
diri sendiri secara menjelaskn pentingnya : berdandan, makan, dan BAB/BAK
mandiri - kebersihan diri - Jelaskan pentingnya kebersihan diri
- melakukan - berdandan/berhias - Jelaskan alat dan cara kebersihan diri
berhias/berdandan - makan - Masukkan dalam jadwal kegiatan
secara baik - BAB/BAK pasien
- melakukan BAB/BAK - dan mampu melakukan
secara mandiri cara merawat diri.
SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
- Jelaskan pentingnya berdandan
- Latih cara berdandan
- Untuk pasien laki-laki
Meliputi cara
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- Bercukur
- Untuk pasien perempuan
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- Berhias
- Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1
dan SP 2)
- Jelaskan cara dan alat makan yang
11

benar
- Jelaskan cara menyiapkan
makanan
- jelaskan cara merapikan peralatan
makan setelah makan
- Praktik makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik.
- Latih kegiatan makan
- Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien.
SP 4
- Evaluasi kemampuan pasien yang
lalu (SP 1, 2, dan 3)
- Latih cara BAB dan BAK yang baik
- Menjelaskan tempat BAB/BAK
yang sesuai
- Menjelaskan cara membersihkan diri
setelah BAB/BAK
Keluarga mampu merawat Setelah dlakukan SP 1
anggota keluarga yang pertemuan, keluarga - Identifikasi masalah keuarga dalam
mengalami masalah mampu meneruskan merawat pasien dengan masalah
kurang perawatan diri melatih pasien dan kebersihan diri, berdandan, makan,
mendukug agar BAB/ BAK.
kemampuan pasien dalam - Jelaskan deficit perawatan diri
perawatan dirinya
- Jelaskan cara merawat kebersihan
meningkat.
diri, berdandan, makan, BAB/BAK
- Bermain peran cara merawat
- Rencana tindak lanjut keluarga/
jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
12

SP 2
- Evaluasi SP 1
- Latih keluarga merawat langsung ke
pasien, kebersihan diri, dan
berdandan.
- RTL Keluarga/ jadwal keluarga
untuk merawat pasien
SP 3
- Evaluasi kemampuan SP 2
- Latih keluarga merawat langsung ke
pasien cara makan
- RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP 4
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- Rencana tindak lanjut keluarga
- Follow Up
J. Management Kasus Defisite Perawatan Diri
Kasus
Tn A usia 28 tahun di rawat di RSJ Sambang Lihum dengan diagnosa medis
Skizofrenia residual. Sebelum masuk rumah sakit klien sering marah marah tanpa
sebab dan berbicara sendiri. Sehingga keluarga membawa klien kembali di rawat di
RS. Kadang klien menolah minum obat yang diberikan oleh ibunya. kontrol teratur
karena dibujuk oleh ibunya dan pamannya, menurut keluarga klien sangat takut
terhadap pamannya sehingga selalu menurut apabila diajak berobat. Selama ini klien
sering kali tidak mau mandi, sehingga badannya bau, kotor, kulitnya berdaki dan
rambutnya gimbal. Klien lebih banyak diam dikamar dan tidak mau bergaul dengan
keluarga apalagi dengan orang yang baru dikenalnya. Pada saat ini klien sudah
dirawat di ruang tenang pun masih suka menolak apabila dimandikan dan melakukan
13

perawatan diri dengan mengatakan kalau badan saya bersih tidak bau, klien tidak ada
keinginan untuk melakukan perawatan diri.
1. Analisa Data

No Data yang dikaji Masalah

1. Ds : - Keluarga klien mengatakan Selama ini klien sering Defisit Perawatan Diri
kali tidak mau mandi, sehingga badannya bau, kotor,
kulitnya berdaki dan rambutnya gimbal

Do : -Klien tampak sudah dirawat di ruang tenang pun


masih suka menolak apabila dimandikan dan melakukan
perawatan diri dengan mengatakan kalau badan saya
bersih tidak bau, klien tidak ada keinginan untuk
melakukan perawatan diri

2. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit perawatan diri
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa PERENCANAAN

Tujuan Kriteria / Evaluasi Intervensi

Setelah dilakukan Setelah dua kali SP 1


1. Defisit
tindakan keperawatan : pertemuan pasien 1. identifikasi
perawatan
1. Pasien mampu mampu menjelas - Kebersihan diri
diri
melakukan kan penting nya : - Berdandan
kebersihan diri - Kebersihan
- Makan
secara mandiri diri
- BAB/BAK
2. Pasien mampu - Berdandan /
2. Jelaskan pentingnya
berhias atau berhias
kebersihan diri
berdandan secara - Makan
3. jelaskan alat dan cara
baik
- BAB/BAK kebersihan diri
3. Pasien mampu
14

BAB/BAK secara - Melakukan 4. masukan kedalam jadwal


mandiri cara merawat kegiatan pasien
diri secara
baik

SP 2
Evaluasi sp 1
1. Jelaskan penting nya
berdandan
2. Latih cara berdandan
3. untuk pasien laki-laki
- berpakaian
- menyisir rambut
- Bercukur
4. untuk pasien perempuan
- berpakaian
- menyisir rambut
- berhias
5. masukan kedalam jadwal
harian pasien
SP 3
1. Evaluasi kegiatan Sp 1 dan
Sp 2
2. jelaskan cara dan alat
makan yang benar
3. jelaskan cara mempersiap
kan makan
4. jelaskan cara merapih kan
peralatan makan setelah
makan
5. praktek makan sesuai
15

dengan tahapan makan


yang baik
6. Latih kegiatan makan
7. Masukan kedalam jadwal
kegiatan pasien
SP 4
1. Evaluasi kemampuan
pasien yang lalu (SP 1,2,3
2. Latih cara BAB//BAK
yang baik
3. menjelas kan tempat
BAB/BAK yang sesuai
4. menjelaskan cara
membersihkan diri setelah
BAB/BAK
Keluarga mampu: Setelah SP 1.
Merawat anggota melakukan 2 kali 1. identifikasi masalah dalam
keluarga yang pertemuan merawat pasien dengan
mengalami masalah keluarga mampu : masalah :
kurang perawatan diri - meneruskan - kebersihan diri
atau melatih - berdandan
pasien dan - makan
mendukung - BAB/BAK
agar 2. jelaskan deficit perawatan
kemampuan diri
pasien dalam 3. jelas kan cara merawat :
perawatan diri - kebersihan diri
nya - berdandan
meningktat - makan
- BAB/BAK
4. bermain peran cara perawat
16

5. RTL keluarga / jadwal


untuk merawat
SP 2
1. evaluasi Sp 1
2. latih keluarga cara merawat
lansung
kepasien,kebersihan diri
dan berdandan
3. RTL keluarga / jadwal
untuk merawat
SP 3
1. Evaluasi kemampuan Sp 2
2. Latih keluarga merawat
lansung ke pasien cara
makan
3. RTL keluarga /jadwal
untuk merawat

SP 4
1. evaluasi kemampuan
keluarga
2. evaluasi kemampuan
pasien
3. RTL keluarga
- follow up
- rujukan
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Iskandar & Damaiyanti Mukhrifah. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
REFIKA ADITAMA.
Keliat Budi Anna. 2013. Buku Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok Edisi 2.
Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai