Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
KEHILANGAN DAN BERDUKA
Dosen Pengampu :
Nor Afni Oktavia Ns.,M.Kep

Kelompok II

S1 Keperawatan Reguler

Kelas B

JURUSAN S1 KEPERAWATAN REGULER

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2018/2019

i
Penyusun Kelompok II

Rezky Adhayani 1714201110049

Rizqi Firdaus 1714201110053

Sahril Sidik 1714201110056

Siti Ainiah 1714201110058

Sri Rahmawati 1714201110060

Rahma Indah Islamy 1714201110064

Ahmad Rif’at Naufhal Azmi 1714201110066

Dewi Chintiya 1714201110069


Erma Apriani 1714201110071
Faridah 1714201110073
Hesty Noor Oktaviani 1714201110075
Melinda 1714201110077
Nadia Khairunnida 1714201110080
Norah Mathul Qoni’ah 1714201110084
Rina Herlina 1714201110051
Rizky Amalia Ananda 1714201110087
Vina Arlinda 1714201110090
Winda Lestari 1714201110092
Rusmiati 1714201110094
Atika Yuliani 1714201110096
Noor Lailly Rafi’ah 1714201110098

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “KEHILANGAN DAN BERDUKA” dalam
Modul Keperawatan Jiwa yang di bimbing oleh dosen kami Nor Afni Oktavia
Ns.,M.Kep.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini serta semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasia
meridoi segala usaha kita, Aamin.

Banjarmasin, 24 Maret 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………... 2
C. Tujuan……………………………………………………………………. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kehilangan dan Berduka…………………………………….. 3
B. Etiologi Kehilangan dan Berduka……………………………………….. 3
C. Macam – Macam Kehilangan dan Berduka…………………………….. 6
D. Contoh Kasus……………………………………………………………. 7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 12
B. Saran……………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 13

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan
atau disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi
yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Perawat
berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme
koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan
dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam
kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan
sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien
dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat
memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat
juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir
karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry,
2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kehilangan dan Berduka ?
2. Bagaimana Etiologi Kehilangan dan Berduka ?
3. Apa Saja Macam – Macam Kehilangan dan Berduka ?
4. Contoh Kasus Kehilangan dan Berduka ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Apa Pengertian Kehilangan dan Berduka
2. Mengetahui Bagaimana Etiologi Kehilangan dan Berduka
3. Mengetahui Apa Saja Macam – Macam Kehilangan dan Berduka
4. Mengetahui Contoh kasus, Diagnosa hingga Intervensi Kehilangan dan Berduka.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kehilangan dan Berduka


Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbed (Yosep, 2010).
Lambert& Lambert mengatakan bahwa: kehilangan adalah suatu keadaan
individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemungkinan menjadi tidak
ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan cenderung mengalami
kembali walaupun dalam bentuk berbeda.
Beerduka adalah proses kognitif (pikiran) dan emotif (perasaan) dalam
menghadapi kehilangan sesuatu yang berharga.”Namun berduka bukan hanya
menyangkut proses kognitif dan emotif melainkan menyangkut seluruh aspek
kehidupan manusia (fisik, mental : kognitif dan emotif, spiritual dan sosial). Robert E
mengatakan berduka adalah akibat dari suatu kehilangan dan merupakan suatu proses
peralihan dari situasi terkejut dan ketidakmampuan melupakan masa lalu menuju ke
situasi sedih yang sangat dalam atas peristiwa kehilangan itu, kemudian berusaan
memanfaatkan apa yang berharga pada masa lalu sebagai dasar bagi pola hubungan
baru yang berguna.

B. Penyebab Kehilangan dan Berduka


1. Ada penyebab predisposisi
a. Genetik
Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau dibesarkan dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami kesulitan dalam
bersikap optimis dan menghadapi kehilangan.
4

b. Kesehatan fisik
Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan teratur mempunyai
kemampuan dalam menghadapi stress dengan lebih baik dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
c. Kesehatan mental
Indivindu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki tingkat
kepekaan yang tinggi suatu kehilangan dan berisiko untuk kambuh kembali.
d. Pengalaman kehilangan sebelumnya
Kehilangan dan perpisahan dengan orang berarti dimasa kanak-kanak akan
memengaruhi individu dalam menghadapi di masa dewasa.
2. Adanya penyebab presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stress nyata atau imijinasi
individu dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit,
kehilangan fungsi seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan,
kehilangan peran, dan kehilangan posisi di masyarakat.
3. Adanya penyebab perilaku
a. Menangis atau tidak mampu menangis.
b. Marah
c. Putus asa
d. Kadang berusaha bunuh diri atau membunuh orang lain.
4. Mekanisme koping
a. Fase Danial ( penyangkalan )
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan/individu
tidak percaya. Menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi. Percaya
peryataan yang sering di ucapkan adalah “ itu tidak mungkin” atau “ saya
tidak percaya” seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang
yang berarti baginya, tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup.
Selanjutnya dia mungkin mengalami halusinasi, melihat orang yang
meninggal tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar
suaranya.

4
b. Anger ( marah )
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Indivudu menunjukan perasaan marah pada diri sendiri atau
kepada orang yang berada dilingkungannya.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat,
susah tidur, tangan mengepal, mau memukul, agresif.
c. Bargaining ( tawar- menawar )
Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa matah akan kehilangannya,
maka orang tersebut akan maju ketahap tawar-menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan, individu ingin menunda kehilangan dengan berkata”
seandainya saya hati-hati” atau “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda maka
saya akan sering berdo’a.
d. Depresi
Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan merupakan
keadaan yang nyata, individu sering melakukan sikap menarik diri, tidak mau
berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis.
e. Acceptance ( penerimaan)
Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya: ya,
akhirnya saya harus dioperasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat
sembuh, tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih
optimal.
Secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru, dan pikiran yang
selalu berpusat pada objek pada orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Jadi, individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia
dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan secara
tuntas.

C. Macam-Macam Kehilangan dan Berduka


1. Kehilangan

a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, dan sangat bermakna atau


orang yang berarti merupakana salah satu jenis kehilangan yang paling

5
mengganggu dari tipe-tioe kehilangan. Kematian akan berdampak
menimbulkan kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena hilangnya
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak
emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari
kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang.
Kehilangan ini meliputi kehilangan perasaan terhadap keatraktifan, diri
sendiri, kehilangan kemampuan fisik dan mental, sersta kehilngan akan peran
dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
sementara atau menetap, sebagian atau seluruhnya. Beberapa aspek lain yang
dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia
muda, fungsi tubuh.

c. Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan


benda milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang
tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan


terpisahnya individu dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian
secara menetap. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga
yang baru dan proses penyesuaian baru.

e. Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik


secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya,
sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda
tentang kematian.
2. Berduka
Adapun jenis-jenis berduka adalah :

6
a. Berduka normal, terdiri dari perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
terhadap kehilangan seperti kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan
menarik diri dari aktifitas untuk sementara.
b. Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum
kehilangan yang sesungguhnya terjadi.
c. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap
berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berduka seolah-olah tidak
kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan individu tersebut dengan
orang lain.
d. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui
secara terbuka.
Berduka juga dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan (Bobak, 2005) yaitu:
a. Berduka ringan (uncomplicated bereavement), yaitu merasakan kesedihan
tetapi masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan
meskipun tidak dengan antusiasme dan energi sebesar sebelum kehilangan.
Seseorang yang mengalami berduka ringan tidak mengalami depresi dan
merasa lebih baik seiring waktu.
b. Berduka Berat (complicated bereavement), kesulitan yang dialami individu
dalam berduka atau eksaserbasi masalah-masalah sebelumnya yang menjadi
semakin berat selama proses berkabung, seperti: Mengalami gejala cemas dan
depresi yang mempengaruhi fungsi sosial/keluarga, pekerjaan dan kesehatan
fisik. Memiliki pikiran bunuh diri terus-menerus, yang hampir menjadi
konstan atau mengungkapkan keinginan yang serius untuk bunuh diri atau
mengembangkan suatu rencana untuk bunuh diri.

D. Contoh Askep Kasus


1. Kasus
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan
menikah, sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum yang
berusia 23 tahun. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit
sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum

7
baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan
berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka
itu.pada suatu hari arza mengalami kecelakaan yang mengakibatkan arza
meninggal. Ibu Ningrum mengatakan Hal ini membuat Ningrum merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia mengurung
diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering
teriak memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah
pergi selain itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat
pengkajian ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa
dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung
o
mata tanda-tanda vital N: 75x/mnt , S: 37 C, TD: 120/80 mmHg RR:
24x/menit.
2. Data fokus
Data subyektif
 ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak
mau makan dan keluar kamar Ibu klien mengatakan klien sering mengurung
diri dan memandang foto arza
 Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering
teriak memanggil nama arza.
 Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi
 klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza
Data Objektif
 Klien tampak lemas
 wajah tampak kusut, Klien tampak putus asa dan sedih,
 klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya
 tampak kantung mata tanda-tanda vital 
 TTV :
N: 75x/mnt
S : 37 oC
TD: 120/80 mmHg

8
RR: 24x/mnt

3. Analisis data
Data Masalah keperawatan Etiologi
DS :
1. Ibu klien mengatakan klien merasa Duka Cita Terganggu Kematian / kehilangan
sangat terpukul dia terus menangis, orang terdekat
tidak mau makan dan keluar kamar.
2. Ibu klien mengatakan klien sering
Mengurung diri dan memandang
foto arza
3. Ibu klien mengatakan klien menjadi
jarang berbicara dan terkadang
sering teriak memanggil nama arza
4. Klin mengatakan bahwa tidak
percaya arza telah pergi
5. Klien mengatakan sering terbangun
dan menangis keras memanggil arza

DO :
1. Wajah tampak kusut
2. Klien tampak putus asa dan sedih
3. Klien susah berkontrensasi ketika
perawat bertanya
4. TTV
N : 75 x/mnt
S : 37oC
TD : 120/80 mmHg
R : 24 x/mnt

9
DS : Ketidakefektifan Kehilangan
1. Ibu klien mengatakan klien merasa koping
sangat terpukul dia terus menangis,
tidak mau makan dan keluar kamar.
2. Ibu klien mengatakan klien sering
Mengurung diri dan memandang
foto arza
3. Ibu klien mengatakan klien menjadi
jarang berbicara dan terkadang
sering teriak memanggil nama arza
4. Klin mengatakan bahwa tidak
percaya arza telah pergi
5. Klien mengatakan sering terbangun
dan menangis keras memanggil arza

DO
1. Wajah tampak, lemas, kusut
2. Klien tampak putus asa dan sedih
3. Klien susah berkontrensasi ketika
perawat bertanya
4. Tampak kantung mata
5. TTV
N : 75 x/mnt
S : 37oC
TD : 120/80 mmHg
6. R : 24 x/mnt
N
DS : Isolasi sosial Kematian
1. Ibu klien mengatakan klien merasa
sangat terpukul dia terus menangis,
tidak mau makan dan keluar kamar.

10
DO :
1. Wajah tampak kusut,tampak putus
asa dan sedih
2. Klien susah berkontrensasi ketika
perawat bertanya
3. TTV
N : 75 x/mnt
S : 37oC
TD : 120/80 mmHg
R : 24 x/mnt

4. Dari analisa data diatas dapat disimpulkan diagnosa keperawatan yang terdapat
pada Ny N karena kehilangannya adalah :
a. Duka Cita Terganggu
b. Ketidakefektifan koping
c. Isolasi sosial
5. Intervensi
Tujuan umum : Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas
Tujuan Khusus :
a. Mampu mengungkapkan perasaan berduka
b. Menjelaskan makna kehilangan
c. Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara herbal
d. Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yang adaptif
e. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaanya takutnya
f. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
g. Klien dapat mengurangi rasa bersalahnya
h. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusakan diri
i. Klien dapat menerima kehilangan
j. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

Tahap Tindakan Keperawatan :

11
a. Mengingkari
 Bina hubungan saling percaya dan Jelaskan proses berduka
 Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
 Mendengarkan dengan penuh perhatian
 Secara veebal dukung pasien, tapi jangan dukung pengingkari yang
dilakukan
 Jangan bantah pengingkaran pasien , tetapi sampaikan fakta
 Tekhnik komunikasi diam dan sentuhan
 Perhatikan kebutuhan dasar pasien.
 Dorong pasien mengungkapkan perasaan berduka
b. Marah
 Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan
secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan
 Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon
yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan
 Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
 Hindari menarik diri dan dendam karena pasien/keluarga bukan marah pada
perawat
 Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahannya
c. Tawar- menawar
 Bantu klien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
 Dengarkan dengan penuh pengertian
 Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang
tidak rasional
 Berikan dukungan spritual
d. Depresi
 Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
 Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengepresikan kesedihannya
 Beri dukungan non verbal dengan duduk disamping pasien dan memegang
tangan pasien

12
 Hargai perasaan pasien
 Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
 Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki
e. Penerimaan
 Sediakan waktu untuk mengurangi pasien secara teratur
 Bantu klien untuk berbagi rasa, karena biasanya tiap anggota tidak berada
ditahap yang sama pada saat yang bersamaan
 Bantu klien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan
setelah masa berkabung telah dilalui
 Jika keluarga mengikuti proses pemakaman, hal yang dapat dilkukan adalah
ziarah ( menerima kenyataan ), melihat foto-foto proses pemakaman

6. Rencana Dan Implementasi Keperawatan


Secara umum, perencanaan dan implementasi keperawatan yang dilakukan untuk
menghadapi kedukaan adalah sebagai perawat :
a. Membina dan meningkatkan hubungan saling percaya dengan cara sebagai
berikut :
1) Mendengarkan pasien berbicara
2) Memberi dorongan agar pasien mau mengungkapkan perasaannya
3) Menjawab pertanyaan pasien secara langsung menunjukkan sikap
menerima, dan empati.
b. Mengenali faktor-faktor yang mungkin menghambat dengan cara sebagai
berikut :
1) Bersama pasien mendiskusikan hubungan pasien dengan orang atau
objek yang pergi atau hilang
2) Menggali pola hubungan pasien dengan orang yang berarti
c. Mengurangi atau menghilangkan faktor penghambat dengan cara sebagai
berikut :
1) Bersama pasien mengingat kembali cara mengatasi perasaan berduka
dimasa lalu.
2) Memperkuat dukungan serta kekuatan yang dimiliki pasien dan keluarga.

13
3) Mengenali dan menghargai social budaya agama serta kepercayaan yang
dianut oleh pasien dan keluarga dalam mengatasi perasaan kehilangan.
d. Memberi dukungan terhadap respons kehilangan pasien dengan cara sebagai
berikut.
1) Menjelaskan kepada pasien atau keluarga bahwa sikap mengingkari,
marah, tawar-menawar, depresi, dan menerima adalah wajar dalam
mengahadapi kehilangan.
2) Memberi gambaran tentang cara mengungkapkan perasaan yang bisa
diterima
3) Menguatkan dukungan keluarga atau orang yang berarti.
e. Meningkatkan rasa kebersamaan antar anggota keluarga dengan cara sebagai
berikut :
1) Menguatkan dukungan keluarga atau orang yang berarti
2) Mendorong pasien untuk menggali perasaannya bersama anggota
keluarga lainnya, mengenali masing-masing anggota masyarakat.
3) Menjelaskan manfaat hubungan dengan orang lain
f. Mendorong keluarga untuk mengevaluasi perasaan dan saling mendukung
satu sama lain.
1) Menentukan tahap keberadaan pasien dengan cara sebagai berikut
2) Mengamati perilaku
3) Menggali pikiran perasaan pasien yang selalu timbul dalam dirinya.

14
12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang
bersangkutan atau disekitarnya. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar
bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. 

B. Saran
Dari makalah ini kami memberikan saran antara lain:
1. Seseorang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau suatu
benda dan selalu berduka jika mendapat rejeki.
2. Suatu kehilangan atau berduka harus di syukuri oleh seseorang, khususnya
perawat apabila pasien mendapat musibah atau meninggal dunia 
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :

Buku Kedokteran : EGC

Dalami Ermawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah

Psikososial. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Iyus, Yosep.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Nanda.2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Buku

Kedokteran : EGC

Nurhalimah.2016. Modul Keperawatan Jiwa. Jakarta : Selamba Medika.

Potter dan Perry. 2005. Fundemental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC

Suseno, Turu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia : Kehilangan,

Kematian dan Berduka dan Proses Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto

Wiryasaputra Totok S.2003.Mengapa Berduka Kreatif Mengolah Perasaan

Duka.Yogyakarta : Kanisius

Zakiyah Mujahidah , Achir Yani S. Hamid dan Yossie Susanti E.P. 2015.

Pengalaman Kehilangan Dan Berduka Pada Ibu Yang Mengalami Kematian.

Jurnal keperawatan jiwa volume 03 no 2.

13

Anda mungkin juga menyukai