KONSEP DIRI
Disusun oleh:
B. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai standar pribadi; Dibentuk oleh gambaran tipe oranng
yang diinginkan; Sejumlah aspirasi, nilai, dan tujuan yang dicapai;
Berdasarkan norma masyarakat dan usaha individu untuk memenuhi;
Dipengaruhi oleh budaya, keluarga, dan kemampuan individu; Tidak
terlalu tinggi, tetapi harus cukup untuk memberi dukungan secara kontinu
pada self respect ( Kusumawati & Yudi, 2010).
C. Harga Diri
Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya
dengan menganalisis,sejauh mana perilaku untuk memenuhi ideal diri.
Ideal diri ini dapat dipengaruhi oleh suatu penghargaan diri sendiri
maupun dari orang lain, jika seseorang sukses maka harga dirinya akan
tinggi dan sebaliknya jika harga dirinya mengalami kegagalan maka
cenderung harga diri menjadi rendah ( Wartonah, 2004).
D. Peran Diri
Peran diri adalah rangkaian perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan social yang berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok social. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang
tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih
atau dipilih dengan individu ( Sundden, 2006).
E. Identitas Diri
Identitas diri / personal adalah pengorganisasian prinsip dari
kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan,
konsisten, dan keunikan individu. Mempunyai konotasi otonomi dan
meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai
pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi
merupakan tugas utama pada masa remaja ( Sundden, 2006).
KESEHATAN SPIRITUAL
Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, semangat
untuk mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup. Spiritualitas
merupakan suatu kecenderungan untuk membuat makna hidup melalui
hubungan intrapersonal, interpersonal dan transpersonal dalam mengatasi
berbagai masalah kehidupan.
Beberapa indikator terpenuhi kebutuhan spiritualnya seseorang adalah apabila
ia mampu:
a. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaan
kehidupan di dunia.
b. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu
kejadian atau penderitaan.
c. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya
dan cinta kasih yang tinggi.
d. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
e. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
f. Mengembangkan hubungan antar manusia dengan positif.
Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: spiritual (keyakinan
spiritual), kepercayaan dan agama.
1. Spiritual, merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha
kuasa dan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan yang
maha pencipta
2. Kepercayaan, mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap
sesuatu atau seseorang, juga dapat dikatakan upaya seseorang untuk
memahami tempat seseorang dalam kehidupan atau dapat dikatakan
bagai mana seseorang melihat dinnya dalam hubungannya dengan
lingkungan.
3. Agama, merupakan suatu system ibadah yang terorganisir atau teratur.
KARAKTERISTIK SPIRITUAL
- Hubungan dengan orang lain (harmonis atau sportif), hubungan ini berupa
hubungan timbale balik (saling membutuhkan). Contoh: kamu dikatakan
pandai karena ada yang bodoh. Meyakini kehidupan dan kematian
- Hubungan dengan orang lain yang tidak harmonis. Contoh: konflik dengan
orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.
- Hubungan dengan ketuhanan, hal ini menunjukan seseorang apakah masuk
agamis atau tidak agamis. Berikut karakteristik spiritual:
a. Merumuskan tujuan positif didunia atau kehidupan
b. Mengembangkan arti penderitaan
c. menjalin hubungan positif dan dinamis
d. membina integritas personal dan merasa diri berharga
e. merasa kehidupan terarah melalui harapan
f. mengembangkan hubungan antar manusia yang positif
STRESS ADAPTASI
Menurut Richard (2010)stres adalah suatu proses yang menilai suatu
peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan
a. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti
kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
b. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna
dalam suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau
tekanan dari pasangan ).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS
1. Faktor Lingkungan
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat
menimbulkan stress yaitu ekonomi, politik dan teknologi.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat
menimbulkan stress.faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
o Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi.
o Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam
organisasi.
o Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan
tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur
pembuat keputusan atau peraturan.
o Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan
dalam suatu organisasi.
- Faktor Individu
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat
menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh
seseorang tersebut
ADAPTASI
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian.
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah
atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam
berbagai faktor yang menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang
contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia.
2. Adaptasi psikologi
• LAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh:
seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut
kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah
sekitar yang terkena.
• GAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan
gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian
diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat
SEKSUALITAS
A. Pengertian
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak
terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan
individu. Seksualit. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan individu untuk
memberi dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi.
Dua aspek seksualitas:
1. Seksualitas dalam arti sempit
Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk dalam kelamin
adalah sebagai berikut:
- Alat kelamin itu sendiri
- Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi
bekerjanya alat kelamin
- Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan
laki-laki dan perempuan
- Hubungan kelamin
2. Seksualitas dalam arti luas
Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin antara
lain:
a. Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dll
b. Perbedaan atribut: pakaian, nama, dll
c. Perbedaan peran. (Mardiana: 2012)
B. Fungsi Seksualitas
- Kesuburan
- Kenikmatan.
- Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan.
- Menegaskan maskulinitas atau feminitas
- Meningkatkan harga diri.
- Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan
- Mengungkapkan permusuhan
- Mengurangi ansietas atau ketegangan
- Pengambilan resiko
- Keuntungan materi
C. Kesehatan Seksualitas
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini
tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam
kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan
teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam
masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau
gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu
perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN, 2006).
E. Respon Seksualitas
Empat tahapan siklus respon seksual :
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari
beberapa menit sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase
kegembiraan meliputi:
a. .Peningkatan ketegangan otot
b. Peningkatan denyut jantung
c. Perubahan warna kulit
d. Aliran darah ke daerah genital
e. Mulainya pelumasan Vagina
f. Testis membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa
perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi:
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan
tekanan darah
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan
fase terpendek, hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki
karakteristik seperti berikut:
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim
berirama
d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan
ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara
perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal.
Dimensi Seksualitas
1. Dimensi Sosiokultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang
menentukan apakah perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman
kultural secara global menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam norma
seksual dan menghadapi spectrum tentang keyakinan dan nilai yang luas.
Misalnya termasuk cara dan perilaku yang diperbolehkan selama berpacaran,
apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan
dalam perilaku seksual, dengan siapa seseorang menikah dan siapa yang
diizinkan untuk menikah.
2. Dimensi Agama dan etik
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik.
Ide tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan
seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual.
3. Dimensi Psikologis
Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari. Apa
yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan
mengamati perilaku orangtua. Orangtua biasanya mempunyai pengaruh
signifikan pertama pada anak-anaknya.
4. Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan
perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam telur
yang telah dibuahi terorganisir dalam kromosom yang menjadikan perbedaan
seksual.
Kesehatan Seksual
hasil Deklarasi Montreal 2005 tentang kesehatan seksual untuk MDGs,
menekankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengakui, mempromosikan , meyakinkan, dan melindungi hak-hak seksual
bagi semua. Berkembang ke arah kesetaraan jender.
2. Menghapus semua jenis kekerasan dan pelecehan seksual
3. Memberi akses unversal untuk pendidikan dan informasi tentang seksualitas
yang menyeluruh
4. Menjamin program-program kesehatan reproduktif dengan mengakui
pentingnya kesehatan seksual
5. Menghentikan dan mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS dan Infeksi
Menular Seksual (IMS)
6. Mengidentifikasi, menangani, dan mengatasi keluhan disfungsi dan gangguan
seksual
7. Mengakui bahwa kenikmatan seksual merupakan salah satu unsur
kesejahteraan manusi
B. Perspektif Teoritis
Tujuan aktivitas seks tidak hanya proreaction namun juga reaction,
ekspresi cinta, celebration, dan kerja. Setiap tingkah laku/aktivitas seksual
adalah hasil dari sebuah dorongan yang ada dalam diri individu. Dorongan
seksual dapat dipengaruhi dalam tataran psikologis, kultual, dan biologis.
1. Psychological Influences
2. Cultural and Societal Influences
3. Biological and envolutionary Influences
IDENTITAS SEKSUAL
Identitas seksual mengacu pada bagaimana seseorang berpikir tentang
dirinya sendiri terkait dengan ketertarikannya secara fisik, spiritual, dan
emosional. Secara khusus apakah seseorang tertarik pada orang dari gendernya
atau gender yang berbeda. Identitas seksual tidak terbatas pada lesbian, gay,
biseksual, transgender, interseks, dan queer (LGBTIQ).
Jenis kelamin atau dalam bahasa inggris disebut “sex” adalah kelas atau
kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat
digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan
spesies. Sedangkan menurut menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah
perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang
lahir. Jadi pada umumnya jenis kelamin adalah dua kelompok yang berbeda antara
laki-laki dan perempuan.
1. Perbedaan Laki-laki dan PerempuanLaki-laki dan perempuan adalah dua
hal yang memiliki perbedaan, perbedaan pada laki-laki dan perempuan
terjadi karena adanya alat kelamin yang khas untuk masing-masing. Alat
reproduksi laki-laki dan perempuan hanya dapat berfungsi kalau
dipadukan. Artinya alat reproduksi perempuan tidak bisa bekerja sendiri.
Begitupun sebaliknya alat reproduksi laki-laki juga tidak bisa bekerja
sendiri.
Selain alat reproduksi yang dapat membedakan antara perempuan dan laki-
laki, Kromosom yang dimiliki manusia juga bisa dijadikan pembeda antara
perempuan dan laki-laki. Jenis kelamin perempuan memiliki dua
Kromosom X (xx), sedangkan laki-laki memiliki satu kromosom X dan
satu Kromosom Y (xy).
2. Macam Jenis Kelamin Ada 6 jenis kelamin dimiliki manusia yaitu:
1. Laki-laki
Penggunaan istilah "lelaki" dalam bahasa Indonesia khusus untuk
manusia. Laki-laki pada umumnya terlahir dengan kromosom
46/XY, memiliki alat reproduksi berupa penis, memiliki sel
sperma, dan Memiliki sifat maskulin.
2. Perempuan
Seorang memiliki kemaluan dan identitasya perempuan.
Perempuan adalah sebutan yang digunakan untuk homo sapiens
berjenis kelamin dan mempunyai alat reproduksi berupa vagina.
Terlahir sebagai manusia dengan kromosom xx.
3. Waria (Male to Female atau Transwoman)
Seorang memiliki kemaluan laki-laki tetapi identitasnya seperti
perempuan. Atmojo (dalam Kurniawati, 2013) membagi waria ke
dalam beberapa kelompok yakni:
Transeksual
Ada keinginan dari mereka untuk menghilangkan dan
menggantikan alat kelaminnya dan hidupnya menjadi sebagai
lawan jenisnnya.
Transvestite
Kelompok ini adalah penderita transvestism. Artinya mereka cukup
hanya berpakaian seperti lawan jenisnya saja sudah mendapat
kepuasan batin tersendiri.
Prita atau Priawan (Female to Male atau Transman)
Seorang memiliki kemaluan perempuan tetapi identitasnya seperti
laki-laki. Priawan bisa juga diartikan dengan Pria bertubuh wanita.
Priawan itu adalah seseorang yang secara biologis perempuan
tetapi menghayati dirinya sebagai laki - laki . Istilah lainnya
Transgender perempuan ke laki - laki.
4. Hermafrodit
Seorang memiliki kemaluan ganda tetapi identitasnya belum tentu
disebut laki-laki atau perempuan.
5. Hormon ganda/sindrom mullerian (Mullerian Syndrome)
Seorang laki-laki memiliki 2 organ sekaligus sejak lahir dan
memiliki peluang yaitu kehamilan.
IDENTITAS SEKSUAL
1. Pengertian
Eccles dkk (2004) dan Igartua dkk (2009), menjelaskan identitas
seksual sebagai persepsi individu tentang peran seksual dirinya yang
dipengaruhi oleh kematangan individu. Selanjutnya, Dilorio dkk (2004)
dan Igartua dkk (2009) mengartikan perilaku seksual sebagai suatu sikap
dan tindakan untuk melakukan kontak seksual dengan orang lain (laki-laki,
wanita, atau keduanya). Dalam pengertian ini, perilaku seksual merujuk
pada aktivitas dan tindakan seksual dari seseorang. Sementara itu,
American Psychological Association (2008) mendeskripsikan orientasi
seksual sebagai sebuah kondisi emosional yang bertahan lama, romantis,
dan daya pikat seksual untuk berhubungan dengan orang lain (lakilaki,
wanita, atau keduanya).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Orientasi Seksual.
Pada dasarnya, belum ada kesepakatan diantara para peneliti dan
ilmuwan tentang factor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya
orientasi seksual seseorang. Kebanyakan para peneliti tidak dapat
menjelaskan secara pasti tentang faktor apakah yang lebih dominan
mempengaruhi seseorang menjadi heteroseksual, homoseksual dan
biseksual. .
3. Proses Perkembangan
Perkembangan merupakan salah satu faktor yang dapat
menjelaskan mengapa individu mempunyai kecenderungan untuk
mempunyai orientasi seksual secara lebih spesifik. Santrock (2006),
Sigelman dan Rider (2009) menjelaskan bahwa perkembangan merujuk
pada proses perubahan dan mendapatkan kemantapan dalam orientasi
seksual. Artinya, bagaimana individu menjadi tertarik pada orientasi
seksual secara lebih spesifik telah dipengaruhi oleh pengalaman-
pengalaman sepanjang masa kehidupannya, mulai dari dalam kandungan
dan permulaan hidup (neonate) sampai pada tahap orientasi seksual
muncul, yakni masa remaja.
IDENTITAS DAN PERAN GENDER
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan
perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan
dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak
kecil. Pembedaan ini sangat penting, karena selama ini sering sekali mencampur
adukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bersifat bukan kodrati
(gender).
Sejarah Pergerakan Feminisme
Gerakan feminisme merupakan gerakan konflik sosial yang dimotori oleh
para pelopor feminisme dengan tujuan mendobrak nilai-nilai lama (patriarkhi)
yang selalu dilindungi oleh kokohnya tradisi struktural fungsional. Gerakan
feminism modern di Barat dimulai pada Tahun 1960-an yaitu pada saat timbulnya
kesadaran perempuan secara kolektif 5 sebagai golongan tertindas (Skolnick
1987; Porter 1987)
PERAN SEKSUALITAS DARI BERBAGAI USIA
1. 0-2 tahun
Di usia ini anak menunjukkan ketertarikan akan anggota
tubuhnya. Ajari anak nama-nama anggota tubuh, termasuk alat kelamin.
Anda bisa melakukannya saat memandikan si Kecil.
Sebutkan dengan nama sebenarnya, bukan jargon atau sebutan
lain. Misalnya, “Ini hidung adik, ini tangan adik, ini penis adik”. Hal
tersebut bertujuan agar anak tidak merasa bingung, sehingga anak bisa
memiliki pemahaman yang positif terhadap anggota tubuhnya.
2. 3-5 tahun
Di usia ini, anak mulai mengerti adanya perbedaan jenis kelamin.
Jelaskan dengan bahasa yang sederhana dan ringkas perbedaan antara laki-
laki dan perempuan. Selain itu, anak yang sudah lebih besar umumnya
akan mempertanyakan darimana asalnya bayi.
Anda dapat menjelaskan proses kehamilan secara sederhana,
seperti “Sel sperma dari ayah dan sel telur dari ibu bertemu dan
berkembang menjadi bayi yang tumbuh di rahim ibu.
3. 6-8 tahun
Di usia ini, rasa ingin tahu anak umumnya akan semakin besar,
khususnya mengenai aktivitas seksual dan pubertas. Anda bisa
menjelaskan apa itu hubungan seksual antara pria dan wanita, tetapi
penting untuk menekankan bahwa hal tersebut hanya boleh dilakukan oleh
dua orang yang sudah dewasa dan menikah.
4. 9-12 tahun
Di usia ini umumnya anak akan memasuki masa pubertas. Anda
bisa menjelaskan tanda-tanda pubertas baik pada wanita maupun pria,
seperti tumbuhnya payudara dan pembesaran panggul pada anak
perempuan atau pembesaran penis dan buah zakar pada anak laki-laki,
serta tumbuhnya rambut kemaluan.
5. 12-18 tahun
Anak akan mengalami banyak perubahan, secara fisik maupun
emosional. Seringkali anak juga jadi enggan untuk bercerita. Yang penting
adalah orang tua selalu ada untuk anak dan bersikap terbuka terhadap
mereka.
- Kepercayaan (Faith)
- Spiritualitas (Spirituality)
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Tuhan.
Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan
dalam diri sendiri.
Batasan Karakteristik
- Ansietas
- Menangis
- Keletihan
- Ketakutan
- Insomnia
- Mempertanyakan identitas
TERAPI SPIRITUAL
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta. (Achir Yani H, 2008) spiritualitas meliputi aspek berhubungan
dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan,
menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk
menggunakansendiri, mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan
dengan Yang Maha Tinggi. Menurut Dadang H (2005) pakar dan praktisi
konseling dan psikoterapi Islam, menyatakan bahwa doa dapat memberikan rasa
optimis, semangat hidup dan menghilangkan perasaan putus asa ketika seorang
menghadapi keadaan atau masalah-masalah yang kurang menyenangkan baginya
(Bachtiar, 2012). Namun masih banyak pasien yang perilakunya dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual tidak menempuh cara ini
Terapi Spiritual Islami
Terapi spiritual Islami adalah suatu pengobatan atau penyembuhan gangguan
psikologis seseorang yang dilakukan secara sistematis dengan berdasarkan kepada
konsep Alquran dan as-sunnah (Tauhid, 2006). terapi spiritual Islami memandang
bahwa keimanan dan kedekatan kepada Allah adalah kekuatan yang sangat berarti
bagi upaya perbaikan pemulihan diri dari gangguan depresi ataupun masalah
masalah kejiwaan lainnya, serta menyempurnakan kualitas hidup manusia.
Asuhan Spiritual
Menurut Virginia Henderson International Nursing Library (2008), peran perawat
dalam asuhan spiritual dilakukan melalui:
1. Peran pendampingan (accompanying)
2. Pemberian bantuan (helping),
3. Kehadiran (presencing),
1. Penghargaan (valuing),
2. Dan peran sebagai perantara (intercessory roles)
Berikut implementasi keperawatan terkait pemenuhan kebutuhan spiritual
menurut Kozier (2004):
1. Pendampingan (Providing Prescence)
2. Pendampingan digambarkan sebagai hadir dan menyatu dengan klien.
Pendampingan, sering merupakan yang terbaik dan kadang-kadang satu-
satunya intervensi untuk mendukung penderitaan klien dimana intervensi
medic tidak dapat mengatasinya (Kozier, 2004)..
3. Dukungan praktik keagamaan
4. Perawat perlu mempertimbangkan praktik keagamaan tertentu yang akan
mempengaruhi asuhan keperawatan, seperti: keyakian klien tentang
kelahiran, kematian, berpakaian, diet, berdoa, tulisan/pesan suci dan
symbol-simbol suci lainnya.
5. Membantu berdoa/mendoakan
6. Klien dapat memilih untuk berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau
secara kelompok dengan keluarga, teman atau pemuka agama.
7. Rujukan konseling spiritual.
8. Sumber rujukan tersebut untuk pembina rohani pasien. Menurut Kozier
(2004) rujukan mungkin diperlukan ketika perawat membuat diagnosa
distress spiritual. Pada situasi ini, perawat dan konselor keagamaan dapat
bekerja bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan klien.
Disusun oleh :
Tsilmi Adhari 1710711069
Suci Meliyani 1810711008
Nur Fitria Firliani 1810711035
Cintami Nida 1810711041
Anindita Putri 1810711042
Nurul Septianti 1810711060
Zihan Evrianti 1810711096
2. Indikator Stress
a. Indikator Fisiologi
Stres karena faktor fisiologi memiliki indikator seperti:
Pupil mata melebar.
Keringat semakin banyak diproduksi.
Kulit tampak pucat
Hiperventilasi
Pengeluaran urin sedikit
Tegang otot
Gula darah naik.
b. Indikator Psikologis
1) Ansietas
Seseorang yang stres akan gelisah, takut dan putus asa .
Ansietas dibagi dalam empat level:
Ansietas Ringan, yaitu level dimana seeorang merasa
semakin semangat, bergairah, pengelihatan yang tajam, hal
ini menimbulkan seseorang mencari tahu lebih lanjut tentang
suatu informasi dengan cara mengajukan pertanyaan untuk
dapat menyelesaikan lebih cepat tugas atau masalah. Namun
demikian, dengan adanya semangat dan gairah yang besar
mengakibatkan energi semakin menipis.
2) Takut
timbul karena adanya suatu sinyal yang menandakan akan
ada bahaya yang akan datang atau sudah terjadi.
3) Marah
Merupakan perasaan tidak senang yang kuat ataupun suatu
emosi positif. Ekspesi marah yang disampaikan akan memicu
permusuhan, agresi, dan kekerasan apabila kemarahan tidak bisa
dikendalikan.
4) Depresi
Merupakan ungkapan untuk sesorang yang merasakan sedih,
putus asa, tidak berharga dan sangat merasa kosong.
Adapun orang yang mengalami depresi akan terlihat dari
perilakunya seperti tidak fokus, sulit menentukan sebuah
keputusan, gangguan gairah seksual, menangis dan terdapat
gangguan tidur. Selain itu dilihat secara fisik penderita depresi
akan mengalami tidak nafsu makan, turunnya berat badan,
sembelit, sakit kepala dan lambung.
5) Mekanisme Pertahanan Ego yang Tidak Disadari
Adapun mekanisme pertahanan diri sebagai berikut.
a) Kompensasi, individu menutupi kesalahannya untuk
mengatasi masalahnya dan mencapai hasil yang
diinginkannya di zona yang dianggapnya lebih nyaman.
Seperti seseorang berpostur tubuh kecil tidak bisa menjadi
pesepak bola, dan ia lebih memilih menjadi atlet lari jarak
jauh.
b) Penyangkalan, menentang realitas yang ada untuk
melindungi diri untuk menghindari dampak situasi
traumatis. Seperti seseorang yang memiliki keluarga
penyakit kanker tetap membuat rencana untuk
menghabiskan waktu dengan keluarganya.
c. Indikator Kognitif
Merupakan cara fikir untuk memecahkan suatu masalah,
membentuk sebuah rencana, disiplin diri, supresi dan fantasi.
Memecahkan suatu masalah dengan cara berfikir cara untuk
melewati situasi bahaya ataupun mengancam. Penstrukturan atau
mebuat sebuah rencana sehingga kejadian yang dianggap ancaman
tidak akan terjadi.. Disiplin diri atau kontrol diri merupakan tindakan
untuk mencegah panik, Supresi adalah cara seseorang dimana pikiran
dan perasaanya ditempatkan di luar ingatan nya secara sadar dan
sengaja. Seperti seseorang yang menunda pekerjaan, akan mengalami
penurunan stress sementara, tetapi masalah yang ia hadapi tidak
terselesaikan.
Fantasi adalah khayalan, seseorang akan berkhayal jika impian
dan harapan tidak terjadi pada kenyataan, sebagai contoh pengidap
kanker berfantasi bahwa dirinya sehat dan baik-baik saja. Ataupun
fantasi dapat timbul untuk menghindari kenyataan yang mungkin bisa
terjadi. Seperti, penderita kanker payudara sedang menunggu hasil
biopsi payudaranya, dan berfantasi dokteerbedah akan menyatakan
bahwa dirinya tidak mengidap kanker. Dua contoh diatas tidak
menimbulkn pemecahan masalah, adapun fantasi yang dapat
memecahkan masalah bergantung pada cara individu menggunakan
fantasinya. Seperti pasien berfantasi akan menerima kenyataan saat
dokter menyatakan dirinya mengidap kanker, tetapi harus ada obat
dan solusi untuk menyembuhkannya.
3. Koping
Koping dapat dideskripsikan sebagai keberhasilan menghadapi
atau menangani masalah dan situasi. Strategi koping (mekanisme koping)
adalah cara berespons bawaan atau dapatan terhadap perubahan
lingkungan atau masalah / situasi teretntu.
Koping yang berfokus pada masalah mengacu kepada upaya
memperbaiki situasi dengan membuat perubahan atau mengambil
beberapa tindakan. Koping yang berfokus pada emosi mencakup pikiran
dan tindakan yang meredakan distress emosi. Koping yang berfokus pada
emosi tidak memperbaiki situasi tetapi setelah menggunakan nya,
individu sering kali merasa lebih baik.
Strategi jangka panjang dapat konstruktif dan realistis. Sebagai
contoh pada situasi tertentu berbicara dengan orang lain mengenai
masalah dan mencoba untuk mencari tau lebih banyak mengenai situasi
tersebut. Strategi jangka panjang yang lain termasuk strategi yang
mencakup perubahan pola gaya hidup, sepertii lakukan diet sehat,
olahraga teratur, menyeimbangkan antara waktu senggang dan waktu
untuk bekerja.
Strategi koping jangka pendek dapat mengurangi stress hingga
batas yang dapat ditoleransi untuk sementara waktu, tetapi pada akhirnya
merupakan cara yang tidak efektif untuk menghadapi realitas. Strategi
tersebut bahkan dapat berpengaruh destruktif atau merusak.
Koping dapat adaptif dan maladaptive. Koping adaptif membantu
individu menghadapi kejadian yang menimbulkan stress dan
meminimalkan distress yang diakibatkannya secara efektif. Koping
maladaptif dapat mengakibatkan distress yang tidak seharusnya bagi
individu dan orang lain yang berhubungan dengan individu tersebut atau
kejadian yang menimbulkan stress. Koping efektif menimbulkan
adaptasi, koping tidak efektif menimbulkan maladaptasi.
Efektivitas koping individu dipengaruhi oleh beberapa factor,
termasuk :
Jumlah, durasi, dan intensitas stressor
Pengalaman masa lalu individu
System pendukung yang tersedia untuk individu
Kualitas personal individu
b. Sumber Kehilangan
Potter dan Perry (2005) menyatakan kehilangan dapat
dikelompokkan dalam 5 kategori:
Kategori kehilangan
1) Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan
yang telah menjadi usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak
karena bencana alam. Bagi seorang anak benda tersebut
mungkin berupa boneka atau selimut, bagi seorang dewasa
mungkin berupa perhiasan atau suatu aksesoris pakaian.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang tehadap benda
yang hilang tergantung pada nilai yang dimiliki orang tersebut
terhadap benda yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda
tersebut.
5) Kehilangan hidup
Sesorang yang menghadapi kematian menjalani hidup,
merasakan, berpikir, dan merespon terhadap kejadian dan orang
sekitarnya sampai terjadinya kematian.
Setiap orang berespon secara berbeda-beda terhadap
kematian. orang yang telah hidup sendiri dan menderita penyakit
kronis lama dapat mengalami kematian sebagai suatu perbedaan.
Maslow (1954 dalam Videback, 2008) tindakan manusia
dimotivasi oleh hierarki kebutuhan, yang dimulai dengan
kebutuhan fisiologis, (makanan, udara, air, dan tidur), kemudian
kebutuhan keselamatan (tempat yang aman untuk tinggal dan
bekerja), kemudian kebutuhan keamanan dan memiliki.
Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi, individu dimotivasi
oleh kebutuhan harga diri yang menimbulkan rasa percaya diri
dan adekuat. Kebutuhan yang terakhir ialah aktualisasi diri, suatu
upaya untuk mencapai potensi diri secara keseluruhan. Apabila
kebutuhan manusia tersebut tidak terpenuhi atau diabaikan
karena suatu alasan, individu mengalami suatu kehilangan.
Beberapa contoh kehilangan yang relevan dengan kebutuhan
spesifik manusia yang diindentifikasi dalam hierarki Maslow
antara lain:
b. Makna Kehilangan
Makna kehilangan bergantung pada persepsi orang yang
mengalami kehilangan. Sejumlah faktor yang memengaruhi makna
kehilangan antara lain :
Makna orang ,objek,atau fungsi yang hilang
Derajat perubahan yang harus dilakukan karena kehilangan
Keyakinan dan nilai seseorang
c. Budaya
Budaya memengaruhi reaksi individu terhadap kehilangan.
Cara mengungkapkan duka cita kerap ditentukan oleh kebiasaan
budaya. Kecuali terdapat struktur keluarga besar,berduka dihadapi
oleh keluarga inti. Kematian anggota keluarga dalam keluarga inti
bisa meninggalkan kehampaan yang besar karena sedikit individu
yang sama mengisi sebagian besar peran. Dalam budaya yang
beberapa generasi dan anggota keluarga besar tinggal di rumah yang
sama atau dekat secara fisik,dampak kematian anggota keluarga
dapat diredam karena peran orang yang meninggal diisi dengan cepat
oleh kerabat yang lain.
Beberapa kelompok budaya menghargai dukungan sosial dan
ekspresi kehilangan. Di beberapa kelompok,ekspresi berduka dengan
meratap,menangis,kepasrahan fisik,dan demonstrasi ekspresi lainnya
dapat diterima dan didorong. Kelompok lain mungkin menganggap
demonstrasi ini sebagai kehilangan control,lebih menyukai ekspresi
budaya yang lebih tenang dan tabah. Dalam kelompok budaya yang
memelihara hubungan kekeluargaan yang erat,dukungan fisik dan
emosional serta bantuan diberikan oleh anggota keluarga.
d. Keyakian Spiritual
Keyakinan dan praktik spiritual sangat memengaruhi reaksi
seseorang terhadap kehilangan dan perilaku yang ditimbulkannya.
Sebagian besar kelompok agama memiliki kebiasaan yang
berhubungan dengan menjelang ajal dan sering kali sangat penting
bagi klien dan orang pendukung.
e. Jenis Kelamin
Pria sering kali diharapkan untuk “bersikap kuat” dan tidak banyak
menunjukkan emosi selama berduka,sementara wanita
diperbolehkan menunjukkan rasa berduka dengan menangis. Sering
kali saat seorang istri meninggal,suami yang merupakan orang yang
paling berduka diharap dapat menekan emosinya dan menenangkan
anak laki-laki dan perempuannya saat berduka.
f. Status Sosioekonomi
Status Sosioekonomi individu sering kali memengaruhi sistem
pendukung yang tersedia pada saat kehilangan. Misalnya jaminan
pensiun atau asuransi dapat menawarkan berbagai pilihan cara untuk
mengatasi kehilangan pada janda/duda atau individu yang cacat;
seseorang yang dihadapkan dengan kehilangan yang berat dan
kesuliatan ekonomi mungkin tidak mampu mengatasi keduanya.
g. Sistem Pendukung
Orang terdekat individu yang sedang berduka sering kali
menjadi orang pertama yang mengetahui dan memberikan bantuan
emosional,fisik,dan fungsional yang dibutuhkan. Namun,karena
banyak orang yang tidak nyaman atau tidak berpengalaman dalam
mengatasi kehilangan,orang yang biasanya mendukung malah
menarik diri dari individu yang berduka.
C. Berduka
1. Berduka, Duka Cita dan Berkabung
Berduka adalah respon total terhadap pengalaman emosional akibat
kehilangan. Berduka di manifestasikan dalam pikiran, perasaan, dan
perilaku yang berhubungan dengan distress atau kesedihan yang
mendalam.
Duka cita adalah respons subjektif yang dialami oleh orang yang
ditinggalkan setelah kematian seseorang yang erat hubungannya dengan
merka.
Berkabung adalah proses perilaku yang pada akhirnya akan
menyelesaikan atau mengubah berduka, berkabung sering kali dipengaruhi
oleh budaya, keyakinan spiritual, dan kebiasaan..
Diantara gejala yang menyertai berduka adalah ansietas, depresi,
penurunan berat badan, kesulitan menelan, muntah, keletihan, sakit kepala,
pusing, berkunang-kunang, pandangan kabur, ruam kulit, keringat
berlebih,dan lain-lain. Orang yang berduka cita juga dapat mengalami
perubahan libido, konsentrasi, dan pola makan, tidur, aktivitas, dan
komunikasi.
Tipe Respon Berduka
Berduka singkat berlangsung secara singkat tetapi dapat dirasakan
secara actual. Objek yang telah hilang mungkin tidak begitu penting bagi
individu yang berduka atau mungkin telah digantikan segera oleh yang
lain, yang nilainya setara dengan objek yang hilang.
Berduka adaptif (antisipasi) dialami sebelum peristiwa terjadi. Istri
yang berduka sebelum kematian suaminya yang sakit tengah menunggu
kehilangan tersebut terjadi. Seseorang remaja putrid dapat berduka
sebelum operasi yang akan meninggalkan jaringan parut pada tubuhnya.
Berduka akibat kehilangan hak terjadi jika seseorang tidak mampu
mengakui kehilangan ke orang lain.kehilangan yang tidak dapat diterima
secara social yang tidak boleh dibicarakan, seperti bunuh diri, aborsi, atau
memberikan anak untuk diadopsi oleh orang lain. Contoh lainnya,
mencakup putus hubungan yang tidak mendapat sangsi secara social dan
mungkin tidak diketahui oleh orang lain.
Berduka tidak sehat yaitu, berduka patologis atau berduka
maladaptive/disfungsional mungkin tidak selesai atau terhalang. Banyak
factor yang dapat menyebabkan berduka disfungsional, termasuk
kehilangan traumatic di masa lalu dan keadaan kehilangan saat ini.
Pengaruh lainnya bisa berupa hambatan keluarga atau budaya terhadap
ekspresi berduka secara emosional.
Berduka yang tidak selesai berlangsung lama dan parah. Tanda-
tanda yang sama diekspresikan seperti hal nya berduka, normal, tetapi
orang yang berkabung juga dapat mengalami kesulitan dalam
mengekspresikan rasa berduka, dapat menyangkal kehilangan, atau dapat
berduka melebihi waktu yang telah diperkirakan.
Berduka maladaptive/disfungsional setelah kematian dapat
disimpulkan dari data atau pengamatan berikut :
Klien tidak mengungkapkan kesedihannya, misalnya seorang suami
tidak menangis, atau tidak dating saat pemakaman istrinya.
Klien tidak mau mengunjungi kuburan dan menolak ikut dalam
upacara peringatan, meskipun praktik ini adalah bagian dari budaya
klien.
Klien kembali menunjukkan gejala yang berduka yang berulang saat
peringatan kematian atau selama liburan.
Klien terus merasa bersalah dan memiliki harga diri yang rendah.
Bahkan setelah beberapa lama, klien terus mencari orang yang telah
meninggal tersebut. Beberapa orang mungkin berpikir untuk bunuh
diri agar dapat bertemu kembali.
Peristiwa yang relative minor memicu gejala berduka.
Bahkan setelah suatu periode waktu, klien tidak mampu
membicarakan tentang almarhum dengan perasaan tenang, misalnya
suara klien serak dan gemetar, mata berkaca-kaca.
Setelah periode berduka normal, klien mengalami gejala fisik yang
sama dengan orang yang telah meninggal.
Hubungan klien dengan teman dan kerabat memburuk setelah
kematian.
2. Tahap Berduka
Kubler-Ross (1969), yang menggambarkan lima tahap:
penyangkalan, marah, penawaran, depresi dan penerimaan. Engel (1964)
mengidentifikasi enam tahap berduka, syok dan tidak percaya, menyadari,
restitusi, menyelesaikan kehilangan, idealisasi, dan hasil akhir. Sanders
(1998) menggambarkan lima fase berkabung: syok, kesadaran,
konservasi/menarik diri, pemulihan, dan pembaruan.
Martocchio (1985) membahas lima kelompok berduka, syok dan
tidak percaya, kerinduan dan protes, penderitaan, disorganisasi, dan putus
asa, identifikasi berkabung, dan reorganisasi serta resitusi dan menyatakan
bahwa tidak ada satupun cara yang benar atau waktu yang tepat, saat
seseorang melalui proses berduka. Apakah seseorang bisa berhasil
menerima kehilangan dan bagaimana cara melakukannya terkait dengan
perkembangan individual dan karakteristik pribadi orang tersebut. Selain
itu, individu yang berespons terhadap kehilangan yang benar-benar sama
tidak dapat diharapkan untuk mengikuti pola atau jadwal yang sama dalam
menyelesaikan rasa berduka mereka bahkan saat mereka saling
mendukung.
MANIFESTASI BERDUKA
Perawat mengkaji klien atau anggota keluarga yang berduka
setelah kehilangan untuk menentukan fase atau tahap berduka. Secara
fisiologis, tubuh berespon terhadap kehilangan saat ini atau kemungkinan
kehilangan dengan reaksi stress. Perawat dapat mengkaji tanda-tanda
klinis dari respon ini.
Manifestasi berduka yang dianggap normal bisa berupa
mengungkapkan rasa kehilangan, menangis, mengalami gangguan tidur,
kehilangan selera makan, dan sulit berkonsentrasi. Berduka fungsional
atau duka cita /adaptif mungkin ditandai dengan lamanya waktu
penyangkalan, depresi, gejala fisiologis berat, atau pikiran untuk bunuh
diri.
D. Kematian
1. Definisi dan Tanda-tanda kematian
Kematian jantung paru adalah hentinya denyut apical, pernafasan,
tekanan darah yang merupakan tanda kematian yang secara tradisional.
Sejak perkembangan zaman dan kemajuan teknologi tanda kematian
makin sulit diidentifikasi oleh karena itu tahun 1968, World Medical
Assembly mengadopsi panduan yang digunakan oleh dokter untuk
mengidentifikasi kematian :
Tidak ada respond terhadap stimulus eksternal secara menyeluruh
Tidak ada pergerakan otot, tertutama pernafasannya
Tidak ada refleks
Ensefalogram (gelombang otak) datar
Defenisi kematian yang lain yaitu kematian otak atau kematian
otak yang lebih tinggi bisa terjadi jika otak mengalami kerusakan dibagian
pusat otak atau dibagain korteks serebral.
2. Tanda-Tanda Kematian
a. Aliran darah melambat
Karena aliran darah bermasalah, kulit akan terlihat seperti
berbintik-bintik dan mengalami perubahan warna. Bintik dan
warna kebiruan pada kulit yang terlihat di bagian atas tubuh, yaitu
dari pinggul hingga kepala, mencirikan tanda kematian yang lebih
dekat dibandingkan dengan perubahan yang terlihat di bagian
bawah tubuh.
b. Menurunnya aliran darah di serebral otak
Kondisi ini mengakibatkan seseorang mengalami
penurunan tingkat kesadaran. Juga merasa mengantuk terus
menerus dan terkadang mengalami disorientasi (linglung).
Dalam kondisi ini seseorang terkadang mengalami
takikardia, atau detak jantung di atas normal saat beristirahat. Jika
orang normal berdetak 60-100 kali per menit, maka orang yang
mengalami takikardia umumnya lebih dari 100 detak per menit.
Selain itu, kondisi ini juga mengakibatkan seseorang mengalami
hipotensi atau tekanan darah rendah yang bisa mengakibatkan
kegagalan organ.
c. Penurunan fungsi pada sistem kemih
Pada kondisi ini, seseorang mungkin akan mengalami
inkontinensia urine atau mengompol.Pakaikan popok untuk
menghindari penggantian celana yang terlalu sering yang mungkin
membuatnya tidak nyaman.
d. Perubahan selera makan
Pada kondisi ini, biasanya orang yang sakit keras akan
mengalami penurunan selera makan dan minum. Hal ini akan
berakibat pada penurunan berat badan dan dehidrasi.
e. Kesulitan makan
Biasanya seseorang di situasi ini akan mengalami beberapa
kesulitan saat makan seperti makanan tidak ditelan, tersedak, dan
batuk-batuk setelah makan. Solusinya, Anda bisa memberi orang
terkasih makan-makanan lunak atau makanan yang telah
dihaluskan agar makanan lebih mudah dicerna.
f. Perubahan pada kulit
Perubahan pada kulit bisa berupa bintik-bintik atau
perubahan warna. Biasanya, muncul bercak kehijauan atau merah
gelap yang terdapat di belakang lengan atau kaki.
g. Luka dekubitus
Luka dekubitus yaitu titik nyeri yang muncul pada tubuh
akibat tekanan yang terlalu besar yang terjadi pada satu area
tertentu. Bintik-bintik merah yang muncul pada tonjolan tulang
merupakan tanda pertama luka dekubitus. Meringankan tekanan
pada luka dengan memiringkan tubuh pasien bisa menjadi solusi.
h. Gangguan sistem pernapasan
Adanya retensi sekret pada faring atau saluran pernapasan
bagian atas. Biasanya ditandai dengan suara napas yang berisik
walaupun tidak sedang mengalami batuk. Tidur dengan posisi
memiringkan kepala bisa menjadi salah satu solusi.
Anda juga bisa menaruh bantal kecil yang empuk di belakang leher
untuk mengganjal kepalanya.
i. Sesak napas
Jika orang terkasih Anda mengalami hal ini, maka Anda
bisa memberikan oksigen sebagai alat bantu napas.
j. Mengalami cheyne-stokes respirations
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan pola
pernapasan yang sangat tidak teratur. Terkadang napas bisa sangat
dalam dan cepat, tetapi selanjutnya justru sangat dangkal dan
lambat. Bahkan seseorang yang mengalami kondisi ini bisa
mengalami henti napas selama beberapa waktu. Sering kali kondisi
ini berlangsung antara 30 detik hingga 2 menit.
k. Perubahan pada fase menjelang kematian
Secara keseluruhan, seseorang yang berada dalam fase ini
akan terlihat sangat lemah dan lelah. Akibatnya, orang tersebut
akan tidur dalam jangka waktu yang lebih lama. Selain itu,
seseorang juga akan mengalami kelinglungan terhadap waktu,
lingkungan sekitar, bahkan orang-orang terdekatnya. Terkadang,
bahkan pasien bisa terlihat seperti orang yang sedang koma.
.
b. Otopsi
Otopsi atau pemeriksaan pascamortem adalah pemeriksaan tubuh
setelah meninggal yang dilakukan pada kasus-kasus tertentu. Undang-
undang yang menguraikan tentang situasi apa aja yang terjadi
misalnya kematian yang mendadak atau terjadi 48 jam setelah masuk
ke rs. Organ dan jaringan tubuh diperiksa untuk menentukan penyebab
yang pasti kematian, mempelajari penyakit dan membantu akumulasi
data statistic.
Otopsi memerlukan persetujuan dan tanggung jawab dari dokter
atau orang yang ditunjuk dari pihak rumah sakit yang disetujui oleh
pihak keluarga ataupun sebelum almarhum meninggal. Orang yang
berhak yaitu orang tua, pasangan yang ditinggalkan, anak yang
dewasa dan saudara kandung dan setelah dilakukkan otopsi pihak
rumah sakit tidak boleh menahan jariangan atau organ tanpa izin dari
orang yang menyetujui otopsi.
e. Eutanasia
Eutanasi adalah tindakan mematikan tanpa adanya rasa nyeri untuk
seseorang yang mengalami penyakit yang tak bisa disembuhkan atau
yang menimbulkan penderitaan jangka panjang.
Eutanasia adalah tindakan yang tidak sah, kecuali kepada negara
yang memiliki undang-undang hak untuk mati dan juga surat wasiat.
Pada tahun 1994, negara bagian Oregon menyetujui hukum bunuh diri
yang dibantu dokter pertama kalinya di Amerika Serikat, Death with
Dignity Act, yang memperbolehkan dokter memberikan obat dosis
letal. Undang-undang tersebut berlaku pada bulan November 1997,
dan sampai tahun 2002 terdapat 129 orang yang mengajukan
permintaan dibawah undang-undang tersebut.
Di Kanada, tindakan Eutanasia menimbulkan tuntutan kriminal
pembunuhan karena tidak memberikan penanganan sesuai standar
asuhan.
f. Pemeriksaan Koroner
Pemeriksaan koroner adalaah pemeriksaan legal untuk mencari
penyebab atau cara seseorang itu mati. Misal, apabila mati karena
kecelakaan, maka pemeriksaan koroner dilakukan untuk mengetahui
penyebab kecelakaan, siapa yang bersalah saat kejadian itu.
Pemeriksaan koroner ini diputuskan oleh petugas koroner atau
pemeriksa medis. Petugas koroner adalah mereka yang ditunjuk untuk
memeriksa penyebab, tidak hanya dokter. Pemeriksa medis adalah
dokter yang memiliki pendidikan lanjut dalam patologi medis.
g. Donasi Organ
Disebut dengan donasi organ apabila seseorang menyerahkan
bagian tubuhnya untuk tujuan tertentu, seperti untuk pendidikan
medis, riset, kemajuan ilmu pengetahuan kedokteran atau gigi, terapi,
atau transplantasi. Donasi dapat dibuat dengan sebuah pernyataan
yang ditandatangani di formulir menyerupai kartu.
Di sebagian negara donasi organ dapat dibatalkan dengan
menghancurkan kartu tersebut atau dengan mencabut pernyataan
secara lisan yang dihadiri dua orang saksi. Proses mengenai donasi
organ berbeda-beda sesuai dengan negaranya masing-masing,
sehingga perawat harus mengetahui hukum yang berlaku dalam
negaranya tersebut.
Disusun oleh:
DAFTAR PUSTAKA
Foster. Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI-Press
Konsep Transkultural Nursing, Globalisasi & Perspektif
Transkultural
Nama Kelompok:
Dianah Syahirah 1810711038
Rifdah Camila 1810711045
Rizcha Aristiara 1810711049
Rifda Hasanah Fauzi 1810711054
Siska Agustina Lestari 1810711088
Vernanda Erlina Vebyana 1810711108
A. PENGERTIAN
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung
pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang
merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota kemunitas setempat.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyanya dan
sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger, 1991).
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat
kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik).
Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan
sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson, 1981).
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika
klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan
seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis.
Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis
pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia
mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien
karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami
oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan
yang diberikan.
PSIKOSOSIAL BUDAYA DALAM KEPERAWATAN
“DIVERSITY DALAM MASYARAKAT, TEORI MODEL MADELEINE LEININGER
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN, DAN PENGKAJIAN BUDAYA”
Di Susun Oleh :
Pricilia Dewi Sulistyawati 1810711006
Annisa Kirana Putri 1810711009
Anjani Dara Narulita 1810711010
Sherly Agatha 1810711015
Cherlyn Eva Taryono 1810711018
Bunga Indah Sari 1810711027
1. Pengkajian
Menurut KBBI Pengkajian adalah proses atau cara. Dan menurut beberapa
ahli pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995)
Sedangkan arti kata Budaya menurut KBBI diartikan sebagai pikiran akal
budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa pengertian kebudayaan diturunkan dari
kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola piker manusia. Budaya
merupakan salah satu cara hidup yang terus berkembang dan dimiliki bersama
oleh suatu kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.
Sedangkan menurut beberapa ahli seperti E. B. Taylor memiliki nama panjang
Edwart Burnett. Ia merupakan ahli antropologi yang berasal dari Inggris. E. B
Taylor juga memiliki pandangan atau pendapat tentang pengertian budaya.
Menurut tokoh antropolog ini, budaya adalah keseluruhan yang meliputi
kesusilaan, kesenian, kepercayaan, adat istiadat serta kebiasaan dan kesanggupan.
Hal ini terjadi disebabkan oleh berbagai hal yang di pelajari oleh masyarakat.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengkajian budaya adalah
mengumpulkan informasi pasien untuk mengenali masalah dan kebutuhan pasien
sesuai dengan latar belakang budaya yang meliputi adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan dan sebagainya secara keseluruhan. Atau Pengkajian Budaya adalah
proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model"
yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Prinsip-prinsip pengkajian budaya:
jangan menggunakan asumsi
jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal: orang padang pelit, orang
jawa halus
menerima dan memahami metode komunikasi
menghargai perbedaan individual
mengahargai kebutuhan personal dari setiap individu
tidak beleh membeda-bedakan keyakinan klien
menyediakn ptivacy terkait kebutuhan pribadi
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan
dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
a. Cultural care preservation/maintenance/ Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi.
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan dan perawatan bayi.
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Kasus: Kehilangan
Seorang wanita berusia 22 tahun di ranap RS Bahagia post natal 1 hari, rujukan dari
melahirkan di bidan pukul 22.00 WIB dengan usia kehamilan 40 minggu. Kehamilan
yang kedua dan diharapkan oleh pasangan suami istri. Mulai merasakan mulas sejak
pukul 12.00 dinihari, berharap dapat melahirkan di emak paraji(indung beurang).
Pukul 04.00 klien merasakan adanya cairan yang keluar dari kemaluannya, berwarna
bening, oleh indung beurang dicoba untuk mengeluarkan bayi dengan cara diurut
dari bagian atas perut, minum air kelapa muda tetapi ternyata bayi tidak mau keluar.
Setelah klien kecapaian dan tidak ada tenaga lagi untuk mengejan oleh indung
beurang klien dibawa ke puskesmas yang berjarak 50 km 1 jam perjalanan
menggunakan ojek) dari tempat tinggal klien. Setelah dirangsang bayi keluar pukul
22.00 di puskesmas. Klien dirawat karena pingsan setelah klien mengetahui bahwa
anak yang dilahirkannya meninggal dunia. Perawat melakukan pengkajian setelah
klien sadar, didapatkan data bahwa klien sering menangis sambil mengatakan
“seandainya saya melahirkan pada pagi hari atau siang hari, pasti anakku masih
hidup....” Kemudian perawat mengkaji proses kehilangan yang tengah dialami oleh
klien. Klien mengatakan beragama Islam, percaya kepada ilmu sihir dan hal-hal
gaib. Klien percaya bila bayinya dibawa terlalu lama dari rumah maka bayinya akan
hilang dibawa gendolwewe atau kalongwewe. Biasanya bayi tersebut akan dibawa
selepas maghrib, karena menurut keluarga klien bayi masih berbau amis dan mahluk
gaib sangat menyukai hal-hal yang berbau amis. Bayi tersebut biasanya digunakan
tumbal oleh orang-orang yang memuja ingin awet muda. Biasanya bagi keluarga
yang baru saja memiliki bayi akan menggunakan tradisi “meutingan” yaitu tradisi
menginap di rumah keluarga yang baru saja melahirkan. Suku Sunda menurut klien
biasanya ngaos (membaca ayat-ayat suci Al Qur’an) selama 7 hari 7 malam yang
dimulai selepas maghrib sampai dengan Isya. Suku Sunda percaya dengan cara
tersebut bayi yang baru saja lahir tidak akan hilang.
1. Apa saja peran perawat sesuai implikasi kasus diatas?
2. Jelaskan aplikasi konsep teori yang telah dijelaskan di QBL 1 terhadap kasus
diatas!
3. Jelaskan pengkajian keperawatan berdasarkan teori Sunrise Leiniger! Apa
faktor yang penting diperhatikan perawat terkait kasus diatas?
4. Lakukan analisa data (buat tambahan data jika diperlukan) dan tegakkan
minimal 2 diagnosa terkait kasus diatas!
5. Tuliskan intervensi dari diagnosa utama yang telah ditegakkan!
1. Apa saja peran perawat sesuai implikasi kasus diatas?
1. Care giver
Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan
pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi yang benar, menegakkan
diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi
keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah
atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilakukannya.
Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang
meliputi intervensi atau tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan
menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.
2. Counsellor
interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga
dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan
kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
penglaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan,
mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.
3. Educator
Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya
malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan
medic yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab
terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat
memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi,
kadar kesehatan, dan lain sebagainya.
4. Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan
rencan maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna memenuhi kebutuhan
kesehatan klien.
5. Change agent
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap,
bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat.
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam
berhubungan dengan klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien
6. Consultan
Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan
dengan kondisi spesifik lain. Untuk menghadapi berbagai fenomena kebudayaan
yang ada di masyarakat, maka perawat dalam menjalankan perannya harus dapat
memahami tahapan pengembangan kompetensi budaya
2. Jelaskan aplikasi konsep teori yang telah dijelaskan di QBL 1 terhadap kasus
diatas!
Tipe kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan
anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan
yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien
(anggota) menderita sakit terminal.
Kategori kehilangan
1. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara
sekandung, guru, pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau
atlet yang telah terkenal mungkin menjadi orang terdekat bagi orang
muda. Riset telah menunjukkan bahwa banyak hewan peliharaan sebagai
orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan, pindah,
melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan kematian.
4. Lakukan analisa data (buat tambahan data jika diperlukan) dan tegakkan
minimal 2 diagnosa terkait kasus diatas!
ANALISA DATA
Do :
1. Klien terlihat berbicara dengan
nada marah
2. Klien terlihat sering menangis
3. Klien terlihat menyalahkan diri
sendiri
4. Klien terlihat syok
2. Ds : Distress -kehilangan
1. Klien mengatakan tidak percaya spiritual
atas kehilangan anaknya
2. Klien mengatakan tidak menerima
kematian anaknya
3. Klien mengatakan anaknya masih
hidup jika tidak lahir malam hari
4. Klien mengatakan percaya ilmu
sihir dan hal gaib berdasarkan
budaya klien.
Do :
1. Klien terlihat berbicara dengan
nada marah
2. Klien terlihat sering menangis
3. Klien terlihat menyalahkan diri
sendiri
4. Klien terlihat syok
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Disusun oleh:
Retno Arum Sari 1810711002
Dinda Noviyanti 1810711007
Rahmawati Eka Yulistyani 1810711020
Cintami Nida Fajriani 1810711041
Anindita Putri Suwarno 1810711042
Rifda Camila 1810711045
Mella Mahardika 1810711052
Widhi Nurfadillah 1810711094
Rahmadia 1810711107
1. Peran Perawat
Konselor
Konselor yaitu orang yang memerlukan konseling terhadap masalah yang
dialami untuk mengambil keputusan yang dianggap terbaik bagi dirinya.
Konseling adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah antara klien
dengan petugas kesehatan (perawat) yang bertujuan memberikan bantuan
mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan. Konseling adalah
proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Peran perawat :
Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya.
Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam
merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya
Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada
individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
Educator
Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
dan keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan
kesehatan keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri,
dan bertanggung jawab terhadap masalah keamanan keluarga. Tujuan
utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga
dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi
kebuthan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut
perawat harus mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu
memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.
Motivator
Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku
positf dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih
berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan sebagai motivator.
Kolaborator
Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program
maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan
keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang
optimal. Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan
rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap
kesehatan keluarga yang optimal
Fasilitator
Perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan
kebutuhan keamanan klien dan keluarga sehingga faktor risiko dalam
ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi. Membantu
keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik,
maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
(sistem rujukan, dana sehat, dll)
Manajanemen Kasus
Merupakan suatu penghubung antara pasien dengan jasa pelayanan yang
menyediakan kebutuhan pasien untuk pelayanan yang berkelanjutan.
Manajemen kasus ini merujuk kepada suatu proses atau metoda yang
menjamin agar pasien mendapat pelayanan yang dibuthkannya secara
terkoordinasi, efektif dan efisien. Manajemen kasus adalah alat untuk
mempertahankan dan menjaga kontrak pasien dengan pusat pelayanan,
mengurangi frekuensi dan lamanya perawatan di Rumah Sakit sehingga
biaya yang dikeluarkan berkurang, serta memperbaiki hasil khususnya
fungsi sosial dan kualitas hidup.
2. Jelaskan aplikasi konsep teori yang telah dijelaskan di QBL 1 terhadap kasus
diatas!
Aplikasi konsep teori dari kasus diatas mengenai konsep stress adaptasi.
Pada kasus diatas pasien mengalami stress karena di diagnosa Ca mammae
(kanker payudara). Pasien merasa takut atau cemas dengan operasi
mastektomi karena pasien berpikir jika operasinya tidak berhasil dan
kemungkinan sembuh kecil sekali. Pasien juga mengeluh tidak bisa tidur
menjelang operasi , menolak makan, dan selalu mimpi buruk. Pasien
merasakan stress karena sebelumnya tidak pernah menderita penyakit yang
berat.
1) Konsep Stress
Stress adalah suatu kondisi ketika individu berespons terhadap
perubahan dalam status keseimbangan normal. Stresor adalah setiap
kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu mengalami stress.
A. Sumber Stress
Secara luas sumber stress diklasifikasikan sebagai stresor internal
dan eksternal, atau stresor perkembangan dan situasional. Dari kasus
diatas sumber stress yang dialami pasien yaitu stresor internal berasal
dari dalam diri seseorang dan stresor situasional karena pasien di
diagnosa Ca mammae (kanker payudara).
B. Pengaruh Stress
Stress dapat memiliki konsekuensi fisik, emosi, intelektual,
sosial, dan spiritual. Biasanya efek tersebut terjadi bersamaan karena
stress memengaruhi seseorang secara keseluruhan. Secara fisik, stress
dapat mengancam homeostasis fisiologis seseorang. Pada kasus ini
pengaruh fisik yang dialami pasien yaitu tidak bisa tidur dan tidak
mau makan yang akan membuat pasien kekurangan nutrisi. Secara
emosi, stress dapat menimbulkan perasaan negatif atau nonkonstruktif
terhadap diri sendiri. Pada kasus ini pengaruh emosi yang dialami
pasien yaitu pasien berpikir jika nanti operasinya tidak berhasil
sehingga membuat pasien menjadi takut dan cemas. Secara
intelektual, stress dapat memengaruhi persepsi dan kemampuan
seseorang dalam memecahkan masalah. Pada kasus ini pengaruh
intelektual yang dialami pasien yaitu pasien berpikir untuk menolak
operasinya karena kemungkinan sembuh kecil sekali. Secara sosial,
stress dapat mengubah hubungan sesorang dengan orang lain. Secara
spiritual, stress dapat mengancam keyakinan dan nilai seseorang.
e) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factor).
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan
transkultural (Andrew & Boyle, 1995). Hal yang perlu dikaji seperti jam
berkunjung, pasien harus memakai baju seragam, jumlah keluarga yang boleh
menunggu, hak dan kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien yang
dirawat.
Ketika diobservasi, perawat mendapatkan data bahwa klien sering
bertanya tentang penyakitnya, berpikir kalau saja nanti operasinya tidak
berhasil atau bagaimana kalau ia menolak saja untuk dioperasi karena
kemungkinan sembuh kecil sekali.
4. Lakukan analisa data (buat tambahan data jika diperlukan) dan tegakkan
minimal 2 diagnosa terkait kasus diatas!
DATA FOKUS
No Data Subjektif Data Objektif
1. - Klien megeluh adanya - Klien terlihat sering
benjolan atau ulkus pada menanyakan tentang
mammae penyakitnya
- Klien meneluh nyeri - Klien sering berfikiran buruk
tentang hasil operasi yang
- Klien mengeluh sering takut akan dijalaninya
- Klien mengeluh cemas - Klien bicara cepat
- Mengeluh tidak bisa tidur - Klien terlihat gemetar
menjelang operasinya
- Klien terlihat sulit
- Klien mengeluh selalu konsentrasi
mimpi buruk
Data tambahan: - Klien menolak makan
- klien mengatakan skala
nyerinya 8 dari 10.
Data tambahan :
- terlihat ekspresi kesakitan
dari wajah klien
-
A. ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA ETIOLOGI
.
1. DATA SUBJEKTIF : Nyeri akut Agens cedera
- Klien megeluh adanya (domain 12, kelas 1, biologis,
benjolan atau ulkus pada 00132) Benjolan atau ulkus
mammae pada mamae
- Klien meneluh nyeri
DATA OBJEKTIF :
- Klien terlihat sulit
konsentrasi
- Klien menolak makan
Data tambahan
- klien mengatakan skala
nyerinya 8 dari 10
- terlihat ekspresi kesakitan
dari wajah klien
DATA OBJEKTIF :
- Klien terlihat sering
menanyakan tentang
penyakitnya
- Klien sering berfikiran
buruk tentang hasil operasi
yang akan dijalaninya
- Klien bicara cepat
- Klien terlihat gemetar
- Klien terlihat sulit
konsentrasi
- Klien menolak makan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dosen Pengampu:
Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep
Disusun oleh :
Suci Meliyani 1810711008
Anjani Dara Narulita 1810711010
Ega Rakha Alvita Deli 1810711012
Fatimah Az-Zahra 1810711016
Afifah Afriana 1810711017
Nur Fitria Firliani Pardi 1810711035
Rizcha Aristiara 1810711049
Zihan Evrianti Susanto 1810711096
Dina krismayanti 1810711103
2019
Kasus 4 : Budaya 1
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun berasal dari Suku Karo. Saat ini klien
dirawat di ruang perawatan bedah dengan diagnosa fraktur sejak 4 hari
lalu setelah mengalami kecelakaan karena klien jatuh dari pohon yang
dikeramatkan di desanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar klien
terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Saat dibawa
kerumah sakit keadaan klien sudah parah. Ibu klien mengatakan bahwa
setelah terjadi kecelakaan anaknya langsung dibawa ke sangkal putung lalu
klien dipijat menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa.
Setelah pengkajian, perawat mendapatkan data keluhan nyeri sedang, berat
badan klien menurun, dan kurang nafsu makan. Selain itu, keluarga klien lebih
percaya kepada sangkal putung untuk mengobati sakit anaknya karena
dianggap lebih cepat penyembuhannya dan sudah terbukti dari dulu untuk
mengobati patah tulang. Ibu klien mengatakan klien dilarang mengkonsumsi
makanan seperti ikan, daging, dan telur sehingga klien juga tampak lemah
dan lesu. Ketika diberikan pendidikan kesehatan, ibu klien masih terlihat
kebingungan dan belum menandatangani persetujuan untuk pembedahan
klien. Saat ini klien dijaga oleh ibunya. Keluarga klien menggunakan jeruk
purut yang ditumbuk untuk diusapkan dan diurutkan ke sekujur tubuh klien,
mereka percaya buah jeruk purut dapat mengeluarkan benda-benda dan roh
jahat yang bersemayam dalam tubuh klien. Klien dan keluarga percaya
bahwa sakit yang didapat dan tidak bisa sembuh merupakan hukuman para
dewa. Keluarga klien juga membaca mantra tiap pagi kepada klien dan
meletakkan beberapa sesajen di dekat tempat tidur klien seperti kemenyam,
minyak ikan, mayang pinang, beras kuning, kelapa tua, kelapa muda, banyu
gula, serta piduduk (beras, gula merah, telur ayam, dan kelapa). Mereka
percaya sesajen ini disukai oleh dewa kemudian mempercepat penyembuhan
penyakit. Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital maka didapatkan
hasil TD : 90/50 mmHg, N:72x/menit, P : 20 x/menit, dan Suhu: 38’5°C.
Observasi perawat terhadap penampilan klien berwarna kulit: sawo matang
(turgor kulit baik), Rambut: ikal, Struktur tubuh: kurus, dan Bentuk wajah:
bulat.
1. Apa saja peran perawat sesuai implikasi kasus diatas?
2. Jelaskan aplikasi konsep teori yang telah dijelaskan di QBL 1 terhadap
kasus diatas!
3. Jelaskan pengkajian keperawatan berdasarkan teori Sunrise Leiniger! Apa
faktor yangpenting diperhatikan perawat terkait kasusdiatas?
4. Lakukan analisa data (buat tambahan data jika diperlukan) dan tegakkan
minimal 2 diagnosa terkait kasus diatas!
5. Tuliskan intervensi dari diagnosa utama yang telah ditegakkan!
PEMBAHASAN
1. Apa saja peran sesuai implikasi kasus diatas ?
1. Sebagai Pemberi Perawatan
Perawat sebagai pemberi perawatan secara langsung yaitu peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada
individu, keluarga dan kelompok dengan menggunakan energi dan waktu
seminimal mungkin. Perawat ini langsung mengkaji kondisi kesehatan
pasien, merencanakan, mengimplementasi dan mengevaluasi asuhan
keperawatan. Dari Kasus : perawat melakukan pengkajian kepada pasien dan
mendapatkan hasil keluhaan nyeri sedang, berat badan klien menurun, dan
kurang nafsu makan.
2. Sebagai Pendidik
Peran perawat di komunitas sebagai pendidik yaitu untuk memberikan
informasi berupa pengajaran mengenai pengetahuan dan keterampilan dasar.
Dari Kasus : ketika diberikan pendidikan kesehatan, ibu klien masih terlihat
bingung dan belum menandatangani surat persetujuan untuk pembedahan
klien.
3. Sebagai Konsultan
Perawat sebagai konsultan yaitu peran perawat yang bertugas sebagai
tempat konsultasi pasien dalam pemberian informasi, dukungan atau
memberi ajaran tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dalam
mengambil keputusan mengenai pengobatan yang akan dipilih dan dijalani,
klien memerlukan informasi dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
Pendapat untuk kasus :perawat menjelaskan tentang apa yang dinyakinin
ibu klien dan apa yang terbaik untuk sang anak agar bisa cepat sembuh.
4. Sebagai Advokat
Peran perawat sebagai advokat yaitu tindakan perawat dalam
mencapai suatu untuk kepentingan masyarakat atau bertindak untuk
mencegah kesalahan yang tidak diinginkan ketika pasien sedang menjalankan
pengobatan. Peran perawat advokat ini dapat kita temukan saat pasien
bingung dan berusaha memutuskan tindakan yang terbaik bagi kesehatannya,
untuk itu perawat dibutuhkan memberikan informasi lengkap bagi pasien dan
berusaha menolak bila tindakan itu membahayakan kondisi pasien dan
melanggar hak-hak pasien. Pendapat untuk kasus : perawat berusaha
menyakinkan ibu klien untuk melakukan pembedahan kepada anaknya sesuai
tindakan medis yang ada.
Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS: Nyeri akut (Domain 12, Fraktur
Pasien mengeluh nyeri sedang Kelas 1, Kode 000132,
DO : Hal.445)
Fraktur 4 hari yang lalu
TD : 90/50 mmHg,
N:72x/menit,
P : 20 x/menit, dan
Suhu: 38’5°C.
DT:
2. DS : Ketidak seimbangan Tidak nafsu makan
Pasien mengatakan kurang nutrisi : kurang dari
nafu makan kebutuhan tubuh
Ibu klien mengatakan klien (Domain 2, Kelas 1,
dilarang mengkonsumsi Kode 00002, Hal. 153)
makanan seperti ikan, daging,
dan telur
DO :
Berat badan klien menurun
TD : 90/50 mmHg,
N:72x/menit,
P : 20 x/menit, dan
Suhu: 38’5°C.
struktur tubuh klien tampak
kurus
Klien tampak lemah
Klien tampak lesu
DT :
BB awal : 35 kg
BB sekarang : 30kg
3. DS : Defisiensi Pengetahuan Kurang informasi
Ibu klien mengatakan klien (Domain 5, Kelas 4,
dilarang mengkonsumsi 00126, Hal. 257)
makanan seperti ikan, daging,
dan telur
Klien dan keluarga
mempercayai hal-hal gaib
DO:
Ibu klien tampak bingung saat
diberikan pendidikan
kesehatan
Ibu klien belum
menandatangani persetujuan
untuk pembehadan
4. DS: Ketidak Patuhan Nilai-nilai tidak
1. Ibu klien mengatakan klien (Domain 1. Kelas 2, sesuai dengan
dilarang mengkonsumsi makanan 00079, Hal 165) rencana
seperti ikan, daging, dan telur
2. Klien dan keluarga mempercayai
hal-hal gaib
3. keluarga klien lebih percaya
kepada sangkal putung untuk
mengobati sakit anaknya
4. keluarga klien percaya buah jeruk
purut dapat mengeluarkan benda-
benda dan roh jahat yang
bersemayam dalam tubuh klien
5. Keluarga klien percaya sesajen ini
disukai oleh dewa kemudian
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kasus 5 : Budaya 2.
Seorang wanita berusia 27 tahun, primigravida, kehamilan ini sudah direncanakan
dan sangat diharapkan, usia kehamilan 24 minggu, pekerjaan buruh tani dan sudah
mulai menabung untuk persiapan melahirkan, pendidikan SD, dan beragama Islam.
Klien baru pertama kali datang memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Sejahtera
karena pusing dan lemas. Kemudian hasil pengkajian perawat mendapatkan tanda
gejala 5L pada klien. Klien didiagnosa anemia oleh dokter puskesmas. Keluarga
klien masih percaya pada mitos-mitos dalam masyarakat misalnya banyak anak
banyak rejeki dan jika pasangan suami-istri tidak memiliki keturunan maka yang
tidak normal/bermasalah adalah istri. Suku Jawa dengan bahasa sehari-hari
menggunakan bahasa Jawa. Selama kehamilan, klien tidak pernah memeriksakan
kehamilannya ke puskesmas atau sarana kesehatan yang lain dengan alasan tidak
mempunyai biaya untuk periksa kehamilan. Kien menyatakan selama hamil
menghindari makanan yang dapat mengganggu kehamilan dan proses melahirkan
seperti makan ketan, telur, udang, durian, dll. Klien dan keluarga mempunyai
kebiasaan makan sehari-hari adalah makanan hewani jarang memakan makanan
nabati. Makanan yang dipantang adalah daging babi. Klien dan suaminya juga
merencanakan kelak akan melahirkan dengan pertolongan dukun beranak. Pada
keluarga klien pengambil keputusan adalah suami (laki-laki) dan seorang istri harus
mengikuti apa kata suami tanpa bisa menyampaikan pendapatnya. Jika terjadi
masalah dalam keluarga maka akan diselesaikan oleh keluarga pihak suami. Klien
dan keluarga menyatakan hanya rakyat biasa dan tidak mengerti dengan aturan-
aturan dan kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan-kebijakan dalam masalah
kesehatan, mereka hanya mengikuti apa yang di perintahkan oleh kepala desanya.
Hampir semua ibu di desa klien yang melahirkan di bantu oleh dukun bayi.
1. Apa saja peran perawat sesuai implikasi kasus diatas?
2. Jelaskan aplikasi konsep teori yang telah dijelaskan di QBL 1 terhadap kasus
diatas!
3. Jelaskan pengkajian keperawatan berdasarkan teori Sunrise Leiniger! Apa faktor
yang penting diperhatikan perawat terkait kasus diatas?
4. Lakukan analisa data (buat tambahan data jika diperlukan) dan tegakkan minimal
2 diagnosa terkait kasus diatas!
5. Tuliskan intervensi dari diagnosa utama yang telah ditegakkan!
2. Jelaskan aplikasi konsep teori yang telah dijelaskan di QBL 1 terhadap kasus
diatas!
1. Budaya
Teori : Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok
yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
Pembahasan :
Dari kasus diatas dapat kita ketahui, bahwa dalam desa tersebut sangat
mempercayai budaya-budaya yang mereka anut dari dulu. Warga hanya
mempercayai dan mematuhi apa yang dikatakan oleh kepala desanya. Mereka
juga hanya mengkonsumsi makanan hewani, tidak dengan makanan nabati. Dan
mereka juga mempunyai budaya dimana jika ingin melahirkan mereka ke dukun
beranak daripada ke rumah sakit/bidan. Dan terakhir ialah, budaya yang dianut
pasien ialah pengambil keputusan adalah pihak suami ataupun keluarga suami
sehingga pihak wanita tidak dapat menyarankan sebuah saran ataupun pendapat.
2. Nilai budaya
Teori : Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan
atau dipertahankan pada suatu waktu tertentu.
Pembahasan :
Dari kasus diatas, Pasien dan keluarga pasien lebih mempercayai dukun
beranak daripada pemerintah. Dan pasien juga kurang mengetahui tentang
makanan yang sebenarnya dipantang dan dibolehkan dalam masa kehamilannya.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Teori : Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yang
optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
Pembahasan :
Dalam kasus diatas, setelah dikaji oleh perawat, ternyata pasien baru
pertama kali memeriksa kandungannya yang sudah memasuki bulan ke-24 ini.
Dan klien juga sudah merencanakan persalinannya nanti di dukun beranak. Juga,
pasien tidak mengkonsumsi makanan yang menurut budayanya itu sangat
dipantang seperti udang, telur, dll.
Sedangkan dalam asuhan keperawatan, setelah dilakukan pengkajian
keperawatan, pasien datang dengan keluhan pusing dan lemah. Dan pasien juga
ditemukan tanda dan gejala 5L. Pasien juga didiagnosis anemia.
4. Etnosentris
Teori : Etnosentris adalah persepsi individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya lain.
Pembahasan :
Keluarga klien mempercayai mitos-mitor dalam masyarakat seperti banyak
anak banyak rezeki, dan jika pasangan suami-istri tidak memiliki keturunan,
maka yang bermasalah ialah istrinya. Klien selama ini juga menghindari
makanan yang dianggapnya mengganggu proses kehamilan seperti ketan, telur,
udang, dll. Keluarga pasien dan pasien juga mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi makanan hewani dan jarang memakan makanan nabati.
5. Etnis
Teori : Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim
Pembahasan :
Pasien memiliki suku, yaitu Suku Jawa.
6. Care dan Caring
Teori : Care dan caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
Pembahasan :
Perawat dapat memberikan edukasi tentang informasi kesehatan yang
dialami pasien sebaik-baiknya. Dan menghapus kebudayaan pasien yang
menyimpang dengan kesehatan pasien, guna meningkatkan kualitas kesehatan
pasien sesuai teori
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada ”Sunrise Model” yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
Analisis Kasus:
Klien baru pertama kali datang memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas
Sejahtera karena pusing dan lemas
Selama kehamilan, klien tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke
Puskesmas dengan alasan tidak mempunyai biaya untuk periksa kehamilan
Klien dan suami merencanakan kelak akan melahirkan dengan pertolongan
dukun beranak
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Yang perlu dikaji pada faktor
ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
Analisis kasus:
Suku Jawa dengan bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Jawa
Klien menyatakan selama hamil menghindari makanan yang dapat
mengganggu kehamilan dan proses melahirkan seperti makan ketan, telur,
udang, durian, dll.
Klien dan keluarga mempunyai kebiasaan makan sehari-hari adalah makanan
hewani jarang memakan makanan nabati.
Makanan yang dipantang adalah daging babi
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
Analisis Kasus:
Klien dan keluarga menyatakan hanya rakyat biasa dan tidak mengerti
dengan aturan-aturan dan kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan-
kebijakan dalam masalah kesehatan, mereka hanya mengikuti apa yang
diperintahkan oleh kepala desanya.
4. Lakukan analisa data (buat tambahan data jika diperlukan) dan tegakkan
minimal 2 diagnosa terkait kasus diatas!
DATA FOKUS
DS :
1. Pasien mengatakan kehamilan direncanakan dan sangat diharapkan
2. Pasien mengatakan bekerja sebagai buruh tani
3. Pasien mengatakan sudah mulai menabung untuk melahirkan
4. Pasien mengatakan pendidikan terakhir SD
5. Pasien mengatakan baru pertama kali memeriksa kehamilannya ke
Puskesmas karena pusing dan lemas
6. Pasien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan di Puskesmas
7. Pasien mengatakan keluarganya masih percaya pada mitos-mitos dalam
masyarakat misalnya banyak anak banyak rejeki dan jika pasangan suami-
istri tidak memiliki keturunan maka yang tidak normal/bermasalah adalah
istri
8. Pasien mengatakan selama hamil menghindari makanan yang dapat
mengganggu kehamilan dan proses melahirkan seperti ketan, telur, udang,
durian, dll
9. Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan makanan hewani dan jarang
memakan makanan nabati
10. Pasien mengatakan makanan yang dipantang adalah daging babi
11. Pasien mengatakan akan merencanakan untuk melahirkan di dukun beranak
kelak
12. Pasien mengatakan pengambilan keputusan di dalam keluarganya adalah
laki-laki (suami)
13. Pasien mengatakan jika ada masalah dalam keluarga, maka akan diselesaikan
oleh pihak keluarga suami
14. Pasien mengatakan hanya rakyat biasa dan tidak mengerti dengan aturan dan
kebijakan pemerintah termasuk kebijakan-kebijakan dalam masalah
kesehatan
15. Pasien mengatakan hampir semua ibu di desanya melahirkan dengan dukun
bayi
DO :
1. Pasien didapatkan gejala 5L
2. Diagnosa: Anemia
ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1. DS: Anemia ditandai Keletihan
Pasien mengatakan baru dengan (Domain 4. Kelas
pertama kali memeriksa kekurangan 3. Kode
kehamilannya ke Puskesmas energy, Diagnosis:
karena pusing dan lemas kelelahan, dan 00093)
Pasien mengatakan selama malnutrisi
hamil menghindari makanan
yang dapat mengganggu
kehamilan dan proses
melahirkan seperti ketan,
telur, udang, durian, dll
Pasien mengatakan
mempunyai kebiasaan
makanan hewani dan jarang
memakan makanan nabati
Pasien mengatakan makanan
yang dipantang adalah
daging babi
DO :
Pasien didapatkan gejala 5L
Diagnosa: Anemia
DO : -
3. DS : Pergeseran Diskontinuitas
Pasien mengatakan akan kekuatan anggota proses keluarga
merencanakan untuk keluarga ditandai (Domain 7. Kelas
melahirkan di dukun beranak dengan 2. Kode
kelak perubahan dalam diagnosis: 00060
Pasien mengatakan partisipasi di
pengambilan keputusan di dalam pembuatan
dalam keluarganya adalah keputusan
laki-laki (suami)
Pasien mengatakan jika ada
masalah dalam keluarga,
maka akan diselesaikan oleh
pihak keluarga suami
DO: -
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu Iskandar.Tanpa Tahun. Aplikasi Teori Transcultural Nursing Dalam Proses
Keperawatan.Universitas Indonesia: Jakarta