Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan
ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan di bumi. Selama kurang lebih seratus tahun terakhir, suhu rata-
rata di permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C. Meningkatnya suhu rata-
rata permukaan bumi yang terjadi adalah akibat meningkatnya emisi gas rumah
kaca, seperti; karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon,
perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer. Emisi ini terutama
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara)
serta akibat penggundulan dan pembakaran hutan.
Perubahan iklim akibat adanya pemanasan global (global warming) sudah
menjadi pengetahuan umum sedangkan pemanasan global diisukan sebagai akibat
dari bertambahnya gas rumah kaca. Pemanasan global secara umum diartikan
sebagai peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang disebabkan oleh
peningkatan jumlah gas rumah kaca yang terdapat di atmosfer bumi. Gas rumah
kaca yang utama ada di bumi adalah karbon dioksida, metana, dan nitrat oksida.
Gas karbondioksida adalah penyumbang terbesar gas rumah kaca dibandingkan
gas lainya. Sumber gas CO2 adalah dari pembakaran bahan bakar, pernafasan
makhluk hidup, tumpukan sampah, letusan gunung berapi, kebakaran hutan,
kebakaran lahan gambut, pabrik dan lain-lain. Sektor industri merupakan salah
satu penyumbang emisi gas CO2.
Secara global tercatat sekitar 5,3 miliar ton karbon dihasilkan setiap
tahunnya yang bersumber dari deforestasi dan transportasi. Deforestasi merupakan
perubahan penggunaan lahan hutan yang pada dasarnya ditandai dengan
penebangan dan perubahan fungsi hutan menjadi lahan alternatif, seperti menjadi
lahan pertanian, pemukiman dan industri. Hal ini dianggap sebagai salah satu
penyebab emisi karena deforestasi berakibat kepada penurunan kemampuan hutan
dalam menyerap karbon dioksida dan juga dapat melepaskan karbon dioksida ke
atmosfer, sehingga menyebabkan meningkatnya suhu bumi dan berpengaruh
langsung terhadap perubahan iklim. 213 Penyebab lain dari peningkatan
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer yaitu pembuangan gas karbon dioksida
dari kendaraan bermotor. Di dunia setidaknya tercatat 600 juta mobil, 400 juta
motor dan ratusan ribu pesawat yang menyumbang aktif dalam peningkatan emisi
karbon dunia. Hal ini akan mengakibatkan konsentrasi gas rumah kaca semakin
meningkat dan berdampak pada kenaikan suhu bumi.
Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang
dikenal dengan gas rumah kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut
disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan
chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya
dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan
serta pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri,
sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian.
Chlorofluorocarbon CFC merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca
menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol
Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas
polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari.
Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk
menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun,
jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu
berarti mempercepat pemanasan global. Sepanjang seratus tahun ini konsumsi
energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh
negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil.
Efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas (energi) di
atmosfer bumi. Dengan adanya akumulasi yang berlebihan tersebut, iklim global
melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud adalah dengan
meningkatnya temperatur bumi yang kemudian disebut dengan pemansan global.
Pemanasan global akan berdampak dengan adanya perubahan iklim global,
perubahan iklim seperti yang sedang terjadi pada saat ini berdampak negatif bagi
kehidupan makhluk di muka bumi. Dampaknya antara lain sebagai berikut: 1)
Musnahnya berbagai keanekaragaman hayati, 2) Meningkatnya cuaca ekstrem
yang saat ini tengah dirasakan negara-negara tropis, misalnya kota-kota di
Indonesia yang dulu terkenal sejuk dan dingin makin hari makin panas, 3)
Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir, 4)
Mencairnya es dan gletser di kutub yang menyebabkan naiknya permukaan air
laut, 4) Meningkatnya jumlah tanah kering yang berpotensi menjadi gurun karena
kekeringan yang berkepanjangan, 5) Kenaikan permukaan air laut yang
menyebabkan banjir, 6) Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya
pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh
dunia, 7) Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan, 8) Meningkatnya wabah
penyakit tropis, seperti malaria ke daerah-daerah baru karena bertambahnya
populasi serangga (nyamuk). Hal-hal di atas merupakan dampak perubahan iklim
yang disebabkan oleh terjadinya pemanasan global yang sangat merugikan bagi
kehidupan makhluk bumi.
Sumber emisi gas rumah kaca dari sektor pembakaran bahan bakar fosil
secara rinci antara lain: 36% dari sektor industri energi, seperti pembangkit listrik
atau kilang minyak, 27% dari sektor transportasi, 21% dari sektor industri, 15%
dari sektir rumah tangga dan jasa dan 1% bersumber dari sektor-sektor lainnya.
Menurut data yang dirilis oleh World Resource Institute (WRI) yang
bermarkas di Washington DC, Emisi Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh
negara-negara di dunia ini adalah sebanyak 47,59 miliar ton emisi CO2 (MtCO 2e)
per tahun. Dari jumlah tersebut, Negara yang berkonstribusi terbesar dalam
menghasilkan Emisi Karbon di Dunia adalah China (Tiongkok) dengan 10,68
miliar ton emisi CO2 per tahun. Disusul dengan Amerika Serikat yang menempati
urutan kedua sebagai penghasil emisi Karbondioksida terbesar di Dunia yaitu
sebesar 5,82 miliar ton emisi CO2 per tahun. Urutan ketiga ditempati oleh 28
Negara yang bergabung dalam Uni Eropa dengan jumlah Emisi Karbondioksida
yang dihasilkan sebesar 4,12 miliar ton emisi CO2 per tahun. Urutan keempat
ditempati Negara India dengan jumlah Emisi Karbondioksida yang dihasilkan
sebesar 2,88 miliar ton emisi CO2 per tahun. Urutan kelima ditempati Negara
Rusia dengan jumlah Emisi Karbondioksida yang dihasilkan sebesar 2,25 miliar
ton emisi CO2 per tahun. Indonesia juga berada dalam daftar tersebut, yaitu
menduduki urutan ke-6 dengan emisi karbondioksida yang dihasilkan sebesar 1,98
miliar ton emisi CO2 per tahun serta Negara lainnya Brasil sebesar 1,82 miliar ton
emisi CO2 per tahun, Jepang sebesar 1,20 miliar ton emisi CO2 per tahun, Kanada
sebesar 856 miliar ton emisi CO2 per tahun, dan Jerman sebesar 810 miliar ton
emisi CO2 per tahun (World Resource Institute, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh perubahan iklim terhadap peningkatan resiko kejadian
penyakit pada manusia
2. Bagaimana perkiraan beban penyakit global disebabkan dari emisi gas
rumah kaca dalam sektor perawatan kesehatan?
3. Bagaimana dinamika insiden deman berdarah yang berkaitan dengan suhu,
kelembapan dan kepadatan populasi Aedes aegypti kaitannya dengan
perubahan iklim?
4. Bagaimana estimasi besarnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang
terbentuk akibat dari pembakaran sampah secara terbuka?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh perubahan iklim terhadap peningkatan resiko
kejadian penyakit pada manusia.
2. Untuk mengetahui perkiraan beban penyakit global disebabkan dari emisi
gas rumah kaca dalam sektor perawatan kesehatan.
3. Untuk mengetahui dinamika insiden deman berdarah yang berkaitan dengan
suhu, kelembapan dan kepadatan populasi Aedes aegypti kaitannya dengan
perubahan iklim
4. Untuk mengetahui estimasi besarnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang
terbentuk akibat dari pembakaran sampah secara terbuka.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tabel Rekapitulasi Hasil Jurnal dan Kesimpulan Tabel


1. Tabel Rekap Hasil Penelitian
Aspek Emisi Gas Karbon
No Nama Aspek Kesehatan
Dioaksida (co2)
1 Jemmy Perubahan Iklim 1) Meningkatkan
(K012181134) berkontribusi terhadap risiko: Hand Foot
peningkatan ancaman Mouth Disease,
kesehatan manusia dan Dengue Fever,
melipat gandakan masalah Malaria, transmisi
kesehatan saat ini. Secara West Nile Virus
umum dapat dikatakan 2) Menurunkan
bahwa efek Perubahan Iklim imunitas tubuh
akan merusak kesehatan manusia sehingga
masyakat, khususnya di mudah terjangkit
Negara-negara oleh penyakit
berpendapatan menengah infeksi.
dan bawah. Di beberapa 3) Meningkatkan
tempat mungkin akan frekuensi gigitan
memberi keuntungan jangka nyamuk, umur hidup
pendek. WHO menghimbau nyamuk, dan
dan mendukung Negara- transmisi parasite
negara anggotanya untuk pada vector.
mengendalikan dan 4) Meningkatkan KLB,
mengatasi dampak khususnya berkaitan
Perubahan Iklim terhadap dengan vector.
kesehatan manusia. Wilayah
Asia Tenggara khususnya,
terus-menerus dilaksanakan
pertemuan dan konferensi
tingkat tinggi menyangkut
hal ini. Setiap Negara
seharusnya sudah
mempunyai strategi dan
perencanaan nasional untuk
mengantisipasi risiko
terhadap kesehatan akibat
Perubahan Iklim.
2 Arief Azhari Sistem perawatan kesehatan Melalui kontribusi
Ilyas AS berkontribusi secara mereka terhadap
(K012181143) signifikan terhadap polusi perubahan iklim global,
udara dan air di seluruh emisi GRK akan
negara, dan karenanya, berdampak negatif
kerusakan kesehatan yang terhadap kesehatan
terkait dengan polusi. masyarakat karena
Kegiatan perawatan peningkatan prevalensi
kesehatan AS bertanggung cuaca ekstrim, banjir,
jawab atas 9% hingga 10% penyakit yang
emisi gas rumah kaca (GHG) ditularkan vektor, dan
nasional pada tahun 2013, efek lainnya. Sebagai
yang terjadi baik secara penjaga kesehatan
langsung dari fasilitas global, penting bagi
perawatan kesehatan dan para profesional
kendaraan, dan sebagian perawatan kesehatan
besar, secara tidak langsung untuk mengenali
dari produksi hulu listrik, mereka yang tergolong
obat-obatan, peralatan medis dalam emisi GHG yang
dan persediaan, dan barang terkait dengan
dan jasa lainnya yang perawatan kesehatan itu
memberi makan ke sektor sendiri, dan tingkat
perawatan kesehatan. Secara keparahan kerusakan
bersama-sama, emisi GRK kesehatan yang terkait.
langsung dan tidak langsung
disebut emisi siklus hidup
atau jejak karbon perawatan
kesehatan AS.
3 Paramita Kurnia Pemanasan global akibat Peningkatan kebutuhan
Wiguna dari pemakaian bahan bakar energy yang terpenuhi
(K012181097) minyak akan meningkatkan melaui penggunaan
emisi karbon dioksida (CO2) bahan bakar minyak
sehingga berpengaruh akan dapat menambah
terhadap perubahan iklim. jumlah gangguan
Aktivitas manusia diindikasi pernapasan seperti asma
dengan tingkat pemakaian dan ISPA Selain itu,
bahan bakar minyak dalam perubahan iklim akan
kehidupan sehari-hari. memperbesar potensi
Dampak dari penggunaan terjadinya penyakit
bahan bakar minyak berupa demam berdarah (DBD)
emisi karbon dioksida yang dikarenakan faktor
berpengaruh pada suhu, kelembapan, serta
pemanasan lingkungan pada curah hujan sehingga
area urban. Dengan dapat menjadi tempat
mengurangi penggunaan siklus kehidupan
pemakaian bahan bakar nyamuk Aedesaegypti,
minyak, maka akan berkembang, dengan
mengurangi emisi karbon demikian memicu
dioksida serta mengurangi terjadinya penyakit
kejadian kasus demam DBD pada kesehatan
berdarah dengue. manusia.
4 Moh. Afandy Keberadaan sampah tidak Dampak yang dapat
(K012181096) hanya mengganggu sanitasi ditimbulkan dari
tetapi juga berpengaruh pada pembakaran sampah
perubahan iklim. yang terus menerus
Keberadaan emisi Gas dilakukan akan
Rumah Kaca (GRK). GRK menimbulkan pengaruh
merupakan gas-gas yang pada peningkatan emisi
memiliki efek rumah kaca, CO2 dan juga akan
seperti gas Karbon Dioksida menghasilkan polutan
(CO2), Metana (CH4), berbahaya seperti
Dinitrogen Mono Oksida logam berat, abu
(N2O), Hidro Fluorocarbon terbang, abu sisa
(HFCs), Sulfur Hexaflorida pembakaran, dioksin
(SF6) dan Perfluoro Karbon dan furan, HCl, HF,
(PFCs) (KLH, 2012). SO2 dan CxHy. Produk
Beberapa gas tersebut hasil pembakaran akan
memiliki efek rumah kaca berpotensi mencemari
lebih besar dari pada gas lingkungan dan
lainnya. Sebagai contoh, gas menganggu kesehatan
CH4 memiliki efek 25 kali manusia. Dampak
lebih besar dibanding kesehatan yang
dengan gas CO2. Emisi ditimbulkan dari hasil
GRK tersebut juga pembakaran sampah
dihasilkan dari kegiatan yaitu terjadinya gejala
pembakaran sampah (IPCC) penyakit misalnya
penyakit asma, Infeksi
Saluran Pernapasan
Akut (ISPA), dan TB
Paru serta penyakit
lainnya.

5 Mega Septriani
(K012181110)

2. Kesimpulan Tabel
Adapun kesimpulan tabel hasil rekapitulasi jurnal penelitian tentang
emisi karbon dioksida (CO2) yaitu:
a. Meta-analisa dari data-data melalui penelitian ini menunjukkan dampak
Perubahan Iklim terhadap Penyakit Infeksi pada manusia terutama
melalui vector. Beberapa penyakit Water-borne dan Food-borne bersifat
sensitive terhadap perubahan iklim, namun publikasi tentang mereka
relative sangat sedikit. Penyakit-penyakit infeksi pernafasan sangat cepat
menyebar, dibutuhkan penelitian yang urgen bagaimana dampak
perubahan iklim terhadap penyakit-penyakit tersebut. Ditemukan adanya
kekosongan riset tentang dampak perubahan iklim terhadap infeksi yang
tidak melalui vector, termasuk penyakit-penyakit infeksi pernafasan.
Keterlambatan dalam adaptasi kita atau mengatasi perubahan iklim akan
penyebabkan lemahnya persiapan masyarakat secara local maupun global
dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
b. Hasil proteksi emisi GHG tahunan yang terkait dengan perawatan
kesehatan di Amerika Serikat akan menyebabkan 123.000 hingga
381.000 tahun hidup yang disesuaikan dengan kecacatan di masa depan
kerusakan kesehatan, dengan gizi buruk menjadi kategori kerusakan
terbesar, hal ini dapat terjadi perubahan iklim global, sehingga emisi
GRK akan berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat karena
peningkatan prevalensi cuaca ekstrim, banjir, penyakit yang ditularkan
vektor, dan efek lainnya.
c. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap men landing rate dimana suhu
dan kelembapan mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti hinggap pada
manusia. Penanggulangan dapat dilakukan dengan peringatan dini
melalui suhu dan kelembapan lingkungan serta menjaga kebersihan diri
dan lingkungan untuk memutus perkembangan vector Aedesa egypti.
d.
e. Pengelolaan sampah dengan cara dibakar secara terbuka sebesar 41,41 %
dari total sampah yang dihasilkan akan memberikan kontribusi emisi
sebesar 1357,53 Gg CO2e di Jawa Tengah.

B. Faktor Penyebab dan Aspek Kesehatan


1. Faktor Penyebab
Perubahan iklim dapat terjadi karna dipengaruhi oleh beberapa faktor
penyebab antara lain:
a. Aktivitas Manusia
Kegiatan manusia dibumi ini merupakan penyebab utama terjadinya
perubahan iklim, terlebih aktivitas manusia yang mengarah kepada
pengrusakan lingkungan seperti penebangan hutan, pembangun
pemukiman didaerah resapan air, membuang limbah pabrik
sembarangan, pembakaran sampah dan lain sebagainya. Aktivitas-
aktivitas manusia yang tidak memperdulikan lingkungan membuat bumi
semakin tidak ramah kepada manusia dan menjadikan bumi semakin
tidak nyaman ditempati lagi.
b. Pemanasan Global
Salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi dibumi ini adalah
pemanasan global. Pemanasan global merupakan meningkatnya suhu
rata-rata dipermukaan bumi baik itu darat maupun laut. Pengaruh
pemanasan global terhadap terjadinya perubahan iklim sangat signifikan,
contohnya adalah dari sebuah penelitian mengungkapkan bahwa
pemanasan global dapat meningkatkan intensitas terjadinya badai. Hal ini
membuktikan bahwa anomali iklim dialam ini seringkali terjadi.
c. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan
global yang menjadikan bumi ini mengalami perubahan iklim. Peristiwa
efek rumah kaca utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
polusi dari pabrik-pabrik, polusi dari kendaraan bermotor dan juga dari
sektor pertanian. Peristiwa ini bisa berdampak kepada mencairnya es-es
atau salju-salju abadi didaerah kutub yang bisa menyebabkan
meningkatkan permukaan air laut disekitar daerah tropis.
d. El Nino dan La Nina
El Nino adalah proses terjadinya peningkatan temperatur atau suhu air
laut didaerah Peru dan Ekuador yang dapat berdampak mengganggu
iklim secara global. Peristiwa ini umumnya terjadi dalam waktu dua
sampai tujuh tahun sekali. Sedangkan La Nina adalah kebalikan dari El
Nino, yaitu ketika suhu atau temperatur air laut didaerah Peru dan
Ekuador menjadi dingin. Peristiwa La Nina bisa menyebabkan angin
kencang, hujan lebat dan juga banjir didaerah-daerah sekitar Indonesia.
e. Menipisnya Lapisan Ozon
Perlu diketahui bersama bahwa saat ini lapisan ozon di atmosfer bumi
semakin menipis, dan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya
perubahan iklim secara global. Sinar matahari yang menyinari bumi
langsung terpancar ke bumi tanpa terfilter terlebih dahulu dilapisan ozon
(karena semakin menipis), ini yang membuat sinar matahari terasa sangat
terik. Nah inilah salah satu penyebab kenapa bumi semakin hari semakin
panas dan kita merasa tidak nyaman lagi di bumi ini.
2. Aspek Kesehatan
Adapun aspek kesehatan yang dapat ditimbulkan dengan perubahan
iklim akibat pemanasan global
a. Banyak penyakit yang menular melalui udara
b. Memungkinkan terbentuknya jenis virus baru.
c. Gizi buruk pada negara yang mengalami kekeringan
d. Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui
vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam
Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini
berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada
beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya
adalah organisme tersebut

C. Solusi
1. Konservasi lingkungan, dengan melakukan penanaman pohon dan
penghijauan di lahan-lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki peran dalam
proses fotosintesis, dalam proses ini tumbuhan memerlukan karbondioksida
dan menghasilkan oksigen. Akumulasi gas-gas karbon di atmosfer dapat
dikurangi.
2. Menggunakan energi yang bersumber dari energi alternatif guna
mengurangi penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu
bara). Emisi gas karbon yang terakumulasi ke atmosfer banyak dihasilkan
oleh pembakaran bahan bakar fosil. Kita mengenal bahwa paling banyak
mesin-mesin kendaraan dan industri digerakkan oleh mesin yang
menggunakan bahan bakar ini. Karena itu diupayakan sumber energi lain
yang aman dari emisi gas-gas ini, misalnya; menggunakan energi matahari,
air, angin, dan bioenergy. Di daerah tropis yang kaya akan energi matahari
diharapkan muncul teknologi yang mampu menggunakan energi ini,
misalnya dengan mobil tenaga surya, listrik tenaga surya. Sekarang ini
sedang dikembangkan bioenergy, antara lain biji tanaman jarak (Jathropa.
sp) yang menghasilkan minyak.
3. Daur ulang dan efisiensi energi. Penggunaan minyak tanah untuk
menyalakan kompor di rumah, menghasilkan asap dan jelaga yang
mengandung karbon. Karena itu sebaiknya diganti dengan gas. Biogas
menjadi hal yang baik dan perlu dikembangkan, misalnya dari sampah
organik.
4. Upaya pendidikan kepada masyarakat luas dengan memberikan pemahaman
dan penerapan atas prinsip-prinsip pemeliharaan lingkungan sekitar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Pemanasan Global terjadi dikarenakan banyaknya masyarakat yang belum
paham akan bahaya pemanasan global
2. Jika masyarakat belum memiliki rasa kesadaran yang tinggi akan bahaya
pemanasan global, bumi akan dalam kondisi gawat yang mungkin akan
mengalami kehancuran.
3. Dampak pemanasan global sangat berbahaya bagi kehidupan sekarang dan
akan semakin parah pada generasi berikutnya apabila tidak ada perubahan
diri masyarakatnya.
4. Mengurangi bahaya pemanasan global seperti menanam kembali pohon di
hutan-hutan (reboisasi).

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Arief Azhari Ilyas: Matthew J. Eckelman and Jodi D. Sherman, 2018. Estimated
Global Disease Burden From US Health Care Sector Greenhouse Gas
Emissions. hal. 108, No. S2
Jemmy: Attapon Cheepsattayakorn and Ruangrong Cheepsattayakorn, 2018.
Climate Changes and Human Infectious Disease. Jurnal EC Microbiology.
hal 299-311.
Mega Septriani:
Moh. Afandy: Setyo Prabowo, 2017. Estimasi Emisi Gas Rumah Kaca yang
Dihasilkan dari Pembakaran Sampah di Jawa Tengah. Jurnal Proceeding
Biology Education Conference Vol. 14 (1): hal 187-194.
Paramita Kurnia Wiguna: M M Sintorini, 2018. The Correlation Between
Temperature and Humidity With the Population Density of Aedes Aegypti as
Dengue Fever’s Vector. Earth and Environmental Science. hal. 106

Anda mungkin juga menyukai