Anda di halaman 1dari 7

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses
penelitian. Dalam menyusun proposal, metode penelitian harus diuraikan
secara rinci seperti variabel penelitian, rancangan penelitian, teknik
pengumpulan data, analisa data, cara penafsiran, dan penyimpulan hasil
penelitian. Alimul Aziz. H. (2008, p. 18).

B. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan atau area populasi
tertentu yang bersifat faktual secara objektif, sistematis dan akurat,
Sulistyaningsih (2012, p. 82). Rancangan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini
berbentuk studi kasus yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian
satu unit penelitian secara intensif, yang menggambarkan Pengelolaan
Keperawatan Resiko Perdarahan Pada Pasien Anak Dengan Dengue
Haemorhagic Fever(DHF) di Ruang Flamboyan RSUD Batang.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah dengan pasien sejumlah 2
orang pada penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang dirawat
diruang Flamboyan RSUD Batang. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan teknik Convinience
sampling yaitu cara penetapan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal
yang menyenangkan atau menegakkan peneliti, Nursalam (2015, p. 175).
Pemilihan metode Convinience sampling karena metode ini yang paling
mudah, nyaman, cepat dan akurat dalam menentukan subjek pada studi kasus.

33
34

Menurut Nursalam (2015, p. 172) pemilihan sampel dibedakan menjadi dua


kriteria yaitu:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus
menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam
pengelolaan ini adalah:
a. Klien anak dengan penyakit DHF dengan masalah resiko perdarahan
yang bersedia menjadi responden yang dirawat di Ruang Flamboyan
RSUD Batang.
b. Klien anak dengan penyakit DHF dengan masalah resiko perdarahan
yang bersedia menjadi responden yang dirawat di Ruang Flamboyan
RSUD Batang dengan minimal rawat inap selama 3 hari.
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah mengeluarkan/ menghilangkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebab-sebab tertentu. Kriteria
ekslusi dari pengelolaan ini adalah:
a. Klien anak dengan penyakit DHF dengan masalah resiko perdarahan
yang mengalami keadaan kritis.
b. Klien anak dengan penyakit DHF dengan masalah resiko perdarahan
yang pulang paksa sebelum pengelolaan kasus selesai.

D. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat:
Pengeloaan kasus dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah dilakukan di Ruang
Flamboyan di RSUD Batang.
2. Waktu:
Pengelolaan kasus dimulai pada bulan November-Desember 2019.
35

E. Fokus Studi
Fokus studi dalam studi kasus ini adalah Pengelolaan Keperawatan Resiko
Perdarahan Pada Pasien Anak Dengan Dengue Haemorrhagic Fever(DHF) di
Ruang Flamboyan RSUD Batang.

F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan variabel operasional yang dilakukan
penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasional
ditentukan berdasarkan parameter ukuran dalam penelitian. Definisi
operasional mengungkapkan variabel dari skala pengukuran masing-masing
variabel tersebut, Doli Jenita T. (2016, p. 171). Definisi operasional dalam
penelitian ini yaitu :
1. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah jenis penyakit demam akut
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan demam 2 sampai 7
hari tanpa sebab, lemas, lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda
perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan, Putri Ayu Nasution (2017, p.
16).
2. Resiko perdarahan adalah suatu kondisi dimana pasien berisiko mengalami
penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatan, Amin Huda
Nurarif & Hardhi Kusuma (2015, p. 341 jilid 1).
3. Perdarahan adalah keluarnya darah dari saluran yang abnormal (arteri, vena
atau kapiler) ke dalam ruangan ekstravaskulus karena hilangnya kontinuitas
pembuluh darah, Ngastiyah (2012, p. 338).

G. Metode Pengumpulan Data


1. Tipe Data
a. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subjektif
menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Data
subjektif adalah informasi yang disampaikan klien kepada perawat
36

selama pengkajian keperawatan. Data subyektif sering didapatkan dari


riwayat keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan, dan ide tentang
status kesehatannya. Informasi yang diberikan sumber lainnya, misalnya
dari keluarga, konsultasi, dan tenaga kesehatan lainnya juga dapat
sebagai data subyektif jika didasarkan pada pendapat klien. Data
subyektif biasa disebut sebagai gejala, Handayaningsih Isti (2009, p. 36).
b. Data obyektif
Data objektif didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan
dipertunjukkan secara faktual. Data obyektif adalah data yang didapatkan
dari observasi dan pengukuran. Informasi tersebut biasanya diperoleh
melalui “senses”: 2S (sight, smell) dan HT (hearing, touch, taste) selama
pemeriksaan fisik. Data obyektif disebut sebagai tanda, Handayaningsih
Isti (2009, p. 37).

2. Metode Pengumpulan Data


a. Komunikasi
Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi.
Komunikasi yang dilakukan perawat dengan kliennya merupakan
komuikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan suatu teknik
yang mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun
nonverbal, empati, dan rasa kepedulian yang tinggi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode komunikasi yang direncanakan
dan meliputi tanya jawab antara perawat dengan klien yang berhubungan
dengan masalah kesehatan klien. Untuk itu kemampuan komunikasi
sangat dibutuhkan oleh perawat agar dapat memperoleh data yang
diperlukan.
c. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati perilaku dan keadaan
klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan klien. Observasi
37

memerlukan keterampilan disiplin dan praktik klinik sebagai bagian dari


tugas perawat.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk memperoleh data objektif dari
klien. Tujuan dari pemeriksaan fisik ini adalah untuk menentukan status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah kesehatan, dan memperoleh
data dasar guna menyusun rencana asuhan keperawatan.
3. Instrumen penelitian
Menurut Kasmadi dan Nia Siti Sunariah (2014, p. 79), Instrumen
penelitian merupakan alat penting untuk memperoleh data. Instrumen
penelitian meliputi :
a. Lembar format asuhan keperawatan anak yang meliputi: pengkajian,
diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi.
b. Alat tulis
c. Lembar persetujuan/ Inform Consent
d. Alat kesehatan yang digunakan untuk pemeriksaan fisik: tensimeter,
stetoskop, termometer
e. KPSP

H. Analisa Data
Analisa data adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi
informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian. Cara
pengambilan kesimpulan dapat dengan estimasi atau uji hipotesis. Analisa yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisa data deskriptif yaitu
metode yang membantu proses pengambilan keputusan bagi kelompok yang
diteliti saja dengan cara mempelajari metode meringkas dan menggambarkan
sisi yang penting dari suatu data.

I. Etika Penelitian
Setiap penelitian sebaiknya dimintakan ethical clearance, yaitu semacam
persetujuan dari komite etik penelitian di suatu institusi bahwa penelitian yang
38

akan dilakukan ini tidak membahayakan responden penelitian (Sulistyaningsih,


2012).
Apabila komite etik penelitian belum dibentuk suatu institusi, maka
peneliti tetap harus memenuhi etika penelitian, yaitu :
1. Menjamin kerahasiaan responden
Salah satu cara untuk menjamin kerahasiaan responden adalah tidak
mencantumkan nama responden dalam pengisian instrumen penelitian
maupun penyajian hasil penelitian. Nama responden diganti dengan
pemberian nomor kode responden.
2. Menjamin keamanan responden
Keamanan responden harus dipenuhi untuk tindakan invasif pada tubuh
manusia maupun tindakan yang dapat menginvasi pemikiran responden.
Bila akan melakukan tindakan invasif pada tubuh manusia, maka tindakan
tersebut harus dijamin tidak akan membahayakan atau aman untuk
kesehatan dan keselamatan responden.
3. Bertindak adil
Bertindak adil diterapkan khususnya untuk penelitian eksperimen yang
memberikan perlakuan berbeda pada tiap responden, misalnya ada
responden yang diberi perlakuan penyuluhan dan ada yang tidak diberi
penyuluhan. Bertindak adil dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan
yang sama sebelumnya, yaitu misalnya masing-masing responden diberi
lefleat, selanjutnya responden ada yang diberi penyuluhan dan ada yang
tidak. Setelah penelitian selesai, peneliti akan memberikan penyuluhan
kepada responden yang tidak mendapatkan penyuluhan pada proses
penelitian.
4. Mendapatkan persetujuan dari responden
Seseorang tidak dapat dipaksakan untuk menjadi responden dalam
penelitian karena seseorang mempunyai hak dan kebebasan untuk
menentukan dirinya sendiri. Peneliti perlu meminta persetujuan dari
responden dalam keikutsertaannya menjadi responden. Sebelum meminta
persetujuan dari responden, peneliti harus memberikan informasi tentang
39

tujuan dilakukannya penelitian. Selain itu, untuk penelitian eksperimen,


peneliti perlu menjelaskan langkah-langkah eksperimen, menyampaikan
jaminan kerahasiaan dan keamanan responden. Setelah mendapatkan
informasi tersebut, responden berhak menolak keikutsertaan menjadi
responden. Apabila responden menyetujuinny, maka responden diminta
menandatangani persetujuan menjadi responden.

Anda mungkin juga menyukai