Anda di halaman 1dari 10

4

BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian Personal Hygiene
Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang
artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2004).
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006).
Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan,
dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat
maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan
kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan
infeksi. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota
keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan
pasien (Potter & Perry, 2005).
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut,
mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya.

2.1.2 Etiologi Personal Hygiene


Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
5

b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat
menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Antara lain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial-ekonomi.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Millitus
ia harus selalu menjaga kebersihan kakinya.

2.1.3 Manifestasi Klinis


a.       Fisik
1)      Badan bau, pakaian kotor
2)      Rambut dan kulit kotor
3)      Kuku panjang dan kotor
4)      Gigi kotor dan mulut bau
5)      Penampilan tidak rapi
6

b.      Psikologis
1)      Malas, tidak ada inisiatif
2)      Menarik diri
3)      Merasa rendah diri
c.       Sosial
1)      Interaksi kurang
2)      Tidak mampu berperilaku sesuai dengan norma (misalnya: cara makan
berantakan dan BAB sembarangan).

2.1.4 Patofisiologi
Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk
memelihara kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu apabila individu
sedang sakit. Selan itu fasilitas yang kurang, kurangnya pengetahuan tentang
personal hygiene yang tepat, ekonomi yang kurang dan faktor lingkungan sekitar.
Akibatnya individu akan mrngalami defisit personal hygiene.
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan
menimbulkan dampak baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
a.       Gangguan integritas kulit
b.      Gangguan mukosa mulut
c.       Infeksi pada mata dan telinga
d.      Gangguan fisik pada kuku
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah:
a.       Kebutuhan harga diri
b.      Gangguan interaksi sosial
c.       Aktualisasi diri
d.      Gangguan rasa nyaman
e.       Kebutuhan mencintai dicintai
7

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada masalah personal hygiene meliputi
1. Masalah fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan yang sering timbul adalah
gangguan integritas kulit,gangguan membran mukosa mulut,infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada luka.
2.    Gangguan psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri,aktualisasi diri dan gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga,aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.

2.1.7 Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan keluarga/perawat bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :
1.      Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien
a.       Bina hubungan saling percaya
b.      Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri
c.       Kuatkan kemampuan klien untuk merawat diri
2.      Membimbing dan mendorong klien merawat diri
a.       Bantu klien merawat diri
b.      Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c.       Buat kegiatan harian setiap hari
d.      Ingatkan setiap kegiatan
e.       Beri pujian serta kegiatan yang positif
3.      Ciptakan lingkungan yang mendukung
a.         Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (misal : sabun, odol, baju,
dll)
b.         Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi klien
4.      Sikap keluarga
a.       Sabar dan selalu siap membantu
8

b.      Menerima dan memuji setiap upaya klien saat merawat diri
c.       Tidak mencela atau menghina
5.      Membantu klien untuk melakukan perawatan diri
6.      Memberikan health education agar klien tahu dan sadar bahwa kebersihan
diri penting dijaga.

2.2 Manajemen Keperawatan


2.2.1 Pengkajian

1.      Identitas pasien


Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan terkahir dan
sebagainya.
2.      Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana
yang dimiliki, serta faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene personal individu,
baik faktor pendukung maupun faktor penghambat.
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Rambut
1)      Amati kondisi rambut :
2)      Keadaan kesuburan rambut
3)      Keadaan rambut yang mudah rontok
4)      Keadaan rambut yang kusam
5)      Keadaan tekstur
b.      Kepala
1)      Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala.
2)      Botak/alopesia
3)      Ketombe
4)      Berkutu
5)      Adakah eritema
6)      Kebersihan
c.       Mata
Amati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada kelopak
mata, kemerahan atau gatal-gatal pada mata.
9

d.      Hidung
Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-
tanda pilek, tanda-tanda alergi, adakah perubahan penciuman, dan
bagaimana membran mukosa.
e.       Mulut
Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya
lesi, tanda-tanda radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.
f.        Gigi
Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak
lengkap atau gigi palsu.
g.      Telinga
Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau
perubahan daya pendengaran.
h.      Kulit
Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan kebersihannya.
Perhatikan adanya warna kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus.
i.        Kuku tangan dan kaki
Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan atau luka.
j.        Genetalia
Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan
pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum
dan testisnya.
k.      Tubuh secara umum
Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum. Perhatikan adanya
kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1.      Defisit perawatan diri : mandi/hygiene
2.      Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
10

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Dx 1 : Defisit Perawatan Diri mandi/hygiene


Yang berhubungan dengan :
a.       Kurangnya koordinasi, sekunder akibat (sebutkan)
b.      Kelemahan otot sekunder akibat (sebutkan)
c.       Paralisis sebagian atau total, sekunder akibat (sebutkan)
d.      Keadaan koma
e.       Gangguan fisual, sekunder akibat (sebutkan)
f.        Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstrimitas
g.      Peralatan eksternal
h.      Kelelahan dan nyeri pasca oprasi
i.        Defisit kognitif
j.        Nyeri
Kriteria hasil :
Individu akan melakukan aktivitas mandi pada tingkatan yang optimal sesuai
dengan harapan atau mengungkapkan kepuasan atas keberhasilan yang dicapai
meski dengan keterbatasan yang dimiliki.
Indikator :
1.        Mengungkapkan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan tubuh
2.        Mendemonstrasikan kemampuan menggunakan peralatan adaptif
3.        Menjelaskan faktor penyebab untuk defisit kemampuan mandi
Intervensi umum
1.      Kaji faktor penyebab defisit personal hygiene
2.      Beri kesempatan klien untuk beradaptasi kembali dengan aktivitas perawatan
diri
3.      Lakukan intervesi umum untuk klien dengan ketidakmampuan untuk mandi
1) Jaga agar kondisi lingkungan sederhana dan tidak berantakan.
2) Jaga suhu kamar mandi tetap hangat, cari tahu suhu air yang disukai
individu.
3) Berikan privasi selama mandi.
4) Observasi kondisi kulit selama mandi.
5) Letakan seluruh peralatan mandi di tempat yang mudah dijangkau.
11

6) Untuk klien dengan gangguan pengelihatan, letakan seluruh peralatan di


dalam lapang pandang klien atau pada tempat yang paling sesuai untuk
klien.
7) Berikan pengaman di kamar mandi (keset, pegangan)
8) Jika klien mampu secara fisik , anjurkan ia untuk menggunkan bak mandi
atau shower , tergantung apa yang digunakan di rumah ( klien harus
berlatih di rumah sakit untuk persiapan pulang ke rumah).
9) Berikan peralatan adaktif sesuai kebutuhan (misal spons dengan tangkai
yang panjang, balok pegangan di dinding kamar mandi, semprotan
shower yang dapat di pegang ).
10) Untuk klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa kaki atau
puntung guna melihat integritas kulit. Mandikan bagian puntung 2 kali
sehari dan yakinkan bagian tersebut kering sebelum dibungkus atau
dipasangkan prostesis.
11) Berikan obat pereda nyeri yang bisa mempengaruhi kemampuan untuk
mandi sendiri.
4.      Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai indikasi.
Rasional :
Ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri menimbulkan perasaan
ketergantungan dan konsep diri yang rendah. Dengan meningkatnya
kemampuan merawat diri, harga diri akan meningkat ( Maherebal, 1998).
Dx 2 : penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.

Tujuan Umum: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk


memperhatikan kebersihan diri.

Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan


perawat dan klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

Kriteria evaluasi

Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan,


mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah
penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri.
12

Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:

1.      Wajah cerah, tersenyum


2.      Mau berkenalan
3.      Ada kontak mata
4.      Menerima kehadiran perawat
5.      Bersedia menceritakan perasaannya

Intervensi:
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri.
6. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri.
7. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi
dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur),
keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga
dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi  yang tepat dengan  selalu memperhatikan
keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan
dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana
respon pasien.
13

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai