Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan mata pelajaran yang

sangat berhubungan dengan gejala atau fenomena alam. Pendidikan sains di

era modern memfokuskan pada kemampuan peserta didik untuk aktif dalam

proses pembelajaran melalui proses eksplorasi. Secara spesifik, pendidikan

masa kini mencoba membantu peserta didik belajar untuk mengorganisasi,

mengkonstruksi pendapat, merumuskan masalah, menyusun hipotesis, serta

mencari pembuktian sendiri. Sains berdasarkan hakekatnya tidak hanya

menyangkut konten, tetapi juga prosesnya yang tidak kalah penting.

IPA khususnya kimia merupakan salah satu bagian dari sains yang

sangat berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara

sistematis, sehingga pengajaran kimia tidak hanya sekedar penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006).

Kimia sebagai salah satu mata pelajaran sains memerlukan pendekatan

pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik pembelajaran sains.

Ilmu kimia juga dipandang sebagai produk dan proses. Sebagai produk,

kimia meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-

konsep, dan prinsip-prinsip kimia. sedangkan kimia sebagai proses meliputi

keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan

untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan (Hariania, dkk 2016).

Oleh karena itu, pembelajaran kimia tidak boleh mengesampingkan proses

ditemukannya konsep.

1
Kenyataan di lapangan menujukkan bahwa dalam proses pembelajaran

khususnya pada pelajaran kimia, guru lebih menekankan pada aspek produk,

dan mengabaikan prosesnya. Proses pembelajaran yang ditemukan

menunjukkan bahwa keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran masih

kurang. Guru jarang memberikan pengalaman sepenuhnya kepada peserta

didik dalam melakukan aktifitas-aktifitas ilmiah, seperti membuat rumusan

masalah, mengajukan hipotesis, menguji kebenaran hipotesis,

menginterpretasi data, dan mengkomunikasikan di depan kelas untuk

menguatkan konsep yang sudah dipelajari. Pada Permedikbud nomor 65

tahun 2013 ditegaskan bahwa proses pembelajaran harus mencerminkan

keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Peserta didik akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dengan

keterlibatan secara aktif daripada yang diperoleh hanya dengan melihat isi

atau konsep. Dengan mengembangkan keterampilan proses, peserta didik

akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Salah satu keterampilan yang dimaksudkan adalah keterampilan proses sains.

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan kognitif atau intelektual,

manual dan sosial yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan dasar

sains, sikap ilmiah dan sikap kritis peserta didik. Oleh sebab itu, guru harus

mampu mengajak peserta didik mengembangkan keterampilan proses untuk

menguatkan penguasaan konsep yang sudah dipelajari tersebut.

Hasil wawancara dengan salah satu guru Kimia di SMAN 3 Mataram

juga menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik menganggap kimia

merupakan mata pelajaran yang sulit dimengerti. Sebagain besar peserta didik

2
mengalami kesulitan ketika menjelaskan keterkaitan materi yang satu dengan

materi yang akan dibelajarkan selanjutnya. Selain itu juga hasil belajar

kognitif yang selalu di bawah KKM dan harus diadakan remedial setiap kali

ada kegiatan ulangan, baik ulangan harian, ulangan tengah semester ataupun

ulangan semester. Rendahnya kemampuan dan hasil belajar kimia peserta

didik disebabkan karena minat dalam belajar dan memahami konteks kimia

dirasakan sangat kurang sehingga berpengaruh pada hasil belajar kognitif

peserta didik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara aspek kognitif dan

psikomotorik dalam proses pembelajaran akan mampu mempengaruhi hasil

belajar kognitif peserta didik (Dwiyanto et al 2017). Pembelajaran kimia

sejatinya dapat memberikan makna dan pemahaman proses sains kepada

peserta didik dengan baik, tujuannya agar peserta didik mampu

menghubungkan konsep-konsep kimia dengan kehidupan nyata sehingga

peserta didik dapat mengkonstruksikan pemahamannya sendiri dari materi

yang telah dipelajari, dan juga peserta didik mampu menerapkan pengetahuan

tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk solusi alternatif dalam

penyelesaian masalah di lingkungan sekitar baik secara pribadi, sosial,

maupun global (Aisyah dan Dwiningsih, 2017).

Hal tersebut juga senada dengan pendapat Fitriana dan Haryani (2016)

yang menyatakan bahwa pengembangan keterampilan proses sains dapat

menjadi alternatif untuk perbaikan kemampuan berpikir peserta didik

sehingga akan membantu peserta didik dalam menemukan konsep-konsep

materi sekaligus dapat mengembangkan sikap kritis peserta didik. Pengajaran

3
yang disertakan dengan aktivitas-aktivitas ilmiah seperti pengukuran,

prediksi, pengamatan, inferensi, ataupun pengelompokkan akan memberikan

dampak positif bagi peserta didik dalam operasi mental sehinga dapat

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membentuk pengetahuan

secara kompleks.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu model

pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengakomodasi tujuan

pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik, yang

diantaranya keterampilan proses sains dan penguasaan konsep peserta didik

agar nilai sains peserta didik bisa lebih baik dan meningkat. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran penemuan

berorientasi sains teknologi masyarakat (STM).

Sarwi et al. (2016) menyatakan bahwa pembelajaran yang menerapkan

pemberian pengalaman langsung kepada peserta didik dapat merangsang

kemampuan berpikir yang akan mempengaruhi domain kognitif, efektif, dan

psikomotorik. Visualisasi alat dan gejala yang berhubungan dengan konsep

yang diajarkan memungkinkan peserta didik untuk melakukan dan

meningkatkan kemampuan observasi, prediksi, interpretasi dan

berkomunikasi dengan menghubungkan pancaindra sehingga informasi yang

masuk ke dalam memorinya lebih tahan lama dan mudah untuk diingat

kembali.

Dalam model pembelajaran penemuan guru bersifat sebagai fasilitator

artinya peserta didik yang aktif untuk menemukan suatu pemecahan dalam

permasalahan dan guru sebagai petunjuk jalan serta pembimbing peserta didik

4
menuju pemecahan masalah tersebut, sedangkan pembelajaran STM adalah

suatu usaha untuk menyajikan sains (IPA) melalui pemanfaatan isu-isu nyata

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran akan dirasakan lebih

bermakna oleh peserta didik, peserta didik menjadi lebih paham dan mengerti

materi yang dipelajari.

Yusuf dan Wulan (2016) menyatakan bahwa penerapan model

pembelajaran penemuan tipe shared dan webbed dapat meningkatkan

penguasaan konsep dan KPS peserta didik. Hal tersebut juga sejalan dengan

hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Putri dkk (2017) yang

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran penemuan dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik dan aktivitas belajar peserta didik.

Selain itu juga, penelitian yang sudah dilakukan oleh Puspitadewi dkk (2016)

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran penemuan dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar peserta didik pada materi kelarutan

dan hasil kali kelarutan. Penelitian tentang model pembelajaran penemuan

juga sudah dilakukan oleh Rahman (2017) yang menunjukkan bahwa model

pembelajaran penemuan dapat mendorong kemampuan berpikir kreatif

peserta didik dalam belajar.

Hasil penelitian Fitryah dkk (2017) menunjukkan bahwa penggunaan

model pembelajaran penemuan dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik pada materi matematika dengan pokok bahasan Matriks. Hasil

penelitian Siregar dan Listiadi (2015) menunjukkan bahwa hasil belajar

peserta didik dengan model pembelajaran penemuan lebih tinggi dari hasil

belajar peserta didik dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan

5
nilai rata-rata kelas eksperimen 91,17 dan nilai rata-rata kelas kontrol 85,29.

Istiana dkk (2015) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran

penemuan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik

pada materi larutan penyangga.

Rahmawati dkk (2016) mengemukakan bahwa belajar sains melalui isu-

isu sosial di masyarakat yang ada kaitannya dengan sains dan teknologi

dirasakan lebih dekat, dan dirasakan lebih punya arti bila dibandingkan

dengan materi-materi dan teori sains itu sendiri. Hal tersebut didukung

dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Rahma (2012) yang

menunjukkan bahwa proses pembelajaran kimia dengan model inkuiri

berpendekatan STM mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis

ditandai dengan peningkatan skor rata-rata pre-test dan post-test pada tiap

indikator berpikir kritis yaitu 29,45 menjadi 77,08.

Penelitian dengan pendekatan STM juga dilakukan oleh Lestari dkk

(2016) menunjukkan bahwa pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat

meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII 3 SMPN 3 Mataram

pada materi pokok alat-alat optik. Selain itu juga, penelitian yang sudah

dilakukan oleh Amilda dkk (2017) yang menunjukkan bahwa penerapan

Sains Teknologi Masyarakat (STM) berpengaruh secara signifikan terhadap

kemampuan pemahaman konsep peserta didik dengan Nilai N-Gain

menunjukkan kemampuan pemahaman konsep di kelas eksperimen lebih

tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil penelitian yang dilakukan Ningsih dkk

(2015) juga menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran kimia dengan

6
setting sains teknologi masyarakat (STM) mampu meningktakan

keterampilan proses sains dan pemahaman konsep peserta didik.

Desianti dkk (2015) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran inquiry

dengan setting STM dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan

keterampilan berfikir kritis peserta didik Selanjutnya penelitian yang

dilakukan oleh Titin dkk (2012) menunjukkan bahwa pembelajaran biologi

menggunakan model sains teknologi masyarakat (STM) berbasis proyek

mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada aspek kognitif, afektif,

dan keterampilan proses sains serta mampu meningkatkan sikap peduli

lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dkk (2017) juga

menyetakan bahwa pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat

membantu meningkatkan hasil berpikir kritis siswa pada materi perubahan

lingkungan.

Belum adanya penelitian yang mengkombinasikan model pembelajaran

penemuan dengan sains teknologi masyarakat (STM), maka peneliti merasa

tertarik melakukan penelitian dengan mengkombinasikan model tersebut.

Pengajaran dengan model pembelajaran penemuan berorientasi sains

teknologi masyarakat adalah cara membuat peserta didik agar dapat

melakukan penemuan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan

dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Penggunaan model

pembelajaran tersebut diharapkan mampu membantu peserta didik

membangun sendiri pengetahuannya melalui pengalaman dari interaksinya

dengan lingkungan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan tingkat tinggi

7
peserta didik khususnya terkait keterampilan proses sains dan penguasaan

konsep peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang sudah disampaikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran penemuan berorientasi sains

teknologi masyarakat (STM) terhadap keterampilan proses sains peserta

didik ?

2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran penemuan berorientasi sains

teknologi masyarakat (STM) terhadap penguasaan konsep peserta didik ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh model pembelajaran penemuan berorientasi sains teknologi

masyarakat terhadap keterampilan proses sains peserta didik.

2. Pengaruh model pembelajaran penemuan berorientasi sains teknologi

masyarakat terhadap penguasaan konsep peserta didik.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin

mengkaji lebih lanjut permasalahan-permasalahan yang berhubungan

dengan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep peserta didik

khususnya pada materi kimia pokok bahasan asam dan basa.

8
2. Secara Praktis

a. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

yang baik dalam rangka perbaikan pembelajaran dan dapat dijadikan

informasi, sekaligus sebagai bahan pertimbangan mengenai penggunaan

model pembelajaran untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran

khususnya pada materi pembelajaran kimia.

b. Guru

Sebagai alternatif model mengajar bagi guru dalam meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar peserta didik khususnya keterampilan proses

sains dan penguasaan konsep peserta didik pada materi pokok yang

bersifat kontekstual, konseptual ataupun abstrak.

c. Peserta didik

Membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan

berpikir dan keterampilan proses sains, mempermudah peserta didik

dalam memahami pelajaran, mengaktifkan kegiatan belajar,

mengoptimalkan kerja sama, tanggung jawab dan meningkatkan hasil

belajar pada mata peajaran kimia khususnya pada materi laju reaksi.

d. Peneliti

Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran penemuan

berorientasi sains teknologi masyarakat terhadap keterampilan proses

sains dan penguasaan konsep peserta didik. Selain itu juga digunakan

sebagai dasar dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

9
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah, penelitian ini dibatasi

pada:

1. Variabel Penelitian

a. Keterampilan proses sains yang akan diteliti pada peneitian ini

mencakup 6 aspek keterampilan proses sains, yaitu meliputi

keterampilan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

merancang dan melaksanakan eksperimen, menginterpretasi data, ,

serta keterampilan membuat kesimpulan.

b. Penguasaan konsep kimia yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

pada domain kognitif taksonomi Bloom revisi Anderson & Krathwohl

(2001), meliputi kemampuan mengingat (C1), memahami (C2),

mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan

mencipta (C6).

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI

MIA di SMAN 3 Mataram tahun ajaran 2019/2020.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 3 Mataram yang

beralamat di jalan Pemuda No 19 A Mataram.

4. Objek Penelitian

Objek atau pokok bahasan dalam penelitian ini adalah pengaruh

model pembelajaran penemuan berorientasi sains teknologi masyarakat

10
terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep peserta didik

pada materi asam dan basa.

F. Definisi Operasional

Menghindari terjadinya kesalahpahaman atau kekeliruan dalam

menafsirkan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti

memberikan definisi tentang istilah-istilah yang ada dalam penelitian sebagai

berikut :

1. Model Pembelajaran Penemuan


Model pembelajaran penemuan adalah suatu model pembelajaran

yang di dalam proses pembelajaran melibatkan peran aktif peserta didik

dalam mengekspolorasi pengetahuannya melalui kegiatan penemuan.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran penemuan dalam penelitian ini

meliputi stimulation, problem statement, data collection, data processing,

verification, dan generalization.

2. Sains Teknologi Masyarakat

Model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat (STM) dalam

penelitian ini merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan

peserta didik dalam memperoleh pengalaman dan pemanfaatan isu-isu

yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan peserta didik ke dalam

proses pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Penemuan Berorientasi Sains Teknologi Masyaraka

Model pembelajaran penemuan berorientasi sains teknologi

masyarakat dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang

dirancang bagi peserta didik dalam menemukan kosep-konsep yang

dipelajari melalui kegiatan penemuan dengan mengangkat isu-isu atau

11
masalah yang ada dalam masyarakat sehingga dapat membimbing peserta

didik berpikir secara global tentang keterkaitan antara konsep yang

dipelajari dengan manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang memfasilitasi

peserta didik dalam proses pembelajaran sains. Keterampilan ini

melibatkan peran dan partisipasi peserta didik secara aktif, melatih peserta

didik dalam belajar, dan melatih peserta didik bagaimana berpikir dan

bekerja seperti para ilmuwan. Indikator-indikator keterampilan proses

sains yang digunakan dalam penelitian ini meliputi keterampilan

mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan

melaksanakan eksperimen, menginterpretasi data, serta keterampilan

membuat kesimpulan

5. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam

menjelaskan unsur-unsur dari konsep yang sudah dibelajarkan dengan

bahasanya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi

tidak merubah makna yang ada didalamnya. Penguasaan konsep yang

ditekankan dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam

menguasai konsep asam dan basa. Penguasaan konsep peserta didik diukur

setelah mendapatkan perlakuan dengan menggunakan instrumen butir soal

beracuan dari indikator penguasaan konsep pada domain kognitif Bloom

revisi Anderson & Krathwohl meliputi kemampuan mengingat (C1),

12
memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi

(C5), dan menciptakan (C6).

13

Anda mungkin juga menyukai