Anda di halaman 1dari 11

Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan

Pupuk Hayati Mikoriza Sebagai Media Tanam Jagung Manis

The Used of Ex-Coal Mining Soil With Mycorrhiza Biofertilizers


To Growth Sweet Corn

Margarettha1

ABSTRACT

The research purpose is to study the effect of mycorrhiza fungi on colonization


infection of mycorrhiza in the root of sweetcorn in ex coal mining soil. A
randomized completely design was applied with six treatments and four replicates.
The treatment of level mycorrhiza were consisted of 0, 50, 100, 150, 200 and 250 g
pot-1. The results showed that the treatments have significantly affected colonization,
percentage of root infection, Corg, P availability and the height of plant. The level of
200 g pot-1 gave the highest result on the root infection, while level of 100 g pot -1
gave the highest result on the colonization of sweet corn.
Key words: ex-coal mining soil, mycorrhiza, sweet corn

PENDAHULUAN bahan non-batubara. Tanah sisa galian


pertambangan batubara terdiri dari sisa
Upaya peningkatan
batubara (batubara muda) dan batuan-
produktivitas sektor pertanian menjadi
batuan seperti batu liat (clay stone),
sangat penting karena permintaan hasil
batu lanau (silt stone), batu pasir (sand
yang semakin tinggi. Disisi lain
stone) atau tufa vulkan (Tala’ohu,
penyempitan lahan pertanian selalu
1995).
terjadi disebabkan karena adanya alih
Tanah galian batubara
fungsi lahan dari pertanian menjadi
umumnya tersusun terbalik dari
lahan non-pertanian diantaranya
susunan awalnya. Tanah lapisan atas
disebabkan kegiatan aktivitas
(top soil) berada di bawah tanah
pertambangan (batubara, minyak
lapisan bawah (sub soil). Umumnya
bumi, emas, timah, dan lain-lain).
bahan-bahan ini ditumpuk diatas
Secara umum kegiatan
tanah-tanah yang produktif sehingga
pertambangan seperti tambang
dapat menghambat pertumbuhan
batubara dapat memberikan
tanaman dan menurunkan
keuntungan ekonomis namun juga
produktivitas tanah.
dapat menimbulkan dampak kerusakan
Umumnya areal bekas
lingkungan dan ekosistem tanah.
timbunan batubara ini dalam beberapa
Kegiatan pertambangan yang
tahun pertama sulit ditumbuhi vegetasi
dilakukan dengan pertambangan
karena berbagai macam kendala.
terbuka, akan menimbulkan tumpukan
1Staf Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi

J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 – 10, 2010


ISSN 2086 – 4825 1
Margarettha: Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara
Beberapa kendala fisik yang dihadapi akar tanaman tingkat tinggi. Dimana
dalam upaya reklamasi tanah bekas jamur mendapatkan keuntungan dari
penambangan batubara yakni: tanah suplai karbon (C) dan zat-zat essensial
terlalu padat, struktur tanah tidak dari tanaman inang dan tanaman inang
mantap, aerasi dan drainase tanah mendapatkan berbagai nutrisi, air, dan
jelek, serta lambat meresapkan air. proteksi biologis (Turjaman et al.,
Selain itu kendala kimia seperti pH 2005).
sangat masam, tingginya kadar garam, Penggunaan mikoriza telah
dan rendahnya tingkat kesuburan tanah terbukti mampu meningkatkan
merupakan pembatas utama dalam pertumbuhan tanaman kehutanan
mereklamasi area tanah timbunan. (revegetasi) pada lahan bekas
Konsekuensinya diperlukan input yang pertambangan maupun lahan kritis
relatif besar (seperti: pupuk buatan secara signifikan (Setiadi, 2004).
dan pupuk organik, berbagai senyawa Selain itu mikoriza juga memiliki
senyawa kimia untuk mengendalikan peranan yang sangat penting untuk
hama dan penyakit, sarana dan melindungi tanaman dari serangan
prasarana untuk menjamin patogen, dan kondisi tanah dan
ketersediaan air bagi tanaman) untuk lingkungan yang kurang kondusif
memperbaiki kualitas atau seperti: pH rendah, stress air,
menyehatkan ekosistem tanah agar temperatur ekstrim, salinitas yang
dapat mendukung pertumbuhan dan tinggi, dan tercemar logam berat
perkembangan tanaman. (Brundret et al., 1996).
Simarmata (2005) Hasil berbagai penelitian pada
menyebutkan salah satu strategi dan lahan marjinal di Indonesia
upaya yang ramah lingkungan untuk menunjukkan bahwa aplikasi pupuk
mengembalikan vitalitas (kualitas dan biologis seperti mikoriza dapat
kesehatan) tanah adalah dengan meningkatkan pertumbuhan berbagai
sistem pertanian ekologis terpadu. tanaman (Jagung, Kedelai, Kacang
Pengembangan pertanian ekologis ini Tanah, Tomat, Padi, dan tanaman
didukung dengan kemajuan dalam lainnya) dan ketersediaan hara bagi
bidang bioteknologi tanah yang ramah tanaman antara 20 hingga 100%
lingkungan, yaitu pemanfaatan pupuk (Simarmata dan Herdiani, 2004).
hayati (biofertilizers). Pupuk hayati Tanaman jagung sendiri merupakan
memberikan alternatif yang tepat salah satu jenis tanaman yang banyak
untuk memperbaiki dan meningkatkan dijadikan objek dalam penelitian
kualitas tanah dan mempertahankan mengenai mikoriza. Menurut
kualitas tersebut sehingga dapat Simanungkalit (2004) dosis mikoriza
meningkatkan pertumbuhan dan yang dianjurkan dalam budidaya
menaikkan hasil maupun kualitas dari tanaman jagung adalah sebanyak 50 g
berbagai tanaman secara signifikan. spora/ pot.
Pupuk hayati yang sering Tujuan penelitian ini adalah
digunakan dalam rehabilitasi lahan untuk mengetahui pengaruh jumlah
bekas pertambangan adalah mikoriza. inokulan cendawan mikoriza terhadap
Mikoriza merupakan suatu bentuk kolonisasi dan derajat infeksi mikoriza
simbiosis mutualisme antara jamur dan pada akar jagung manis serta beberapa

2
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 – 10, 2010
sifat kimia tanah dan pertumbuhan total, P tersedia), serta pertumbuhan
tanaman jagung manis dengan media dan berat kering tanaman.
tanaman lahan bekas timbunan galian Data sifat kimia yang diamati
tambang batubara. pada percobaan ini dianalisis secara
statistik dengan sidik ragam pada taraf
BAHAN DAN METODE 5 %, dilanjutkan dengan uji jarak
berganda Duncan (DNMRT) pada
Penelitian telah dilaksanakan di
taraf 5 %. Untuk data biologi dan
Rumah Kaca, Laboratorium
tanaman dianalisis secara deskriptif.
Bioteknologi Tanaman serta
Laboratorium Kimia Tanah dan
Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Jambi, dari bulan Maret Dari hasil analisis awal
sampai dengan Juli 2007. menunjukkan bahwa media tanam
Bahan yang digunakan adalah yang digunakan dalam penelitian ini
tanah yang diambil secara komposit memiliki sifat kimia yang miskin
pada kedalaman 0 – 30 cm dari areal unsur hara. Hal ini dapat dilihat dari
bekas timbunan tambang batubara pH tanah yang sangat masam, yang
yang berasal dari Desa Rantau Pandan merupakan salah satu indikator
Kec. Rantau Pandan Kab. Bungo kesuburan tanah. Karena sifat pH
Provinsi Jambi, inokulum mikoriza tanah mempunyai hubungan langsung
mikofer (Gigasspora margarita, maupun tidak langsung dengan sifat
Glomus manihotis, Glomus kimia tanah yang lain, seperti
etunicatum, dan Acaulospora ketersediaan hara terutama hara makro
tuberculata), benih jagung manis, (unsur P dan K) dan kation seperti Al.
pupuk kandang sapi (125 g pot-1) , Hasil analisis sifat fisika dan kimia
pupuk Urea (8,33 g pot-1), pupuk KCl tanah sisa galian tambang batubara
(5,63 g pot-1), pupuk SP36 (5,21 g pot- pada awal penelitian, disajikan pada
1
). Tabel 1.
Penelitian menggunakan Menurut Tala’ohu et al. (1995)
Rancangan Acak Lengkap (RAL) bahwa rendahnya pH tanah pada sisa
dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. galian tambang batubara ini terjadi
Perlakuan yang dicobakan adalah karena proses pembongkaran dan
takaran inokulan CMA, terdiri dari A pengangkatan bahan induk tanah
= tanpa mikoriza; B=50 g pot-1; timbunan ke permukaan, sehingga
C=100 g pot-1; D= 150 g pot-1; E= 200 terjadi perubahan lingkungan yang
g pot-1; F=250 g pot-1. reduktif menjadi oksidatif. Dalam
Pengamatan meliputi kondisi reduktif, terbentuk mineral
kolonisasi mikoriza dan infeksinya, jerosite yang berasal dari pirit
beberapa sifat kimia tanah sebelum
dan sesudah penelitian (C organik, N

3
Margarettha: Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara

Tabel 1. Hasil analisis awal sifat fisika dan kimia tanah bekas tambang batubara
Sifat Fisika dan Kimia Tanah Nilai Kriteria*
Pasir : 9,87 (%)
Liat Berdebu
Tekstur Tanah Debu : 46,66 (%)
Liat : 43,48 (%)
C-Organik (%) 17,14 Sangat Tinggi
N-Total (%) 0,41 Sedang
Nisbah C/N 41,80 Sangat Tinggi
P tersedia (ppm) 6,16 Sangat Rendah
Aldd (me 100 g-1) 4,25
Kdd (me 100 g-1) 0,26 Rendah
-1
KTK (me 100 g ) 38,10 Tinggi
pH H2O 3,31 Sangat Masam
* Sumber: Pusat Penelitian Tanah (1983)

(FeS2), mineral ini bersifat mantap namun pada kondisi oksidatif mineral ini
akan berubah sebagai :

4 FeS2 + 15 O2 + 2H2O 4Fe3+ + 8 SO42- + 4 H+

Adanya ion SO42- dan H+ inilah ke dalam media tanam. Dengan


yang menyebabkan kondisi tanah meningkatnya kandungan bahan
menjadi sangat masam. Tabel 1 organik diharapkan dapat
menunjukkan tingginya kadar C meningkatkan aktivitas mikrob tanah
didalam tanah, namun hal ini bukan sehingga komunitas mikrob di
merupakan indikator kesuburan tanah, rhizosfer semakin meningkat.
karena C yang tinggi ini diduga berasal Tanah dengan tekstur halus
dari serpihan batubara muda. Hal ini (Liat berdebu) menunjukkan tingginya
dapat dilihat dengan tingginya nisbah aktivitas kimia, yang ditandai dengan
C/N yaitu sebesar 41,80, yang tingginya KTK. Tingginya nilai KTK
menunjukkan bahwa proses pada tanah ini bukanlah indikasi
dekomposisi bahan organik tanah bagusnya kesuburan tanah, karena
belum berlangsung sempurna. Dai dan reaksi tanah sangat masam sehingga
Suseno (1993) menyebutkan bahwa diduga ion yang mendominasi
bahan timbunan ini terdiri dari bahan kompleks jerapan adalah ion H+.
galian lapisan berupa fragmen atau Reaksi tanah yang sangat masam
bongkahan yang sangat masif dan menyebabkan rendahnya ketersediaan
keras yang terdiri dari batu liat, batu hara makro seperti N, P, dan K yang
lanau, batu pasir, dan serpihan pada akhirnya dapat menghambat
batubara muda. Rendahnya kandungan pertumbuhan tanaman.
C organik tanah ini, menyebabkan
perlunya penambahan bahan organik

4
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 – 10, 2010
Tabel 2. Jumlah kolonisasi dan persentase infeksi pada berbagai takaran inokulan
Mikoriza

Kolonisasi Mikoriza
Perlakuan Infeksi CMA (%)
(Spora 50 g-1 tanah)
A 17,25 0
B 20,25 1,50
C 30,75 4,50
D 16,25 6,75
E 14,75 28,75
F 6,25 21,75
tanam yang merupakan faktor
Tabel 2 diatas menunjukkan penghambat perkembangan spora
bahwa kolonisasi tertinggi diperoleh mikoriza. Selanjutnya disebutkan oleh
pada perlakuan C (100 g pot-1) dengan Simarmata (2004) mikoriza
jumlah koloni rhizosfer sebesar 30,75 mengambil berbagai nutrisi dari dalam
spora50 g-1 tanah dan kolonisasi tanah untuk perkembangan hidupnya,
terendah diperoleh pada perlakuan F terutama C organik dari dalam tanah.
(250 g pot-1) dengan jumlah koloni Gunawan (1993) menambahkan bahwa
pada rhizosfer sebesar 6,25 spora 50-1 vesikula mikoriza cenderung menurun
g tanah. Namun infeksi mikoriza pada ketersediaan karbon yang
tertinggi pada akar tanaman diperoleh terbatas.
pada perlakuan E(200 g pot-1) dengan Delvian (2004) menyebutkan
persentase infeksi sebesar 28,75%. bahwa inokulum yang berlimpah
Tabel 2 diatas juga bukanlah faktor penentu keberhasilan
memperlihatkan bahwa peningkatan asosiasi cendawan mikoriza dan
takaran inokulan mikoriza dapat perakaran. Ditambahkan oleh
meningkatkan persentase infeksi akar. Sleverding (1991) bahwa O2, CO2,
Hal ini menunjukkan bahwa inokulan kelembaban, suhu, status hara tanah,
yang diberikan dapat menginfeksi akar dan sumber hara berpengaruh pada
tanaman jagung. Namun, peningkatan perkecambahan spora mikoriza. Hal
infeksi pada akar ini tidak sejalan yang sama juga dinyatakan oleh
dengan kolonisasi pada rhizosfer Subiksa (2004) bahwa efektivitas
tanaman. mikoriza dipengaruhi oleh faktor
Pada perlakuan B dan C lingkungan tanah yang meliputi faktor
menunjukkan koloni di daerah abiotik (konsentrasi hara, pH, kadar
rhizosfer lebih banyak dibandingkan air, temperatur, pengolahan tanah, dan
dengan perlakuan lain, sehingga penggunaan pupuk/pestisida) dan
infeksinya pada perakaran tanaman faktor biotik (interaksi mikrobial,
jagung justru lebih sedikit. Hal ini spesies cendawan, tanaman inang, tipe
diduga karena lingkungan tumbuh perakaran tanaman inang, dan
yang tidak mendukung perkembangan kompetisi antar cendawan).
spora mikoriza. Kandungan karbon Adanya kolonisasi mikoriza
aktif yang tinggi menyebabkan di rhizosfer pada perlakuan kontrol (A)
kekahatan unsur P dan K pada media menunjukkan bahwa terdapat mikoriza

5
Margarettha: Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara
indigenous di dalam tanah. Iriani mampu berasosiasi dengan akar
(2004) menyebutkan bahwa pada tanah tanaman yang tumbuh disekelilingnya,
dengan kandungan unsur P alam karena tingkat kolonisasi mikoriza
rendah, secara teoritis mempunyai adalah berbanding terbalik dengan
kandungan cendawan indigen yang tingkat ketersediaan P dalam tanah.

Tabel 3. Pengaruh mikoriza terhadap pH tanah, N-total tanah, P tersedia, C-organik


tanah.
C-organik
Perlakuan pH H2O N-total (%) P- tersedia (ppm)
(%)
A 3,65 a 0,427 a 19,95 a 12,33 ab
B 3,56 a 0,428 a 25,27 b 14,57 b
C 3,51 a 0,434 a 24,93 b 12,64 ab
D 3,54 a 0,436 a 15,62 a 11,29 a
E 3,58 a 0,429 a 23,61 b 11,39 a
F 3,52 a 0,440 a 29,56 b 11,13 a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji Duncan pada taraf 5 %
Nilai pH perlakuan kontrol
Pada Tabel 3 menunjukkan yang lebih tinggi bila dibandingkan
inokulasi Mikoriza belum memberikan dengan perlakuan lain, juga
pengaruh nyata terhadap pH tanah. Hal menunjukkan tidak adanya pengaruh
ini disebabkan adanya asam-asam perlakuan terhadap pH tanah.
organik akibat kegiatan jasad mikro. Penambahan bahan organik berupa
Adanya asam-asam organik ini terlihat pupuk kandang sapi sebanyak 6,67
dari turunnya kadar C/N ratio tanah ton/Ha, lebih berperan terhadap
setelah perlakuan bila dibandingkan perubahan nilai pH tanah. Delvian
dengan kadar C/N ratio tanah pada (2004 ) menyebutkan bahan organik
awal penelitian yang mencapai angka mutlak diperlukan dalam rehabilitasi
41,80. Adanya penurunan kadar C/N lahan bekas tambang batubara, karena
ratio ini mengindikasikan bahwa telah selain sebagai sumber hara dan
terjadi proses dekomposisi bahan mikroba, bahan organik juga dapat
organik pada media tanam, yang memperbaiki struktur tanah sehingga
selanjutnya akan menghasilkan asam- merangsang perkembangan akar pada
asam organik. Selanjutnya tahap awal pertumbuhan. Hasil
ditambahkan oleh Simarmata (2004) penelitian Wiryono (2006)
bahwa akar tanaman menghasilkan menunjukkan terjadinya peningkatan
asam organik atau zat asam arang pH tanah tambang yang diberi serasah
sebagai hasil pernapasan. Hal ini juga atau diberi serasah dan cacing tanah.
ditunjukkan dari hasil penelitian Hal ini diduga disebabkan oleh
Sitorus (2000) dan Gofar (2003) menurunnya kandungan H dan Al,
bahwa pemberian inokulasi mikoriza serta meningkatnya K, Ca, dan Mg.
tidak menunjukkan perbedaan nilai pH Tabel 3 menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan kontrol. penginokulasian mikoriza dapat
meningkatkan kandungan N total tanah

6
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 – 10, 2010
dibandigkan kontrol. Kandungan N kandungan C-organik tertinggi sebesar
total tertinggi diperoleh pada pelakuan 14,57 % dan diikuti oleh perlakuan C,
F (250 g pot-1) yaitu sebesar 0,44% A, E, D, dan F. Secara keseluruhan,
dan semakin rendah pada perlakuan D, kandungan C-organik pada penelitian
C, E, B, dan A. Namun secara statistik ini masih sangat tinggi, namun bukan
penginokulasian mikoriza tidak merupakan indikator kesuburan tanah,
memberikan pengaruh nyata terhadap diduga merupakan sisa dari batubara
kandungan N total tanah. yang masih muda. Kandungan karbon
Ketersediaan P tanah yang tinggi, pada kondisi pH yang
meningkat secara signifikan dengan rendah menunjukkan bahwa karbon
peningkatan jumlah inokulan Mikoriza yang terdapat dalam media tanam
yang diberikan. Efektivitas mikoriza berupa karbon aktif yang berasal dari
dalam meningkatkan ketersediaan P serpihan batubara muda. Penurunan
pada tanah marginal telah banyak kadar karbon ini diduga disebabkan
dilaporkan, hal yang sama juga oleh kegiatan dekomposisi bahan
dibuktikan oleh Margarettha (2007) organik yang sudah mulai berjalan.
dimana pemberian inokulan Mikoriza Hal ini terlihat dari turunnya nisbah
100 g pot-1 meningkatkan C/N ratio tanah bila dibandingkan
ketersediaan P menjadi 75,21 ppm. dengan perlakuan kontrol. Pupuk
Pada Tabel 3 terlihat adanya kandang sapi yang cepat
pengaruh inokulasi Mikoriza terhadap terdekomposisi telah mampu
kandungan C-organik tanah. Dimana menurunkan kemasaman tanah dan
perlakuan B (100 g pot-1) memberikan meningkatkan ketersediaan hara.

Tabel 4. Rata-rata pengaruh Mikoriza terhadap tinggi dan berat kering tanaman
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Berat Kering (g)
A 54,30 14,65
B 34,58 4,43
C 45,58 11,33
D 53,85 11,93
E 62,15 8,15
F 67,93 12,05
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji Duncan pada taraf 5 %

Tabel 4 diatas menunjukkan Penginokulasian Mikoriza juga dapat


bahwa penginokulasian mikoriza dapat meningkatkan berat kering tanaman,
meningkatkan pertambahan tinggi kecuali pada perlakuan E. Berat
tanaman. Inokulasi Mikoriza sebesar kering tanaman tertinggi diperoleh
250 g pot-1 (F) memberikan pada perlakuan F (250 g pot-1) yaitu
pertambahan tinggi tanaman tertinggi sebesar 12,05 g dan semakin rendah
yaitu sebesar 67,93 cm, dan semakin pada perlakuan D, C, E, dan B.
menurun secara tidak berurutan pada Pertumbuhan tanaman pada
perlakuan E, D, A, C, dan B. semua perlakuan lebih rendah bila

7
Margarettha: Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara
dibandingkan dengan pertumbuhan terhadap kolonisasi mikoriza di
pada kondisi tanah normal. Hasil rhizosfer tanaman jagung manis.
penelitian Fitriatin et al. (2003)
DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan perlakuan CMA dan
ekstrak cacing 50 g pot-1 memberikan Delvian. 2004 . Aplikasi Cendawan
pertambahan tinggi tanaman jagung Mikoriza Arbuskula dalam
manis sebesar 117,33 cm. Rendahnya Rekalmasi Lahan Kritis Pasca
pertumbuhan tanaman pada media Tambang. Jurusan Kehutanan
tanam ini diduga disebabkan hilangnya Fakultas Pertanian Universitas
lapisan tanah atas (top soil) yang Sumatera Utara. Medan. 21 Hal
merupakan sumber hara makro dan Dinas Pertambangan dan Energi
mikro essensial bagi pertumbuhan Provinsi Jambi. 2003. Laporan
tanaman. Selain itu kekahatan unsur Akhir Tahun. Jambi
hara essensial seperti nitrogen dan Iriani, Farida. 2004. Identifikasi
fosfor, toksisitas mineral, dan Cendawan Mikoriza serta
kemasaman tanah merupakan kendala Pengaruhnya terhadap
umum dan utama yang ditemui pada Pertumbuhan Stek Tebu yang
tanah-tanah bekas kegiata ditanam pada Media Bekas
pertambangan (Delvian, 2004). Pertanaman Padi Gogo dan
Penambahan top soil diduga Ubikayu Bermikoriza Dalam
dapat memperbaiki sifat fisik lahan Prosiding Teknologi Produksi
kritis pasca tambang, seperti dan Pemanfaatan Inokulan
kekompakan struktur dan kemampuan Endo-ektomikoriza untuk
memegang air yang lebih baik, Pertanian, Perkebunan, dan
sehingga pertumbuhan tanaman akan kehutanan. Asosiasi Mikoriza
menjadi lebih baik. Delvian (2004) Indonesia-Jawa Barat.
merekomendasikan penambahan top Bandung. Hal 49-54
soil paling sedikit 20 % dari volume Gofar, Nuni. 2003. Reaksi Tanah, P
tanah yang digunakan bagi tersedia, Pertumbuhan
pertumbuhan tanaman pada tanah- Tanaman Padi Gogo paad
tanah yang miskin hara. Ultisol yang Diinokulasi
dengan CMA, BPF, dan
KESIMPULAN Kompos Jerami Padi. Dalam
Pemberian mikoriza dapat Prosiding Teknologi Produksi
mempengaruhi kolonisasi mikoriza dan Pemanfaatan Inokulan
pada rhizosfer, derajat infeksi akar, C- Endo-ektomikoriza untuk
organik, P tersedia dan tinggi tanaman Pertanian, Perkebunan, dan
, namun belum berpengaruh terhadap kehutanan. Asosiasi Mikoriza
pH tanah, N-total tanah, dan berat Indonesia-Jawa Barat.
kering tanaman. Pemberian mikoriza Bandung. Hal 86-102
pada takaran 200 g pot-1 memberikan Gunawan, Agustin Widya. 1993.
pengaruh tertinggi terhadap derajat Bahan Pengajaran Mikoriza
infeksi akar, dan perlakuan 100 g pot-1 Arbuskula. Pusat Antar
memberikan pengaruh tertinggi Universitas Ilmu Hayat. Institut

8
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 – 10, 2010
Pertanian Bogor. Bogor. 174 CMA dalam Revitalisasi
Hal Ekosistem Lahan Marginal dan
Margarettha. 2007. Peranan Tercemar. Dalam Prosiding
Cendawan Mikoriza terhadap Workshop Produksi Inokulan
Ketersediaan P, Kolonisasi Cendawan Mikoriza
Minoriza serta Hasil Jagung Arbuskula. Asosiasi Mikoriza
pada Ultisol. Makalah pada Indonesia-Jawa Barat.
Ekspose dan Seminar Nasional Bandung. Hal1-33
PENNAS, Sembawa Sumatera Simarmata,T. 2004. Pemanfaatan
Selatan, Juli 2007. Pupuk Hayati CMA dan
Turjaman, Maman., Yana Sumarba. Kombinasi Pupuk Organik
Winarto. Erdy Santoso. 2005. dengan Biostimulan untuk
Prospek Aplikasi Teknologi Meningkatkan Kolonisasi
Cendawan Ektomikoriza Mikoriza, Serapan Hara P, dan
(ECM) untuk Mempercepat Hasil Tanaman Kedelai Pada
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ultisol. Jurnal Ilmu-ilmu
Tergredasi. Seminar Nasional Pertanian Agroland. Volume
dan Workshop Cendawan 11 (3)
Mikoriza. Universitas Jambi. . 2005. Revitalisasi
Jambi. 19 Hal Kesehatan Ekosistem Lahan
Sihaloho, EL. 1999. Pengaruh Kritis dengan Memanfaatkan
Mikoriza Vesikular Arbuskular Pupuk Biologis Mikoriza
dan Kaptan Super Fosfat dalam Percepatan
Terhadap ketersediaan P, Pengembangan Pertanian
Konsentrasi P Daun, dan Hasil Ekologis di Indonesia. Seminar
Jagung (Zea Mays) pada Nasional dan Workshop
Ultisol. Skripsi. Fakultas Cendawan Mikoriza.
Pertanian Universitas Jambi. Universitas Jambi. Jambi. 18
Jambi. 51 Hal Hal
Simanungkalit, RDM. 2004. Teknologi Sitorus, M. Pengaruh Pemberian Batu
Cendawan Mikoriza Fosfat Alam dan Mikoriza
Arbuskula: Produksi Inokulan Vesikular Arbuskular Terhadap
dan Pengawasan Mutunya. Ketersediaan dan Konsentrasi
Dalam Prosiding Teknologi P daun Jagung pada Ultisol.
Produksi dan Pemanfaatan Skripsi. Fakultas Pertanian
Inokulan Endo-ektomikoriza Universitas Jambi. Jambi. 38
untuk Pertanian, Perkebunan, Hal
dan kehutanan. Asosiasi Subiksa. 2002. Pemanfaatan Mikoriza
Mikoriza Indonesia-Jawa untuk Penanggulangan Lahan
Barat. Bandung. Hal 7-17 Kritis. http://timoutou.net/
Simarmata, T. Reginawati,H. 702_04212/igm_subiksa
Mieke,RS. Betty,RF. Pujawati (diakses Februari 2007)
Suryatmana. Yuyun Sumarni. Surya, MA. R Budiasih. Nur Ikhsan.
D.H. Arief.2004. Strategi 2004. Pemanfaatan Tumbuhan
Pemanfaatan Pupuk Hayati Tahan Kekeringan sebagai

9
Margarettha: Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara
Inang Cendawan Mikoriza Setiadi, Y. 2004. Arbuscular
Arbuskula. Dalam Prosiding Mycorrhizal Inoculum
Teknologi Produksi dan Production. Dalam prosiding
Pemanfaatan Inokulan Endo- Teknologi Produksi dan
ektomikoriza untuk Pertanian, Pemanfaatan Inokulan Endo-
Perkebunan, dan kehutanan. Ektomikoriza untuk Pertanian,
Asosiasi Mikoriza Indonesia- Perkebunan, dan Kehutanan.
Jawa Barat. Bandung. Hal 111- Asosiasi Mikoriza Indonesia-
113 Jawa Barat. Bandung. Hal 18-
Tala’ohu, SH. Moersidi, S. 31
Sukristiyorubowo. Gunawan. Wiryono. 2006. Pengaruh Pemberian
1995. Sifat Fisiko Kimia Tanah Serasah dan Cacing Tanah
Timbunan Tambang Batubara Terhadap Pertumbuhan
(PTBA) di Tanjung Enim, Tanaman Lamtoro (Leucaena
Sumatera Selatan. Dalam leucocephala Lam De aWit)
Prosiding Pertemuan dan Turi (Sesbania
pembahasan dan Komunikasi grandiflora) pada Media
Hasil Penelitian Tanah dan Tanam Tanah Bekas
Agroklimat, Bidang Penambangan Batubara. Dalam
Konservasi Tanah dan Air, Jurnal Ilmu-ilmu pertanian
serta Agroklimat. Pusat Indonesia. Volume 8 No. 1
Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Bogor. Hal 39-47
Tala’ohu, SH. 1999. Reklamasi Areal
Timbunan Pasca Penambangan
Batubara Suatu Peluang
danKendala. Dalam Prosiding
Kongres Nasional VII HITI,
Komisi Fisiska, Mekanika, dan
Konservasi Tanah. Bandung.
Hal 47-49

10

Anda mungkin juga menyukai