Margarettha1
ABSTRACT
2
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 – 10, 2010
sifat kimia tanah dan pertumbuhan total, P tersedia), serta pertumbuhan
tanaman jagung manis dengan media dan berat kering tanaman.
tanaman lahan bekas timbunan galian Data sifat kimia yang diamati
tambang batubara. pada percobaan ini dianalisis secara
statistik dengan sidik ragam pada taraf
BAHAN DAN METODE 5 %, dilanjutkan dengan uji jarak
berganda Duncan (DNMRT) pada
Penelitian telah dilaksanakan di
taraf 5 %. Untuk data biologi dan
Rumah Kaca, Laboratorium
tanaman dianalisis secara deskriptif.
Bioteknologi Tanaman serta
Laboratorium Kimia Tanah dan
Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Jambi, dari bulan Maret Dari hasil analisis awal
sampai dengan Juli 2007. menunjukkan bahwa media tanam
Bahan yang digunakan adalah yang digunakan dalam penelitian ini
tanah yang diambil secara komposit memiliki sifat kimia yang miskin
pada kedalaman 0 – 30 cm dari areal unsur hara. Hal ini dapat dilihat dari
bekas timbunan tambang batubara pH tanah yang sangat masam, yang
yang berasal dari Desa Rantau Pandan merupakan salah satu indikator
Kec. Rantau Pandan Kab. Bungo kesuburan tanah. Karena sifat pH
Provinsi Jambi, inokulum mikoriza tanah mempunyai hubungan langsung
mikofer (Gigasspora margarita, maupun tidak langsung dengan sifat
Glomus manihotis, Glomus kimia tanah yang lain, seperti
etunicatum, dan Acaulospora ketersediaan hara terutama hara makro
tuberculata), benih jagung manis, (unsur P dan K) dan kation seperti Al.
pupuk kandang sapi (125 g pot-1) , Hasil analisis sifat fisika dan kimia
pupuk Urea (8,33 g pot-1), pupuk KCl tanah sisa galian tambang batubara
(5,63 g pot-1), pupuk SP36 (5,21 g pot- pada awal penelitian, disajikan pada
1
). Tabel 1.
Penelitian menggunakan Menurut Tala’ohu et al. (1995)
Rancangan Acak Lengkap (RAL) bahwa rendahnya pH tanah pada sisa
dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. galian tambang batubara ini terjadi
Perlakuan yang dicobakan adalah karena proses pembongkaran dan
takaran inokulan CMA, terdiri dari A pengangkatan bahan induk tanah
= tanpa mikoriza; B=50 g pot-1; timbunan ke permukaan, sehingga
C=100 g pot-1; D= 150 g pot-1; E= 200 terjadi perubahan lingkungan yang
g pot-1; F=250 g pot-1. reduktif menjadi oksidatif. Dalam
Pengamatan meliputi kondisi reduktif, terbentuk mineral
kolonisasi mikoriza dan infeksinya, jerosite yang berasal dari pirit
beberapa sifat kimia tanah sebelum
dan sesudah penelitian (C organik, N
3
Margarettha: Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara
Tabel 1. Hasil analisis awal sifat fisika dan kimia tanah bekas tambang batubara
Sifat Fisika dan Kimia Tanah Nilai Kriteria*
Pasir : 9,87 (%)
Liat Berdebu
Tekstur Tanah Debu : 46,66 (%)
Liat : 43,48 (%)
C-Organik (%) 17,14 Sangat Tinggi
N-Total (%) 0,41 Sedang
Nisbah C/N 41,80 Sangat Tinggi
P tersedia (ppm) 6,16 Sangat Rendah
Aldd (me 100 g-1) 4,25
Kdd (me 100 g-1) 0,26 Rendah
-1
KTK (me 100 g ) 38,10 Tinggi
pH H2O 3,31 Sangat Masam
* Sumber: Pusat Penelitian Tanah (1983)
(FeS2), mineral ini bersifat mantap namun pada kondisi oksidatif mineral ini
akan berubah sebagai :
4
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 – 10, 2010
Tabel 2. Jumlah kolonisasi dan persentase infeksi pada berbagai takaran inokulan
Mikoriza
Kolonisasi Mikoriza
Perlakuan Infeksi CMA (%)
(Spora 50 g-1 tanah)
A 17,25 0
B 20,25 1,50
C 30,75 4,50
D 16,25 6,75
E 14,75 28,75
F 6,25 21,75
tanam yang merupakan faktor
Tabel 2 diatas menunjukkan penghambat perkembangan spora
bahwa kolonisasi tertinggi diperoleh mikoriza. Selanjutnya disebutkan oleh
pada perlakuan C (100 g pot-1) dengan Simarmata (2004) mikoriza
jumlah koloni rhizosfer sebesar 30,75 mengambil berbagai nutrisi dari dalam
spora50 g-1 tanah dan kolonisasi tanah untuk perkembangan hidupnya,
terendah diperoleh pada perlakuan F terutama C organik dari dalam tanah.
(250 g pot-1) dengan jumlah koloni Gunawan (1993) menambahkan bahwa
pada rhizosfer sebesar 6,25 spora 50-1 vesikula mikoriza cenderung menurun
g tanah. Namun infeksi mikoriza pada ketersediaan karbon yang
tertinggi pada akar tanaman diperoleh terbatas.
pada perlakuan E(200 g pot-1) dengan Delvian (2004) menyebutkan
persentase infeksi sebesar 28,75%. bahwa inokulum yang berlimpah
Tabel 2 diatas juga bukanlah faktor penentu keberhasilan
memperlihatkan bahwa peningkatan asosiasi cendawan mikoriza dan
takaran inokulan mikoriza dapat perakaran. Ditambahkan oleh
meningkatkan persentase infeksi akar. Sleverding (1991) bahwa O2, CO2,
Hal ini menunjukkan bahwa inokulan kelembaban, suhu, status hara tanah,
yang diberikan dapat menginfeksi akar dan sumber hara berpengaruh pada
tanaman jagung. Namun, peningkatan perkecambahan spora mikoriza. Hal
infeksi pada akar ini tidak sejalan yang sama juga dinyatakan oleh
dengan kolonisasi pada rhizosfer Subiksa (2004) bahwa efektivitas
tanaman. mikoriza dipengaruhi oleh faktor
Pada perlakuan B dan C lingkungan tanah yang meliputi faktor
menunjukkan koloni di daerah abiotik (konsentrasi hara, pH, kadar
rhizosfer lebih banyak dibandingkan air, temperatur, pengolahan tanah, dan
dengan perlakuan lain, sehingga penggunaan pupuk/pestisida) dan
infeksinya pada perakaran tanaman faktor biotik (interaksi mikrobial,
jagung justru lebih sedikit. Hal ini spesies cendawan, tanaman inang, tipe
diduga karena lingkungan tumbuh perakaran tanaman inang, dan
yang tidak mendukung perkembangan kompetisi antar cendawan).
spora mikoriza. Kandungan karbon Adanya kolonisasi mikoriza
aktif yang tinggi menyebabkan di rhizosfer pada perlakuan kontrol (A)
kekahatan unsur P dan K pada media menunjukkan bahwa terdapat mikoriza
5
Margarettha: Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara
indigenous di dalam tanah. Iriani mampu berasosiasi dengan akar
(2004) menyebutkan bahwa pada tanah tanaman yang tumbuh disekelilingnya,
dengan kandungan unsur P alam karena tingkat kolonisasi mikoriza
rendah, secara teoritis mempunyai adalah berbanding terbalik dengan
kandungan cendawan indigen yang tingkat ketersediaan P dalam tanah.
6
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 – 10, 2010
dibandigkan kontrol. Kandungan N kandungan C-organik tertinggi sebesar
total tertinggi diperoleh pada pelakuan 14,57 % dan diikuti oleh perlakuan C,
F (250 g pot-1) yaitu sebesar 0,44% A, E, D, dan F. Secara keseluruhan,
dan semakin rendah pada perlakuan D, kandungan C-organik pada penelitian
C, E, B, dan A. Namun secara statistik ini masih sangat tinggi, namun bukan
penginokulasian mikoriza tidak merupakan indikator kesuburan tanah,
memberikan pengaruh nyata terhadap diduga merupakan sisa dari batubara
kandungan N total tanah. yang masih muda. Kandungan karbon
Ketersediaan P tanah yang tinggi, pada kondisi pH yang
meningkat secara signifikan dengan rendah menunjukkan bahwa karbon
peningkatan jumlah inokulan Mikoriza yang terdapat dalam media tanam
yang diberikan. Efektivitas mikoriza berupa karbon aktif yang berasal dari
dalam meningkatkan ketersediaan P serpihan batubara muda. Penurunan
pada tanah marginal telah banyak kadar karbon ini diduga disebabkan
dilaporkan, hal yang sama juga oleh kegiatan dekomposisi bahan
dibuktikan oleh Margarettha (2007) organik yang sudah mulai berjalan.
dimana pemberian inokulan Mikoriza Hal ini terlihat dari turunnya nisbah
100 g pot-1 meningkatkan C/N ratio tanah bila dibandingkan
ketersediaan P menjadi 75,21 ppm. dengan perlakuan kontrol. Pupuk
Pada Tabel 3 terlihat adanya kandang sapi yang cepat
pengaruh inokulasi Mikoriza terhadap terdekomposisi telah mampu
kandungan C-organik tanah. Dimana menurunkan kemasaman tanah dan
perlakuan B (100 g pot-1) memberikan meningkatkan ketersediaan hara.
Tabel 4. Rata-rata pengaruh Mikoriza terhadap tinggi dan berat kering tanaman
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Berat Kering (g)
A 54,30 14,65
B 34,58 4,43
C 45,58 11,33
D 53,85 11,93
E 62,15 8,15
F 67,93 12,05
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji Duncan pada taraf 5 %
7
Margarettha: Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara
dibandingkan dengan pertumbuhan terhadap kolonisasi mikoriza di
pada kondisi tanah normal. Hasil rhizosfer tanaman jagung manis.
penelitian Fitriatin et al. (2003)
DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan perlakuan CMA dan
ekstrak cacing 50 g pot-1 memberikan Delvian. 2004 . Aplikasi Cendawan
pertambahan tinggi tanaman jagung Mikoriza Arbuskula dalam
manis sebesar 117,33 cm. Rendahnya Rekalmasi Lahan Kritis Pasca
pertumbuhan tanaman pada media Tambang. Jurusan Kehutanan
tanam ini diduga disebabkan hilangnya Fakultas Pertanian Universitas
lapisan tanah atas (top soil) yang Sumatera Utara. Medan. 21 Hal
merupakan sumber hara makro dan Dinas Pertambangan dan Energi
mikro essensial bagi pertumbuhan Provinsi Jambi. 2003. Laporan
tanaman. Selain itu kekahatan unsur Akhir Tahun. Jambi
hara essensial seperti nitrogen dan Iriani, Farida. 2004. Identifikasi
fosfor, toksisitas mineral, dan Cendawan Mikoriza serta
kemasaman tanah merupakan kendala Pengaruhnya terhadap
umum dan utama yang ditemui pada Pertumbuhan Stek Tebu yang
tanah-tanah bekas kegiata ditanam pada Media Bekas
pertambangan (Delvian, 2004). Pertanaman Padi Gogo dan
Penambahan top soil diduga Ubikayu Bermikoriza Dalam
dapat memperbaiki sifat fisik lahan Prosiding Teknologi Produksi
kritis pasca tambang, seperti dan Pemanfaatan Inokulan
kekompakan struktur dan kemampuan Endo-ektomikoriza untuk
memegang air yang lebih baik, Pertanian, Perkebunan, dan
sehingga pertumbuhan tanaman akan kehutanan. Asosiasi Mikoriza
menjadi lebih baik. Delvian (2004) Indonesia-Jawa Barat.
merekomendasikan penambahan top Bandung. Hal 49-54
soil paling sedikit 20 % dari volume Gofar, Nuni. 2003. Reaksi Tanah, P
tanah yang digunakan bagi tersedia, Pertumbuhan
pertumbuhan tanaman pada tanah- Tanaman Padi Gogo paad
tanah yang miskin hara. Ultisol yang Diinokulasi
dengan CMA, BPF, dan
KESIMPULAN Kompos Jerami Padi. Dalam
Pemberian mikoriza dapat Prosiding Teknologi Produksi
mempengaruhi kolonisasi mikoriza dan Pemanfaatan Inokulan
pada rhizosfer, derajat infeksi akar, C- Endo-ektomikoriza untuk
organik, P tersedia dan tinggi tanaman Pertanian, Perkebunan, dan
, namun belum berpengaruh terhadap kehutanan. Asosiasi Mikoriza
pH tanah, N-total tanah, dan berat Indonesia-Jawa Barat.
kering tanaman. Pemberian mikoriza Bandung. Hal 86-102
pada takaran 200 g pot-1 memberikan Gunawan, Agustin Widya. 1993.
pengaruh tertinggi terhadap derajat Bahan Pengajaran Mikoriza
infeksi akar, dan perlakuan 100 g pot-1 Arbuskula. Pusat Antar
memberikan pengaruh tertinggi Universitas Ilmu Hayat. Institut
8
J. Hidrolitan., Vol 1 : 3 : 1 – 10, 2010
Pertanian Bogor. Bogor. 174 CMA dalam Revitalisasi
Hal Ekosistem Lahan Marginal dan
Margarettha. 2007. Peranan Tercemar. Dalam Prosiding
Cendawan Mikoriza terhadap Workshop Produksi Inokulan
Ketersediaan P, Kolonisasi Cendawan Mikoriza
Minoriza serta Hasil Jagung Arbuskula. Asosiasi Mikoriza
pada Ultisol. Makalah pada Indonesia-Jawa Barat.
Ekspose dan Seminar Nasional Bandung. Hal1-33
PENNAS, Sembawa Sumatera Simarmata,T. 2004. Pemanfaatan
Selatan, Juli 2007. Pupuk Hayati CMA dan
Turjaman, Maman., Yana Sumarba. Kombinasi Pupuk Organik
Winarto. Erdy Santoso. 2005. dengan Biostimulan untuk
Prospek Aplikasi Teknologi Meningkatkan Kolonisasi
Cendawan Ektomikoriza Mikoriza, Serapan Hara P, dan
(ECM) untuk Mempercepat Hasil Tanaman Kedelai Pada
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ultisol. Jurnal Ilmu-ilmu
Tergredasi. Seminar Nasional Pertanian Agroland. Volume
dan Workshop Cendawan 11 (3)
Mikoriza. Universitas Jambi. . 2005. Revitalisasi
Jambi. 19 Hal Kesehatan Ekosistem Lahan
Sihaloho, EL. 1999. Pengaruh Kritis dengan Memanfaatkan
Mikoriza Vesikular Arbuskular Pupuk Biologis Mikoriza
dan Kaptan Super Fosfat dalam Percepatan
Terhadap ketersediaan P, Pengembangan Pertanian
Konsentrasi P Daun, dan Hasil Ekologis di Indonesia. Seminar
Jagung (Zea Mays) pada Nasional dan Workshop
Ultisol. Skripsi. Fakultas Cendawan Mikoriza.
Pertanian Universitas Jambi. Universitas Jambi. Jambi. 18
Jambi. 51 Hal Hal
Simanungkalit, RDM. 2004. Teknologi Sitorus, M. Pengaruh Pemberian Batu
Cendawan Mikoriza Fosfat Alam dan Mikoriza
Arbuskula: Produksi Inokulan Vesikular Arbuskular Terhadap
dan Pengawasan Mutunya. Ketersediaan dan Konsentrasi
Dalam Prosiding Teknologi P daun Jagung pada Ultisol.
Produksi dan Pemanfaatan Skripsi. Fakultas Pertanian
Inokulan Endo-ektomikoriza Universitas Jambi. Jambi. 38
untuk Pertanian, Perkebunan, Hal
dan kehutanan. Asosiasi Subiksa. 2002. Pemanfaatan Mikoriza
Mikoriza Indonesia-Jawa untuk Penanggulangan Lahan
Barat. Bandung. Hal 7-17 Kritis. http://timoutou.net/
Simarmata, T. Reginawati,H. 702_04212/igm_subiksa
Mieke,RS. Betty,RF. Pujawati (diakses Februari 2007)
Suryatmana. Yuyun Sumarni. Surya, MA. R Budiasih. Nur Ikhsan.
D.H. Arief.2004. Strategi 2004. Pemanfaatan Tumbuhan
Pemanfaatan Pupuk Hayati Tahan Kekeringan sebagai
9
Margarettha: Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara
Inang Cendawan Mikoriza Setiadi, Y. 2004. Arbuscular
Arbuskula. Dalam Prosiding Mycorrhizal Inoculum
Teknologi Produksi dan Production. Dalam prosiding
Pemanfaatan Inokulan Endo- Teknologi Produksi dan
ektomikoriza untuk Pertanian, Pemanfaatan Inokulan Endo-
Perkebunan, dan kehutanan. Ektomikoriza untuk Pertanian,
Asosiasi Mikoriza Indonesia- Perkebunan, dan Kehutanan.
Jawa Barat. Bandung. Hal 111- Asosiasi Mikoriza Indonesia-
113 Jawa Barat. Bandung. Hal 18-
Tala’ohu, SH. Moersidi, S. 31
Sukristiyorubowo. Gunawan. Wiryono. 2006. Pengaruh Pemberian
1995. Sifat Fisiko Kimia Tanah Serasah dan Cacing Tanah
Timbunan Tambang Batubara Terhadap Pertumbuhan
(PTBA) di Tanjung Enim, Tanaman Lamtoro (Leucaena
Sumatera Selatan. Dalam leucocephala Lam De aWit)
Prosiding Pertemuan dan Turi (Sesbania
pembahasan dan Komunikasi grandiflora) pada Media
Hasil Penelitian Tanah dan Tanam Tanah Bekas
Agroklimat, Bidang Penambangan Batubara. Dalam
Konservasi Tanah dan Air, Jurnal Ilmu-ilmu pertanian
serta Agroklimat. Pusat Indonesia. Volume 8 No. 1
Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Bogor. Hal 39-47
Tala’ohu, SH. 1999. Reklamasi Areal
Timbunan Pasca Penambangan
Batubara Suatu Peluang
danKendala. Dalam Prosiding
Kongres Nasional VII HITI,
Komisi Fisiska, Mekanika, dan
Konservasi Tanah. Bandung.
Hal 47-49
10