”STUDY HADIST”
1. MUHAMMAD KHOMSUN
2. MUHAMMAD REZA AKMAL
3. MUTIARA
Tahun Akademik.2019/2020
KATA PENGANTAR
i
Air Molek,04 Maret 2020
Penulis
(Kelompok
06)
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................iii
A. Latar Belakang......................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.................................................................................................iii
C. Tujuan Dan Kegunaan...........................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................1
A. Definisi Takhrij Hadits...........................................................................................1
B. Sejarah dan Pengenalan Kitab – Kitab Takhrij.......................................................2
C. Metode Takhrij.......................................................................................................3
D. Tujuan dan Manfaat Takhrij...................................................................................7
E. Pengertian Sanad....................................................................................................8
F. Istiad, Musnad, dan Musnid...................................................................................9
G. Jenis-Jenis Sanad Hadits......................................................................................10
H. Tinggi-Rendahnya Rangkaian Sanad (Silsilatu AdzDzahab)...............................11
BAB III PENUTUP..........................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber hukum dalam Islam setelah Al-
Qur’an, hadits di sampaikan oleh Rasulullah SAW atas petunjuk
Allah SWT, Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya untuk
memberikan penjelasan akan Al-Qur’an yang diturunkan
padanya, Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 44:
ْ ُم وَلَعَلَّه
م ْ ِل إِلَيْه
َ ِّزC ُ ا نCCم
َ اس َ C ْ ٓا إِلَيC َ رِ وَأَن َزلْنCCُ ت وَٱل ُّزب
َ ِّ ذ ِّك ْ َر لِتُبَيC ك ٱ ل
ِ َّ ن لِلن ِ َٰ ب ِٱلْبَيِّن
iv
hal ini kita bersama-sama akan membahas tentang cara
penyampaian hadits (takhrij hadits).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Takhrij Hadits ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan dan apa saja kitab-kitab
yang memuat tentang Takhrij Hadits ?
3. Bagaimana metode dalam men takhrij hadits ?
4. Apa saja tujuan dan kegunaan dari Takhrij Hadits ?
5. Bagaimana pengertian, sinonim, serta jenis-jenis sanad?
v
vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Takhrij Hadits
paling mendekati disini adalah berasal dari kata kharaja ()خ رج
1Abu Muhammad ‘Abd al-hadiy ibn Abd al-qadir ibn Abdal-hadiy, Metode
Takhrij Hadits terjemahan S. Agil Husin al-Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar
dari Turuq Takhrij Hadits Rasulillah, (semarang: Dina Utama, 1994).
1
Sedangkan menurut istilah Muhaditsin, takhrij diartikan
dalam beberapa pengertian :
1. Sinonim dan ikhraj, yakni seorang rawi mengutarakan
suatu hadits dengan menyebutkan sumber keluarnya
(pemberita) hadits tersebut.
2. Mengeluarkan hadits-hadits dari kitab-kitab, kemudian
sanad-sanadnya disebutkan.
3. Menukil hadits dari kitab-kitab sumber (diwan hadits)
dengan menyebut mudawinnya serta dijelaskan martabat
haditsnya.
Dari ketiga definisi di atas, maka Mahmud al-Thahhan
mendefinisikan tentang ta’rif takhrij adalah :
Takhrij ialah penunjukan terhadap tempat hadits dalam
sumber aslinya yang dijelaskan sanadnya dan martabatnya
sesuai dengan keperluan”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan,
bahwa takhrij meliputi kegiatan :
a. Periwayatan (penerimaan, perawatan, pentadwinan, dan
penyampaian) hadits.
b. Penukilan hadits dari kitab-kitab asal untuk dihimpun
dalam suatu kitab tertentu.
c. Mengutip hadits-hadits dari kitab-kitab fan (tafsir, tauhid,
fiqh, tasawuf, dan akhlak) dengan menerangkan sanad-
sanadnya.
d. Membahas hadits-hadits sampai diketahui martabat
kualitas (maqbul-mardudnya).
1. Sejarah Ilmu Takhrij
2
Ulama-ulama terdahulu belum begitu membutuhkan
ilmu takhrij hadits ini, khususnya ulama yang berada pada
awal abad kelima, karena Allah memberi karunia kepada
mereka suka menghafal dan banyak mengkaji kitab-kitab
yang bersanad yang menghimpun hadits-hadits Nabi SAW.
Keadaan ini terus berlanjut sampai beberapa abad, hingga
tradisi kecintaan terhadap hafalan dan kajian kitab-kitab
hadits serta sumber rujukan pokoknya menjadi
lemah. Ketika tradisi ini lemah, para ulama selanjutnya
mulai menemui kesulitan untuk mengetahui sumber suatu
hadits yang terdapat dalam Kitab Fiqih Tafsir dan Tarikh,
maka muncullah segolongan ulama yang mulai melakukan
Takhrij hadits terhadap karya-karya ilmu tersebut dan
menjelaskan kedudukan hadits itu apakah statusnya
shohih. Hasan atau dhoif. Waktu itulah muncul kutub at-
takhrij (kitab-kitab takhrij).2
2 Teungku Muhammad Hashbi Ash Shidqi. Sejarah & Pengantar ILMU HADITS.
Semarang :Pustaka Rizki Putra, 2009.
3
2. Pengenalan kitab-kitab takhrij
C. Metode Takhrij
4
Abu Hanifah, Musnad As Syafi’i, dsb. Cara penggunaannya
adalah; misalnya sahabat yang meriwayatkan hadits itu
bernama Ali, maka pencarian atau penelusuran dilakukan
melalui huruf ‘ayn.
b. Kitab-kitab Al-Atraf. Kebanyakan kitab al-atraf disusun
berdasarkan musnad-musnad para sahabat dengan urutan
nama mereka sesuai huruf kamus.
c. Al- ma`ajim (mu`jam-mu`jam). Susunan hadits di
dalamnya berdasarkan urutan musnad para sahabat atau
syuyukh (guru-guru) sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan
mengetahui nama sahabat dapat memudahkan untuk
merujuk haditsnya. Dan kitab mu’jam yang dapat kita
gunakan adalah; mu’jam Al Kabir, Mu’jam Al Awsat, dan
Mu’jam Al Saghir yang kesemuanya adalah karya Al
Tabrani.
5
ِ ِ َّ
س ُ ِالشديْدب
َ الص ْر َعة ُل َْي
6
Kitab-kitab hadits yang disusun berdasarkan huruf
kamus, misalnya: “Al-Jami’u Ash Shoghir min Ahadits Al-
Basyir An Nadzir” karya As Suyuti. 3
َ َ)ط, yu’kal (
ditelusuri melalui kata-kata naha ( ) َن َهىta’am(عام
ْ َ ؤك
ل ْ ُ )يal-mutabariyaini (ين
ِ َ اري
ِ َ متَب
ُ )ال. Akan tetapi dari sekian
kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk
menggunakan kata al-mutabariyaini ( ن
ِ ْ اريَي
ِ َ متَب
ُ )الkarena kata
7
tersebut jarang adanya. Menurut penelitian para ulama hadits,
penggunaan kata tabara (ارى
َ َ )تَبdi dalam kitab induk hadits
(yang berjumlah Sembilan) hanya dua kali.
4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadits
8
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadits.
Oleh karena itu untuk melakukan takhrij dengan metode ini,
perlu terlebih dahulu disimpulkan tema dari suatu hadits yang
akan di – takhrij dan kemudian baru mencarinya melalui tema
itu pada kitab-kitab yang disusun menggunkan metode ini.
9
sehingga hadits tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun
kualitasnya.
10
di dalam kitab Al-bukhari saja,atau di dalam kitab- kitab
lain.Dengan demikian ia akan menghimpun sejumlah
sanad.
3. Mengetahui keadaan sanad yang bersambung dan yang
terputus dan mengetahui kadar kemampuan perawi dalam
mengingat hadits serta kejujuran dalam periwayatan.
4. Mengetahui status suatu hadits.Terkadang ditemukan
sanad suatu hadits dha’if, tetapi melalui sanad lain
hukumnya shahih.
5. Meningkatkan suatu hadits yang dhoif menjadi hasan li
ghayrihi karena adanya dukungan sanad lain yang
seimbang atau lebih tinggi kualitasnya.
E. Pengertian Sanad
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang
berarti mutamad (sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya
atau yang sah). Dikatakan demikian karena haditst itu bersandar kepadanya dan
dipegangi atas kebenaranya.
Secara temionologis, sanad adalah silsilah orang-orang yang
menghubungkan kepada matan hadits atau jalannya matan, yaitu silsilah para
perawi yang memindahkati (meriwayatkan) matan dari sumbernya yang
pertama. Silsilah orang ialah susunan atau rangkaian orang-orang yang
meyampaikan materi hadits tersebut sejak disebut pertama sampai kepada Rasul
SAW, yang memuat perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainnya merupakan materi
atau matan hadits. Dengan pengertian diatas maka sebutan sanad hanya berlaku
pada serangkaian orang-orang bukan dilihat dari sudut pribadi secara perorangan.
Sedangkan, sebutan untuk pribadi yang menyampaikan hadits dilihat dari sudut
orang perorangannya disebut dengan rawi.
11
Sedangkan menurut istilah, yakni jalan yang dapat menghubungkan matan
hadist kepada Nabi Muhammad saw, misalkan hadist yang diwirayatkan oleh
Bukhari berikut.
ﺤﺪﺜﻨﺎ ﺃﻴﻮﺐ ﻋﻦ ﺃﺒﻯ ﻘﺎﻼﺒﺔ: ﺤﺪﻋﺒﺪﺍﻟﻮ ﻫﺎﺏ ﺍﻟﺸﻗﻓﻯﻘﺎﻞ:ﺤﺪﺷﻨﺎ ﻤﺤﻣﺪ ﻨﻦﺍﻠﻣﺷﻦ ﻗﺎﻞ
ﺃﻦﯿﮑﻮﺃ ﺍﷲ ﻮﺭ ﺴﻮﻠﮫﺃ ﺤﺐ ﺇﻠﯿﮫ:(ﺜﻼﺚﻤﻦ ﮐﻦﻔﯿﮫ ﻮﺠﺪﺤﻼﻮﺓ ﺍﻹ ﯿﻤﺎﻦ:ﻋﻦﺍﻨﺲﻋﻦ ﺍﻠﻨﺒﻯ ﺼﻠﻌﻢ
) ﮬﻤﺎ;ﻮ ﺃﻦﻴﺤﺐ ﺍﻟﺮﺃﻻﷲ;ﻮ ﺃﻦ ﻴﮑﻔﺮﮦ ﺃﻦﻴﻌﻮ ﺪﻔﻰ ﺍﻟﮑﻔﺮ ﮐﻤﺎ ﻴﮑﺮﮦ ﺃﻦ ﻴﻘﺬﻒ ﻔﻰﺍﻟﻨﺎﺮpﻤﻣﺎﺴﻮ
pﺮﻮﺍﺍﻟﺑﺨﺤﺎﺮﻯ
ح ّدثنا عبد هللا بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن
مطعم عن أبيه
“Telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Yusuf, dia berkata: Telah
mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair
bin Muth’im dari bapaknya”.
12
سمعت رسول هللا (صلعم) قرأ فى المغرب
بالطور.
“aku mendengar Rasulullah SAW membaca surat Thur ketika Shalat Maghrib”.
A . S an ad `A liy'
Sanad ‘Alit’ adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit
jika dibandingkan dengan sanad lain. Hadits dengan sanad yang jumlah rawinya
sedikit akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih
13
banyak. Sanad Aliy ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sanad yang mutlak
dan sanad yang nisbi (relatif).
1) Sanad 'aliy yang bersifat mutlak adalah sebuah sanad yang jumlah
rawinya hingga sampai kepada Rasulullah lebih sedikit jika dibandingkan
dengan sanad yang lain. Jika sanad tersebut sahib, sanad itu menempati
tingkatan tertinggi dari jenis sanad aliy.
2) Sanad 'aliy yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi di
dalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadits,
seperti Syu'bah, Al-A'masy, Ibnu Juraij, AtsTsauri, Malik, Asy-Syafi'i,
Bukhari, Muslim, dan sebagainya, meskipun jumlah rawinya setelah mereka
hingga sampai kepada Rasulullah lebih banyak.
Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu hadits sampai kepada umat muslim
dan tertulis dalam kitab hadits, melalui sanad-sanad. Setiap sanad bertemu
dengan rawi yang dijelaskan sandaran menyampaikan berita (sanad yang
setingkat lebih atas) sehingga seluruh sanad itu merupakan suatu rangkaian.
14
Rangkaian sanad itu berdasarkan perbedaan tingkat kedhabit-an dan keadilan
rawi yang dijadikan sanad-nya, ada yang berderajat tinggi, sedang, dan
lemah. Rangkaian sanad yang berderajat tinggi menjadikan suatu hadits
lebih tinggi derajatnya daripada hadits yang rangkaian sanad-nya sedang atau
lemah. Para muhaditsin membagi tingkatan sanad-nya menjadi sebagai berikut.
15
b. Kota Madinah, yaitu yang diriwayatkan oleh Ismail bin Abi Hakim
dari Abidah bin Abi Sufyan dari Abu Hurairah r.a.
1. Jika menurut Imam Bukhari, yaitu Malik, Nafi', dan Ibnu Umar r.a.
2. Jika menurut Ahmad bin Hanbal, yaitu Az-Zuhri, Salim bin `Abdillah
dan ayahnya ('Abdillah bin 'Umar).
3. Jika menurut Imam An-Nasa'i, yaitu `Ubaidillah Ibnu 'Abbas dan
`Umar bin Khaththab r.a.
b. Ahsanu Al-Asanid
Hadits yang bersanad ashahhu al-asanid lebih rendah derajatnya daripada
yang bersanad ashahhu al-asanid. Ahsanu al-asanid itu antara lain bila hadits
tersebut bersanad:
1. Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu'awiyah) dari kakeknya
(Mu'awiyah bin Haidah).
2. Amru bin Syu'aib dari ayahnya (Syu'aib bin Muhammad) dari kakeknya
(Muhammad bin Abdillah bin 'Amr bin 'Ash).
c. AdhafuAl-Asanid
Rangkaian sanad yang paling rendah derajatnya disebut adhafu al-asanid
atau auha al-asanid. Rangkaian sanad yang adh'afu alasanid, yaitu:
16
Abi Thalib r.a.
c. Abu Hurairah r.a., yaitu hadits yang diriwayatkan oleh AsSariyyu bin
Isma'11 dari Dawud bin Yazid dari ayahnya (Yazid) dari Abu Hurairah
r.a.
a. Kota Yaman, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Hafsh bin `Umar
dari Al-Hakam bin Aban dari `Ikrimah dari Ibnu `Abbas r.a.
b. Kota Mesir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin
Muhammad bin Al-Hajjaj Ibnu Rusydi dari ayahnya dari kakeknya dari
Qurrah bin 'Abdurrahman dari setiap orang yang memberikan hadits
kepadanya.
c. Kota Syam, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais
dari Ubaidillah bin Zahr dari 'Ali bin Zaid dari Al Qasim dari Abu
Umamah r.a.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
bahwa takhrij hadits adalah menelusuri suatu hadis kesumber
asalnya pada kitab-kitab Jami, sunan, dan musnad kemudian jika
diperlukan menyebutkan kualitas hadis tersebut apakah sohih,
Hasan atau dhoif.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Suyadi, M. Agus Sholahudin dan Agus. Ulumul Hadits. 2011.
Bandung: CV. Pustaka Setia.. Cet. II.
http://attanzil.wordpress.com/2008/08/05/ilmu-takhrij-hadits-
cara-mentakhrij-hadits-dan-ilmu-sanad.
http://attanzil.wordpress.com/2008/08/05/ilmu-takhrij-hadits-cara
mentakhrij-hadist-dan-ilmu-sanad.
20