Anda di halaman 1dari 11

PERATURAN TERKAIT KEJAHATAN KORPORASI

 Sekiranya ada 70-100 UU atau peraturan yang mengatur Korporasi sebagai


subjek hukum didalamnya (Kejahatan Korporasi), namun beberapa UU
dibawah dapat menjelaskan Korporasi sebagai subjek hk dalam kejahatan itu
sendiri secara jelas:

1. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 78 ayat (14)  ) Tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), apabila
dilakukan oleh dan atau atas nama badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan
sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama

2. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,


khususnya Pasal 116 ayat (1) dan (2), Pasal 117, dan Pasal 119 

- 116 ayat (1) : Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau
atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada: a. badan
usaha; dan/atau b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana
tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana
tersebut.

- 117 : Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf b, ancaman pidana
yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat dengan sepertiga.

- 119 : Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, terhadap


badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa: a.
perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; b. penutupan seluruh atau
sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan; c. perbaikan akibat tindak pidana; d.
pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau e. penempatan
perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.

3. UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

4. UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan


(UU P3H). Dalam Pasal 83-103 UU P3H ini diatur ancaman pidana yang dilakukan
oleh korporasi.

5. UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi seperti diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 diatur dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3
- Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.

6.  UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana


Pencucian Uang diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2), serta Pasal 7, 8 dan 9.

- Pasal 6

(1) Dalam hal tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
Pasal 4, dan Pasal 5 dilakukan oleh Korporasi, pidana dijatuhkan terhadap Korporasi
dan/atau Personil Pengendali Korporasi.

(2) Pidana dijatuhkan terhadap Korporasi apabila tindak pidana Pencucian Uang:

a. dilakukan atau diperintahkan oleh Personil Pengendali Korporasi;

b. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan Korporasi;

c. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah; dan

d. dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi Korporasi.

Pasal 7

(1) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap Korporasi adalah pidana denda paling
banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap Korporasi
juga dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa: a. pengumuman putusan hakim;

b. pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan usaha Korporasi;

c. pencabutan izin usaha;

d. pembubaran dan/atau pelarangan Korporasi;

e. perampasan aset Korporasi untuk negara; dan/atau

f. pengambilalihan Korporasi oleh negara.

7. PERMA No 13 Tahun 2016  TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK


PIDANA OLEH KORPORASI

- Pasal 12 Perma mengatur bentuk surat dakwaan yang sebagian merujuk Pasal 143
ayat (2) KUHAP dengan penyesuaian isi surat dakwaan memuat: nama Korporasi,
tempat, tanggal pendirian dan/atau nomor anggaran dasar/akta
pendirian/peraturan/dokumen/perjanjian serta perubahan terakhir, tempat kedudukan,
kebangsaan korporasi, jenis korporasi, bentuk kegiatan/usaha dan identitas pengurus

Page 2
yang mewakili. Selain itu, memuat uraian secara cermat, jelas, lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana
itu dilakukan.

--------------Sebelum berlaku PERMA Kejahatan Korporasi, ada beberapa putusan yang


sudah menghukum korporasi. Salah satunya, kasus korupsi PT Giri Jaladhi Wana dalam
proyek pembangunan Pasar Sentra Antasari yang disidik Kejaksaan Negeri Banjarmasin.
Melalui putusan No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm, PT Giri dihukum membayar denda
Rp1,3 miliar dan hukuman tambahan berupa penutupan sementara selama enam bulan.
PT Giri terbukti melanggar Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 jo Pasal 20 UU Pemberantasan
Tipikor jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Selain itu, perkara korupsi yang diusut Kejaksaan
Negeri Bandung di Pengadilan Tipikor Bandung.

 
“KPK belum pernah, memang putusan yang menghukum korporasi ini sangat sedikit,
kalaupun ada mungkin karena keberanian dan wawasan luas aparat penegak
hukumnya.”

8. UU Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 15 Tahun
2002 tetang Tindak Pidana Pencucian Uang

9. UU 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi  Korporasi BUMN yang memegang Jasa
Konstruksi  PT Indra Karya dll

10. PP 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah  BUMD sebagai Subjek Hk

11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan  Bank sebagai Subjek Hk
Korporasi

12. Undang-Undang Drt Nomor 7 Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Ekonomi

- “Jika suatu tindak pidana ekonomi dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum,
suatu perseroan, suatu perikatan orang atau yayasan, maka tuntutan pidana dilakukan
dan hukuman pidana serta tindakan tata tertib dijatuhkan baik terhadap badan hukum
perseroan, perserikatan atau yayasan itu, baik terhadap mereka yang memberi perintah
melakukan tindak pidana ekonomi itu atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam
perbuatan atau kelalaian itu maupun terhadap kedua-duanya”

13. UU No 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 1 Butir 25

- Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik


merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

14. UU Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai/Kepabeanan

Page 3
15. UU Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang

- Pasal 13

(1) Tindak pidana perdagangan orang dianggap dilakukan oleh korporasi apabila
tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang yang bertindak untuk dan/atau
atas nama korporasi atau untuk kepentingan korporasi, baik berdasarkan hubungan
kerja maupun hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik
sendiri maupun bersama-sama.

(2) Dalam hal tindak pidana perdagangan orang dilakukan oleh suatu korporasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka penyidikan, penuntutan, dan
pemidanaan dilakukan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya.

- Pasal 15

(1) Dalam hal tindak pidana perdagangan orang dilakukan oleh suatu korporasi, selain
pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan
Pasal 6.

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat
dijatuhkan pidana tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha;

b. perampasan kekayaan hasil tindak pidana;

c. pencabutan status badan hukum;

d. pemecatan pengurus; dan/atau

e. pelarangan kepada pengurus tersebut untuk mendirikan korporasi dalam


bidang usaha yang sama.

16. UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Pasal 201

(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal
191, Pasal 192, Pasal 196, Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200
dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya,
pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan
pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal
190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal 196 , Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199,
dan Pasal 200.
Page 4
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha; dan/atau

b. pencabutan status badan hukum.

17. UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Pasal 130

(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112,
Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal
120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal
129 dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana
denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal-Pasal tersebut.

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha; dan/atau

b. pencabutan status badan hukum

18. UU Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme  pasal 8 mengatur dalam hal pendanaan terorisme yang dilakukan oleh
korporasi serta sanksi pidananya.

19. UU Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat

Pasal 1 angka 5

Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha
dalam bidang ekonomi.

Pasal 28

(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.

20. UU Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Konsumen

Page 5
Pasal 1 angka 3

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.

21. UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

- Pasal 1 angka 38

Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum.

- Pasal 148

(1) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 sampai Pasal 145
dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan pidana denda terhadap
pengurusnya, pidana dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda terhadap perseorangan.

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dikenai
pidana tambahan berupa:

a. pencabutan hak-hak tertentu; atau

b. pengumuman putusan hakim.

22. UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

23. UU Nomor 11/PNPS/1964 tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi

24. UU Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia

25. UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara

Pasal 163 mengatur bahwa korporasi dapat dimintai pertanggungjawaban, sehingga


dapat dikatakan bahwa korporasi merupakan subjek hukum pidana pada UU Nomor 4
Tahun 2009 ini. Dalam hal ini hakim dapat menilai kesalahan korporasi dari:
1. Korporasi dapat memeroleh keuntungan atau manfaat dari tindak pidana tersebut
atau tindak pidana tersebut dilakukan untuk kepentingan korporasi;
2. Korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana; atau
3. Korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan
pencegahan, mencegah dampak yang lebih besar dan memastikan kepatuhan
terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna menghindari terjadinya tindak
pidana.

Page 6
Hal tersebut tertuang pada Pasal 4 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13
Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana Oleh Korporasi.

26. UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

27. UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

28. UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


Soal pertanggungjawaban korporasi dalam suatu tindak pidana, untuk korporasi yang
berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT), pertanggungjawaban pidana ada
pada direksinya. Definisi direksi diatur dalam Pasal 1 angka 5 UUPT yang berbunyi
“Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar.”

29. Undang-Undang Pos (Undang-Undang Nomor 6 tahun 1984 )


Dalam pasal 19 (3), Jika tindak pidana yang disebut dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilakukanoleh, atau atas nama, suatu badan hukum, perseroan, perserikatan orang
lain, atau yayasan,maka tuntutan pidana dilakukan dan pidana serta tindakan tata
tertib dijatuhkan, baikterhadap badan hukum, perseroan, perserikatan, atau yayasan
tersebut, maupun terhadaporang yang memberi perintah melakukan tindak pidana
sebagai pimpinan atau penanggung jawab dalam perbuatan atau kelalaian yang
bersangkutan, ataupun terhadap kedua-duanya.

30. Undang-Undang perindustrian (Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 )


Dalam pasal 1 ke-7, Perusahaan industri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
dibidang usaha industri

31. UU Nomor 8 Tahun 1995 Tentang pasar Modal  Perusahaan atau Korporasi

Pasal 107
Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau
menyesatkan menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah,
mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang
memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan
Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 108
Ancaman pidana penjara atau pidana kurungan dan denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106, dan Pasal 107 berlaku pula bagi
Pihak yang, baik langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi Pihak lain untuk
melakukan pelanggaran Pasal-Pasal dimaksud

Page 7
Dalam pasal 1 ke-23, Pihak adalah orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama,
asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi

32. Undang-Undang Pisikotropika (Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997


Dalam pasal 1 ke-13, Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

33. Undang-Undang No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan


Pasal 1 angka (14) mengenai pelaku usaha yaitu perseorangan maupun badan usaha
berbadan hukum, Pasal 65 ayat 5, Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan transaksi
dagang melalui sistem elektronik, orang atau badan usaha yang mengalami sengketa
dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui pengadilan atau melalui mekanisme
penyelesaian sengketa lainnya.

34. UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Pasal 173 Butir 3

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:


a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebihlengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
perpajakan Daerah dan Retribusi;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan,
dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang,
benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan
Retribusi;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau

Page 8
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan Daerah dan Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

BADAN DISINI ADALAH: PERUSAHAAN ATAU KORPORASI

35. UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Pasal 526
(1) Setiap orang, kelompok, perusahaan, dan/atau badan usaha nonpemerintah
yang memberikan dana Kampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 333 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah)

36. UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Perusahaan dalam hal ini pengurus perusahaan atau korporasi berhak melakukan dan
meningkatkan keselamatan kerja apabila tidak berakibat pidana

Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
"tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana
diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan
tempat kerja tersebut;
"pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas langsung sesuatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri;
"pengusaha" ialah :
a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri
dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan
tempat kerja;
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan
hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang mewakili berkedudukan
di luar Indonesia."direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Mneteri
Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-undang ini.

Pasal 15

Page 9
Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan
peraturan perundangan.
Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman
pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-
lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu
rupiah).
Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

37. UU No 28 Tahun 2014 tentang HAKI

Dalam UU ini disebutkan konteks “Badan Hukum” bahwa dapat berupa perseorangan
maupun badan hukum
Pasal 2.
Undang-Undang ini berlaku terhadap:
a. semua Ciptaan dan produk Hak Terkait warga negara, penduduk, dan badan hukum
Indonesia;
b. semua Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan
penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang untuk pertama kali
dilakukan Pengumuman di Indonesia;
c. semua Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dan pengguna Ciptaan dan/atau produk
Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan
badan hukum Indonesia dengan ketentuan:
1. negaranya mempunyai perjanjian bilateral dengan negara Republik Indonesia
mengenai pelindungan Hak Cipta dan Hak Terkait; atau
2. negaranya dan negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta
dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai pelindungan Hak Cipta dan
Hak Terkait

Pasal 110 Butir 2


Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang melakukan:

a. pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak


pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait;
b. pemeriksaan terhadap pihak atau badan hukum yang diduga melakukan tindak
pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait;
c. permintaan keterangan dan barang bukti dari pihak atau badan hukum
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait;

38. UU No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman

Page 10
Dalam prakteknya Perusahaan atau Korporasi kerap melakukan “Property Crime” atau
Perbuatan yang mengancam keselamatan harta benda atau kekayaan pribadi
seseorang atau negara.

39. UU. No. 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air


- Pasal 1 Angka 24 :

“Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum.”

40. UU. No, 5 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Asing


- Pasal 1 Angka 5 :
“Penanam modal dalarn negeri addah perseorangan warga negara Indonesia, badan
usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman
modal di wilayah negara Republik Indonesia”
- Pasal 33 Ayat 3 :
“Dalam hal penanarn modal yang melaksanakan kegiatan usaha berdasatkan perjanjian
atau kontrak ke ja sama dengan Pemerintah melakukan kcjahatan korporasi berupa
tindak pidana perpajakan, pcnggclembungan biaya pemulihan, dan bentuk
penggelcmbungan biaya lainnya untuk memperkecil keuntungan yang mengakibatkan
kerugian negara berdasarkan temuan atau pemeriksaan oleh pihak pejabat yang
berwenang dan tclah mendapat putusan pengadilan yapg berkekuatan hukum tetap,
Pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontrak kerja sama dengan penanam modal yang
bersangkutan”

41. UU. No. 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan


- Pasal 1 Angka 10 :
“Perusahaan Perkebunan adalah badan usaha yang berbadan hukum, didirikan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Indonesia, yang mengelola
Usaha Perkebunan dengan skala tertentu.”
- Pasal 1 Angka 15 :
“Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum.”
- Pasal 113 Ayat 1 :
“Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103, Pasal 104, Pasal 105,
Pasal 106, Pasal 107, Pasal 108, dan Pasal 109 dilakukan oleh korporasi, selain
pengurusnya dipidana berdasarkan Pasal 103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106, Pasal 107,
Pasal 108, dan Pasal 109, korporasinya dipidana dengan pidana denda maksimum
ditambah 1/3 (sepertiga) dari pidana denda dari masing-masing tersebut.”

Page 11

Anda mungkin juga menyukai