Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN MASKER

PADA PEKERJA BAGIAN PENGHALUSAN DAN PEMOTONGAN DI PT


WAROENG BATOK INDUSTRY CILACAP

Ida Widyaningsih 1)
Sri Maywati dan Yuldan Faturrahman 2)
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Kerja Universitas Siliwangi (idha.widya13@gmail.com) 1)
Dosen Pembimbing Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Siliwangi 2)

ABSTRAK

Debu dapat menjadi masalah sangat serius pada suatu perusahaan, karena setiap
sisa produksi dan sisa konsumsi dapat menghasilkan debu. Debu sangat banyak
kita jumpai pada industri kayu yang menggunakan bahan dasar kayu. Debu kayu
(pulp) dari hasil pemotongan maupun penghalusan sangat tajam dan berbahaya
apabila terhirup pada saat pekerja bernafas. Salah satu cara menanggulangi
terjadinya gangguan saluran pernafasan atau keracunan akibat debu hasil produksi
adalah dengan menggunakan (APD). Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan masker pada bagian
penghalusan dan pemotongan di PT Waroeng Batok Industry Cilacap diantaranya
sikap, umur, pendidikan, lama kerja, dan pengetahuan. Jenis penelitian ini adalah
survei dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel sebanyak 45 orang diambil
secara Proportional Random Sampling dari populasi 125 orang. Pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan uji Chi Square menunjukan bahwa
tidak ada hubungan variable umur, pendidikan dan lama kerja dengan penggunaan
masker ( p value > 0,05 ) dan ada hubungan variable pengetahuan dan sikap
dengan masker ( p value < 0,05 ). Disarankan agar perusahaan dapat menerapkan
kedisiplinan dalam penggunaan masker dan memberikan penyuluhan atau
pelatihan.

Kata Kunci : Masker , Umur, Pendididikan , Pengetahuan, Lama Kerja, Sikap


Kepustakaan : 9 (1985-2007)
abstract

Dust can be a very serious problem in a company, because any residual


production and consumption may generate residual dust. So much dust
encountered in the wood industry using wood base materials. Wood dust
(pulp) from the cutting and grinding very sharp and dangerous if inhaled
when workers breathe. One way to cope with the occurrence of respiratory
disorders or poisoning due to dust production is to use (APD). The purpose
of this study is to know the factors associated with the use of masks in the
refinement and cuts in PT Waroeng Batok Industry Cilacap such attitudes,
age, education, length of employment, and knowledge. The study was cross-
sectional survey approach. 45 samples taken Proportional random sampling
of the population of 125 people. Data collection using questionnaires. Chi
Square test showe there was no relationship variables age, education and
long of work with the use of masks (p value> 0.05) and there was correlation
with the variables of knowledge and attitude masks (p value <0,05).
Suggested that firms can apply discipline in the use of masks and to provide
education or training.

Keywords: Mask, Age, Education, Knowledge, Long of Work, Attitude


Literature : 9 (1985-2007)
A. PENDAHULUAN

Debu dapat menjadi masalah sangat serius pada suatu perusahaan,


karena setiap sisa produksi dan sisa konsumsi dapat menghasilkan debu.
Debu sangat banyak kita jumpai pada industri kayu yang menggunakan
bahan dasar kayu. Debu kayu (pulp) dari hasil pemotongan maupun
penghalusan atau pengamplasan sangat tajam dan berbahaya apabila
terhirup pada saat pekerja bernafas. Bahaya yang ditimbulkan oleh debu dari
hasil pengolahan kayu adalah gangguan saluran pernafasan, apabila tidak
segera ditanggulangi dapat mengakibatkan selaput radang yang terkena
iritasi (Ahmad, 2003 : 50)
NAB untuk debu kayu lunak seperti debu kayu albasia telah
ditetapkan oleh Depnaker dalam Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja No. SE
01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas Debu Kayu di Udara Lingkungan
Kerja adalah sebesar 5 mg/m3
Salah satu cara menanggulangi terjadinya gangguan saluran
pernafasan atau keracunan akibat debu hasil produksi adalah dengan
menggunakan (APD). Penggunaan APD merupakan pilihan terakhir dalam
melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dari potensi bahaya. APD
dilakukan setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin lagi di
terapkan (Koesyanto, 2005 : 47)
Pemakaian APD masker untuk melindungi saluran pernafasan dari
paparan debu sebenarnya sangat praktis dalam pelaksanaannya. Akan
tetapi, praktis di lapangan sangat sulit diterapkan, hal ini terletak pada tenaga
kerja itu sendiri yang berhubungan erat dengan faktor manusia. Selain itu,
aspek perilaku pekerja yang terkait dengan kedisiplinan penggunaan masker
masih sangat minim (Departemen Kesehatan RI, 2003 : 42)
Beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
masker,diantara lain: Pendidikan, seorang pekerja yang mempunyai
pendidikan yang tinggi maka dalam kegiatan bekerja sehari-hari akan lebih
baik dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan
rendah (Buchari Zainun, 1985:23), Masa Kerja,dapat memberikan pengaruh
baik karena semakin lama pekerja bekerja disuatu tempat tertentu maka
semakin berpengalaman dalam menjalankan pekerjaannya (Suma’mur,
1994:70), Pengetahuan, penilaian atau pendapat yang diketahui ,proses
yang diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang
diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003:130), Sikap, suatu reaksi
maka sikap berhubungan dengan dua hal yaitu suka, setuju yang membawa
sikap positif dan tidak suka, tidak setuju atau sikap negatif (Hariyadi
2003:89), Umur, pekerja dewasa muda diyakini dapat lebih disiplin menjaga
kesehatannya, sedangkan pekerja tua akan mengalami kebebasan dalam
kehidupan bersosialisasi (Haditono, 1989:271)
Pengamatan awal yang dilakukan pada pekerja dengan wawancara

singkat, diketahui bahwa dari 28 pekerja dibagian penghalusan dan

perwakilan 20 pekerja dari bagian prodeksi pemotongan memiliki keluhan

kesehatan akibat paparan debu kayu, dimana jenis keluhan kesehatan yang

mereka alami berbeda-beda diantaranya: mengeluh sesak nafas yang paling

banyak dirasakan sebesar 91,3% bagian penghalusan dan 85% bagian

pemotongan, batuk-batuk 82,6% bagian penghalusan dan 65% bagian

pemotongan, iritasi pada mata 78,2% bagian penghalusan dan 45% bagian

pemotongan , gatal-gatal atau alergi pada kulit 30,4% bagian penghalusan

dan 40% bagian pemotongan. Pengawasan dan penerapan khusus alat

pelindung diri yang dilakukan di perusahaan belum berjalan baik.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan tanggal 12 November – 13

Januari 2013 .Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey

dengan pendekatan cross sectional, jenis survei yang bersifat analitik karena

penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dan


menjelaskan hubungan antara variable bebas (umur, pendidikan, masa kerja,

pengetahuan, sikap) dengan variabel terikat (pemakaian masker) melalui

pengujian hipotesis.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 125 orang pekerja terbagi

dalam 2 ruang produksi yaitu bagian penghalusan sebanyak 28 orang dan

bagian pemotongan sebanyak 97 orang. Sasmpel sebanyak 45 orang yang

diambil secara Proportional Random Sampling

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar observasi

yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan yang dilakukan selama

observasi dan kuesioner melalui wawancara. Data yang didapat kemudian

dianalisis dan dilakukan menggunakan uji Chi-Square

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hubungan Umur dengan penggunaan masker

Menurut teori, karyawan dewasa muda diyakini dapat

membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit

atau menanggulangi gangguan penyakitnya. Untuk melakukan

kegiatan tersebut, pekerja muda akan lebih disiplin menjaga

kesehatannya dengan cara mentaati segala peraturan yang

menyangkut kesehatan keselamatan kerja, sedangkan pada pekerja

tua akan mengalami pelepasan dan kebebasannya dalam kehidupan

bersosialisasi, kewajiban-kewajiban pekerja tua akan berkurang


terhadap lingkungan sosial dan terhadap kehidupan bersama. (Siti

Rahayu dalam Adithya, 2007)

Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

pvalue 0,326 menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel umur

dengan variabel penggunaan masker dengan tingkat hubungan

sangat rendah.

2. Hubungan Pendidikan dengan penggunaan masker

Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkah laku,

kepribadian dalam bermasyarakat maupun bekerja dalam kehidupan

sehari – hari. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang seseorang

tempuh maka kemungkinan akan semakin baik pula tingkah laku dan

pola berpikirnya.. Pendidikan mempengaruhi prestasi kerja dan

hubungan antar pekerja dengan pekerja yang lain (Buchari Zainun,

1985 : 23) (Kunaryo Hadikusumo dalam Adithya, 2007)

Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

pvalue 1,000 menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel

tingkat pendidikan dengan variabel penggunaan masker, pada

kenyataannya dalam penelitian ini pendidikan tidak berhubungan

padahal tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor terjadinya

perubahan perilaku seseorang.

Adithya (2007) juga mengatakan Menurut teori dari Dictionary

of education dalam buku Achmad Munib, bahwa pendidikan adalah


proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-

bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup,

proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan

yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah),

sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan

kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.

3. Hubungan Lama Kerja dengan penggunaan masker

Lama kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman

yang didapatkan di tempat kerja. Semakin lama seseorang bekerja

semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi pengetahuannya

dan keterampilannya. (Mulyanti, 2009)

Masa kerja dapat memberikan pengaruh yang baik karena

semakin lama pekerja bekerja disuatu tempat tertentu maka semakin

berpengalaman dalam menjalankan pekerjaannya. Masa kerja dapat

memberikan hal yang kurang baik karena semakin lama pekerja

bekerja di tempat tertentu akan mengalami kebiasaan dalam bekerja.

(Suma’mur, 1994 : 70)

Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

pvalue 1,000 menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel lama

kerja dengan variabel penggunaan masker.


4. Hubungan Pengetahuan dengan penggunaan masker

Pengetahuan tentang masker dapat pula diperoleh dari

pelatihan dan penyuluhan tentang APD masker yang mereka

dapatkan dari tempat kerja. Pengetahuan responden adalah segala

sesuatu yang diketahui pekerja mengenai masker baik manfaat,

akibat tidak menggunakannya dan cara penggunaanya. (Ramaddan,

2008)

Menurut Notoatmojo dalam Ramaddan (2008) menyatakan

bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan

perubahan perilaku. Pengetahuan memang merupakan faktor yang

penting namun tidak mendasari pada perubahan perilaku kesehatan.

Walaupun pekerja mengetahui dampak akibat tidak menggunakan

masker, belum tentu mereka menggunakannya pada saat bekerja

Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

pvalue 0,040 menunjukkan ada hubungan antara variabel

pengetahuan dengan variabel penggunaan masker.

5. Hubungan Sikap dengan penggunaan masker

Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah

mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan

dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Sarlito

Wirawan dalam Adithya, 2007)


Menurut Hurlock dalam Adithya (2007), secara operasional

sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang

merupakan respon atau reaksi dari sikapnya terhadap objek tertentu,

baik yang berupa orang, peristiwa, situasi dan lain sebagainya.

Sebagai suatu reaksi maka sikap berhubungan dengan dua hal yaitu

suka, setuju yang membawa pada sikap positif (favourable) dan tidak

suka, tidak setuju atau sikap negatif (unfavourable).

Hasil analisis dengan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

pvalue 0,009 menunjukkan ada hubungan antara variabel sikap

dengan variabel penggunaan masker.

D. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Penggunaan masker pekerja diketahui dalam kategori kurang

baik sebanyak 53,3%, kategori baik sebanyak 46,7%. Tidak ada

hubungan variable umur, pendidikan, dan lama kerja terhadap

penggunaan masker ( p value > 0,05 ). Ada hubungan variable

pengetahuan terhadap penggunaan masker ( p value = 0,025 ) dan

variable sikap terhadap penggunaan masker ( p value = 0,019 ).

2. Saran

Perusahaan lebih menegaskan dalam menerapkan sangsi

yang lebih ketat pada tenaga kerja yang tidak disiplin dalam memakai

masker demi kesehatan dan keselamatan kerja


Daftar Pustaka

Aditya, Dewa, Faktor -faktor yang berhubungan dengan penggunaan Masker pada Pekerja

Bagian Pengamplasan di Perusahaan Meubel CV. Permata 7 Wonogiri , 2007

http://www.pustakaskripsi.com/

Departemen Kesehatan RI 2003

Depnaker dalam Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja No. SE 01/Men/1997 Nilai

Ambang Batas Debu Kayu di Udara Lingkungan Kerja

Notoatmodjo, Soekidjo., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rinrka Cipta, Jakarta,

2003

Notoatmodjo Soekidjo, Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta,

2005

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,

2005

Suma’mur PK., 1986. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta, PT

Gunung Agung, Jakarta, 1995

Suma’mur PK., 1994. Keselamatan Kerjan dan Pencegahan Kecelakaan . Penerbit

CV.Haji Masagung, Jakarta.

Zainun, Buchari,. Perencanaan dan Pembinaan Tenaga kerja, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1985

Anda mungkin juga menyukai