Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis dimana dibagi menjadi dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Dalam hal ini indonesia mempunyai ancaman
terhadap penyakit tropis seperti malaria, tifoid, demam dengue dan sebagainya. Dalam
hal ini perlu upaya pencegahan dalam kebersihan lingkungan. Dalam makalah ini akan
dibahas apa itu penyakit malaria dan bagaimana siklus penyakit ini serta pengobatan yang
sering digunakan sebagai upaya penyembuhan.
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus nyamuk Anopheles Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan dengan
gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa
dan berbagai pengaruh pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal. Pada
tahun 2015 terdapat 19 negara dan area di dunia yang terkena transmisi malaria
dan setengah dari populasi dunia, berisiko terserang malaria. Data terakhir WHO
yang dikeluarkan pada Desember 2016, terdapat 212 juta kasus malaria pada tahun
2015 dan 429.000 kematian akibat malaria. Pada tahun 2010 sampai dengan 2015
insiden malaria menurun sampai dengan 21% dan angka mortalitas nya menurun
29%. Angka kejadian malaria dapat meningkat jika tidak ditangani dengan memadai
oleh pemerintah. Di Indonesia sendiri malaria disebabkan oleh 4 jenis Plasmodium
Plasmodium yaitu Plasmodium malariae dan falcifarum Plasmodium , ovale kasus
Plasmodium vivax.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian penyakit malaria ?
2. Bagaimana data kasus penyakit malaria di Indonesia?
3. Apa saja etiologi penyakit malaria ?
4. Bagaimana patogenesis plasmodium penyebab penyakit malaria ?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit malaria ?

1
6. Bagaimana manifestasi klinis penyakit malaria ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit malaria?
8. Apa saja penatalaksanaan medis penyakit malaria ?
9. Bagaimana pencegahan dari penyakit malaria ?
C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan sebagai berikut.
1. Mengetahui apa itu penyakit malaria.
2. Mengetahui data kasus penyakit malaria di Indonesia.
3. Mengetahui etiologi penyakit malaria.
4. Mengetahui bagaimana plasmodium penyebab penyakit malaria.
5. Mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit malaria
6. Mengetahui manifestasi klinis penyakit malaria.
7. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit malaria.
8. Mengetahui apa saja penatalaksanaan medis penyakit malaria.
9. Mengetahui pencegahan dari penyakit malaria.

2
BAB II

PENYAKIT MALARIA

A. Pengertian

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium, yaitu


makhluk bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang mengandung plasmodium di dalamnya.
Plasmodium yang terbawa melalui gigitan nyamuk akan hidup dan berkembang biak
dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini menyerang semua kelompok umur baik
laki-laki maupun perempuan. Orang yang terkena malaria akan memiliki gejala : demam,
menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual atau muntah. Penderita yang menunjukkan
gejala klinis harus menjalani tes laboratorium untuk mengkonfirmasi status positif
malarianya.

Malaria jarang sekali menular secara langusng dari satu orang ke orang lainnya.
Penyakit ini bisa menular jika terjadi kontak langsung dengan darah penderita. Janin di
dalam kandungan juga bisa terinfeksi malaria karena tertular dari darah sang ibu.

B. Data Kasus Malaria di Indonesia

Morbilitas malaria pada suatu wilayah ditentukan dengan Annual Parasite


Incidence (API) per tahun. API merupakan jumlah kasus positif malaria per 1.000
penduduk dalam 1 tahun. Tren API secara nasional pada tahun 2011 hingga 2015 terus
mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan keberhasilan program pengendalian malaria
yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan mitra terkait.

Jumlah kasus malaria di Indonesia dalam 5 tahun terakhir ini terus menurun. Dari
422.447 kasus pada 2011 menjadi berjumlah 217.025 pada 2015. Penurunan kasus
malaria bisa terjadi, karena upaya pengendalian yang dilakukan lewat program bernama
Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria).

3
4
C. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, yang selain
menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile dan
mamalia.
Plasmodium terdiri dari 4 spesies : (Sudoyo Aru, dkk 2009)
1. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria)
2. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (Bening Malaria)
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale

D. Patogenesis
Daur hidup spesies malaria terdiri dari pase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan
nyamuk anopeles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra manusia.
1. Fase aseksual
Fase Aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan,
sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk
skizon hati yang mengandung ribuan merojoit. Proses ini disebut skozogoni
praeritrosit. Lam fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada fase ini, skizon pecah dan
merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada P. vivax dan P. ovale,
sebagian sporazoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan
relap jangka panjang rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang erotrosit membentuk
tropozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi
merozoit dibentuk, sebagaian merozoit berunah menjadi bentuk seksual. Masa antara
permulaan infeksi sampai ditemukannnya parasit dalam darah tepi adalah masa
prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporazoit
dalam badan hospes sampai timbulnya gejala demam.
2. Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentu ini mengalami
pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadlah pembuahan yang
disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan

5
menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai
kelenjar liur nyamuk.
Patogenesis malaria ada 2 cara :
a. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.
b. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia
melalui tarnsfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang
terinfeksi (kongenital).

E. Patofisiologi

F. Manifestasi Klinis
1. Keluhan sebelum terjadinya demam : kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang,
merasa dingin dipunggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut
tak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin.
2. Gejala klasik: triase malaria (Sumarmo, 2002)
6
- Periode dingin (15-60 menit) : menggigil, badan bergetar, gigi-gigi saling
terantuk, temperatur mulai naik, pada anak sering terjadi kejang
- Periode panas : muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti rasa
terbakar, nyeri kepala, nadi cepat, panas badan tetap tinggi 2-12 jam
- Periode berkeringat : berkeringat banyak dan temperatur turun, dan merasa sehat
Manifestasi klinis infeksi plasmodium

Plasmodium Masa inbukasi Tipe panas Manifestasi klinik


(hari) (jam)
Falciparum 12 (9-14) 24,36,48 Gejala gastrointestinal :
hemolisis, anemia, , ikterus,
hemogloninuria, syok,
algid, maligna, cerebral ,
gangguan kehamilan,
kelainan retina,
hipoglikemia, kematian
Vivax 13 (12-17)->12 bln 48 Anemia kronik,
splenomegali, rupture limpa
Ovale 17 (16-18) 48 Anemia kronik,
splenomegali, rupture limpa
Malariae 28 (18-40) 72 Rekrudensi sampai 50
tahun, splenomegali
menetap, limpa jarang
ruptune, sindroma nefrotik.

Malaria berat (Sumarno, herry, dkk 2002)


1. Malaria selebral dengan kesadaran menurun (delirium, stupor, koma)
2. Anemia berat, kadar hemoglobin <5g/dl
3. Dehidrasi, gangguan asam basa (asidosis metabolik) dan gangguan elektronik
4. Hipoglikemi berat
5. Gagal ginjal
6. Edema paru akut
7. Kegagalan sirkulasi (Algid malaria)

7
8. Kecenderungan terjadi perdarahan
9. Hiperpireksia/hipertermia
10. Hemoglobunuria/black water fever
11. Ikterus
12. Hiperparasitemia

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

 tetes darah tebal/tipis ditemukan parasit malaria dalam eritrosit.


 Pemeriksaan serologis
b. Pemeriksaan khusus

 PCR (polymerase chain reaction)


 ELISA (Enzyme Linked Immonosorben Assay
 Radiommunoassay (RIA)
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat

 Hb dan Ht
 Hitung jumlah lekosit dan trombosit
 Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah
d. EKG

e. Foto toraks

f. Analisa cairan cerebrospinal.

g. Biakan darah dan uji serologi

h. Urinalisis

i. Darah rutin

8
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria


sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative
tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil
negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi
dapat dilakukan melalui :

a. Tetesan preparat darah tebal.

Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah
cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk
studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan
identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100
lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah
diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan
parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit
per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit
dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.

b. Tetesan preparat darah tipis.

Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal
sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count),
dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah
merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung
parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan
dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga Romanowsky.
Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan
pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.

2. Tes Antigen : p-f test

Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi
sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik,

9
tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran
yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan
nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat
membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan
hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai
tes cepat (Rapid test).

3. Tes Serologi

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik
indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari
parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji
saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20
dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination
test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA,


waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes
ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru
dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.

Diagnosis Malaria ( anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


laboratorium )

a. Anamnesis

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

10
1. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal

2. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria

3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria

4. Riwayat sakit malaria

5. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir

6. Riwayat mendapat transfusi darah

7. Riwayat pengobatan kuratip maupun preventip.

b. Pemeriksaan fisik

1. Malaria tanpa komplikasi:

a. Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C)

b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat

c. Pembesaran limpa (splenomegali)

d. Pembesaran hati (hepatomegali)

2. Malaria dengan komplikasi dapat ditemukan keadaan dibawah ini:

a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat

b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)

c. Kejang-kejang

d. Panas sangat tinggi

e. Mata atau tubuh kuning

11
Catatan : penderita tersangka malaria berat harus segera dirujuk untuk mendapat
kepastian diagnosis secara mikroskopik dah penanganan Iebih lanjut.

c. Diagnosis Atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah


sakit untuk menentukan:

a. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).

b. Spesies dan stadium plasmodium

c. Kepadatan parasit

Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai


berikut:

a. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang


setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.

b. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut


tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.

3. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,


dengan menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini
sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa
dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.

H. Penatalaksanaan penyakit Malaria

Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tersiana/ Kuartana

12
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi
ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari).

b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6
hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval
4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di
kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).

c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis
tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti
tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama
7 hari.
I. Pencegahan

Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang
penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Kebersihan
langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat

1. Memakai kelambu berinsektisida untuk menutupi ranjang.


2. Menggunakan pakaian atau selimut yang bisa menutupi kulit tubuh.
3. Membersihkan bak mandi dan menabur serbuk abate untuk membasmi jentik-
jentik nyamuk.
4. Menyingkirkan atau menutup genangan air yang berpotensi menjadi sarang
jentik-jentik nyamuk.
5. Memakai losion anti serangga. Losion yang paling efektif adalah yang
mengandung DEET atau diethyltoluamide.
6. Memakai obat nyamuk bakar atau semprot secara teratur.
7. Melakukan fogging atau pengasapan secara teratur di lingkungan tempat tinggal.

13
Pemerintah menargetkan untuk membasmi malaria yang ada di Indonesia sepenuhnya
sebelum tahun 2030. Di beberapa daerah di Indonesia dengan kasus malaria yang tinggi,
telah diselenggarakan kampanye anti-malaria. Selain itu, pemerintah juga menyediakan
tes darah massal untuk mendeteksi penderita malaria agar dapat diobati secepatnya.
Dalam program ini, pemerintah membagikan obat antimalaria secara gratis.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik disebabkan oleh
protozoa genus plsmodium ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali.
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu plasmodium vivax,
plamodium falcifalum, plasmodium malariae dan plasmodium ovale. Daur hidup spesies
malaria terdiri dari pase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk anopeles dan
fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra manusia. Manifestasi klinisnya
seperti anemia, splenomegali, ikterus dan demam periodik. Dalam pengobatan spesifik
seperti kina, intravena dan intramuskular.

B. Saran
Tenaga kesehatan profesional mempunyai peran penting dalam membantu
individu dengan masalah penyakit – penyakit tropis; tetapi, hal ini hanya dapat tercapai
dengan wawasan dan pemahaman. Maka dari itu, saran penulis adalah dengan memahami
lebih dalam wawasan tentang penyakit tropis seperti salah satu contohnya penyakit
malaria yang sering terjadi terutama di Indonesia melalui kegiatan membaca makalah ini,
mahasiswa atau tenaga kesehatan profesional akan memiliki peran penting dalam
membantu individu dengan masalah penyakit malaria.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Huda N, Hardhi Kusuma,dkk.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Jilid


2.Jogjakarta:MediAction
2. Mansjoer Ari, Kusfuji Triani.1999.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media
Aesculapius.
3. http://askepns.blogspot.com/2012/09/a.html
4. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3469/3231
5. https://googleweblight.com/i?u=https://www.alodokter.com/malaria/pencegahan&hl=id-
ID
6. https://www.alodokter.com/malaria
7. https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/malaria/etiologi
8. www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/...malaria.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai