Anda di halaman 1dari 27

PENENTUAN CADANGAN MINYAK SISA DENGAN

METODE DECLINE CURVE ANALYSIS PADA


RESERVOIR “X” LAPANGAN “Y”

PROPOSAL
TUGAS AKHIR

Oleh :
RISMA AMELIA S

NIM 1401112

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Perminyakan

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2020
PENENTUAN CADANGAN MINYAK SISA DENGAN
METODE DECLINE CURVE ANALYSIS PADA
RESERVOIR “X” LAPANGAN “Y”

PROPOSAL
TUGAS AKHIR

Oleh :
RI S MA AME LI A S
NIM 1401112

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Sarjana Teknik


pada Jurusan Teknik Perminyakan
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Andry Halim, MM Kukuh Jalu Waskita, ST.,MT


NIDN : 9911005765 NIDN : 1117128503
Mengetahui:
Ketua Jurusan

Abdi Suprayitno, ST. M.Eng


NIDN : 1110098502

2
BAB I
PENDAHULUAN

Kebutuhan akan minyak dan gas bumi sebagai salah satu sumber energi
sampai saat ini terus meningkat mengingat kondisi energi dunia yang masih
bergantung pada energi migas. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha yang efektif
untuk meningkatkan perolehannya serta eksplorasi reservoir baru dari minyak
maupun gas bumi. Hal ini tidak dapat terlepas dari perkembangan dan kemajuan
teknologi dalam industri perminyakan yang terus dikembangkan.
Selain dari kemajuan teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkompeten dan berkualitas sangat dibutuhkan untuk dapat mengelola dan
mengembangkan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia khususnya
komoditi minyak dan gas bumi.
Peningkatan kompetensi tenaga kerja dapat dilakukan melalui jalur
pendidikan dan/atau pelatihan. Pendidikan akademis yang ditunjang dengan
praktek lapangan kerja (Tugas Akhir) di dunia industri merupakan salah satu upaya
agar dapat terwujud SDM yang berkualitas dan dapat berkompetisi dalam dunia
kerja. Tugas Akhir itu sendiri merupakan kuliah lapangan yang pada dasarnya
bertujuan untuk memberikan orientasi pada mahasiswa tentang kondisi kerja di
lapangan.
Tugas Akhir merupakan aplikasi dari semua ilmu yang telah didapat pada
bangku kuliah dan kemudian diterapkan di lapangan pada kondisi nyata.
Diharapkan dengan Tugas Akhir tersebut mampu untuk memberikan sumbangan
pada kedua pihak, mahasiswa akan memperoleh pengalaman baru dan dapat
memberikan sumbangan pemikiran di dunia industri nantinya.
Atas dasar pemikiran tersebut, kami selaku mahasiswa Sekolah Tinggi
Minyak dan Gas Bumi (STT MIGAS) Balikpapan bermaksud mengajukan
permohonan agar dapat melakukan Tugas Akhir di perusahaan yang Bapak
pimpin.

3
BAB II
RENCANA TAHAPAN TUGAS AKHIR

2.1. Lokasi Kegiatan


Kegiatan Tugas Akhir ini akan dilaksanakan bertempat di
Schlumberger Geophysics Nusantara

2.2. Waktu Pelaksanaan


Tugas Akhir ini diharapkan berlangsung kurang lebih selama 1 bulan,
dan diharapkan dapat dilaksanakan pada bulan 01 Maret 2020 – 31 Maret 2020.
Kami selaku pemohon Tugas Akhir berharap pihak Manajemen dari
Schlumberger Geophysics Nusantara agar dapat mempertimbangkan dan
menyetujui waktu pelaksanaan Tugas Akhir ini.

2.3. Peserta dan Judul Tugas Akhir


Berikut adalah daftar peserta dan judul Tugas Akhir yang diajukan :
1. Nama : Risma Amelia Z
NIM : 1401112
Judul TA : Penentuan Cadangan Minyak Sisa Dengan Metode Decline
Curve Analysis Pada Reservoir “X” Lapangan “Y”

4
BAB III
PENUTUP

Demikian proposal Tugas Akhir ini kami susun, dengan harapan program
ini dapat terealisasi dalam rangka memenuhi persyaratan akademis dan
pengambilan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Perminyakan di
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan, agar terciptanya
SDM yang berkualitas dan berkompetensi sehingga dapat menjawab tantangan dan
kebutuhan dunia Industri di era globalisasi khususnya di bidang industri Minyak
dan Gas Bumi.
Akhir kata kami mengharapkan kekurangan dan kekeliruan yang terdapat
dalam proposal ini mohon untuk dimaklumi, Atas perhatian dan kerja samanya
kami ucapkan terima kasih.

5
I. JUDUL

PENENTUAN CADANGAN MINYAK SISA DENGAN METODE DECLINE


CURVE ANALYSIS PADA RESERVOIR “X” LAPANGAN “Y”.

II. LATAR BELAKANG MASALAH.


Salah satu fungsi teknik reservoir adalah menghitung secara periodik mengenai
perkiraan cadangan minyak yang masih tersisa dan meramalkan waktu produksi dimasa
yang akan datang dari suatu reservoir . Hal ini penting dilakukan karena suatu reservoir
yang telah diproduksikan akan mengalami penurunan laju produksinya seiring dengan
waktu.
Analisa penurunan laju produksi dapat menggunakan metode Decline Curve
berdasarkan data laju produksi dalam jangka waktu tertentu. Metode Decline Curve, yaitu
salah satu metode analisa kurva penurunan produksi dengan menggunakan persamaan-
persamaan yang dikembangkan oleh Arps yang telah banyak digunakan untuk
memperkirakan cadangan (reserve) dan meramalkan waktu produksi yang akan datang.
Sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan jumlah cadangan minyak
yang dapat diproduksikan (Ultimate Recovery) sesuai dengan teknologi yang ada.

III. PERMASALAHAN
Seberapa besar jumlah cadangan minyak sisa yang masih dapat diproduksikan
dari Reservoir “X” Lapangan “Y” ?.

IV. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari penelitian adalah untuk menentukan besarnya cadangan
minyak sisa pada Reservoir “X” Lapangan “Y” dengan metode Decline Curve dengan
data-data produksi yang telah didapat dalam kurun waktu tertentu, kemudian akan
diketahui kecenderungan penurunan kurva produksi sehingga dapat diperkirakan
cadangan minyak sisa dan umur dari reservoir tersebut.

6
V. TINJAUAN PUSTAKA
Peramalan produksi di masa mendatang sangat penting didalam analisa ekonomi
suatu lapangan. Metode Decline Curve adalah salah satu metode yang dapat digunakan
untuk menghitung sisa cadangan minyak atau gas dari suatu reservoir yang telah
mengalami penurunan produksi dan tidak mengalami perubahan pada metode
produksinya, juga dapat dipakai untuk memperkirakan besarnya produksi pada waktu
tertentu, serta sebagai bahan analisa untuk pengembangan lapangan. Penggunaan metode
Decline Curve akan memerlukan data-data produksi, baik data produksi per sumur
ataupun produksi kumulatif per reservoir, sepanjang masa produksi reservoir tersebut.
Sejarah produksi harus mencerminkan produktivitas formasi atau karakteristik
reservoir, dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor seperti : perubahan kondisi operasi
produksi, kerusakan sumur (damage), kegagalan atau kerusakan peralatan dan
sebagainya. Dalam hal ini penurunan kurva produksi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
 Laju aliran awal atau laju aliran pada waktu tertentu.
 Bentuk kurva.
 Laju (kecepatan) penurunan produksi.

5.1. Penentuan Original Oil In Place (OOIP)


Perhitungan jumlah minyak ditempat (OOIP) pada reservoir adalah untuk
menentukan berapa banyak fluida yang terkandung dalam reservoir tersebut. Adapun
salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Volumetrik, dengan persamaan
sebagai berikut:
Vb  avg (1  Swavg )
OOIP = 7758 ………………...................................(5-1)
Bo

Dimana:
Vb = bulk volume reservoir, acre-ft
 avg = porositas rata-rata, fraksi

Swavg = saturasi air rata-rata, fraksi


Bo = faktor volume formasi minyak, RB/STB.
OOIP = original oil in place,STB.
1acre-ft= 7758 bbl

7
5.2.Analisa Decline Curve
Pada prinsipnya peramalan jumlah cadangan minyak atau gas sisa dengan metode
decline curve adalah memperkirakan hasil ekstrapolasi (penarikan garis lurus) yang
diperoleh dari suatu grafik (kurva) yang dibuat berdasarkan plotting antara laju produksi
terhadap produksi kumulatif atau terhadap waktu produksinya. Sedangkan untuk
peramalan cadangan dan produksi minyak atau gas pada waktu yang akan datang dapat
digunakan beberapa macam tipe grafik, yaitu sebagai berikut :

1. Rate produksi versus waktu,


2. Rate produksi versus produksi kumulatif,
3. Persen minyak versus produksi kumulatif,
4. Produksi gas kumulatif versus produksi minyak kumulatif,
5. Persen air versus produksi kumulatif,
6. Tekanan reservoir versus produksi minyak kumulatif.

Dari beberapa tipe grafik tersebut diatas, yang paling umum digunakan adalah
tipe grafik pertama (qo vs t) dan tipe kedua (qo vs Np), dimana kedua tipe grafik tersebut
akan memberikan pendekatan grafis yang dinamakan decline curve, seperti yang terlihat
pada Gambar 5.1 dibawah ini:

Gambar 5.1.
8
Beberapa Tipe Grafik Antara (q0 vs t) dan (qo vs Np) Pada Ketiga Jenis Decline
Curve 3)
Beberapa tipe decline curve mempunyai perbedaan kurva seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 5.1, dimana bentuk karakteristik dari tiap tipe decline ketika laju produksi
(q) diplot versus waktu ( t ) atau versus produksi kumulatif (Np) pada skala Cartesian,
Semilog dan Log-log:

 Untuk Exponential Decline: Hubungan garis lurus akan dihasilkan ketika q versus
t pada skala semi log dan juga pada q versus Np yang diplot pada skala Cartesian.

 Untuk Harmonic Decline: q versus Np akan membentuk garis lurus pada skala
semi log dengan semua tipe decline curve yang mempunyai banyak curvature.
Ada berbagai teknik pergeseran dibuat untuk hasil kurva lurus plot antara laju
produksi versus waktu pada skala Log-log.

 Untuk Hyperbolic Decline: Tidak ada skala plot dengan Cartesian, Semi log, atau
Log-log yang akan menghasilkan hubungan garis lurus untuk hyperbolic decline.
Jika q diplot versus t pada kertas log-log, menghasilkan kurva yang bisa dijadikan
lurus dengan teknik pergeseran.

Tahun 1927 R.H. Johansen telah menemukan Metode Loss Ratio untuk
meramalkan produksi masa datang dan umur produksi. Kemudian pada tahun 1935 S.J.
Pirson atas dasar Metode Loss Ratio telah mengemukakan suatu klasifikasi decline curve
menurut analisa matematik yang terbagi menjadi tiga, yaitu : Exponential Decline,
Hyperbolic Decline, dan Harmonic Decline berdasarkan harga exponen declinenya (b).
Definisi dari exponen decline (b) adalah fungsi turunan pertama dari loss ratio.
Sedangkan loss ratio merupakan fungsi invers dari rate of decline (D). Definisi dari rate
of decline (D) adalah perubahan dalam laju relatif dari produksi per unit waktu, tanda (-)
menunjukkan arah slope yang dihadirkan plot antara laju produksi dan waktu dari kurva
logaritma. Menentukan harga rate of decline menggunakan persamaan dibawah ini :
 dq 
 
D     ........................................................................ ……(5-1)
dt
q
Dimana :
q = laju produksi, BOPD.
t = waktu, hari.
dq/dt = perubahan laju produksi terhadap waktu, BOPD.

9
Definisi dari loss ratio (a) adalah fungsi invers dari rate of decline. Untuk
menentukan harga loss ratio menggunakan persamaan dibawah ini :
q
a=  ..............................................................................(5-2)
(dq / dt )
Definisi dari exponen decline (b) adalah fungsi turunan pertama dari loss ratio.
Untuk menentukan harga exponen decline menggunakan persamaan dibawah ini :
 q 
d  
 dq / dt 
b=- ............................................................................(5-3)
dt
Untuk menentukan persamaan umum metode decline curve diperoleh dari persamaan
hyperbolic decline (b>0, b≠1):
1. Hyperbolic Decline
Adanya data-data produksi kumulatif terhadap waktu yang diplot pada kertas
semi-log tidak membentuk garis tegas lurus tapi sebagai gantinya akan melengkung atau
cekung keatas, situasi ini biasanya dimodelkan dengan persamaan hyperbolic. Dalam
kasus tipe ini dikatakan sebagai hyperbolic decline dengan harga (b>0, b≠1). Persamaan
hyperbolic decline dapat diuraikan seperti dibawah ini :

dq / dt
D  K .q b  
q

dq
= K qb = 
q dt
dq dq
K=  b
  b 1
q q dt q dt
dimana :
K = konstanta
Untuk kondisi awal :
Di dq
K b
=  b 1 ……..…..……………………....................….(5-4)
qi q dt
Lalu mengintegralkan persamaan (5-4) :
t q
t
Di dq
0 qib .dt  q q b1
i

qt
Di t
q q dq
( b 1)
 
qib i

10
qt
Di t 1
b
qi
  
qi
 (b  1)  1
q (b 1)1 dq

Di t 1 b
 q qtqi b Di t b
 qt  qi
b

qib b qib

b Di t 1 1
b
 b b
qi qt qi
Kedua ruas dikali qib
b
qi
b Di t  b
-1
qt
b
q 
1+ b Di t =  i 
 qt 
qi
Dimana : a x = n (1 + b Di t)1/b =
qt
a = n1/x
Sehingga diperoleh persamaan umum metode decline curve adalah :
1

q  qi (1  b.Di .t ) …………………………………......……..…(5-5)
b

Dimana :
q = laju produksi pada waktu t, BOPD.
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD.
b = exponen decline (turunan pertama dari loss ratio).
Di = initial nominal decline rate, 1/waktu.
t = waktu, hari.

 Harga kumulatif produksi pada hyperbolic decline didapat dari mengintegrasikan


persamaan rate – time :
t
Np   qdt ,…………………....................................................(5-6)
0

Mensubstitusikan persamaan (5-5), untuk harga q :


t
Np   qi (1  bDt ) 1 / b dt
0

Integralkan (b  1 ), menjadi :

11
1
1 qi  1
Np  (1  b.Di t ) b
t

1 b.Di 0
 1
b
Lalu disederhanakan menjadi :
1b
b qi t
Np  (1  b.Di t ) b
b  1 (b.Di ) 0

qi  1b

Np  1  b.D t  b  1

(b  1) Di
i

Kemudian substitusikan qib.qi1-b untuk qi, menjadi :


qib .qi1b  1b

Np  1  b.D t  b  1

(b  1) Di
i

Pindahkan qi1-b ketanda kurung:

qib  1b 1b


1b

Np  qi (1  b.Di t )  qi 
b
(b  1) Di  
Persamaan ax.bx = (ab)x, dan axy= (ax)y

qib  1 1b
  
Np  qi (1  b.Di t ) b   qi1b 
(b  1) Di   
 
1

dimana harga q  qi  (1  b.Di .t ) b

Np 
qib
(b  1) Di

q 1b  qi1b  ,.......................................................(5-7)

Dengan mengalikan dan membagi persamaan (5-7) dengan (-1) , maka hasil
persamaan kumulatif produksi untuk hyperbolic decline adalah :

Np 
qib
(b  1) Di
 
qi1b  q 1b ,..........................................................(5-8)

2. Exponential Decline
Jika log rate produksi diplot terhadap waktu maka akan terjadi straight line (garis
lurus) pada kertas semilog, hal ini dinamakan dengan exponential decline. sering disebut
juga sebagai constant percentage decline yang dicirikan dengan kenyataan bahwa
penurunan laju produksi per satuan waktu adalah sebanding dengan laju produksi. Kurva
penurunan yang konstan ini hanya diperoleh bila exponen decline adalah nol (b=0). Maka
pada exponential decline ini digunakan penggunaan limit sebagai rumusan matematis
(differensiasi fungsi exponensial) , sehingga akan diperoleh :

12
n
 m
e  Lim 1    Lim 1  b  …………….…...……………(5-9)
m 1/ b
n  
 n b 0

1
dimana : m = Di.t dan n =
b
Dengan harga m dan n disubstitusikan sehingga persamaannya menjadi :
1
 b
 Dt 
Lim 1  i   e Dt ……...…………………….....…………(5-10)
 
1 1 
b  
 b 
Secara matematis bentuk kurva penurunannya menjadi sebagai berikut :
q  qi e  Dt ,....................................................................................(5-11)

Dimana :
q = laju produksi pada waktu t, BOPD.
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD.
Di = initial nominal decline rate, 1/waktu.
t = waktu, hari.
e = bilangan logaritma (2,718).
Persamaan (5-11) merupakan persamaan untuk menentukan besarnya nominal decline
rate (D). Untuk menentukan besarnya efektif decline rate (De) yaitu sesuai dengan
persamaan dibawah ini:
qi  q
De  ………………..…..………………….....………...(5-12)
qi
Hubungan antara D dan De ditunjukkan pada persamaan dibawah ini sebagai contoh
diambil waktu pada periode t (misal 1 tahun) dan besar q adalah sama sehingga
persamaan (5-11) dan (5-12) dapat disederhanakan menjadi :
q = q
qi .e  Dt = qi – qi.De ………………….…………………..........(5-13)

qi .e  D = qi(1 – De)

Nominal decline rate merupakan fungsi dari efektif decline, sehingga :


D = - ln(1 – De)…………………………...…………………..….(5-14)
atau
Efektif decline sebagai fungsi dari nominal decline :
De = 1 – e-D

13
 Untuk menentukan besarnya kumulatif produksi minyak pada setiap waktu dapat
dilihat dalam persamaan dibawah :
t
Np   qdt ,.....................................................................................(5-15)
0

Mensubstitusikan persamaan (5-11), untuk harga q :

Np   qi e  Dt dt

Mengintegralkan,
t
q
Np  i e  Dt
D
=> Np 
D

qi  Dt
e  e0 
0

Sehingga menghasilkan :
qi  qi e Dt
Np 
D
Dimana q  qi e  Dt

qi  q
Np  ,..................................................................................(5-16)
D
3. Harmonic Decline
Pada harmonic decline ini penurunan laju produksi persatuan waktu berbanding
lurus terhadap laju produksinya sendiri. Bentuk harmonic curve merupakan bentuk
khusus dari bentuk hyperbolic, yaitu untuk harga b = 1. Secara matematis bentuk
persamaan dari harmonic decline dapat ditulis :

qi
q ,………….……………………...……………………(5-17)
1  bDi. .t
 Harga kumulatif produksi pada hyperbolic decline didapat dari mengintegrasikan
persamaan rate – time :
t
Np   q.dt
0

t
qi
Np   dt
0
1  Di t
t 1

Np  qi  1  Di t  dt
0

Mengintergralkan variabel yang sama dan menggunakan rumus intergral :

14
x
1
dx  ln x  C

qi
Np  ln (1  Di t ) ,.......................................................................(5-18)
Di
qi
dimana : (1  Di t ) 
q
sehingga persamaan harmonik decline untuk kumulatif produksi adalah :
qi qi
Np  ln …………….......................................……….......(5-19)
D q
Tabel V-I, meringkas hubungan tiga tipe dari kurva decline.

Tabel V-1.
Persamaan-persamaan Decline Curve 5)

5.3. Teknik Ekstrapolasi Data


Metode decline curve ini dilakukan dengan cara mengekstrapolasi perilaku
produksi yang lalu sehingga sama dengan kecenderungan (trend) perilaku dimasa
mendatang, untuk itu diperlukan kurva-kurva yang sesuai. Ada 3 (tiga) teknik guna
mendapatkan dan menentukan harga exponen declinenya (b), yaitu:

1. Metode Loss-Ratio (Arps)


2. Metode Trial-Error
3. Metode X2- Chi Square

15
5.3.1. Metode Loss-Ratio (Arps)
Arps J.J. (1944) mengembangkan teknik ekstrapolasi kurva decline dengan
menggunakan metode loss-ratio (a). Loss-ratio didefinisikan sebagai laju produksi pada
akhir periode waktu produksi dibagi dengan kehilangan produksi (loss) produksi selama
periode tersebut, yaitu merupakan kebalikan dari decline rate q/Δq/Δt dan digunakan
dalam bentuk tabulasi untuk keperluan ekstrapolasi dan identifikasi daripada jenis
decline. Pada constant-precentage decline, loss-rationya adalah konstan, sedangkan pada
hyperbolic decline, penurunan pertama dari loss-ratio adalah konstan dan sebanding
dengan eksponen declinenya (b). Pada harmonik decline turunan pertama daripada loss-
ratio adalah konstan dan sebanding dengan 1.
Langkah-langkah perhitungan eksponen decline (b) dengan metode loss ratio
adalah sebagai berikut:
1. Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), Δt, qo, Δqo, a (loss ratio), ∆a, dan b
(exponen decline).
2. Untuk kolom ∆t (month), perhitungan :
∆t = t0 - t1
3. Untuk kolom ∆q (bbl/month), perhitungan :
∆qn = q0 – q1
4. Untuk kolom a (loss ratio), perhitungan :
q
an = -
 q 
 
 t 
5. Untuk kolom Δa, perhitungan :
Δan = a2 - a1
6. Untuk kolom b (exponen decline), perhitungan :
a
bn =
t
7. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 6 untuk menghitung
data-data selanjutnya.

16
8. Kemudian untuk penentuan jenis kurva yaitu : b
jumlah data

5.3.2. Metode Trial-Error


Metode Trial-Error adalah salah satu cara untuk menyelaraskan data-data kurva
hyperbolic, dimana akan lebih cepat dan praktis bila menggunakan bantuan komputer
atau spreadsheet. Penentuan nilai b (exponen decline) dengan menggunakan metode Trial
and error, prosedur perhitungannya sebagai berikut:
1. Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), Δt, q o, Δqo, D (rate of decline),
incremental recovery dan Np (produksi kumulatif).
2. Untuk kolom ∆t (month), perhitungan :
∆t = t0 - t1
3. Untuk kolom ∆q (bbl/month), perhitungan :
∆qn = q0 – q1
4. Untuk kolom D (1/month), perhitungan :

 q 
 
 t 
Dn = 
q
5. Untuk kolom incremental recovery (bbl), perhitungan :
(Incremental recovery) n = (qo) (∆t)
6. Untuk kolom Np (bbl), perhitungan :
(Np)n = (incremental recovery) n
(Np)n+1 = (incremental recovery) n + (incremental recovery)1
7. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 6 untuk menghitung
data-data selanjutnya.
8. Kemudian ambil harga pada kondisi yaitu :
 q1 (pada awal produksi) dan t 1 (waktu mulai produksi) dan q2 (pada akhir
produksi) dan t 2 (waktu akhir produksi) kemudian harga ΔNp (kumulatif
produksi) pada tabulasi.

17
9. Perkirakan harga b dengan memplot harga X dan Y diplot ke grafik semilog,
(dimana harga estimasi bisa didapat dari kurva Gentry pada Gambar 5.2. dan
Gambar 5.3.), dimana harga b ini merupakan harga b awal untuk perhitungan:
Np q1
a. X = dan Y = ,any time on decline.
q1 (t 2  t1 ) q2
atau
q1
b. X = (Di t) dan Y = ,any time on decline.
q2

dimana : Di =
D n

jumlah data

Gambar 5.2.
Hubungan Antara Laju Produksi Dan Kumulatif Produksi 5)

18
Gambar 5.3.
Hubungan Antara Laju Produksi Dan Waktu 5)
10. Harga b pada langkah 9 bukanlah harga yang paling fit untuk mewakili titik-titik
data yang sedang dianalisa, maka perlu pertimbangan yaitu mengasumsi harga b
dari 0 sampai 1 untuk menghitung harga q yang mendekati q actual. Hitung harga D
dan q(t) dengan rumus :
Jika nilai b = 0, maka persamaannya:
q 
ln  t 
Di =   , dan qt= qi. e-D.t, bbl/month.
qi
t
Jika nilai b dari 0.1 sampai 0.9, maka persamaannya:
b
 q2 
   1
Di   1 
q
, 1/month dan q (t)  q i 1  bD i t  ,bbl / month.
1 / b

bt 2  t 1 
Jika nilai b = 1, maka persamaannya:
 qt 
   1
Di =   , q = qi , bbl /month.
qi
t
t 1 Di .t

5.3.3. Metode X2 Chisquare


Metode trial and error tidak cukup untuk menghitung nilai b, maka digunakan
metode X2 Chi-Square. Pada metode ini memperkirakan harga qo pada asumsi berbagai
macam harga b, dan kemudian menentukan selisih terkecil dari q actual dengan qforecast yang
sudah dihitung sebelumnya. Prosedur perhitungannya sebagai berikut :
1. Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), qo actual, kemudian qo forecast serta
D (rate of decline) dengan berbagai harga b, dan terakhir X 2 (selisih antara qo actual
dengan qo forecast).
2. Asumsikan harga b mulai 0 sampai 1 (b = 0 untuk exponential, b = 0,1 – 0,9 untuk
hyperbolic, b = 1 untuk harmonic).
3. Hitung Di dengan perumpamaan :
19
 Pada b = 0, hitung Di :
q 
ln  i 
D=  t 
q
tt

 Pada b = 0.1 – 0.9, hitung Di :


(q i /q t ) b  1
Dn 
b tt

 Pada b = 1, hitung Di :
 qi 
   1
D=  t 
q
tt
4. Hitung qo forecast yaitu :
 Pada b = 0, hitung qo forecast :
qn = qi e-D.t
 Pada b = 0.1 – 0.9, hitung qo forecast :
qn = qi (1+b D.t)-1/b
 Pada b = 1, hitung qo forecast :
qn = qi (1 + D.t)-1
dimana untuk harga qi = harga qo actual, harga D didapat dari langkah 3 dan harga
dari t = ∆t.
5. Hitung X2 (selisih antara qo actual dengan qo forecast) dengan menggunakan rumus
Chi-Square Test, seperti persamaan dibawah ini:
 fi  Fi 2 
X2n   
 Fi 
dimana :
fi = data laju produksi observasi (aktual), bbl/month.
Fi = data laju produksi forecast (perkiraan), bbl/month.
untuk setiap harga dari :
 b=0
 fi  Fi 2 
X2n   
 Fi 
o b = 0.1 – 0.9

20
 fi  Fi 2 
X2n   
 Fi 
o b=1
 fi  Fi 2 
X 2
n  
 Fi 
6. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 5 untuk menghitung
data-data selanjutnya.
7. Tentukan Σ harga X2 yang paling kecil. Harga X2 yang paling kecil menunjukkan
kurva yang paling fit untuk mewakili titik-titik data yang sedang dianalisa dengan
harga :
 Exponential Decline : b = 0
 Hyperbolic Decline : b > 0, b ≠ 1
 Harmonic Decline : b =1

5.4. Penentuan Economic Limit Rate


Economic Limit Rate adalah batas dimana laju produksi minyak yang dihasilkan
akan memberikan penghasilan bersih yang besarnya sama dengan biaya operasional yang
dikeluarkan untuk segala keperluan sumur atau lapangan yang bersangkutan. Jadi
besarnya economic limit rate tergantung dari selisih antara biaya yang dikeluarkan atau
biaya operasional dengan harga Crude Oil yang dihasilkan. Maka makin besar selisihnya,
maka semakin besar harga economic limit rate-nya. Selanjutnya untuk mendapatkan
perhitungan besarnya economic limit rate, maka akan dibahas mengenai dua hal, yaitu:
perhitungan biaya operasional dan harga minyak.
1. Perhitungan Biaya Operasional
Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk semua keperluan
mulai dari pembuatan sumur, pengangkatan minyak dari dalam sumur kepermukaan
hingga minyak tersebut sampai ke tempat penampungannya. Jadi seluruh biaya
operasional lapangan pada suatu reservoir minyak akan dibebankan kepada sumur-sumur
yang produktif (menghasilkan minyak), yang besarnya bervariasi dengan kedalaman
sumur, jumlah sumur pada lapangan atau reservoir yang bersangkutan, tipe fluida yang
diproduksikan, metode produksinya, perawatan sumur dan lain-lain.
Adapun besarnya biaya operasional keseluruhan sumur-sumur dari suatu lapangan
dalam satu tahun, secara garis besar dapat dibagi menjadi:

21
1. Personal cost.
2. Over head Cost.
3. Other Cost, yang terdiri dari biaya antara lain:
 Material
 Kontrak
 Perawatan
 Uang Bonus
 Dan lain-lain.
2. Harga Minyak
Harga minyak dihitung menurut harga standar yang berlaku saat itu. Dan harga
minyak akan ikut menentukan besarnya harga economic limit rate. Penentuan besarnya
harga economic limit rate dapat ditentukan dengan persamaan:
Biaya operasiona l/tahun
Economic Limit Rate per sumur 
Pendapatan Bersih/STB
atau dengan persamaan:
(OPC ) (WI )
ql (economic limit rate, bbl/day) =
(30.4) (1  PTR) ( SP) ( NRI )
Dimana:
OPC = Monthly operating cost, ($/month)
WI = Working Interest
PTR = Production Tax Rate
SP = Sales Price, $/BBL
NRI = Net Revenue Interest
D = Rate of Decline, 1/time.

5.5. Perhitungan Cadangan Minyak Sisa


5.5.1. Penentuan Jenis Tipe Decline Curve
Tahap awal analisa decline curve adalah menentukan harga eksponen decline (b)
dari data laju produksi dan waktu. Jika b = 0, Exponential Decline; b > 0, b ≠ 1,
Hyperbolic Decline; b =1, Harmonic Decline. Dari hasil perhitungan dan grafik yang
diperoleh maka akan dapat ditentukan jenis tipe decline curve-nya untuk perhitungan
selanjutnya.

5.5.2. Penentuan Waktu untuk Pengambilan Cadangan Minyak Sisa

22
Penentuan waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan minyak sisa sampai
batas ekonomisnya, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara perhitungan dan
grafis.
5.5.2.1. Secara Perhitungan dengan Rumus
Setelah diketahui tipe decline curve dari reservoir yang dikaji, maka penentuan
waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan minyak sisa dapat dihitung dengan
persamaan dari tiap-tiap tipe decline curve:
Jika tipe Exponential Decline (b = 0), q  qi e  Dt
1

Jika tipe Hyperbolic Decline (b > 0, b ≠ 1) , q  qi (1  b.Di .t ) b

qi
Jika tipe Harmonic decline (b = 1) , q 
1  bDi. .t
Dimana:
qi = laju produksi minyak awal pada saat dilakukan analisa decline, Bbl/day atau
Bbl/Bulan.

q = Economic Limit Rate,Bbl/day.

b = Eksponen Decline

Di = Decline Rate, 1/time

t = Waktu untuk pengambilan Cadangan minyak sisa, bulan atau hari.

5.5.2.2. Secara Grafis Antara Laju Produksi Versus Waktu

Penentuan waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan minyak sisa


secara grafis dapat diperoleh dari plotting antara laju produksi versus waktu yang dibuat
pada kertas semilog seperti pada Gambar 5.4. Dari grafik tersebut kemudian ditarik garis
lurus (ekstrapolasi) diatas titik-titik data sampai berpotongan pada garis economic limit
rate-nya. Dari hasil perpotongan ini akan diperoleh suatu titik yang menunjukkan waktu
yang diperlukan untuk pengambilan cadangan sampai batas ekonomisnya.

23
Gambar 5.4.
Contoh grafik Plot antara Laju Produksi dengan Waktu 6)
5.5.3. Penentuan Ultimate Recovery dan Recovery Factor

Penentuan ultimate recovery (UR) dilakukan untuk memperkirakan besarnya


cadangan minyak yang dapat diproduksikan sampai batas ekonomisnya. Dan hal ini perlu
dilakukan secara periodik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan
lapangan ataupun untuk mengetahui kapan suatu lapangan minyak atau reservoir harus
ditinggalkan karena dianggap sudah tidak produktif lagi.

Ultimate recovery adalah jumlah keseluruhan (kumulatif) minyak yang akan


dapat diproduksikan sampai batas ekonomisnya (abandont). Dengan demikian ultimate
recovery merupakan akumalasi antara kumulatif produksi minyak yang sudah diperoleh (
Np t ) dengan kumulatif produksi minyak yang akan datang sampai batas ekonomisnya

Np t a  . Untuk penentuan Np t a menggunakan persamaan yang sesuai dengan tipe


Decline Curve. Persamaan-persamaannya sebagai berikut:

qi  ql
Tipe Exponential Decline: Npt a 
D

Tipe Hyperbolic Decline: Npt a 


qib
(b  1) Di

qi1b  ql1b 
qi qi
Tipe Harmonic Decline: Npt a  ln
D ql

Estimated Ultimate Recovery (EUR) = Np t + Np t a


Penentuan EUR dari grafik plot antara laju produksi minyak (q o) versus produksi
kumulatif minyak (Np), dapat dilihat seperti pada Gambar 5.5. EUR didapat dari
perpotongan antara q limit dengan trend line dari grafik plot qo vs Np.

24
Gambar.5.5.
Contoh Grafik Plot antara Laju Produksi Minyak (q o) dengan Produksi Kumulatif
Minyak (Np) 6)

Recovery factor (RF) adalah angka perbandingan antara hidrokarbon yang dapat
diproduksikan (recoverable reserve) dengan jumlah minyak mula-mula di tempat (Ni)
dalam suatu reservoir. Dengan persamaan:
EUR
RF = x 100 %
Ni
Cadangan Sisa (Remaining Reserve) adalah jumlah cadangan yang dapat diambil,
yang masih tertinggal dalam reservoir atau belum diproduksikan.Dapat dihitung dengan
persamaan:

Remaining Reserve (RR) = EUR – Np t

VI. METODOLOGI
Metode yang digunakan untuk menghitung cadangan minyak sisa dari suatu
reservoir adalah salah satunya menggunakan metode decline curve. Metode decline curve
memerlukan data produksi (q, Np) dan waktu, yang berarti hanya dapat diaplikasikan
pada lapangan yang telah berproduksi sekian waktu tertentu. Metodologi penulisan
sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah mula-mula minyak ditempat (OOIP) dengan menggunakan
metode Volumetrik.
2. Membuat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), ∆t, qo(Bbl/D), qo (Bbl/M), ∆qo,
D (rate of decline, 1/time), dan Np (produksi kumulatif minyak, STB).
3. Menentukan jenis tipe Decline Curve berdasarkan nilai eksponen decline-nya (b).
4. Menentukan harga Economic Limit Rate.
5. Menentukan waktu untuk pengambilan cadangan minyak sisa.
6. Menentukan Ultimate Recovery dan Recovery Factor dari reservoir yang dikaji.
7. Menghitung cadangan minyak sisa (Remaining Reserve) dari reservoir yang dikaji.

VII. DATA YANG DIBUTUHKAN


 Peta Net Oil Isopach

25
 Porositas (Ф)
 Saturasi Air (Sw)
 Faktor Volume formasi Minyak (Boi)
 Data Produksi ( q, t dan Np)

VII. KESIMPULAN SEMENTARA


1. Cadangan minyak mula-mula ditempat pada reservoir “X” Lapangan “Y” dapat
diperhitungkan dengan menggunakan metode Volumetris.
2. Perkiraan cadangan minyak sisa pada reservoir “X” Lapangan “Y” dilakukan
dengan metode Decline Curve berdasarkan nilai eksponen decline-nya (b).

26
Lampiran :
1. Surat keterangan dari institusi STT MIGAS Balikpapan.
2. Daftar Riwayat Hidup.
3. Foto Copy Transkrip yang telah dilegalisir.
4. Foto Copy Surat Aktif Kuliah yang telah dilegalisir.
5. Foto Copy KTM yang telah dilegalisir.
6. Foto Copy Asuransi

27

Anda mungkin juga menyukai