PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Oleh :
RISMA AMELIA S
NIM 1401112
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Perminyakan
PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Oleh :
RI S MA AME LI A S
NIM 1401112
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan minyak dan gas bumi sebagai salah satu sumber energi
sampai saat ini terus meningkat mengingat kondisi energi dunia yang masih
bergantung pada energi migas. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha yang efektif
untuk meningkatkan perolehannya serta eksplorasi reservoir baru dari minyak
maupun gas bumi. Hal ini tidak dapat terlepas dari perkembangan dan kemajuan
teknologi dalam industri perminyakan yang terus dikembangkan.
Selain dari kemajuan teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkompeten dan berkualitas sangat dibutuhkan untuk dapat mengelola dan
mengembangkan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia khususnya
komoditi minyak dan gas bumi.
Peningkatan kompetensi tenaga kerja dapat dilakukan melalui jalur
pendidikan dan/atau pelatihan. Pendidikan akademis yang ditunjang dengan
praktek lapangan kerja (Tugas Akhir) di dunia industri merupakan salah satu upaya
agar dapat terwujud SDM yang berkualitas dan dapat berkompetisi dalam dunia
kerja. Tugas Akhir itu sendiri merupakan kuliah lapangan yang pada dasarnya
bertujuan untuk memberikan orientasi pada mahasiswa tentang kondisi kerja di
lapangan.
Tugas Akhir merupakan aplikasi dari semua ilmu yang telah didapat pada
bangku kuliah dan kemudian diterapkan di lapangan pada kondisi nyata.
Diharapkan dengan Tugas Akhir tersebut mampu untuk memberikan sumbangan
pada kedua pihak, mahasiswa akan memperoleh pengalaman baru dan dapat
memberikan sumbangan pemikiran di dunia industri nantinya.
Atas dasar pemikiran tersebut, kami selaku mahasiswa Sekolah Tinggi
Minyak dan Gas Bumi (STT MIGAS) Balikpapan bermaksud mengajukan
permohonan agar dapat melakukan Tugas Akhir di perusahaan yang Bapak
pimpin.
3
BAB II
RENCANA TAHAPAN TUGAS AKHIR
4
BAB III
PENUTUP
Demikian proposal Tugas Akhir ini kami susun, dengan harapan program
ini dapat terealisasi dalam rangka memenuhi persyaratan akademis dan
pengambilan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Perminyakan di
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan, agar terciptanya
SDM yang berkualitas dan berkompetensi sehingga dapat menjawab tantangan dan
kebutuhan dunia Industri di era globalisasi khususnya di bidang industri Minyak
dan Gas Bumi.
Akhir kata kami mengharapkan kekurangan dan kekeliruan yang terdapat
dalam proposal ini mohon untuk dimaklumi, Atas perhatian dan kerja samanya
kami ucapkan terima kasih.
5
I. JUDUL
III. PERMASALAHAN
Seberapa besar jumlah cadangan minyak sisa yang masih dapat diproduksikan
dari Reservoir “X” Lapangan “Y” ?.
6
V. TINJAUAN PUSTAKA
Peramalan produksi di masa mendatang sangat penting didalam analisa ekonomi
suatu lapangan. Metode Decline Curve adalah salah satu metode yang dapat digunakan
untuk menghitung sisa cadangan minyak atau gas dari suatu reservoir yang telah
mengalami penurunan produksi dan tidak mengalami perubahan pada metode
produksinya, juga dapat dipakai untuk memperkirakan besarnya produksi pada waktu
tertentu, serta sebagai bahan analisa untuk pengembangan lapangan. Penggunaan metode
Decline Curve akan memerlukan data-data produksi, baik data produksi per sumur
ataupun produksi kumulatif per reservoir, sepanjang masa produksi reservoir tersebut.
Sejarah produksi harus mencerminkan produktivitas formasi atau karakteristik
reservoir, dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor seperti : perubahan kondisi operasi
produksi, kerusakan sumur (damage), kegagalan atau kerusakan peralatan dan
sebagainya. Dalam hal ini penurunan kurva produksi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
Laju aliran awal atau laju aliran pada waktu tertentu.
Bentuk kurva.
Laju (kecepatan) penurunan produksi.
Dimana:
Vb = bulk volume reservoir, acre-ft
avg = porositas rata-rata, fraksi
7
5.2.Analisa Decline Curve
Pada prinsipnya peramalan jumlah cadangan minyak atau gas sisa dengan metode
decline curve adalah memperkirakan hasil ekstrapolasi (penarikan garis lurus) yang
diperoleh dari suatu grafik (kurva) yang dibuat berdasarkan plotting antara laju produksi
terhadap produksi kumulatif atau terhadap waktu produksinya. Sedangkan untuk
peramalan cadangan dan produksi minyak atau gas pada waktu yang akan datang dapat
digunakan beberapa macam tipe grafik, yaitu sebagai berikut :
Dari beberapa tipe grafik tersebut diatas, yang paling umum digunakan adalah
tipe grafik pertama (qo vs t) dan tipe kedua (qo vs Np), dimana kedua tipe grafik tersebut
akan memberikan pendekatan grafis yang dinamakan decline curve, seperti yang terlihat
pada Gambar 5.1 dibawah ini:
Gambar 5.1.
8
Beberapa Tipe Grafik Antara (q0 vs t) dan (qo vs Np) Pada Ketiga Jenis Decline
Curve 3)
Beberapa tipe decline curve mempunyai perbedaan kurva seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 5.1, dimana bentuk karakteristik dari tiap tipe decline ketika laju produksi
(q) diplot versus waktu ( t ) atau versus produksi kumulatif (Np) pada skala Cartesian,
Semilog dan Log-log:
Untuk Exponential Decline: Hubungan garis lurus akan dihasilkan ketika q versus
t pada skala semi log dan juga pada q versus Np yang diplot pada skala Cartesian.
Untuk Harmonic Decline: q versus Np akan membentuk garis lurus pada skala
semi log dengan semua tipe decline curve yang mempunyai banyak curvature.
Ada berbagai teknik pergeseran dibuat untuk hasil kurva lurus plot antara laju
produksi versus waktu pada skala Log-log.
Untuk Hyperbolic Decline: Tidak ada skala plot dengan Cartesian, Semi log, atau
Log-log yang akan menghasilkan hubungan garis lurus untuk hyperbolic decline.
Jika q diplot versus t pada kertas log-log, menghasilkan kurva yang bisa dijadikan
lurus dengan teknik pergeseran.
Tahun 1927 R.H. Johansen telah menemukan Metode Loss Ratio untuk
meramalkan produksi masa datang dan umur produksi. Kemudian pada tahun 1935 S.J.
Pirson atas dasar Metode Loss Ratio telah mengemukakan suatu klasifikasi decline curve
menurut analisa matematik yang terbagi menjadi tiga, yaitu : Exponential Decline,
Hyperbolic Decline, dan Harmonic Decline berdasarkan harga exponen declinenya (b).
Definisi dari exponen decline (b) adalah fungsi turunan pertama dari loss ratio.
Sedangkan loss ratio merupakan fungsi invers dari rate of decline (D). Definisi dari rate
of decline (D) adalah perubahan dalam laju relatif dari produksi per unit waktu, tanda (-)
menunjukkan arah slope yang dihadirkan plot antara laju produksi dan waktu dari kurva
logaritma. Menentukan harga rate of decline menggunakan persamaan dibawah ini :
dq
D ........................................................................ ……(5-1)
dt
q
Dimana :
q = laju produksi, BOPD.
t = waktu, hari.
dq/dt = perubahan laju produksi terhadap waktu, BOPD.
9
Definisi dari loss ratio (a) adalah fungsi invers dari rate of decline. Untuk
menentukan harga loss ratio menggunakan persamaan dibawah ini :
q
a= ..............................................................................(5-2)
(dq / dt )
Definisi dari exponen decline (b) adalah fungsi turunan pertama dari loss ratio.
Untuk menentukan harga exponen decline menggunakan persamaan dibawah ini :
q
d
dq / dt
b=- ............................................................................(5-3)
dt
Untuk menentukan persamaan umum metode decline curve diperoleh dari persamaan
hyperbolic decline (b>0, b≠1):
1. Hyperbolic Decline
Adanya data-data produksi kumulatif terhadap waktu yang diplot pada kertas
semi-log tidak membentuk garis tegas lurus tapi sebagai gantinya akan melengkung atau
cekung keatas, situasi ini biasanya dimodelkan dengan persamaan hyperbolic. Dalam
kasus tipe ini dikatakan sebagai hyperbolic decline dengan harga (b>0, b≠1). Persamaan
hyperbolic decline dapat diuraikan seperti dibawah ini :
dq / dt
D K .q b
q
dq
= K qb =
q dt
dq dq
K= b
b 1
q q dt q dt
dimana :
K = konstanta
Untuk kondisi awal :
Di dq
K b
= b 1 ……..…..……………………....................….(5-4)
qi q dt
Lalu mengintegralkan persamaan (5-4) :
t q
t
Di dq
0 qib .dt q q b1
i
qt
Di t
q q dq
( b 1)
qib i
10
qt
Di t 1
b
qi
qi
(b 1) 1
q (b 1)1 dq
Di t 1 b
q qtqi b Di t b
qt qi
b
qib b qib
b Di t 1 1
b
b b
qi qt qi
Kedua ruas dikali qib
b
qi
b Di t b
-1
qt
b
q
1+ b Di t = i
qt
qi
Dimana : a x = n (1 + b Di t)1/b =
qt
a = n1/x
Sehingga diperoleh persamaan umum metode decline curve adalah :
1
q qi (1 b.Di .t ) …………………………………......……..…(5-5)
b
Dimana :
q = laju produksi pada waktu t, BOPD.
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD.
b = exponen decline (turunan pertama dari loss ratio).
Di = initial nominal decline rate, 1/waktu.
t = waktu, hari.
Integralkan (b 1 ), menjadi :
11
1
1 qi 1
Np (1 b.Di t ) b
t
1 b.Di 0
1
b
Lalu disederhanakan menjadi :
1b
b qi t
Np (1 b.Di t ) b
b 1 (b.Di ) 0
qi 1b
Np 1 b.D t b 1
(b 1) Di
i
qib 1 1b
Np qi (1 b.Di t ) b qi1b
(b 1) Di
1
dimana harga q qi (1 b.Di .t ) b
Np
qib
(b 1) Di
q 1b qi1b ,.......................................................(5-7)
Dengan mengalikan dan membagi persamaan (5-7) dengan (-1) , maka hasil
persamaan kumulatif produksi untuk hyperbolic decline adalah :
Np
qib
(b 1) Di
qi1b q 1b ,..........................................................(5-8)
2. Exponential Decline
Jika log rate produksi diplot terhadap waktu maka akan terjadi straight line (garis
lurus) pada kertas semilog, hal ini dinamakan dengan exponential decline. sering disebut
juga sebagai constant percentage decline yang dicirikan dengan kenyataan bahwa
penurunan laju produksi per satuan waktu adalah sebanding dengan laju produksi. Kurva
penurunan yang konstan ini hanya diperoleh bila exponen decline adalah nol (b=0). Maka
pada exponential decline ini digunakan penggunaan limit sebagai rumusan matematis
(differensiasi fungsi exponensial) , sehingga akan diperoleh :
12
n
m
e Lim 1 Lim 1 b …………….…...……………(5-9)
m 1/ b
n
n b 0
1
dimana : m = Di.t dan n =
b
Dengan harga m dan n disubstitusikan sehingga persamaannya menjadi :
1
b
Dt
Lim 1 i e Dt ……...…………………….....…………(5-10)
1 1
b
b
Secara matematis bentuk kurva penurunannya menjadi sebagai berikut :
q qi e Dt ,....................................................................................(5-11)
Dimana :
q = laju produksi pada waktu t, BOPD.
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD.
Di = initial nominal decline rate, 1/waktu.
t = waktu, hari.
e = bilangan logaritma (2,718).
Persamaan (5-11) merupakan persamaan untuk menentukan besarnya nominal decline
rate (D). Untuk menentukan besarnya efektif decline rate (De) yaitu sesuai dengan
persamaan dibawah ini:
qi q
De ………………..…..………………….....………...(5-12)
qi
Hubungan antara D dan De ditunjukkan pada persamaan dibawah ini sebagai contoh
diambil waktu pada periode t (misal 1 tahun) dan besar q adalah sama sehingga
persamaan (5-11) dan (5-12) dapat disederhanakan menjadi :
q = q
qi .e Dt = qi – qi.De ………………….…………………..........(5-13)
qi .e D = qi(1 – De)
13
Untuk menentukan besarnya kumulatif produksi minyak pada setiap waktu dapat
dilihat dalam persamaan dibawah :
t
Np qdt ,.....................................................................................(5-15)
0
Np qi e Dt dt
Mengintegralkan,
t
q
Np i e Dt
D
=> Np
D
qi Dt
e e0
0
Sehingga menghasilkan :
qi qi e Dt
Np
D
Dimana q qi e Dt
qi q
Np ,..................................................................................(5-16)
D
3. Harmonic Decline
Pada harmonic decline ini penurunan laju produksi persatuan waktu berbanding
lurus terhadap laju produksinya sendiri. Bentuk harmonic curve merupakan bentuk
khusus dari bentuk hyperbolic, yaitu untuk harga b = 1. Secara matematis bentuk
persamaan dari harmonic decline dapat ditulis :
qi
q ,………….……………………...……………………(5-17)
1 bDi. .t
Harga kumulatif produksi pada hyperbolic decline didapat dari mengintegrasikan
persamaan rate – time :
t
Np q.dt
0
t
qi
Np dt
0
1 Di t
t 1
Np qi 1 Di t dt
0
14
x
1
dx ln x C
qi
Np ln (1 Di t ) ,.......................................................................(5-18)
Di
qi
dimana : (1 Di t )
q
sehingga persamaan harmonik decline untuk kumulatif produksi adalah :
qi qi
Np ln …………….......................................……….......(5-19)
D q
Tabel V-I, meringkas hubungan tiga tipe dari kurva decline.
Tabel V-1.
Persamaan-persamaan Decline Curve 5)
15
5.3.1. Metode Loss-Ratio (Arps)
Arps J.J. (1944) mengembangkan teknik ekstrapolasi kurva decline dengan
menggunakan metode loss-ratio (a). Loss-ratio didefinisikan sebagai laju produksi pada
akhir periode waktu produksi dibagi dengan kehilangan produksi (loss) produksi selama
periode tersebut, yaitu merupakan kebalikan dari decline rate q/Δq/Δt dan digunakan
dalam bentuk tabulasi untuk keperluan ekstrapolasi dan identifikasi daripada jenis
decline. Pada constant-precentage decline, loss-rationya adalah konstan, sedangkan pada
hyperbolic decline, penurunan pertama dari loss-ratio adalah konstan dan sebanding
dengan eksponen declinenya (b). Pada harmonik decline turunan pertama daripada loss-
ratio adalah konstan dan sebanding dengan 1.
Langkah-langkah perhitungan eksponen decline (b) dengan metode loss ratio
adalah sebagai berikut:
1. Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), Δt, qo, Δqo, a (loss ratio), ∆a, dan b
(exponen decline).
2. Untuk kolom ∆t (month), perhitungan :
∆t = t0 - t1
3. Untuk kolom ∆q (bbl/month), perhitungan :
∆qn = q0 – q1
4. Untuk kolom a (loss ratio), perhitungan :
q
an = -
q
t
5. Untuk kolom Δa, perhitungan :
Δan = a2 - a1
6. Untuk kolom b (exponen decline), perhitungan :
a
bn =
t
7. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 6 untuk menghitung
data-data selanjutnya.
16
8. Kemudian untuk penentuan jenis kurva yaitu : b
jumlah data
q
t
Dn =
q
5. Untuk kolom incremental recovery (bbl), perhitungan :
(Incremental recovery) n = (qo) (∆t)
6. Untuk kolom Np (bbl), perhitungan :
(Np)n = (incremental recovery) n
(Np)n+1 = (incremental recovery) n + (incremental recovery)1
7. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 6 untuk menghitung
data-data selanjutnya.
8. Kemudian ambil harga pada kondisi yaitu :
q1 (pada awal produksi) dan t 1 (waktu mulai produksi) dan q2 (pada akhir
produksi) dan t 2 (waktu akhir produksi) kemudian harga ΔNp (kumulatif
produksi) pada tabulasi.
17
9. Perkirakan harga b dengan memplot harga X dan Y diplot ke grafik semilog,
(dimana harga estimasi bisa didapat dari kurva Gentry pada Gambar 5.2. dan
Gambar 5.3.), dimana harga b ini merupakan harga b awal untuk perhitungan:
Np q1
a. X = dan Y = ,any time on decline.
q1 (t 2 t1 ) q2
atau
q1
b. X = (Di t) dan Y = ,any time on decline.
q2
dimana : Di =
D n
jumlah data
Gambar 5.2.
Hubungan Antara Laju Produksi Dan Kumulatif Produksi 5)
18
Gambar 5.3.
Hubungan Antara Laju Produksi Dan Waktu 5)
10. Harga b pada langkah 9 bukanlah harga yang paling fit untuk mewakili titik-titik
data yang sedang dianalisa, maka perlu pertimbangan yaitu mengasumsi harga b
dari 0 sampai 1 untuk menghitung harga q yang mendekati q actual. Hitung harga D
dan q(t) dengan rumus :
Jika nilai b = 0, maka persamaannya:
q
ln t
Di = , dan qt= qi. e-D.t, bbl/month.
qi
t
Jika nilai b dari 0.1 sampai 0.9, maka persamaannya:
b
q2
1
Di 1
q
, 1/month dan q (t) q i 1 bD i t ,bbl / month.
1 / b
bt 2 t 1
Jika nilai b = 1, maka persamaannya:
qt
1
Di = , q = qi , bbl /month.
qi
t
t 1 Di .t
Pada b = 1, hitung Di :
qi
1
D= t
q
tt
4. Hitung qo forecast yaitu :
Pada b = 0, hitung qo forecast :
qn = qi e-D.t
Pada b = 0.1 – 0.9, hitung qo forecast :
qn = qi (1+b D.t)-1/b
Pada b = 1, hitung qo forecast :
qn = qi (1 + D.t)-1
dimana untuk harga qi = harga qo actual, harga D didapat dari langkah 3 dan harga
dari t = ∆t.
5. Hitung X2 (selisih antara qo actual dengan qo forecast) dengan menggunakan rumus
Chi-Square Test, seperti persamaan dibawah ini:
fi Fi 2
X2n
Fi
dimana :
fi = data laju produksi observasi (aktual), bbl/month.
Fi = data laju produksi forecast (perkiraan), bbl/month.
untuk setiap harga dari :
b=0
fi Fi 2
X2n
Fi
o b = 0.1 – 0.9
20
fi Fi 2
X2n
Fi
o b=1
fi Fi 2
X 2
n
Fi
6. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 5 untuk menghitung
data-data selanjutnya.
7. Tentukan Σ harga X2 yang paling kecil. Harga X2 yang paling kecil menunjukkan
kurva yang paling fit untuk mewakili titik-titik data yang sedang dianalisa dengan
harga :
Exponential Decline : b = 0
Hyperbolic Decline : b > 0, b ≠ 1
Harmonic Decline : b =1
21
1. Personal cost.
2. Over head Cost.
3. Other Cost, yang terdiri dari biaya antara lain:
Material
Kontrak
Perawatan
Uang Bonus
Dan lain-lain.
2. Harga Minyak
Harga minyak dihitung menurut harga standar yang berlaku saat itu. Dan harga
minyak akan ikut menentukan besarnya harga economic limit rate. Penentuan besarnya
harga economic limit rate dapat ditentukan dengan persamaan:
Biaya operasiona l/tahun
Economic Limit Rate per sumur
Pendapatan Bersih/STB
atau dengan persamaan:
(OPC ) (WI )
ql (economic limit rate, bbl/day) =
(30.4) (1 PTR) ( SP) ( NRI )
Dimana:
OPC = Monthly operating cost, ($/month)
WI = Working Interest
PTR = Production Tax Rate
SP = Sales Price, $/BBL
NRI = Net Revenue Interest
D = Rate of Decline, 1/time.
22
Penentuan waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan minyak sisa sampai
batas ekonomisnya, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara perhitungan dan
grafis.
5.5.2.1. Secara Perhitungan dengan Rumus
Setelah diketahui tipe decline curve dari reservoir yang dikaji, maka penentuan
waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan minyak sisa dapat dihitung dengan
persamaan dari tiap-tiap tipe decline curve:
Jika tipe Exponential Decline (b = 0), q qi e Dt
1
qi
Jika tipe Harmonic decline (b = 1) , q
1 bDi. .t
Dimana:
qi = laju produksi minyak awal pada saat dilakukan analisa decline, Bbl/day atau
Bbl/Bulan.
b = Eksponen Decline
23
Gambar 5.4.
Contoh grafik Plot antara Laju Produksi dengan Waktu 6)
5.5.3. Penentuan Ultimate Recovery dan Recovery Factor
qi ql
Tipe Exponential Decline: Npt a
D
24
Gambar.5.5.
Contoh Grafik Plot antara Laju Produksi Minyak (q o) dengan Produksi Kumulatif
Minyak (Np) 6)
Recovery factor (RF) adalah angka perbandingan antara hidrokarbon yang dapat
diproduksikan (recoverable reserve) dengan jumlah minyak mula-mula di tempat (Ni)
dalam suatu reservoir. Dengan persamaan:
EUR
RF = x 100 %
Ni
Cadangan Sisa (Remaining Reserve) adalah jumlah cadangan yang dapat diambil,
yang masih tertinggal dalam reservoir atau belum diproduksikan.Dapat dihitung dengan
persamaan:
VI. METODOLOGI
Metode yang digunakan untuk menghitung cadangan minyak sisa dari suatu
reservoir adalah salah satunya menggunakan metode decline curve. Metode decline curve
memerlukan data produksi (q, Np) dan waktu, yang berarti hanya dapat diaplikasikan
pada lapangan yang telah berproduksi sekian waktu tertentu. Metodologi penulisan
sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah mula-mula minyak ditempat (OOIP) dengan menggunakan
metode Volumetrik.
2. Membuat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), ∆t, qo(Bbl/D), qo (Bbl/M), ∆qo,
D (rate of decline, 1/time), dan Np (produksi kumulatif minyak, STB).
3. Menentukan jenis tipe Decline Curve berdasarkan nilai eksponen decline-nya (b).
4. Menentukan harga Economic Limit Rate.
5. Menentukan waktu untuk pengambilan cadangan minyak sisa.
6. Menentukan Ultimate Recovery dan Recovery Factor dari reservoir yang dikaji.
7. Menghitung cadangan minyak sisa (Remaining Reserve) dari reservoir yang dikaji.
25
Porositas (Ф)
Saturasi Air (Sw)
Faktor Volume formasi Minyak (Boi)
Data Produksi ( q, t dan Np)
26
Lampiran :
1. Surat keterangan dari institusi STT MIGAS Balikpapan.
2. Daftar Riwayat Hidup.
3. Foto Copy Transkrip yang telah dilegalisir.
4. Foto Copy Surat Aktif Kuliah yang telah dilegalisir.
5. Foto Copy KTM yang telah dilegalisir.
6. Foto Copy Asuransi
27