PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya
tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulangservikalis terdiri
dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera
pada bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma
servikal merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang servikal dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur vertebra servikalisdan
di tandai kompresi pada medulla spinal daerah servikal (Muttaqin, 2011).
Trauma medula spinalis terjadi pada 30.000 pasien setiap tahun di Amerika
serikat. Insidensi pada negera berkembang berkisar antara 11,5 hingga 53,4 kasus
dalam 1.000.000 populasi. Umumnya terjadi pada remaja dan dewasa
muda.2 Penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%) dan
cedera yang berhubungan dengan olahraga (10%). Sisanya akibat kekerasan dan
kecelakaan kerja. Hampir 40%-50% trauma medulla spinalis mengakibatkan defisit
neurologis, sering menimbulkan gejala yang berat, dan terkadang menimbulkan
kematian. Walaupun insidens pertahun relatif rendah, tapi biaya perawatan dan
rehabilitasi untuk cedera medulla spinalis sangat besar, yaitu sekitar US$ 1.000.000 /
pasien. Angka mortalitas diperkirakan 48% dalam 24 jam pertama, dan lebih kurang
80% meninggal di tempat kejadian (Emma, 2011).
1
Di Indonesia kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah
penyakit jantung, kanker, dan stroke, tercatat ±50 meningkat per 100.000 populasi
tiap tahun, 3% penyebab kematian ini karena trauma langsung medulla spinalis, 2%
karena multiple trauma. Insiden trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari
perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan
kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi
fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6
terutama pada usia dekade 3 (Emma, 2011).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
2
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. A dalam asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada trauma serikal.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal
dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra
servikalis dan ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerh servikal.
Dislokasi servikal adalah lepasnya salah satu struktur dari tulang servikal. Subluksasi
servikal merupakan kondisi sebagian dari tulang servikal lepas. Fraktur servikal
adalah terputusnya hubungan dari badan tulang vertebra servikalis (Muttaqin, 2011).
B. Etiologi
4
1. Kecelakaan lalulintas
2. Kecelakaan olahraga
3. Kecelakaan industri
5. Luka tusuk
6. Luka tembak
C. Manifestasi Klinis
Menurut Hudak & Gallo, (1996) menifestasi klinis trauma servikal adalah sebagai
berikut :
1. Lesi C1-C4
Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot plastisma masih
berfungsi. Otot diafragma dan otot interkostal mengalami partalisis dan tidak ada
gerakan (baik secara fisik maupun fungsional0 di bawah transeksi spinal tersebut.
Kehilangan sensori pada tingkat C1 malalui C3 meliputi daerah oksipital, telinga
dan beberapa daerah wajah. Kehilangan sensori diilustrasikan oleh diagfragma
dermatom tubuh.
Pasien dengan quadriplegia pada C1, C2, atau C3 membutuhkan perhatian penuh
karena ketergantungan pada semua aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti makan,
mandi, dan berpakaian. quadriplegia pada C4 biasanya juga memerlukan
ventilator mekanis tetapi mengkn dapat dilepaskan dari ventilator secara.
intermiten. pasien biasnya tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari meskipun dia mungkin dapat makan sendiri dengan alat khsus.
2. Lesi C5
5
lambung dapat disertai dengan depresi pernapasan. Ekstremitas atas mengalami
rotasi ke arah luar sebagai akibat kerusakan pada otot supraspinosus. Bahu dapat
di angkat karena tidak ada kerja penghambat levator skapula dan otot trapezius.
setelah fase akut, refleks di bawah lesi menjadi berlebihan. Sensasiada pada
daerah leher dan triagular anterior dari daerah lengan atas.
3. Lesi C6
pada lesi segen C6 disters pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan
edema asenden dari medulla spinalis. Bahu biasanya naik, dengan lengan abduksi
dan lengan bawah fleksi. Ini karena aktivitasd tak terhambat dari deltoid, bisep
dan otot brakhioradialis.
4. Lesi C7
Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesori untuk
mengkompensasi otot abdomen dan interkostal. Ekstremitas atas mengambil posis
yang sama seperti pada lesi C6. Fleksi jari tangan biasnya berlebihan ketika kerja
refleks kembali.
Menurut Price, (2002 )menyampaikan manifestasi klinik pada fraktur adalah sebagai
berikut:
a. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b. Bengkak/edama
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah
fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
c. Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan
sekitarnya.
d. Spasme otot
6
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
e. Penurunan sensasi
f. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot.
paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
g. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya
tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. Krepitasi
i. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
j. Shock hipovolemik
D. Patofisiologi / Phatway
7
Pada cidera hiperekstensi servikal, pukulan pada wajah atau dahi akan
memaksa kepala kebelakang dan tidak ada yang menyangga oksiput dan diskus dapat
rusak atau arkus saraf mengalami kerusakan. Pada cidera yang stabil dan merupakan
tipe frakutur vertebra yang paling sering di temukan. Jika ligamen posterior robek,
cedera, bersifat tidak stabil dan badan vertebra bagian atas dapat miring ke depan di
atas badan vertebra di bawahnya. Trauma servikal dapat menyebabkan cedera yang
komponen vertebranya tidak akan tergeser oleh gerakan normal sehingga sumsum
tulang tidak rusak dan resiko biasanya lebih rendah (Muttaqin, 2011).
Cedera yang tidak stabil adalah cedera yang dapat mengalami pergeseran lebih
jauh dan perubahan strukturoseoligamentosa posterior (pedikulis, sendi permukaan,
arkus tulang posterior, ligamen interspinosa, dan supraspinosa), komponen
pertengahan (sepertiga bagian posterior badan vertebra, bagian posterior diskus
intervertebra, dan ligamen longitudinal posterior), dan kolumna anterior (duapertiga
bagian anterior korpus vertebra, bagian anterior diskus intervertebra dan ligamen
longitudinal anterior) (Muttaqin, 2011).
Cedera spinal tidak stabil menyebabkan resiko tinggi cedera pada korda
sehingga menimbulkan masalah aktual atau resiko ketidakefektifan pola napas dan
penurunan curah jantung akibat kehilangnya kontrol organ viseral. Kompresi saraf
dan spasme otot servikal memberikan stimulasi nyeri. Kompresi diskus menyebabkan
paralisis dan respons sistemik dengan munculnya keluhan mobilisasi fisik, gangguan
defekasi akibat penurunan peristaltik usus, dan ketidak seimbangan nutrisi (Price,
2002).
8
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges, (2000) ada pun pemeriksaan penunjang trauma servikal yaitu:
1) Sinar X spinal
Menentukan loksi dan jenis cedera tulang (fraktur, disloksi) untuk kesejajaran,
reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.
2) CT scan
3) MRI
4) Mielografi
6) GDA
F. Penatalaksanaan
2. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw
thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi),
mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.
9
3. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal collar,
imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.
4. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 - C7)
dengan menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi), member
lipatan selimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.
6. Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.
8. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari
hipotensi dan bradikardi.
16. Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi
gejala bradikardi.
19. Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal cord
: steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai
dari 8 jam setelah kejadian.
10
c. Memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih.
G. Komplikasi
a) Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang desending
pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan tonus vasomotor
dan kehilangan persarafan simpatis pada jantung sehingga menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka terjadi
penumpukan darah dan konsekuensinya terjadi hipotensi.
b) Syok spinal
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah terjadinya
cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak seperti lesi
komplit walaupun tidak seluruh bagian rusak.
c) Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil dari
cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal bawah atau
torakal atas.
d) Hiperfleksia autonomic
11
12
BAB III
A. Triasi, Prioritas :
B. Pengkajian Teoritis
a) Pengkajian primer
Data Subyektif
a. Mekanisme Cedera
b. Kemampuan Neurologi
c. Status Neurologi
d. Kestabilan Bergerak
b. Penyakit Kronis
Data Obyektif
1. Airway
Adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal sehingga
mengganggu jalan napas
2. Breathing
13
Pernapasa dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan, pergerakan dinding
dada.
3. Circulation
4. Disability
5. Exposure
Pengkajian Sekunder
1. Five Intervensi
2. Give Comfort
3. Head to Toe
14
c. Pelvis dan Perineum :Kehilangan control dalam eliminasi urin dan
feses, terjadinya gangguan pada ereksi penis (priapism)
f. Kaji adanya spasme otot, kekakuan, dan deformitas pada tulang belakang.
b) Diagnosa
c) Intervensi
15
berhubungan selama 2x15 menit, dan pertahankan mempengaruhi
dengan diharapkan pola napas ABC. tanda-tanda vital
hiperventilasi pasien efektif dengan
2.Monitor usaha 2.Pengembangan
ditandai dengan kriteria hasil:
pernapasan dada dan
dispnea,terdapat
a.Pasien melaporkan pengembangan penggunaan otot
otot bantu napas.
sesak napas berkurang dada, keteraturan bantu
pernapasan nafas pernapasan
b.Pernapasan teratur
bibir dan mengindikasikan
c.Takipnea tidak ada penggunaan otot gangguan pola
16
composmentis n pemasangan ke jantung
intubasi nasofaring.
c.Sianosis atau pucat 3.Stabilisasi
tidak ada 2.Tinggikan tulang servikal
ekstremitas bawah.
d.Nadi Teraba lemah, 4.Mencukupi
terdapat sianosis, 3.Gunakan servikal kebutuhan
collar, imobilisasi oksigen tubuh
e.Akral teraba hangat
lateral kepala, dan oksigen juga
f.CRT < 2 detik meletakkan papan dapat
6.Penurunan
perfusi jaringan
dapat
menimbulkan
infark terhadap
organ jaringan
3. Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Kaji PQRST 1.Pengkajian
berhubungan tindakan keperawatan pasien. yang tepat dapat
dengan gangguan selama 3 x 15 menit membantu dalam
2.Pantau tanda-
neurologis. diharapkan nyeri memberikan
tanda vital
pasien dapat berkurang intervensi yang
dengan kriteria hasil : 3.Berikan analgesic tepat.
17
a.Tanda-tanda vital untuk menurunkan 2.Nyeri bersifat
dalam batas normal nyeri. proinflamasi
(Nadi 60-100 x/menit), sehingga dapat
4.Gunakan servikal
(Suhu 36,5-37,5), mempengaruhi
collar, imobilisasi
( Tekanan Darah 110- tanda-tanda
lateral kepala,
140/60-90 mmHg), vital.
meletakkan papan
(RR 16-20 x/menit)
di bawah tulang 3.Analgetik
b.Penurunan skala belakang. dapat
nyeri( skala 0-10) mengurangi
nyeri yang berat
c.Wajah pasien tampak
(memberikan
tidak meringis
kenyamanan
pada pasien)
4.Stabilisasi
tulang belakang
untuk
mengurangi
nyeri yang
timbul jika
tulang belakang
digerakkan
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya
tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulangservikalis terdiri
dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera
pada bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma
servikal merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang servikal dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur vertebra servikalisdan
di tandai kompresi pada medulla spinal daerah servikal (Muttaqin, 2011).
19
DAFTAR PUSTAKA
H. Nurbaiti Iskandar. Prof, Buku Ajar Telinga Hidung dan Tenggorokan, Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia, Hlm 366 dan hlm 411.
R. Syamsu Hidayat dan Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Buku kedokteran EGC Edisi 2,
Hlm 489.
20