Disusun Oleh
Kelompok :8
Dosen Pengampu :
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh
Kelompok :8
Dosen Pengampu :
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dari globalisasi saat ini telah mendorong
berkembangnya dunia industry. Penggunaan alat-alat berat dan
mesin yang canggih dapat merubah bentuk, sifat, dan proses
pekerjaan menjadi lebih mudah demi tercapainya produktivitas
yang dapat bersaing dalam kualitas dan kuantitas. Dari kemajuan
teknologi tersebut kita dapat menikmati kehidupan yang lebih baik
dan mapan. Namun dampak yang terjadi dari perkembangan
teknologi mengakibatkan terjadinya pengaruh negatif yang
cukup besar.
Berbagai sumber bahaya di tempat kerja baik karena faktor
fisik, kimia, biologis, psikologis, fisiologis, serta mental
psikologis atau tindakan dari manusia sendiri merupakan
penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja yang harus
ditangani secara dini (Budiono, 1990).Potensi bahaya banyak
terdapat di tempat kerja dan mengakibatkan kerugian baik dari
perusahaan, karyawan maupun terhadap masyarakat sekitar.
Upaya untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menerapkan
suatu konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan sarana
utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan
kematian sehingga akibat kecelakaan kerja yang bersumber
dari potensi bahaya yang ada dapat dicegah. Kecelakaan
kerja selain menyebabkan kerugian langsung juga
menyebabkan kerugian secara tidak langsung yaitu kerugian
pada kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya
proses produksi, kerusakan lingkungan dan lain-lain (Suma’mur,
1996).
Menurut data kecelakaan bahwa kecelakaan yang terjadi
di tempat kerja sebagian besar disebabkan oleh kecerobohan
tenaga kerja. Hal itu bisa diakibatkan oleh kurangnya
pengetahuan dari tenaga kerja, keterampilan yang tidak memadai
dalam melaksanakan pekerjaanya, terutama ketika dihadapkan
dengan teknologi atau alat yang baru yang tidak sesuai
dengan ukuran anthropometri tenaga kerja Indonesia (tidak
ergonomis). Bila ini diabaikan, maka akan menimbulkan potensi
kecelakaan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan yang terjadi
dapat menyebabkan kerugian yang besar baik material
maupun non material (Suma’mur, 1996).
Upaya untuk pengendalian kecelakan kerja dan penyakit
akibat kerja, perlu adanya usaha untuk mengidentifikasi
faktor-faktor/sumber-sumber bahaya di tempat kerja dan
dievaluasi resiko serta dilakukan upaya pengendalian yang
memadai. Dalam bidang K3 terdapat cara untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan mengevaluasi faktor-faktor
bahaya di tempat kerja. Salah satu cara untuk mengidentifikasi
bahaya adalah analisa keselamatan kerja atau lebih dikenal
dengan istilah Job Safety Analysis (Lintas Solusi Prima, 2008).PT.
Sanggar Sarana Baja merupakan salah satu perusahaan
di Indonesia yang bergerak dalam bidang manufaktur dengan
proses fabrikasi yang dalam proses produksinya banyak
menggunakan mesin-mesin, alat-alat berat dan bahan B3 yang
memiliki potensi bahaya. Di PT. Sanggar Sarana Baja dalam
saat proses produksi banyak terdapat potensi dan faktor
bahaya yang menimbulkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja. Untuk meminimalisasi aspek atau risik tersebut maka PT
Sanggar Sarana Baja mempunyai kmitmen untuk melindungi
tenaga kerja melali penerapan program K3 yang diwujudkan dalam
berbagai macam program. Salah satunya upaya penerapan Job
Safety Analysis(JSA) sebagai upaya untuk mengidentifikasi
bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan kerja, beserta cara
pengendalian/penanggulangan guna mencegah kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan
(Sanggar Sarana Baja, 2000).Pembuatan Job Safety Analysis,
selain memberikan tindakan penanganan potensi bahaya juga
dapat memberikan keuntungan lain kepada manajemen.
Dengan adanya penerapan Job Safety Analysis,
seorang supervisor dapat memberikan pelatihan tersendiri
secara aman dengan prosedur yang efisien bagi pekerja,
mempermudah dalam memberikan instruksi kepada pekerja
baru yang akan melaksanakan pekerjaan dan resiko bahaya
yang ada dalam pekerjaan, serta dapat digunakan untuk mengkaji
atau mempelajari ulang apabila terjadi kecelakan. Dengan
adanya Job Safety Analysis, pekerja dapat bekerja secara
aman dan efisien, mengetahui bahaya yang ada dalam
pekerjaan dan tindakan pengendalianya, serta dapat
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang dapat mengganggu proses
produksi dengan menggunakan metode Job Safety Analysis
(JSA).
2. Memperkirakan besarnya dampak risiko dan peringkat risiko
dari pekerja yang mungkin akan terjadi dengan menggunakan
metode Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC).
3. Mengetahui sumber-sumber bahaya yang berpotensi
menimbulkan risiko kerja.
4. Memberikan tindakan penanggulangan terhadap risiko yang ada
dengan menggunakan metode Hazard Identification Risk
Assesment and Risk Control (HIRARC).
C. Manfaat Praktikum
1. Bagi Perusahaan: Diharapkan dengan penelitian ini dapat
memberikan masukan yang berarti bagi perusahaan dan dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi, khususnya mengenai Job
Safety Analysis di Area kerja
2. Bagi Keselamatan Kerja: Untuk menambah kepustakaan
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya
mengenai Job Safety Analysis di Area kerja
3. Bagi Penulis: Untuk menambah pengetahuan dan mendalami
wawasan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
lapangan khususnya yang berhubungan denganJob Safety
Analysis.
4. Bagi Pembaca: Diharapkan menjadi informasi bagaimana
pelaksanaan Job Safety Analysis terhadap potensi bahaya dan
mengendalikan resiko di tempat kerja atau perusahaan.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Kamera Handphone
2. Alat tulis
Bahan
-
B. Dasar Teori
JSA (Job Safety Analysis) atau Job Hazard Analysis merupakan
salah satu komponen dalam prosedur analisis bahaa yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, menghilangkan atau mengurangi
potensi risiko sebelum melakukan pekerjaan. Pelaksanaan JSA
merupakan salah satu komponen dalam komitmen system
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Agar pelaksanaa
JSA efektif, maka manajemen tempat kerja harus menunjukkan
komitmen K3 yang diiingi dengan pengendalian terhadap Hazar
yang ditentukan. Jika hal ini tidak dilakukan maka perusahaan
dapat kehilangan kredibilitas dan karyawan akan ragu untuk
melaporkan penemuan kondisi yang tidak aman kepada
manajemen (OSHA 3071, 2001).
Dalam melakukan penilaian risiko, ada dua komponen yang
utama yaitu:
1. Analisis Resiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang bisa terjadi,
kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko,
akibat yang mungkin timbul, dan upaya pengendalian bahaya
dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin.
2. Penilaian Resiko
Dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat resiko melalui
evaluasi dan merupakan langkah yang sangat menentukan
dalam rangkaian penilaian tingkat risiko. Tingkat resiko
merupakan perkalian antara tingkat kekerapan atau peluang
(probability) dan keparahan atau konsekuensi (severity) dari
suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan
atau cedera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan
suatu hazard ditempat kerja.
a. Tingkat kekerapan / peluang
Merupakan keseringan terjadinya kecelakaan terhadap
tenaga kerja / manusia. Tingkat kekerapan atau peluang
kecelakaan dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori dalam
tabel berikut:
Nilai Ketegori Indikator
1 Sangat Secara teori bisa terjadi, tetapi yakin
jarang tidak akan terjadi selama pekerjaan
berlangsung
2 Jarang Bisa terjadi tetapi sangat kecil
kemungkinan akan terjadi sekali kali
selama pekerjaan berlangsung
3 Agak Bisa terjadi paling banyak sekali
sering selama pekerjaan berlangsung
4 Sering Bisa terjadi 2 sampai 3 kali selama
pekejaan belangsung
5 Sangat Bisa terjadi lebih dari 3 kali selama
sering pekerjaan berlangsung
Tabel tingkat kekerapan atau peluang
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa dengan diterapkannya Job Safety Analysis (JSA) dapat
menganalisa dan membuat laporan setiap langkah aktivitas di
laboratorium STTN seperti:
Mengidentifikasi bahaya aktivitas didalam laboratorium atau
potensi bahaya yang ada (baik kesehatan atau keselamatan).
Menentukan langkah terbaik untuk mengurangi dan
mengeliminasi bahaya.
Job Safety Analysis juga harus dilaksanakan secara rutin agar
semua pihak yang melakukan aktvitas didalam laboratorium
dapat memantau resiko dan menanggulangi resiko tiap langkah-
langkah dalam beraktivitas di laboratorium.