Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Disusun Oleh

Praktikan : Nanda Abdul Latif (031900030)

Rekan Praktikan : Aurora Azalea Rania (031900010)

Kelompok :8

Progdi/Angkatan : Elektro Mekanik/2019

Tanggal praktikum : 8 Oktober 2019

Dosen Pengampu :

JURUSAN TEKNOFISIKA NUKLIR

PROGRAM STUDI ELEKTRO MEKANIKA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2019
LAPORAN PRAKTIKUM

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Disusun Oleh

Praktikan : Aurora Azalea Rania (031900010)

Rekan Praktikan : Nanda Abdul Latif (031900030)

Kelompok :8

Progdi/Angkatan : Elektro Mekanik/2019

Tanggal praktikum : 8 Oktober 2019

Dosen Pengampu :

JURUSAN TEKNOFISIKA NUKLIR

PROGRAM STUDI ELEKTRO MEKANIKA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dari globalisasi saat ini telah mendorong
berkembangnya dunia industry. Penggunaan alat-alat berat dan
mesin yang canggih dapat merubah bentuk, sifat, dan proses
pekerjaan menjadi lebih mudah demi tercapainya produktivitas
yang dapat bersaing dalam kualitas dan kuantitas. Dari kemajuan
teknologi tersebut kita dapat menikmati kehidupan yang lebih baik
dan mapan. Namun dampak yang terjadi dari perkembangan
teknologi mengakibatkan terjadinya pengaruh negatif yang
cukup besar.
Berbagai sumber bahaya di tempat kerja baik karena faktor
fisik, kimia, biologis, psikologis, fisiologis, serta mental
psikologis atau tindakan dari manusia sendiri merupakan
penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja yang harus
ditangani secara dini (Budiono, 1990).Potensi bahaya banyak
terdapat di tempat kerja dan mengakibatkan kerugian baik dari
perusahaan, karyawan maupun terhadap masyarakat sekitar.
Upaya untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menerapkan
suatu konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan sarana
utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan
kematian sehingga akibat kecelakaan kerja yang bersumber
dari potensi bahaya yang ada dapat dicegah. Kecelakaan
kerja selain menyebabkan kerugian langsung juga
menyebabkan kerugian secara tidak langsung yaitu kerugian
pada kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya
proses produksi, kerusakan lingkungan dan lain-lain (Suma’mur,
1996).
Menurut data kecelakaan bahwa kecelakaan yang terjadi
di tempat kerja sebagian besar disebabkan oleh kecerobohan
tenaga kerja. Hal itu bisa diakibatkan oleh kurangnya
pengetahuan dari tenaga kerja, keterampilan yang tidak memadai
dalam melaksanakan pekerjaanya, terutama ketika dihadapkan
dengan teknologi atau alat yang baru yang tidak sesuai
dengan ukuran anthropometri tenaga kerja Indonesia (tidak
ergonomis). Bila ini diabaikan, maka akan menimbulkan potensi
kecelakaan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan yang terjadi
dapat menyebabkan kerugian yang besar baik material
maupun non material (Suma’mur, 1996).
Upaya untuk pengendalian kecelakan kerja dan penyakit
akibat kerja, perlu adanya usaha untuk mengidentifikasi
faktor-faktor/sumber-sumber bahaya di tempat kerja dan
dievaluasi resiko serta dilakukan upaya pengendalian yang
memadai. Dalam bidang K3 terdapat cara untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan mengevaluasi faktor-faktor
bahaya di tempat kerja. Salah satu cara untuk mengidentifikasi
bahaya adalah analisa keselamatan kerja atau lebih dikenal
dengan istilah Job Safety Analysis (Lintas Solusi Prima, 2008).PT.
Sanggar Sarana Baja merupakan salah satu perusahaan
di Indonesia yang bergerak dalam bidang manufaktur dengan
proses fabrikasi yang dalam proses produksinya banyak
menggunakan mesin-mesin, alat-alat berat dan bahan B3 yang
memiliki potensi bahaya. Di PT. Sanggar Sarana Baja dalam
saat proses produksi banyak terdapat potensi dan faktor
bahaya yang menimbulkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja. Untuk meminimalisasi aspek atau risik tersebut maka PT
Sanggar Sarana Baja mempunyai kmitmen untuk melindungi
tenaga kerja melali penerapan program K3 yang diwujudkan dalam
berbagai macam program. Salah satunya upaya penerapan Job
Safety Analysis(JSA) sebagai upaya untuk mengidentifikasi
bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan kerja, beserta cara
pengendalian/penanggulangan guna mencegah kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan
(Sanggar Sarana Baja, 2000).Pembuatan Job Safety Analysis,
selain memberikan tindakan penanganan potensi bahaya juga
dapat memberikan keuntungan lain kepada manajemen.
Dengan adanya penerapan Job Safety Analysis,
seorang supervisor dapat memberikan pelatihan tersendiri
secara aman dengan prosedur yang efisien bagi pekerja,
mempermudah dalam memberikan instruksi kepada pekerja
baru yang akan melaksanakan pekerjaan dan resiko bahaya
yang ada dalam pekerjaan, serta dapat digunakan untuk mengkaji
atau mempelajari ulang apabila terjadi kecelakan. Dengan
adanya Job Safety Analysis, pekerja dapat bekerja secara
aman dan efisien, mengetahui bahaya yang ada dalam
pekerjaan dan tindakan pengendalianya, serta dapat
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang dapat mengganggu proses
produksi dengan menggunakan metode Job Safety Analysis
(JSA).
2. Memperkirakan besarnya dampak risiko dan peringkat risiko
dari pekerja yang mungkin akan terjadi dengan menggunakan
metode Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC).
3. Mengetahui sumber-sumber bahaya yang berpotensi
menimbulkan risiko kerja.
4. Memberikan tindakan penanggulangan terhadap risiko yang ada
dengan menggunakan metode Hazard Identification Risk
Assesment and Risk Control (HIRARC).
C. Manfaat Praktikum
1. Bagi Perusahaan: Diharapkan dengan penelitian ini dapat
memberikan masukan yang berarti bagi perusahaan dan dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi, khususnya mengenai Job
Safety Analysis di Area kerja
2. Bagi Keselamatan Kerja: Untuk menambah kepustakaan
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya
mengenai Job Safety Analysis di Area kerja
3. Bagi Penulis: Untuk menambah pengetahuan dan mendalami
wawasan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
lapangan khususnya yang berhubungan denganJob Safety
Analysis.
4. Bagi Pembaca: Diharapkan menjadi informasi bagaimana
pelaksanaan Job Safety Analysis terhadap potensi bahaya dan
mengendalikan resiko di tempat kerja atau perusahaan.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
 Alat
1. Kamera Handphone
2. Alat tulis
 Bahan
-
B. Dasar Teori
JSA (Job Safety Analysis) atau Job Hazard Analysis merupakan
salah satu komponen dalam prosedur analisis bahaa yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, menghilangkan atau mengurangi
potensi risiko sebelum melakukan pekerjaan. Pelaksanaan JSA
merupakan salah satu komponen dalam komitmen system
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Agar pelaksanaa
JSA efektif, maka manajemen tempat kerja harus menunjukkan
komitmen K3 yang diiingi dengan pengendalian terhadap Hazar
yang ditentukan. Jika hal ini tidak dilakukan maka perusahaan
dapat kehilangan kredibilitas dan karyawan akan ragu untuk
melaporkan penemuan kondisi yang tidak aman kepada
manajemen (OSHA 3071, 2001).
Dalam melakukan penilaian risiko, ada dua komponen yang
utama yaitu:
1. Analisis Resiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang bisa terjadi,
kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko,
akibat yang mungkin timbul, dan upaya pengendalian bahaya
dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin.
2. Penilaian Resiko
Dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat resiko melalui
evaluasi dan merupakan langkah yang sangat menentukan
dalam rangkaian penilaian tingkat risiko. Tingkat resiko
merupakan perkalian antara tingkat kekerapan atau peluang
(probability) dan keparahan atau konsekuensi (severity) dari
suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan
atau cedera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan
suatu hazard ditempat kerja.
a. Tingkat kekerapan / peluang
Merupakan keseringan terjadinya kecelakaan terhadap
tenaga kerja / manusia. Tingkat kekerapan atau peluang
kecelakaan dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori dalam
tabel berikut:
Nilai Ketegori Indikator
1 Sangat Secara teori bisa terjadi, tetapi yakin
jarang tidak akan terjadi selama pekerjaan
berlangsung
2 Jarang Bisa terjadi tetapi sangat kecil
kemungkinan akan terjadi sekali kali
selama pekerjaan berlangsung
3 Agak Bisa terjadi paling banyak sekali
sering selama pekerjaan berlangsung
4 Sering Bisa terjadi 2 sampai 3 kali selama
pekejaan belangsung
5 Sangat Bisa terjadi lebih dari 3 kali selama
sering pekerjaan berlangsung
Tabel tingkat kekerapan atau peluang

b. Tingkat keparahan / konsekuensi


Merupakan seberapa berat dampak kecelakaan yang di
alami para tenaga kerja / manusia. Tingkat keparahan
kecelakaan dapat di kategorikan dalam tabel berikut :
Kategori
Dampak Kondisi Penerimaan Lingkungan Kerugian
Nila
K3 (K1) Daerah Dosis Hidup Finansial
i
Radiasi Individu (K4) X (K5)
(K2) (K3)
1 Tindakan ≤ 5 mSv/th ≤ 20 mSv/th ≤ BML X < 5%
P3K (Baku mutu
lingkungan)
2 Perawatan 5 < dosis ≤ 20 < dosis Dapat 5% ≤ X
Medis 15 mSv ≤ 200 dipulihkan < 15%
pertahun mSv/th dengan 5%
sendirinya
< 12 bulan
3 Cacat 15 < dosis 200 < dosis Dapat 15% ≤ X
permanen < 50 mSv ≤ 500 dipulihkan < 30%
1 orang pertahun mSv/th dengan 5%
intervensi
manusia
dalam
waktu < 12
bulan
4 Kematian ≥ 50 mSv 500 < dosis Dapat 30% ≤ X
1 orang; pertahun < 5000 dipulihkan < 50%
Cacat mSv/th dengan 5%
permanen intervensi
> 1 orang manusia
dalam
waktu > 12
bulan
5 Kematrian terdapat ≥ 5000 mSv Tidak X ≥ 50
> 1 orang kontaminas pertahun dapat %
i dipuluhkan
dengan
cara
apapun
Tabel tingkat keparahan / konsekuensi

3. Penentuan Tingkat Risiko

Penentuan tingkat risiko adalah dengan mengkombinasikan


perhitungan dari dampak risiko dan peluang risiko.

Resiko =Peluang x Konsekuensi

Lalu setelah didapat perhitungan resiko, resiko ditempatkan


dalam tabel pemeringkatan sebagai berikut :

Peringka Skala Kesimpulan


t
A 0 – 24 Risiko dapat diterima, langkah
pengendalian dinilai efektif
B 25 – 49 Risiko belum dapat diterima, perlu
dilakukan tindakan pengendalian
tambahan
C 50 – 74 Risiko tidak dapat diterima, harus
dilakukan tindakan pengendalian
D 75 – 99 Risiko sangat tidak dapat diterima
harus dilakukan tindakan
pengendalian segera
E 100 - Risiko amat sangat tidak dapat
125 diterima, kegiatan tidak dilaksanakan
hingga dilakukan pengendalian untuk
mereduksi risiko
Tabel pemeringkatan resiko
C. Langkah Kerja
1. Mencari laboratarium yang akan digunakan untuk
mengindentifikasi
2. Memfoto formulir penilaian resiko kecelakaan kesehatan dan
keselamatan kerja
3. Mengidentifikasi potensi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan
4. Menganalisa dan merinci potensi bahaya pada setiap tahapan
kerja
5. Mencatat hasil kerja
6. Menentukan langkah pengendalian berdasarkan bahaya-
bahaya pada setiap langkah-langkah pekerjaan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Data
B. Analisis Data
1. Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Langkah-langkah Potensi Bahaya Pengendalian
Pekerjaan
Menyalakan rotary Bahaya fisik: Instruksi kerja, APD
evaporator dan - Tersengat (jas lab, sepatu
memasukan sampel listrik tertutup). Memeriksa
system kelistrikan
sebelum digunakan.
Mengoperasikan Bahaya fisik: Instruksi kerja, APD
rotary evaporator - Tersengat (jas lab, sepatu
listrik tertutup, sarung
- Terkena tangan).
tumpahan
sampel dan
air.
Bahaya ergonomik: Instruksi kerja, APD
- Kelelahan, (jas lab).
ketidaknyama
n Instruksi kerja, APD
Bahaya fisologik: (jas lab).
- Cidera kerja
(Keseleo)

2. Laboratorium Instrumentasi Kimia dan Kimia Analisis


Langkah-langkah Potensi Bahaya Pengendalian
Pekerjaan
Memasang stop Bahaya fisik: Instruksi kerja,
kontak dan - Sengatan arus APD
menekan tombol listrik
ON

Proses Bahaya kimia: Instruksi kerja,


operasionalisasi - Tumpahan APD
instrument UV- senyawa yang
Visible akan dianalisis
Bahaya ergonmik:
- Kelelahan, Instruksi kerja,
ketidaknyamanan APD
Bahaya fisiologis:
- Cidera kerja
(keseleo) Instruksi kerja,
APD

Proses pencucian Bahaya fisika: Instruksi kerja,


alat dan - Sengatan arus APD
pembuangan listriik
sampel Bahaya kimia:
- Tumpahan Instruksi kerja,
senyawa yang APD
akan dikeluarkan
dari instrument

3. Laboratorium Teknik Listrik


Langkah-langkah Potensi Bahaya Pengendalian
Pekerjaan
Praktikum listrik Bahaya sengatan Sediakan taspen
dengan listrik : untuk inspeksi, tata
menggunakan Dapat letak sumber listrik,
peralatan listrik menyebabkan luka isolasi kabel,
bakar ringan hingga grounding,
sedang, luka memar pemakaian sepatu
ringan hingga berisolasi.
sedang, kebakaran.
Praktikum listrik Bahaya terkena Monitoring dan
menggunakan ledakan minyak/oli pasang saklar
hidrolik bertekanan tinggi: pembatas tekanan,
Dapat pantau kondisi
menyebabkan luka kerapatan dan
memar, kekencangan
tersembur/tersiram sambungan/nepel
minyak bertekanan penyalur minyak
tinggi. bertekanan,
sediakan kain majun
pembersih
minyak/oli.
Bahaya Periksa sambungan
terpeleset/jatuh slang dengan nepel,
akibat lantai licin lubang saluran
akibat oli tumpah: pengisian dan
Dapat pengetapan mesin,
menyebabkan luka amati kondisi lantai
memar ringan kebasahannya,
hinggs sedang sediakan kain majun
pembersih oli.
Bahaya sengatan Sediakan taspen
listrik: untuk inspeksi, tata
Dapat letak sumber listrik,
menyebabkan luka isolasi
bakar ringan hingga kabel,grounding,
sedang, luka memar pemakaian sepatu
ringan hingga berisolasi.
sedang, kebakaran.
Praktikum listrik Bahaya terpukul, Monitoring dan
dengan terlempar/jatuh pasang saklar
menggunakan akibat ledakan pembatas tekanan,
mesin compressor/ udara tekan: pantau kondisi
pompa untuk system Dapat kerapatan dan
pneumatic menyebabkan luka kekencangan
memar ringan sambungan/nepel
hingga berat. penyalur minyak
bertekanan,
sediakan kain majun
pembersih
minyak/oli.
Periksa dan atur
Bahaya terpukul nepel pengatur
akibat operasional udara tekanan pada
silinder pnematik silinder, periksa
yang lepas kendali: tekanan udara
Dapat compressor, periksa
menyebabkan luka kekencangan
memar ringan. sambungan siang
dengan nepel dan
valve.
Periksa sambungan
slang dengan nepel,
Bahaya lubang saluran
terpeleset/jatuh pengisian dan
akibat lantai licin pengetapan mesin,
akibat oli tumpah: amati kondisi lantai
Dapat kebasahannya,
menyebabkan luka sediakan kain majun
memar ringan pembersih oli.
hingga sedang. Sediakan tespen
untuk inspeksi, tata
Bahaya sengatan letak sumber listrik,
listrik: isolasi kabel,
Dapat grounding,
menyebabkan luka pemakaian sepatu
bakar ringan, hingga berisolasi.
sedang, luka memar
ringan hingga Pasang peredam
sedang, kebakaran. suara/getar mesin,
Bahaya fisik (bising, mesin ditempatkan
iklim kerja) : diluar ruang.
Dapat
menyebabkan
Pekerjaan gangguan Pastikan/alat atau
pembuatan alat- pendengaran dan benda kerja dalam
alat/system untuk ketidaknyamanan. posisi aman,
tugas akhir Bahaya kejatuhan pemberian
mahasiswa alat/benda kerja: tanda/pelindung
Dapat untuk pengaman.
menyebabkan luka Sediakan taspen
memar ringan untuk inspeksi, tata
hingga sedang. letak sumber listrik,
isolasi kabel,
Bahaya sengatan grounding,
listrik: pemakaian sepatu
Dapat berisolasi
menyebabkan luka
bakar ringan hingga
sedang, luka memar Tempatkan solder
ringan pada dudukannya,
hingga sedang, matikan sumber
kebakaran. listrik ketika tidak
Bahaya terbakar digunakan.
alat kerja/soldering: Hindari asap solder
Dapat dengan masker jika
menyebabkan luka memungkinkan.
bakar ringan.

Posisi tempat kerja, Bahaya terhirup zat Perbaikan posisi


penyimpanan dan kimia dari proses duduk yang tidak
pengambilan soldering: membebani tulang
dokumen, alat-alat Dapat belakang dan kaki,
kerja dan bahan menyebabkan pengaturan tata
keracunan ringan. letak lemari dan
Bahaya ergonomic: dokumen.
Nyeri bahu dan siku, Pembebanan tidak
keletihan, sakit melebihi 30-40%
kepala, dari kemampuan
ketidaknyamanan kerja maksimum
tenaga kerja dalam
jangka waktu 8 jam
Bahaya fisiologik: sehari.
Cidera otot, memar

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa dengan diterapkannya Job Safety Analysis (JSA) dapat
menganalisa dan membuat laporan setiap langkah aktivitas di
laboratorium STTN seperti:
 Mengidentifikasi bahaya aktivitas didalam laboratorium atau
potensi bahaya yang ada (baik kesehatan atau keselamatan).
 Menentukan langkah terbaik untuk mengurangi dan
mengeliminasi bahaya.
 Job Safety Analysis juga harus dilaksanakan secara rutin agar
semua pihak yang melakukan aktvitas didalam laboratorium
dapat memantau resiko dan menanggulangi resiko tiap langkah-
langkah dalam beraktivitas di laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai