Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEAN ARTHRITIS GOUT

DI PUSKESMAS SOBO BANYUWANGI 2019

Oleh:

SERLY DEVINDIA ALFARETA


NIM : (2017.01.028)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2019

A. DEFINISI
Arthritis gout adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kronis
konsentrasi asam urat di dalam plasma (Stepan, 2012). Arthritis gout muncul sebagai
serangan keradangan sendi yang timbul berulang.
Arthritis Gout merupakan terjadinya penumpukan asam urat dalam tubuh dan
terjadi kelainan metabolisme purin. Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous
yang berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia)
(Brunner dan Suddarth, 2012).
B.Klasifikasi
a. Penyakit arthritis gout primer
Sebanyak 99 % penyebabnya belum diketahui (ideopatik). Diduga berkaitan
dengan kombinasi factor genetik dan factor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam
urat atau bisa juga disebabkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari
tubuh.
b. Penyakit arthritis gout sekunder
Penyakit inidisebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat
karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Purin adalah salah satu senyawa basa yang menyusun asam nukleat dan termasuk
dalam asam amino, unsure pembentukan protein. Penyakit asam urat meningkat
juga karena obat- obatan, alcohol, dan obesitas.

C.Etiologi
Penyebab arthritis gout antara lain :
1. Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
2. Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat
yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-
60 tahun).
3. Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout
berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan,
yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
4. Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena
alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
5. Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk
gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
6. Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan
hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin,
siklosporin, levodova.
D. Pathofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan
menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a.       Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b.      Menurunnya ekskresi asam urat.
c.       Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan
ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
F.Manifestasi Klinis
Artritis Gout akut Artritis Gout Kronik
1. Biasanya timbul tiba-tiba, 1. Timbul dalam jangka waktu
2. tanda-tanda awalan serangan gout beberapa tahun ditandai dengan rasa
adalah rasa sakit yang hebat dan nyeri, kaku, dan pegal.
peradangan lokal. 2. Akibat adanya kristal-kristal urat
3. Kulit diatasnya mengkilat dengan maka terjadi peradangan kronik.
reaksi sistemik berupa 3. Sendi yang bengkak akibat gout
demam,menggigil, malaise dan sakit kronik sering besar dan berbentuk
kepala. noduler.
4. Yang paling sering terserang mula-
mula adalah ibu jari kaki
(sendimetatarsofalangeal) tapi sendi
lainnya juga dapat terserang.
5. Serangan ini cenderung sembuh
spontan dalam waktu 10-14 hari
meskipun tanpa terapi.

G. Komplikasi
a.       Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan
tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b.      Hipertensi dan albuminuria.
c.       Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
H. Penatalaksanaan Medik
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
berulang, dan pencegahan komplikasi.
1. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral),
Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
2. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
3. Kompres dingin
4. Diet rendah purin
5. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
6. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
7. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
8. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
9. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam
urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien
dengan gagal ginjal).
10. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak
tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan
Allopurinol 100 mg 2 kali/hari
I.Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboraturium
LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine 24 jam ureum,
kreatinin.. Peningkatan kadar asam urat serum (hyperuricemia), Peningkatan
asam urat pada urine 24 jam, Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal
urat monosodium, Peningkatan kecepatan waktu pengendapan
2) Pemeriksaan X-Ray
Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan perkembangan jaringan lunak

KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian Pengkajian
a.       Identitas
Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95%
penderita gout adalah pria), dll
b.      Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki (sendi
lain)
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien
R (Region) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri
(biasanya pada pangkal ibu jari)
S (Saverity) :` Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya
terjadi pada malam hari)
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal ?
e.       Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit
yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
f.       Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Psikologi : Biasanya klien mengalami peningkatan stress
Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan ibadah menurut
agamanya
g.      Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1)      Kebutuhan nutrisi
a) Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya protein)
b) Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
2)      Kebutuhan eliminasi
           a)      BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
            b)      BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
3)      Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
mandiri akibat nyeri dan pembengkakan-. Nyeri sendi karena gerakan, nyeri
tekan, memburuk dengan stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya
secara bilateral dan simetris.

   Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum :
1)      Tingkat kesadaran
2)      GCS
3)      TTV
2)      Sistem penginderaan
Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan bola mata
Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau tidak
Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau tidak, biasanya
terdapat tofi pada telinga
3)      Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi)
Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal / ada suara tambahan
4)      Sistem penceranaan
Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada abdomen
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Apakah kembung / tidak
Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus
5)      Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri yang
luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer, deformitas
(pembesaran sendi). Atau adanya kesemutan pada tangan dan kaki, hilannya sensasi
pada jari tangan.
6)      Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal

Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Kronis
b. Gangguan mobilitas fisik
c. Hipertermi

Intervensi Keperawatan
       Dk. I : Nyeri kronis b.d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane
sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan
panus.
Tujuan keperawatan : Nyeri berkurang, hilang, teratasi.
Kriteria hasil :
o  Klien melaporkan penelusuran nyeri.
o  menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
o  memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
o  Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.
Intervensi :
1. Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang
baru.
R/ Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan keefektifan intervensi
2. Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri.
R/ menurunkan ketegangan atau spasme otot dan mendistribusikan kembali tekanan
pada bagian tubuh
3. Lakukan tindakan kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi, seperti pemijatan,
mengatur posisi, dan teknik relaksasi.
R/ Membantu pasien mwmfokuskan pada subjek pengurangan nyeri
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol
R/ untuk mengurangi nyeri yang adekuat

DP : Gangguan mobillitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan kontraktur


HYD : Pasien mampu mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi
a.       Melakukan latihan ROM untuk sendi yang terkena gout jika memungkinkan
R/Tindakan ini mencegah kontraktur sendi dan atrofi otot
b.      Miringkan dan atur posisi pasien setiap 2 jam sekali pada pasien tirah baring
R/Tindakan ini mencegah kerusakan kulit dengan mengurangi tekanan
c.       Pantau kemajuan dan parkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
R/untuk mandeteksi perkembangan klien
d.      Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
R/kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik
e.       Ajarkan pasien atau anggota keluarga tentang latihan ROM
R/Untuk membantu persiapan pemulangan pasien

Hipertermia berhubungan dengan adanya inflamasi


1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,penggunaan inkubator, terpapar
lingkungan panas).
R/ Identifikasi diperlukan untuk mengetahui pemicu terjadinya hipertermi dalam
tubuh mis. Adanya infeksi, peradangan terjadi di dalam tubuh
2. Monitor suhu tubuh
R/ Untuk mengetahui adanya perubahan suhu tubuh
3. Berikan cairan oral.
R/ Untuk menghindari dehidrasi akibat suhu tubuh yang menngkat
4. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi , leher, dada, abdomen, dan aksila.
R/ Untuk menurunkan suhu tubuh .
5. Anjurkan tirah baring
R/ Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan
6. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
R/ Untuk menghindari dehidrasi selama proses hipertermi dalam tubuh berlansung
DAFTAR PUSTAKA
Ahern, Wilkinson. 2002. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 9.Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC.
Herdman, T.H. 2002. Diagnosis Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC.
International NANDA. (2012).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.
Nugroho Taufan, dkk, 2010. Kamus Pintar Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson.2007. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai