Anda di halaman 1dari 7

PENYAKIT JANTUNG KORONER

DEFINISI

Penyakit jantung koroner adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat suplai
darah ke Jantung yang melalui arteri koroner terhambat. Kondisi ini terjadi karena arteri
koroner (pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan dan oksigen bagi
sel-sel jantung) tersumbat atau mengalami penyempitan karena endapan lemak yang
menumpuk di dinding arteri (disebut juga dengan plak). Proses penumpukan lemak di
pembuluh arteri ini disebut aterosklerosis dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak
hanya pada arteri koroner.

PENYEBAB

Penyebab utama penyakit jantung koroner adalah penimbunan lemak dalam arteri atau
aterosklerosis. Selain dapat mengurangi suplai darah ke jantung, aterosklerosis juga dapat
memicu terbentuknya trombosis atau penggumpalan darah. Pengumpalan darah ini
memblokir suplai darah ke jantung. Jadi, orang yang menderita angina, lebih rentan terkena
serangan jantung.

FAKTOR RESIKO

 Kebiasaan Merokok

Perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung. Karbon monoksida
dalam asap rokok dan kandungan nikotin pada rokok dapat meningkatkan risiko munculnya
gumpalan darah serta memacu jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga akan makin
membebani jantung. Senyawa kimia lain dari asap rokok juga dapat merusak dinding arteri
jantung yang akan memicu terjadinya penyempitan. Perokok mempunyai risiko 20-25 persen
lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dibandingkan mereka yang tidak merokok
sama sekali.

 Pola Hidup yang Buruk

Risiko penyakit jantung juga dapat meningkat akibat pola hidup yang tidak sehat. Misalnya
kurang berolahraga, sering mengonsumsi makanan berlemak, dan jarang mengonsumsi buah-
buahan serta sayur-sayuran.

 Kadar Kolesterol yang Tinggi

Kolesterol terbagi dalam dua jenis, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL).
Kolesterol jahat mudah menggumpal dan menempel pada dinding pembuluh darah. Karena
itu, kadar LDL yang tinggi dapat membentuk plak yang menyebabkan aterosklerosis. Kadar
LDL yang normal dalam darah adalah di bawah 100 mg/dL.

 Hipertensi

Anda akan dianggap mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi jika tekanan darah Anda
di atas 140/90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi berarti jantung bekerja lebih keras sehingga
jantung dan pembuluh darah akan lebih terbebani. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah
konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi.

 Penyakit Diabetes

Diabetes dapat menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah sehingga berpotensi
menghambat aliran darah. Karena itu, penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengidap penyakit jantung.

 Kelebihan Berat Badan

Orang yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas berpotensi mengidap tekanan
darah tinggi, cenderung memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi, serta lebih berisiko
terkena diabetes tipe 2. Karena itu, mereka juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap
penyakit jantung. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan berat yang tinggi,
jantung harus bekerja lebih keras dibandingkan jika tubuh berberat badan ideal.

 Faktor Usia

Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya untuk mengidap penyakit jantung.

 Jenis Kelamin

Dibandingkan wanita, pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung.
Tetapi perlu diingat bahwa risiko penyakit jantung pada wanita akan lebih tinggi setelah
mengalami menopause.

 Riwayat Kesehatan Keluarga

Jika memiliki keluarga inti seperti ayah, ibu, adik, atau kakak yang mengidap penyakit
jantung, risiko Anda untuk terkena penyakit jantung akan lebih tinggi dibandingkan orang
yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarganya.

PATOLOGI

Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koronaria


paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa
dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila
lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan
alian darah miokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan
diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar.
Dengan demikian keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen menjadi tidak
stabil sehingga membahayana miokardium yang terletak di sebelah distal dari daerah lesi.
Lesi diklasifikasikan sebagai endapan lemak, plak fibrosa, dan lesi komplikata, sebagai
berikut :

a. Endapan lemak, yang terbentuk sebagai tanda awal aterosklerosis, dicirikan dengan
penimbunan makrofag dan sel-sel otot polos terisi lemak (terutama kolesterol oleat)
pada daerah fokal tunika intima (lapisan terdalam arteri). Endapan lemak mendatar
dan bersifat non-obstruktif dan mungkin terlihat oleh mata telanjang sebagai bercak
kekuningan pada permukaan endotel pembuluh darah. Endapan lemak biasanya
dijumpai dalam aorta pada usia 10 tahun dan dalam arteri koronaria pada usia 15
tahun. Sebagian endapan lemak berkurang, tetapi yang lain berkembang menjadi plak
fibrosa.
b. Plak fibrosa (atau plak ateromatosa) merupakan daerah penebalan tunika intima yang
meninggi dan dapat diraba yang mencerminkan lesi paling khas aterosklerosis lanjut
dan biasanya tidak timbul hingga usia decade ketiga. Biasanya, plak fibrosa berbentuk
kubah dengan permukaan opak dan mengilat yang menyembul k eke arah lumen
sehingga menyebabkan obstrukksi. Plak fibrosa terdiri atas inti pusat lipid dan ddebris
sel nekrotik yang ditutupi oleh jaringan fibromuskular mengandung banyak sel-sel
otot polos dan kolagen. Plak fibrosa biasanya terjadi di tempat percabangan, lekukan
atau penyempitan arteri. Sejalan dengan semakin matangnya lesi, terjadinya
pembatasan aliran darah koroner dari ekspansi abluminal, remodeling vascular, dan
stenosis luminal. Setelah itu terjadi perbaikan plak dan disrupsi berulang yang
menyebabkan rentan timbulnya fenomena yang disebut “rupture plak” dan akhirnya
trombosis vena.
c. Lesi lanjut atau komplikata terjadi bila suatu plak fibrosa rentan mengalami gangguan
akibat kalsifikasi, nekrosis sel, perdarahan,trombosis, atau ulserasi dan dapat
menyebabkan infark miokardium.

TANDA & GEJALA


 Nyeri dada, Sering merasakan sakit kepala
 Bagian perut yang membengkak
 Detak yang tidak teratur
 Sesak nafas dan terengah-engah
 Selalu merasakan mual, Nafsu makan berkurang
 Keluar keringat meskipun tidak beraktifitas
 Rasa lelah terjadi meskipun tidak beraktifitas berat
 Pada wanita sering merasakan rasa sakit pada tangan kanan dan lengan kiri
 Pada pria rasa sakit sering terjadi pada lengan kiri
 Rasa sakit dibagian tubuh lainnya seperti, bahu, leher, punggung, siku
 Pembengkakan yang terjadi pada pergelangan kaki dan perut.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

 Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)

Aktivitas listrik otot jantung dapat diperiksa melalui elektrokardiogram (EKG). Tetapi
pemeriksaan ini saja belum cukup untuk menentukan apakah Anda mengidap penyakit
jantung atau tidak. Hasil EKG yang tidak normal bisa mengindikasikan bahwa otot jantung
tidak menerima cukup oksigen.
Selain dengan posisi tidur, pemeriksaan EKG juga ada yang dilakukan saat jantung pasien
dipicu dengan berlari di atas treadmil. Tes ini disebut dengan tes latihan stres atau tes
treadmil. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi gejala angina.

 Pemeriksaan Ekokardiogram

Pemeriksaan yang sejenis dengan USG ini digunakan untuk melihat struktur, ketebalan dan
gerak tiap denyut jantung hingga membentuk sebuah gambar jantung secara mendetail. Tes
ini juga memeriksa tingkat kinerja jantung.

 Pemeriksaan Enzim Jantung

Pemeriksaan ini dilakukan melalui tes darah. Keberadaan enzim jantung dalam darah dapat
mengindikasikan adanya kerusakan pada otot jantung.

 Angiografi Koroner atau Kateterisasi Jantung

Pemeriksaan ini dilakukan dengan penerapan bius lokal. Prosedur kateterisasi jantung
meliputi:
 Memasukkan kateter sampai ke arteri jantung melalui kaki atau selangkangan.
 Penyuntikan tinta ke dalam arteri jantung melalui kateter.
Tujuan prosedur angiografi koroner ini adalah untuk memeriksa keberadaan serta tingkat
keparahan penyempitan di dalam pembuluh darah jantung dan untuk memeriksa tekanan di
dalam bilik jantung.

 CT dan MRI scan

Kedua pemeriksaan ini juga bisa dilakukan untuk mengevaluasi jantung.

DIAGNOSA BANDING

Setelah mendapatkan riwayat klinis yang akurat, jarang ada keraguan bahwa pasien
menderita angina. Nyeri dan penyebaran yang pas , hubungan waktu atau aktivitas fisik atau
faktor pemicu lain dan hilangnya gejala saat istirahat atau nitrat sublingual sangat khas. Nyeri
dinding dada biasnya terlokaslisai dengan jelas, tajam, singkat, jarang terletak digaris tengah,
dan mungkin postural. Jenis nyeri ini juga berhubungan dengan ansietas, rasa pusing, rasa
lelah napas terdengar berat, dan hiperventilasi. Nyeri dan pembengkakan kartilago kosta
jarang terjadi. Nyeri dada sisi kiri sering dikeluhkan mungkin karena kebanyakan pasien
sadar bahwa jantung mereka ada di sisi kiri. Penyakit tulang belakang servikal dapat
menyebabkan nyeri di atas dada anterior, aksila dan lengan , namun biasanya dibatasi dengan
keterbatasan gerak, temuan klinis adanya penurunan gerakan, kelemahan otot dan hilang atau
bertambahnya refleks pada akstrenitas atas.

Pemeriksaan Penunjang
1) Elektrokardiogram istirahat
Elektrokardiogram istirahat (EKG) yang normal tidak menyingkirkan diagnosis
angina, meskipun terdapat bukti infark miokard yang telah ada sebelumnya.
Sebaliknya, adanya abnormalitas segmen ST-T minor umumnya ditemukan pada
kebanyakan populasi dan belum tentu menyatakan penyakit koroner. Sensitivitas
EKG istirahat sekitar 50% dan spesifisitas sekitar 70%. Perubahan reversibel pada
EKG dasar yang terjadi saat episode nyeri dada merupakan tanda penyakit oklusif
koroner. Perubahan EKG yang luas dikaitkan dengan prognosis yang buruk karena
berhubungan dengan penyakit koroner yang berat dan difus.
2) Radiografi toraks
Biasanya normal pada paien dengan angina. Pembesaran jantung atau peningkatan
tekanan vena dapat menandakan adanya infark miokard atau disfungsi ventrikel kiri
sebelumnya. Kadang, adanya aneurisma ventrikel kiri menyebabkan pembengkakan
khas atau kalsifikasi dalam bayangan jantung, namun temuan radiografi ini tidak
dapat diandalkan.
3) Tes latihan
Treatmill penting dalam pemeriksaan penunjang pasien dengan nyeri dada.
Pemeriksaan ini harus dilihat sebagai perluasan alami dan pemeriksaan klinis, dan
memungkinkan pengambilan keputusan kebutuhan invasif lebih lanjut.
Test latihan harus diawasi oleh dokter atau tenaga medisyang terlatih dalampemberian
bantuan hidup lanjut di area yang dilengkapi dengan fasilitas resusitasi lengkap.
4) Skintigrafi radionuklida
Pasien di pindai dengan menggunakan kamera gamma dan satu seri pencitraan
tomografi yang direkamlalu di bandingkan dengan yang kedua.
5) Ekokardiografi stres
6) Arteriografi koroner
Mampu menggambarkan anatomi koroner dengan akurat. Kebanyakan studi klinis
bergantung pada demonstrasi anatomi koroner untuk menentukan diagnosis.

PROBLEMATIKA FT
1. Impairment, gangguan yang dialami pasien
2. Fungsional limitation, keterbatasan fungsi gerak pasien
3. Disabilty, gangguang fungsional terhadap orang lain dan lingkungan.

TUJUAN FT
1.      Mencegah akumulasi sekresi paru-paru
2.      Mencegah Deep Vein Thrombosis
3.      Meningkatkan beban jantung yang untuk Hypertropi Myocardium
4.      Melatih rileksasi dan Postural Awareness

MODALITAS & PELAKSANAAN FT


1.      Rileksasi
Posisi Pasien : Lying Or Half Lying
Teknik :
 Instruksikan pasien menekan shoulder lalu stop,
 Menekan otot shoulder girdle kembali dengan rileks Jari-jari luruskan , menekan Bed
lalu stop dan tangan lalu diangkat perlahan .
 Rileksasi secara sadar sekitar 10 menit.Jika Rileksasi berhasil maka Heart Rate
berkurang membantu Recovery dan meringankan beban kerja Jantung .
2.      Breathing Exercise (Anterior Basal Expansion dg Pola Normal ; 3 X)
Posisi pasien : Sitting atau supine lying.
Teknik :
 Letakkan kedua telapak tangan terapis disisi lateral kanan dan kiri di area lower
thorax (costa) agar pasien focus pada area gerakan yang terjadi selama inspirasi.
 Anjurkan pasien untuk ekspirasi. Saat pasien ekspirasi kedua telapak tangan memberi
penekanan ringan mengikuti gerakan dinding dada kedalam dan kebawah.
 Sebelum inspirasi atau pada akhir ekspirasi lalukan penekanan kuat cepat kemudian
lepaskan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kontraksi otot intercostalis external
bergerak keluar dan keatas dari dinding dada atau lower costa selama inspirasi.
 Anjurkan pasien untuk mengembangkan lower costa dinding dada melawan kedua
telapak tangan terapis saat melakukan inspirasi.
 Berikan tahanan ringan dengan manual pada lower costa saat pasien insprasi untuk
meningkatkan rasa sensasi dan menyadari gerakan yang terjadi ketika inspirasi,
ekspirasi dinding dada dan penguluran costa.
3.      Free Active Exercise
Posisi Pasien : lying or Half lying
Teknik : Instruksikan pasien untuk ;
 Bengkok dan luruskan jari-jari dan ankle 5 X
 Bergantian kaki inversi dan eversi 5 X
 Jari – jari menggenggam lalu luruskan 5 X
 Bengkok dan luruskan Wrist 5 X
4.      Breathing exercise (Posterior Basal exercise dengan pola normal , 3 X)
Posisi pasien : duduk sedikit condong kedepan dengan kedua lengan diatas bantal dan hip
bengkok.
Teknik :
 Letakkan kedua telapak tangan di area posterior dinding dada lower costa
 Prosedur berikutnya sama dengan anterior basal expansi.
5.      Passive movement
Latihan ini bertujuan memelihara sirkulasi dan membantu mencegah deep Vein Thrombosis
dan memelihara ROM dilakukan perlahan dgn Full ROM .
Posisi pasien : Lying or Half lying
Teknik :
 Fleksi dan Ekstensi Hip dan Knee , 1 X
 Satu tungkai putar kedalam dan keluar , 1 X
 Tungkai bergantian abduksi lalu kembali , 1 X
 Satu Elbow Fleksi dan Ekstensi , 1 X
 Lengan bergantian abduksikan lalu kembali (add) , 1 X
 Kedua tungkai fleksi lalu Ekstensikan Hip dan Knee, 5 X

Anda mungkin juga menyukai