Anda di halaman 1dari 13

TEKNOLOGI BAHAN ALAM

TEKNIK SAMPLING BAHAN ALAM

(TESTERIAL DAN BIOTA LAUT)

KELAS: 2A

Oleh: Kelompok 1

1. Ni Putu Ditya Anggreni (P07134018 001)


2. Ida Ayu Ketut Tri Buwani (P07134018 002)
3. Anak Agung Mas Agung Purnama Sari (P07134018 003)
4. Ni Wayan Eka Widianti (P07134018 004)
5. Kadek Profit Hartani (P07134018 005)
6. Dewa Ayu Diah Lestari (P07134018 006)
7. Kadek Ayu Diana Dwikayani (P07134018 007)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
2019
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik Sampling


Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sampel (Sugiyono, 2001: 56). Untuk, menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu Probability Sampling dan
Nonprobability Sampling (Eriyanto, 2007).
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan
sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif
(Margono, 2004).

B. Tahap Teknik Sampling Secara Umum


Green (1979) mengemukakan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mendesain suatu sampling sumber daya hayati
antara lain:
1. Nyatakan secara singkat dan jelas pertanyaan-pertanyaan
yang hendak dijawab lewat penelitian yang akan dilakukan.
2. Lakukan ulangan dalam pengambilan sampel untuk setiap
kondisi yang ditemui (misalnya waktu, tempat, dan
sebagainya).
3. Lakukan pengambilan sampel secara acak dalam jumlah
yang sama (minimal dua sampel) untuk setiap kondisi.
4. Selalu libatkan sampel kontrol dalam pengambilan sampel.
5. Lakukan survei awal untuk mengevaluasi desain sampling
dan analisa statistik yang diperlukan.
6. Verifikasi peralatan sampling atau metode yang dipakai
sesuai dengan kondisi sampling yang ditemukan.
7. Jika areal sampling terlalu luas, maka bagilah areal tersebut
dalam bagian-bagian yang lebih kecil (subareal) yang relatif
homogen, kemudian lakukanlah pengambilan sampel secara
terpisah. Alokasikan jumlah sampel secara proporsional
sesuai dengan luasan subareal.
8. Cocokan ukuran unit sampling relatif terhadap ukuran,
kepadatan, dan distribusi dari organisme yang disampling.
Pilihlah ukuran unit sampling dengan nilai presisi tertinggi
9. Ujilah data yang diperoleh apakah kesalahan variasinya
homogen, berdistribusi normal (lihat Bab VII), dan meannya
bebas. Jika tidak: (a) lakukan transformasi data, (b) gunakan
analisa non-parametrik, atau (c) uji hipotesa nol (H0).
10. Nyatakan hasilnya secara tepat sesuai dengan kondisi yang
ditemui. Jangan memanipulasi analisa untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.
Agar diperoleh keadaan yang representatif, proses
pengambilan sampel harus sistematis, mengikuti langkah – langkah
atau tahapan sampling. Tahapan sampling secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pertama : Pengumpulan sampel lapangan (gross
sampel) dari unit - unit pengambilan sampel
dilapangan. Cara penetapan unit pengambilan
sampel berbeda - beda, tergantung dari jenis
bahannya.
Kedua : Pengurangan jumlah dan ukuran sampel
lapangan menjadi partikel-partikel dengan
ukuran yang cocok untuk pengiriman
kelaboratorium. Proses kedua ini
menghasilkan sampel yang dikenal sebagai
sampel laboratorium.
Ketiga : Pengurangan sampel laboratorium menjadi
sampel yang siap dianalisis, yang dikenal
sebagai sampel analitik.
Keempat : Penyimpanan sampel analitik dengan cara-
cara tertentu, sesuai dengan sifat sampel
analitik.
Adapun tahap - tahap lain dalam teknik sampling yaitu :
1. Tentukan luas areal sampling dari lokasi penelitian
2. Tentukan teknik pengambilan sampel yang dipergunakan, yang
mana harus disesuaikan dengan organisme yang menjadi
tujuan penelitian
3. Tentukan peralatan yang dipergunakan dalam pengambilan
sampel yang didasarkan pada kondisi ekosistem serta
organisme target
4. Perhatikan periode penelitian apakah dalam waktu yang singkat
atau waktu yang lama
5. Perhatikan parameter lingkungan lainnya yang menunjang
metode dan analisa

C. Jenis – jenis Teknik Sampling


Teknik sampling dikelompokkan menjadi 2, yaitu Probability
Sampling dan Nonprobability. Probability sampling meliputi: simple
random sampling, proportionate stratified random sampling,
disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster)
sampling (sampling menurut daerah). Nonprobability sampling
meliputi: sampling purposive, sampling kuota. Sampling sembarang
dan Snowball sampling.
1. Probability Sampling
Sugiyono (2001:57) menyatakan bahwa probability
sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi:
a. Simple Random Sampling (Sampel Acak Sederhana)
Prinsip teknik sampel acak sederhana yaitu setiap
anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Teknik sampel acak sederhana
umumnya bisa dipakai bila populasi relatif kecil dan populasi
relatif homogen (Eriyanto, 2007). Menurut Sugiyono (2001:57)
dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004:126)
menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik
untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada
unit sampling.
Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur
populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama
untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling
di dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Misal, populasi
terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit tampling).
Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi
tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian,
ordinal, maupun table bilangan random. Teknik ini dapat
digambarkan di bawah ini.

b. Stratified Random Sampling (Sampel Acak Stratifikasi)


Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified
random sampling biasa digunakan pada populasi yang
mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Menurut
Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen. Dan berstrata
secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai
pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka
populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang
lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400,
SD = 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata
pendidikan tersebut yang diambil secara proporsional jumlah
sampel.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling


Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini
digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya
berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari
PT tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4
orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan
SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan
empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel.
Karena dua kelompok itu terlalu kecil bila dibandingkan denan
kelompok S1, SMU dan SMP.
d. Cluste Sampling (Sampel Acak Klaster)
Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut
Margono (2004: 127), teknik ini digunakan bilamana populasi
tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari
kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling
daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk
dari suatu negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber
data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah
populasi yang telah ditetapkan. Sugiyono (2001: 59)
memberikan contoh, di Indonesia terdapat di Indonesia
terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10
propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara
random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di
Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling.
Populasi dibagi ke dalam satuan-satuan sampling yang
besar, disebut Cluster. Berbeda dengan pembentukan strata,
satuan sampling yang ada dalam tiap kluster harus relatif
heterogen. Pemilihan dilakukan beberapa tingkat: (1) Memilih
kluster dengan cara simple random sampling (2) Memilih
satuan sampling dalam klaster. Jika pemilihan dilakukan lebih
dari 2 kali disebut Multi-stage Cluster Sampling (Eriyanto,
2007).

2. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik sampling ini meliputi:
a. Sampling Purposive
Sampling Purposive merupakan sampel yang diambil
didasarkan pada pertimbangan tertentu dari peneliti. Sesuai
dengan namanya, pemilihan sampel didasarkan pada alasan
atau tujuan tertentu. Sampling Purposive bisa dipakai bila
populasi sangat menyebar, dan peneliti tidak mempunyai
informasi awal tentang populasi. Peneliti dengan
pertimbangan dan dasar tertentu akan memilih bagian dari
populasi yang akan ditarik sampel (Eriyanto, 2007).
b. Sampel Sembarang
Sampel sembarang (convenience sampling) adalah
teknik penarikan sampel yang dilakukan tanpa mekanisme
tertentu. Teknik penarikan sampel ini paling mudah dilakukan.
Teknik sampel ini bisa dilakukan dalam waktu yang cepat dan
biaya yang murah. Akan tetapi, teknik sampling ini sangat
lemah dari segi metodelogi. Sampel yang ditemukan
mempunyai peluang yang sangat besar untuk bias. Peneliti
bisa mendapatkan responden yang sama sekali tidak
mencerminkan karakteristik populasi (Eriyanto, 2007).
c. Sampling Kuota
Sampling kuota merupakan perbaikan dari sampel
sembarang. Dalam sampel sembarang, peneliti bisa memilih
siapa pun sebagai responden. Tidak ada pembatasan siapa
yang boleh dan tidak boleh menjadi responden. Sementara
dalam Sampling kuota, ada pembatasan dan kriteria yang bisa
menjadi responden (Eriyanto, 2007).
d. Snowball Sampling
Seperti namanya Snowball seperti layaknya bola salju,
menggelinding dari bulatan kecil terus menenrus sampai
menjadi besar. Teknik sampel ini dimulai dari sampel kecil
beberapa orang. Dalam perkembangannya jumlah orang yang
diwawancarai akan terus berkembang sampai jumlah
terpenuhi. Teknik sampel ini bisa dipakai dimana populasi dari
survey sangat spesifik. Populasi yang sempit juga menyulitkan
peneliti untuk menjangkau anggota populasi (Eriyatno, 2007).

D. TEKNIK SAMPLING BIOTA LAUT


1. TEKNIK SAMPLING IKAN (NEKTON)
Ikan (nekton) adalah organisme akuatik (sungai, danau,
dan laut) yang tergolong aktif dan bergerak cepat (mobile)
sehingga pengambilan sampelnya (sampling) sering
membutuhkan metode tersendiri. Karena sifatnya yang mobile,
ikan dapat memilih bagian perairan yang sesuai dan layak bagi
kehidupannya. Ikan-ikan tertentu biasanya menghindari bagian
perairan yang telah mengalami perubahan seperti pencemaran
dan sedimentasi. Oleh karena itu, Badrudin & Wudianto (2004)
mengelompokkan ikan atas dua kelompok utama yakni ikan
pelagis dan ikan demersal.

Ikan pelagis adalah jenis ikan yang hidup dipermukaan atau


dekat permukaan perairan sedangkan ikan demersal adalah
jenis ikan yang hidup di dasar perairan atau dekat dasar
perairan. Banyak spesies ikan bernilai ekonomis yang hidup di
daerah tropik sehingga habitat utamanya berada pada ekosistem
mangrove, lamun, dan karang. Oleh karena itu, pengambilan
sampel ikan (nekton) sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
dimana ikan-ikan tersebut hidup (Staples et al.,1985; Sasekumar
et al., 1992). Pengambilan sampel ikan pelagis biasanya
dilakukan dengan alat tangkap pancing, jaring insang hanyut,
pukat cincin, bagan apung,atau lainnya. Sedangkan untuk ikan
demersal biasanya dipergunakan alat tangkap yang dioperasikan
di dasar perairan seperti rawai dasar, trawl, jaring insang dasar,
trammel net, bubu, atau lainnya.

Pengambilan sampel ikan (nekton) dapat dilakukan juga


dengan mempergunakan alat penangkapan ikan yang biasanya
dipakai oleh nelayan seperti ”huhate”(pole and line) untuk jenis
ikan pelagis, lambayang (jigs) untuk cumi-cumi, dan jaring pantai
(beach seine) untuk ikan demersal penghunipadang lamun, serta
jenis alat tangkap lainnya. Pengambilan sampel ikan yang
berada di ekosistem mangrove membutuhkan modifikasi
padasistem peralatan yang dipergunakan sebab tipe alat
mungkin akan menyebabkan variasi pada efektivitas
penangkapan dan dipengaruhioleh perbedaan periode pasang
surut serta waktu sampling.

Prosedur umum dalam pengambilan sampel ikan


tergantung pada peralatan yang dipakai, namun tujuan
pengembangan metode atau teknik sampling sumber daya ikan
(nekton) lebih banyak difokuskan pada data yang ingin diperoleh
seperti estimasi proporsi dari spesies target (target
species), efisiensi penangkapan, dan estimasi kelimpahan
mutlak (Weinstein & Davis, 1980) jika penelitian hanya
mencakup perubahan-perubahan yang terjadi dalam periode
waktu yang singkat. Sedangkan jika penelitian difokuskan pada
perubahan-perubahan yang terjadi dalam periode waktu yang
lama/panjang, maka informasi menyangkut parameter
lingkungan dari setiap ekosistem (mangrove, lamun, dan karang)
dimana ikan (nekton) menjadikannya sebagai habitat hidup perlu
dimasukkan sebagai data penunjang untuk keperluan analisa.

2. TEKNIK SAMPLING PLANKTON


Plankton adalah organisme baik berupa tumbuhan
(fitoplankton), hewan (zooplankton), dan bakteri
(bacterioplankton) yang hidupnya melayang di perairan, atau
mempunyai kemampuanrenang yang lemah melawan arus atau
pergerakan air lainnya. Kebanyakan dari plankton berukuran
kecil namun beberapa diantaranya yang berukuran besar seperti
jellyfish. Istilah plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor
Hensen tahun 1870 sebagai hewan renik yang merupakan salah
satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food
chain) dan jaringan (foodweb). Berdasarkan habitatnya maka
plankton bisa ditemui di hampir semua perairan seperti sungai,
danau, payau, dan laut. Sedangkan menurut siklus hidupnya,
plankton dibedakan atas meroplankton yakni plankton yang
sebagian dari masa hidupnya berupa plankton (contohnya fase
larva dari beberapa invertebrata bentik), dan holoplankton yakni
organisme plankton yang seluruh hidupnya sebagaiplankton
(contohnya: diatom dan copepoda).

Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan


menggunakan net plankton bermotor. Ukuran mata jaring dari
net plankton disesuaikan dengan ukuran plankton yang
disampling. Oleh karena itu, plankton dibedakan berdasarkan
ukurannya yakni ultraplankton untuk plankton berukuran dibawah
2μm, nanoplankton berukuran 2 – 20μm, mikroplankton
berukuran 20μm – 0,2 mm, makroplankton berukuran 0,2 – 2
mm, dan megaplankton yang berukuran lebih besar dari 2 mm.
Ultraplankton dan nanoplankton tidak bisa ditangkap dengan net
plankton, tetapi biasanya sampel air yang diambil dari perairan
disaring (difilter) dengan mempergunakan kertas saring milipor.
Pengambilan sampel plankton diperairan dangkal (< 10 m)
umumnya dilakukan dengan cara penarikan net plankton selama
kurang lebih 5 menit secara horizontal, sedangkan untuk
perairan dalam (> 200 m) pengambilan plankton dibatasi
hanyapada kedalam tidak lebih dari 150 m sampai dengan
permukaan (kurang lebih 10 cm di bawah permukaan air).

Penerapan metode atau teknik sampling dalam bioekologi


membutuhkan beberapa kriteria dasar antara lain: (1) luasan
arealsampling dari lokasi penelitian, (2) teknik pengambilan
sampel yang dipergunakan sesuai dengan organisme yang
menjadi tujuan penelitian,(3) peralatan yang dipergunakan dalam
pengambilan sampel yang didasarkan pada kondisi ekosistem
serta organisme target, (4) periode penelitian apakah dalam
waktu yang singkat atau waktu yang lama, dan(5) parameter
lingkungan lainnya yang menunjang metode dan analisa.
SIMPULAN
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-
sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif. Adapun teknik sampling antara lain Pertama:
Pengumpulan sampel lapangan (gross sampel) dari unit - unit
pengambilan sampel dilapangan. Kedua : Pengurangan jumlah dan
ukuran sampel lapangan menjadi partikel-partikel dengan ukuran
yang cocok untuk pengiriman kelaboratorium. Ketiga
:Pengurangan sampel laboratorium menjadi sampel yang siap
dianalisis, yang dikenal sebagai sampel analitik. Keempat
:Penyimpanan sampel analitik dengan cara-cara tertentu, sesuai
dengan sifat sampel analitik.
Untuk, menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2,
yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability
sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Meliputi : Simple Random Sampling, Stratified
Random Sampling, Disproportionate Stratified Random Sampling,
dan Cluste Sampling. Nonprobability sampling adalah adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampling ini meliputi: Sampling purposive, sampel
sembarang, sampling kuota, dan snowball sampling. Teknik
sampling biota laut yaitu sampling ikan ( nekton) dan sampling
plankton.
DAFTAR PUSTAKA

Badrudin & Wudianto. (2004). Biologi, Habitat, dan Sebaran Ikan Layur
Serta Beberapa Aspek Perikanannya. In Seminar
WorkshopRencana Pengelolaan Perikanan Layur (pp. 1-13).
Trenggalek, Jawa Timur: Kerjasama Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Trenggalek dan Co Fish Project.
Davis, M.H. (1980). A multidimentional approach to individual differences
in empathy. JSAS Catalog of Selected Document in Psychology,
10, 85.
Rachmawati, P. F., & Hartati, S. T. (2017). ASPEK BIOLOGI IKAN LAYUR
(Lepturacanthus savala Cuvier, 1829) DI PERAIRAN
PANGANDARAN, JAWA BARAT. BAWAL Widya Riset
Perikanan Tangkap, 9(2), 133.
https://doi.org/10.15578/bawal.9.2.2017.133-143
Staples D, Vance D, Heales D. 1985. Habitat requirements of juvenile
penaeid prawns and their relationship to offshore fisheries. In:
Rothlisberg PC, Hill BJ, Staples DJ (eds). Proceeding of Second
Australian National Prawn Seminar, Kooralbyn, Qld (AU):
CSIRO, Cleveland, October 1984.
Sasekumar A, Chong VC, Leh MU, D’Cruz R. 1992. Mangroves as a
habitat for fish and prawns. Hydrobiologia 247 (1-3): 195-201.
DOI: 10.1007/bf00008219
Susilana, R. MODUL 6 POPULASI DAN SAMPEL. Diambil dari
https://text-id.123dok.com/document/oy800xxwq-pengertian-
populasi-modul-6-populasi-dan-sampel-6-populasi-dan-sampel-
6-populasi-dan-sampel-oleh-rudi-susilana.html. Diakses pada
Senin, 16 September 2019 pukul 21.14
Yozza, Hazmira, dkk. 2017. TEKNIK SAMPLING. Diambil dari
http://repo.unand.ac.id/id/eprint/9511. Diakses pada Senin, 16
September 2019 pukul 23.45

Anda mungkin juga menyukai