Anda di halaman 1dari 6

Nama : Amalia Dila Safitri

NIM : P27833318017

Prodi : DIV Kesehatan Lingkungan / 4

Air bersih layak konsumsi mempunyai standar persyaratan tertentu yakni ;


persyaratan fisis, kimiawi, dan bakteriologis, yang merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada
satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat, maka air tersebut bukan kriteria air bersih
yang layak untuk dikonsumsi. Air tanah banyak dijumpai kadar salinitasnya tinggi terutama
di kawasan pesisir, tingkat kekeruhan yang tinggi, sering pula mengandung kesadahan, serta
adanya zat Besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang cukup besar.

1. Senyawa Besi (Fe) di dalam Air


Besi (Fe) adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir
setiap tempat-tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Besi
terdapat secara alami di dalam air dalam bentuk terlarut sebagai senyawa ferro atau
besi-II (Fe2+); ferri atau besi-III (Fe3+); tersuspensi sebagai butir koloid (diameter < 1
mm) atau lebih besar, seperti Fe(OH)3; dan tergabung dengan zat organik atau zat
padat yang anorganik seperti tanah liat dan partikel halus terdispersi. Senyawa besi-II
dalam air yang sering dijumpai di alam adalah FeO, FeSO 4, FeSO4.7 H2O, FeCO3,
Fe(OH)2, dan FeCl2. Sedangkan senyawa besi-III yang sering dijumpai adalah FePO4,
Fe2O3, FeCl3, Fe(OH)3. (Lenore et al., 2005; Said, 2003).
Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya besi
dalam tubuh dikendalikan oleh fase adsorpsi. Tubuh manusia tidak dapat
mengekskresikan besi, karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah,
warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung
besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Sekalipun Fe diperlukan
oleh tubuh, tetapi dalam dosis yang besar dapat merusak dinding usus. Kematian
sering disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l
akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi
dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk. Selain
itu dapat menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, penuaan dini hingga
kematian mendadak, mudah marah, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker,
sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, dan lain-lain. Debu Fe juga dapat
diakumulasi dalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru (Slamet,
2004).

2. Senyawa Mangan (Mn) di dalam Air


Mangan terlarut dalam air tanah dan air permukaan yang sedikit oksigen.
Mangan bisa membentuk oksida yang tidak larut dan menghasilkan endapan bila
terpapar dengan oksigen, sehingga menimbulkan masalah berupa penampilan fisik air
yang mengganggu. Mangan umumnya berada dalam keadaan senyawa dengan
berbagai macam tingkat oksidasi atau valensi. Di dalam hubungannya dengan kualitas
air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan dengan valensi 2, valensi 4, valensi
6. Mangan di dalam senyawa MnCO3, Mn(OH)2 mempunyai valensi dua, zat tersebut
relatif sulit larut dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti garam MnCl 2, MnSO4,
Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam air (Lenore et al., 2005; Said,
2003; Crossgrove & Wei Zheng, 2004).
Dalam jumlah yang kecil (<0,5 mg/l) mangan (Mn) dalam air tidak
menimbulkan gangguan kesehatan, melainkan bermanfaat dalam menjaga kesehatan
otak dan tulang, berperan dalam pertumbuhan rambut dan kuku, serta membantu
menghasilkan enzim untuk metabolisme tubuh untuk mengubah karbohidrat dan
protein membentuk energi yang akan digunakan..
Tetapi dalam jumlah yang besar (>0,5 mg/l), mangan (Mn) dalam air minum
bersifat neurotoksik. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf, insomnia,
kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan
muka tampak seperti topeng/mask (Slamet, 2007).

Kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn) terlarut yang tinggi akan menyebabkan
kualitas air menurun. Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air yang menyebabkan warna air
tersebut berubah menjadi kuning - coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara.sehingga
belum layak untuk dikonsumsi. Adapun kadar besi (Fe) dalam air minum yang diperbolehkan
adalah kurang dari 0,3 mg/l dan kadar mangan (Mn) yang diperbolehkan adalah kurang dari
0,1 mg/l.
Untuk menghilangkan atau menurunkan besi dan mangan di dalam air dilakukan
dengan berbagai cara sebagai berikut:

1. Proses Oksidasi (menggunakan Kalium Permanganat (KMnO4))


Pada pengolahan air secara konvensional yang meliputi koagulasi atau
sedimentasi dan filtrasi ternyata Fe dan Mn terlarut masih tinggi dikarenakan logam
tersebut tidak mengendap pada proses sedimentasi dan tidak dapat disaring pada saat
filtrasi. Oleh sebab itu, perlu perlakuan agar Fe dan Mn terlarut dapat mengendap.
Perlakuan yang dapat diberikan kepada air adalah oksidasi dengan KMnO4 sehingga
valensi Fe berubah dari +2 (fero) yang larut menjadi +3 (feri) yang mengendap.
Demikian pula valensi Mn naik dari +1 yang larut menjadi +2 yang mengendap.
Proses oksidasi menggunakan KMnO4 selaku reduktor dimaksudkan untuk merubah
agar Fe dan Mn terlarut masing-masing dapat menjadi oksida besi dan oksida mangan
yang tak larut dalam air atau dapat mengendap.

2. Pengolahan Air menggunakan treatment Ferrolite, Manganese Zeolite, dan Ion


Exchange (resin anion dan resin kation)
Fungsi ferrolite adalah untuk menghilangkan kandungan besi tingkat tinggi
(Fe), bau besi yang menyengat, Mangan (Mn++), warna kuning di air tanah atau air
PDAM atau air gunung.
Mangan zeolit adalah mineral yang dapat menukar elektron ehingga dapat
mengoksidasi besi atau mangan yang larut di dalam air menjadi bentuk yang tak larut
sehingga dapat dipisahkan dengan filtrasi. Mangan Zeolit berfungsi sebagai katalis
dan pada waktu yang bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air teroksidasi
menjadi bentuk ferri-oksida dan mangandioksida yang tak larut dalam air.
Resin pertukaran asam kuat mengandung gugus fungsional yang diturunkan
dari asam kuat (biasanya asam sulfat). Resin pertukaran asam lemah mengandung
gugus fungsional yang diturunkan dari asam lemah (umumnya bentuk karboksilat atau
fenolat).Resin pertukaran basa kuat mengandung gugus fungsional yang berasal dari
gugus ammonium kuarterner tipe I dan II, sedangkan resin pertukaran basa lemah
mengandung amina primer, sekunder, dan/atau tersier sebagai gugus fungsional.
3. Pengurangan Zat Besi dan Mangan pada Air Sumur menggunakan Saringan Pasir
Bertekanan (Presure Sand Filter)
Saringan pasir bertekanan (pressure sand filter) bekerja melalui mekanisme
filtrasi seperti pada saringan filter yang lain, yaitu proses pemisahan zat padat dari
cairan yang membawanya melalui media berpori atau bahan berpori lainnya untuk
menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid.
Secara teori, proses filtrasi ini selain dapat mereduksi kandungan zat padat yang
tersuspensi, juga dapat mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa,
bau, besi dan mangan.

Pengolahan Air Minum Dari Air Baku Yang Mengandung Kesadahan Tinggi

Pengolahan air tanah atau sumur dengan kesadahan menjadi air minum dapat
dilakukan dengan proses oksidasi, penyaringan dengan filter multi media, filter karbon aktif
dan filter penukar ion sebagai penghilang kesadahan, kemudian dilengkapi dengan sistem
disinfeksi dengan menggunakan sterilisator ultraviolet untuk menjamin air produk bebas dari
bakteri dan mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA

Febrina, Laila dan Astrid Ayuna. 2015. STUDI PENURUNAN KADAR BESI (FE) DAN
MANGAN (MN) DALAM AIR TANAH MENGGUNAKAN SARINGAN KERAMIK.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek/article/view/369 Diakses pada 13 Maret 2020.

Ika, Tahril dan Irwan Said. 2012. ANALISIS LOGAM TIMBAL (Pb) DAN BESI (Fe) DALAM
AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR PELABUHAN FERRY TAIPA KECAMATAN PALU
UTARA. http://perpus.upstegal.ac.id/files/e_book/02080414.pdf Diakses pada 13 Maret
2020.

J.M. Amin dan D.P. Sari. 2015. Penurunan Kadar Besi dan Mangan Terlarut dalam Air
Payau Melalui Proses Oksidasi Menggunakan Kalium Permanganat.
http://www.jlsuboptimal.unsri.ac.id/index.php/jlso/article/view/143 Diakses pada 13
Maret 2020.

Komala, Puti Sri dan Ajeng Yanarosanti. 2014. PENGARUH SENYAWA BESI DAN
MANGAN TERHADAP KINERJA DISINFEKSI KAPORIT PADA AIR SUMUR.
http://lingkungan.ft.unand.ac.id/images/011-8-Puti_Sri_Komala.pdf Diakses pada 13
Maret 2020.

Muliawan, Arief dan Rizki Ilmianih. 2016. Metoda Pengurangan Zat Besi Dan Mangan
Menggunakan Filter Bertingkat Dengan Penambahan UV Sterilizer Skala Rumah
Tangga. http://journal.unas.ac.id/giga/article/view/298 Diakses pada 13 Maret 2020.

Oesman, Nastiti Maharani dan Sugito. 2017. PENURUNAN LOGAM BESI DAN MANGAN
MENGGUNAKAN FILTRASI MEDIA ZEOLIT DAN MANGANESE GREENSAND.
http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/waktu/article/view/732 Diakses pada 13 Maret
2020.

Purwono dan Karbito. 2013. PENGOLAHAN AIR SUMUR GALI MENGGUNAKAN


SARINGAN PASIR BERTEKANAN (PRESURE SAND FILTER) UNTUK
MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) DAN MANGAN (Mn). https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/38 Diakses pada 13 Maret 2020.
Purwoto, Setyo dan Joko Sutrisno. 2016. PENGOLAHAN AIR TANAH BERBASIS
TREATMENT Ferrolite, Manganese Zeolite , dan Ion Exchange.
http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/waktu/article/view/134 Diakses pada 13 Maret
2020.

Rahmawati, Novia dan Sugito. 2015. REDUKSI BESI (Fe) DAN MANGAN (Mn) PADA AIR
TANAH MENGGUNAKAN MEDIA FILTRASI MANGANESE GREENSAND DAN
ZEOLIT TERPADUKAN RESIN.
http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/waktu/article/view/58 Diakses pada 13 Maret
2020.

Widayat, Wahyu. 2008. TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR MINUM DARI AIR BAKU
YANG MENGANDUNG KESADAHAN TINGGI.
http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/2364 Diakses pada 13 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai