Anda di halaman 1dari 50

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian

Kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa

satu bulan sama dengan 28 hari. Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari

42 minggu. (Manuaba, 2015 : 98)

Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari Hari

Pertama Haid Terakhir (HPHT). Kehamilan dibagi dalam 3 trimester, yaitu

trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari

bulan ke 4-6 bulan, dan triemester ketiga dari bulan ke 7-9 bulan. (Saifuddin,

2014 : 90).

Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga

terjadinya konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari pertama haid terakhir

(Sumber : Alzam Faisal, 2015).

2.1.2 Penyesuaian Psikologi Pada Trimeter III

Trimester Tiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai

makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang

bayi. (Varney, 2015 : 492)

6
7

Trimester Ketiga ini merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam

menanti kelahiran bayi dengan menjadi orang tua sementara perhatian pertama

wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan, pergerakan janin dan

pembesaran uterus keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingat tentang

keberadaan bayi. (Varney, 2015 : 492)

Wanita akan kembali meresahkan ketidak nyamanan yang semakin kuat

menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan

memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasanganya. (Varney,

2015 : 493)

2.1.3 Perubahan Maternal Pada Ibu

1. Perubahan pada sistem gastrointestinal

Perubahan sistem gastrointestinal sebagai besar terjadi oleh karena makin

meningkatnya hormon progesteron yang dapat mengurangi peristaltik usus

dan menimbulkan berbagai komplikasi ringan sampai berat.

2. Perubahan pada kulit

Perubahan pada kulit ibu hamil, terjadi karena terdapat hormon khusus.

Perubahan kulit dapat bentuk hiperpigmentasi dan hiperemia di beberapa

tempat.

3. Sistem kardiovaskular

Sistem kardiovaskular mengalami perubahan untuk dapat mendukung

peningkatan metabolisme sehingga tumbuh kembangnya janin sesuai

dengan kebutuhnya.
8

4. Perubahan sistem kelenjar endokrin

Kehamilan telah mengubah seluruh sistem sehingga bersama-sama dapat

memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya janin dalam uterus dengan

sempurna.

5. Perubahan metabolisme pada ibu hamil

Kehamilan merupakan satu tambahan kehidupan intra uteri yang

memerlukan nutrisi, elektrolit, trace elemen, dan lain-lain sehingga secara

keseluruhan metabolisme anak meningkat sekitar 20-25%.Deposit nitrogen

dalam bentuk protein naik sekitar 25% sehingga diperlukan tambahan

protein yang cukup untuk dapat meningkatkan tumbuh kembang janin

dengan sempurna, tidak mengalami gangguan atau mengalami anemia.

(Manuaba, 2015 : 136-149)

6. Servik uteri

Servik uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon

estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka

servik lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot.

Jaringan ikat pada servik ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar

estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka

konsistensi servik menjadi lunak. (Sarwono, 2015 : 94).

Servik berfungsi menjadi barier yang efektif terhadap infeksi saat

kehamilan. Hal ini juga terstruktur untuk melindungi fetus pada saat

perkembangannya, dengan cara menutup dan menyediakan resistensi

terhadap tekanan dari atas saat ibu dalam posisi berdiri. (Salmah,
9

2014:48).

7. Sistem respirasi

Kehamilan sangat sedikit mempengaruhi system respirasi dibandingkan

dengan sistem kardiovaskuler. Tetapi perubahan yang terjadi

menyebabkan ketidaknyamanan dan keadaan tidak menyenangkan pada

kehamilan dan penyakit sistem respirasi bisa menjadi lebih parah karena

kehamilan. (Salmah, 2015:53)

2.1.4 Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil

1. Antenatal Care

Asuhan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama

ditunjukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

(Yulaikhah, 2015:67)

2. Jadwal pemeriksaan

Ibu hamil ldianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal minimal

sebanyak 4 kali, yaitu I kali pada trimester 1, 1 kali pada pada trimester II,

dan 2 kali pada trimester III. (Yulaikhah, 2015:67)

3. Tujuan

a. Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan pada saat persalinan.

b. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan.

c. Perawatan neonatus bayi.

d. Pemeliharaan dan pemberian laktasi. (Yulaikhah, 2015:67)

4. Kebijakan program

Pelayanan/asuhan standar minimal asuhan kehamilan termasuk ”14 T”,

yaitu :
10

a. Timbang berat badan ( T1)

1) Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum

hamil dihitung dari trimester I sampai trimester II yang berkisar

antara 9-13,5 kg. penimbangan berat badan mulai terimester III

bertujusn untuk mengetahui kenaikan berat badan setiap

minggu, yaitu tergolong normal adalah 0,4-0,5 kg tiap minggu.

2) Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi

faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan.

b. Ukur Tekanan darah (T2)

Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat . 30

mmHg atau tekanan distolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien

beristirahat selama 30 menit. Tekanan pada diastolic pada trimester

kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat pre-

eklamsi. (Hanifah, 2015:92)

c. Nilai status gizi (T3)

Nilai status gizi ibu dilihat dari peningkatan barat badan ibu dan

kecukupan istirahat ibu, serta dilihat dari LILA ibu. (Mandriwati,

2015:47)

d. Ukur Tinggi fundus uteri (T4)

Tujuan pemerikasaan TFU mengunakan tehnik Mc Donald adalah

menentukan umur kehamilan berdasarkan umur kehamilan brdasarkan

minggu, dan hasilnya bias dibandingkan dengan hasil anamnesis dari

pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai

dirasakan TFU dalam cm yang normal harus sama dengan umur


11

kehamilan dalam minggu yang ditentukan berdasarkan HPHT.

(Mandriwati, 2015:83).

e. Presentasi kepala dan DJJ (T5)

Dilakukanya pemeriksaan presentasi janin yaitu untuk mengetahui

bagian terendah janin. Macamnya adalah presentasi puncak kepala,

presentasi muka dan presentasi dahi.

Dilakukanya pemeriksaan DJJ yaitu untuk mengetahui apakah bayi

dalm keadaan sehat, bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya

berkisar antara 120-160 kali / menit. Kalau bunyi jantung kurang dari

120 kali/menit. Atau lebih dari 160 kali/menit atau tidak teratur, janin

dalam keadaan asfiksi (kekurangan oksigen) yang disebut gawat janin.

f. Pemberian imunisasi Tetanus toksoid TT lengkap (T6)

Tabel 2.1

Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid

Interval Lama %
Imunisasi
(selang waktu minim) perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal - -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99

g. Pemberian Tablet zat besi T7

Pemberian Tablet zat besiminimum 90 tablet selama kehamilan.

h. Tes terhadap penyakit menular seksualT8

Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual sangat penting karena


12

dapat membahayakan perkembangan janin bahkan kematian janin.

Test laboratorium rutin (HB dan Protein), dilakukan pemeriksaan

darah ibu hamil, yaitu untuk mengetahui Hb ibu hamil apakah ibu

anemis atau tidak, sedangkan dilakukanya pemeriksaan urine pada ibu

hamil yaitu untuk mengetahui apakah urine mengandung protein atau

tidak untuk mendeteksi gejala pre-eklamsi. (Mandriwati, 2015:54)

i. Tata laksana kasus (T9)

Untuk mendeteksi apakah terdapat kegawat daruratan pada ibu hamil

serta merencanakan penetalaksanaan kegawat daruratan tersebut.

(Saifudin, 2014:76)

j. Temu wicara koseling (T10)

Temu wicara atau konseling sangat diperlukan karena dapat menjalin

tertatalaksana asuhan yang bai selama kehamilan bahkan berlanjut

pada asuhan intranatal, postnatal dan asuhan pada bayi baru lahir.

Konseling yang perlu diberikan selama hamil meliputi : konseling

mengenai kebutuhan nutrisi ibu hamil, senam ibu hamil, persiapan

persalinan, tanda bahaya hamil.

k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)

l. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)

m. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)

n. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)

Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat

dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7T (Prawiroharjo, 2012 : 88).


13

2.1.5 Nasihat-Nasihat Untuk Ibu Hamil

1. Nutrisi

Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat-zat meningkat. Hal ini

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang janin,

pemeliharaan kesehatan ibu dan persediaan laktasi baik untuk ibu maupun

janin.Selama kehamilan terjadi peningkatan kalorisekitar 80.000 kilokalori

sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300 kilokalori/hari.

Penambahan kalori ini dihitung melalui protein, lrmak, yang ada pada

janin, lemak pada ibu, dan konsumsi O2 ibu selama 9 bulan. (Yulaikhah,

2015 : 49).

2. Higiene Personal

Mandi di perlukan untuk menjaga kebersihan atau higiene terutama

perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Hal ini

yang perlu diperhatikan adalah :

1) Tidak mandi air panas

2) Tidak mandi air dingin

3) Pada kehamilan lanjut, shower lebih aman dari bak mandi. (Yulaikhah,

2015 : 49).

3. Pakaian

Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih, dan ada ikatan yang

ketat pada daerah perut. Selain itu wanita dianjurkan mengenakan Bra

yang menyokong payudara dan sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi

karena titik berat wanita hamil berubah.Dianjurkan pula memeakai

pakaian dari bahan katun yang dapat menyerap keringat. pakaian dalam
14

harus kering dan harus sering diganti. (Yulaikhah, 2015 : 50)

4. Eliminasi

Wanita dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengonsumsi

makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain itu

perawatan perinium dan vagina dilakukan setelah BAK/BAB dengan cara

membersihkan dari depan kebelakang, mengunakan pakaian dalam dari

bahan katum, sering mengganti pakaian dalam, dan tidak melakukan

docing / pembilasan (Yulaikhah, 2015 : 51).

5. Seksual

Hubungan seksual saat hamil bukanlah merupakan suatu halangan,

asalkan dilakukan dengan hati-hati. Sering dijumpai bahwa hubungan

seksual dapt menimbulkan abortus, persalinan prematur.

Karena mempunyai riwayat kehamilan yang buruk, sebaiknya dinasihati

agar berpuasa dalam berhubungn seksual, khususnya saat hamil muda.

Namun ada kemungkinan libido wanita saat hamil meningkat seiring

dengan peningkatan estrogen (Manuaba, 2014 :193).

6. Mobilisasi Atau Mekanik Tubuh

Postur tubuh, lifting (menangkat), bangun dari posisi

jongkok/duduk (bend kness [menekuk lutut], turn side [berbalik badan],

menahan tangan dari posisi duduk) (Yulaikhah, 2015).

2.1.6 Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

1) Perdarahan Pervaginam

2) Nyeri perut
15

3) Rasa kencang di perut yang terus menerus, berkesinambungan

(kontraksi) atau kram.

4) Rabas atau mancurnya cairan dari vagina.

5) Bengkak ata pembesaran tangan, kaki, atau wajah yang tiba-

tiba.

6) Ganguan penglihatan

7) Pusing, sakit kepala yang hebat.

8) Gerakan janin berkurang

9) Daerah sakit dan kemerahan di kaki, atau sakit di kaki jika

berdiri.

10) Nyeri yang hebat di kemaluan dan panggul, denggan gangguan

gerak kaki

11) Nyeri tau panas saat berkemih.

12) Nyeri daerah kemaluan atau gatal.

13) Mual atau muntah yang persisten. (Whalley, 2014:49)

2.2 Persalinan

2.2.1 Pengertian

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran

hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang

ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran

plasenta. (Varney, 2015 : 672)

Persalinan disertai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan


16

perubahan pada servik (membuka dan menipis) dan berakhirnya dengan lahirnya

plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan penambahan servik. (APN, 2016 : 37)

2.2.2 Tujuan

Tujuan Asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatah yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya

yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminal mungkin agar

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapt terjaga pada tingkat yang

diinginkan (Optimal) (APN, 2016 :3).

2.2.3 Bentuk- Bentuk Persalinan

Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.Persalinan buatan, bila proses

persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya: ekstrasi dengan forsep atau

dilakukan operasi SC atau VE. Persalinan anjuran, bila persalinan berlangsung

tidak mulai dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemecahan ketuban atau

pemberian pitosin atau prostaglandin. (Mira, 2015 : 74)

2.2.4 Tanda-Tanda Persalinan

1. Penipisan dan pembukaan serviks.

2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit )

3. Keluarnya lendir bercampur darah (”show”) melalui vagina (Mira, 2015:

75)
17

2.2.5 Permulaan Terjadinya Persalinan

Penyebab mulainya persalinan diuraikan oleh beberapa teori:

1. Teori hormon progesteron dan estrogen

Progesteron menimbulkan strogen meninggikan kerentanan otot

rahim. Hormon. Relaksasi otot-otot rahim, sedangkan estrogen

meninggikan kerentanan otot rahim. Hormon yang dominan saat hamil

adalah estrogen dan progesteron. Pengaruh hormon progesteron tersebut

antara lain:

a. Hormon estrogen meningkatkan sensitivitas otot rahim dan

memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

prostaglandin, dan rangsangan mekanis.

b. Hormon progesteron menurunkan sensitivitas otot rahim,

menyulitkan otot rahim menerima rangsangan dari luar seperti

oksitosin,dan prostaglandin mekanik.

c. Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

2. Teori oksitosin internal

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga timbul

kontraksi. oksitosin di hasilkan oleh kelenjar hipofise parss

posterior.Perubahan keseimbangan progesteron dan estrogen mengubah

sensitivitas sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunya

progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan

aktifitas kontraksi sehingga terjadi persalinan.

3. Teori prostaglandin

Prostaglandin dihasilakan oleh desidua, meningkat setelah usia

kehamilan 15 minggu. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat


18

menimbulakn kontraksi otot rahim sehingga hassil konsepsi dikeluarkan.

4. Teori keregangan.

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Setelah melewati batas terjadinya kontraksi sehingga persalinan

dimulai. Contohnya pada kehamilan ganda.

5. Pengaruh janin

Hipotalamus, hipofise, dan kelenjar suprarenalis janin merupakan

pemicu terjadinya persalinan. Oleh karena itu bayi anensepalus,

kehamilanya sering lebih lama karena tidak terbentuk hipotalamus. (Mira,

2014:74)

2.2.6 Tahapan Persalinan

Kala I

Dapat dinyatakan partus lama dimana bila timbulnya his wanita tersebut

mengeluarkan lendir darah ( blood show ). Lendir ini berasal dari lendir kanalis

serviks karena servik mulai membuka tau mendatar. Sedangkan darahnya berasal

dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berad pada di sekitar kanalis servikalis itu

pecah karena pergeseran-pergeseran ketika servik membuka.

Proses pembukaanya servik sebagai akibat his dibagi 2 fase, yaitu :

1. Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran diameter 3 cm.

2. Fase Aktif

Dibagi dalam 3 fase yaitu :


19

a. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 2 jam pembukaan 3

cm tadi menjadi 4 cm.

b. Fase dilatasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2

jam pembukaan 9 cm menjadi pembukaan lengkap. (Sarwono, 2016)

Kala II

Kala II persalinan adalah di mulai dengan dilatasi lengkap serviks di akhiri

dengan kelahiran bayi. (Varney, 2016).Pada kala II his menjadi lebih kuat dan

lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini

kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan

pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin

mengedan (Wiknjosastro, 2015).

Kala III

Kala III adalah setelah plasenta lahir, uterus teraba keras dengan fundus

diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan

plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 jam sampai 15 menit

setela bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri

(Wiknjosastro, 2015).

Tujuan manajemen adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih

efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan

mengurangi kehilangan darah pada kala III persalinan jika dibandingakan dengan

penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan Kematian ibu di

Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar


20

disebabkan oleh atonia uteri dan retensi plasenta, yang yang sebenarnya dapat di

cegah dengan melakukan manajemen aktif kala III (APN, 2015:123).

Fisiologi persalinan kala III yaitu otot uterus ( miometrium ) berkontraksi

mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan

ukuran ini menyebabkan berkurnagnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena

tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak

berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding

uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam

vagina. (APN, 2017:123)

Tanda dan Gejala Kala II persalinan :

1. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.

2. Ibu merasakan adanya peningkatan pada rektum dan vaginanya.

3. Perineum menonjol.

4. Vulva-vagina dan spingter ani membuka.

5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

6. Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif)

yang hasilnya adalah :

a. Pembukaan serviks telah lengkap, atau

b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. (APN, 2017 :

75-76).

Kala IV

Kala IV yait disebut kala pemantuan atau untuk mengamati apakah ada
21

perdarahan postpartum. (Wiknjosastro, 2017)

Dalam kala IV yang harus dipantau kontraksi uterus, tinggi fundus, perdarahan,

dan mengevaluasi kondisi ibu secara umum. (APN, 2017:137)

2.2.7 Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik.

Tujuan utama penggunaan partograf :

1. Mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui

pemeriksaan dalam.

2. Mendeteksi apakah persalinan

berjalan normal

3. Data pelengkap yang terkait

dengan pemantauan kondisi ibu, bayi, kemajuan persalinan dan proses

persalinan. (APN, 2017:55)

Kondisi ibu dan janin harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :

1. Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit.

2. Air ketuban, catat dengan lambang-lambang berikut :

a. U : Selaput ketuban Utuh (belum pecah)

b. J : Selaput ketuban pecah dan air ketuban Jernih

c. M : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Mekonium

d. D : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Darah

e. K : Selaput ketuban pecah dan air ketuban Kering


22

Penyusupan (Molase) tulang kepala janin, catat dengan lambang-lambang

berikut :

a. 0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dipalpasi.

b. 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya terpisah.

c. 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih namun masih

bisa dipisahkan.

d. 3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan.

6. Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda (X).

7. Penurunan bagian terbawah janinTulisan “Turunnya kepala” dan garis

tidak putus dari 0-5, tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan

serviks. Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.

8. Jam : catat jam yang sesungguhnya.

9. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang dijalani sesudah pasien

diterima.

10. Kontraksi uterus, catat setiap 30 menit. Lakukan palpasi untuk menghitung

banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi

dalam hitungan detik :

a. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya <20 detik.

b. Beri garis-garis di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya 20-40 detik.

c. Isi penuh di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang


23

lamanya >40 detik.

11. Nadi dicatat setiap 30 menit

12. Tekanan darah dicatat setiap 4 jam

13. Suhu badan dicatat setiap 2 jam.

14. Protein, aseton, dan volume urin dicatat setiap 2 jam (APN, 2017:57-63).

2.2.8 Mekanisme Persalinan Normal

Seperti diketahui bahwa proses pesalinan normal, ditentukan oleh tiga

faktor utama, yaitu :

1. Power

Kekuatan his yang adekuat dan tambahan kekuatan mengeja

2. Passange

Jalan lahir tulang, jaln lahir otot

3. Passanger

Janin, plasenta, dan selaput ketuban. (Manuaba, 2015)

Gambar 2.1
Sinklitismus : bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas
panggul
24

Gambar 2.2
Asinklitismus anterior : apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke
depan dengan pintu atas panggul

Gambar 2.3
Asinklitismus posterior : keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior

Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan,

sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu

atas panggul (Gambar 23-11). Dapat pula kepala masuk dalam keadaan

asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala miring dengan bidang pintu atas panggul.

Asinklitismus anterior menurut Naegle ialah apabila arah sumbu kepala membuat

sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul (Gambar 23-12). Dapat pula

asinklitismus posterior menurut Litzman, ialah apabila keadaan adalah sebaliknya

dari asinklitismus anterior (Gambar 23-13).


25

Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada

mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis

di daerah posterior lebih luas jika dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah

anterior. Hal asingklitismus penting apabila daya akomodasi panggul agak

terbatas.

Gambar 2.4 Fleksi kepala janin

Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, untuk lebih

mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala

yang akan menurun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga

panggul.
26

Gambar 2.5

Putaran paksi dalam

Gambar 2.6

Gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar

Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang

paling kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan

sirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm) sampai di dasar panggul kepala

janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun

menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan.

Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan

oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran

paksi dalam (Gambar 23-15). Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil

akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil di bawah

simfisis, dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan

gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan

kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus

membuka dinding rektum.

Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturut-turut

tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala
27

segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar (Gambar 23-16).

Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali ke posisi sebelum putaran paksi

dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.

Gambar 2.7

Kelahiran bahu depan, kemudian bahu belakang

Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga

panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,

sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada

dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan trokanter depan terlebih

dahulu, baru kemudian trokanter belakang (gambar 23-17). Kemudian bayi lahir

seluruhnya. (Wikjosastro, 2014 : 314)

2.3 Nifas

2.3.1 Pengertian

Pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi

persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri

dengan pelahiran plasenta (Varney, 2014 : 672). Masa nifas (puerperium)

didefinisikan sebagai periode 6 minggu segera setelah lahirnya dan mencerminkan

periode saat fisiologis ibu, terutama sistem reproduksi kembali mendekati keadaan

sebelum hamil. (Dunstall, 2014: 304)


28

Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama

persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama

perdarahan pasca perdarahan, hipotermia dan asfiksi bayi barulahir.

(Winkjosastro, 2014 : 334).

2.3.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :

1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi

Dengan diberikanya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan

dalam upayanya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada

kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan keluarga

dalam membuat bentuk dan pola bsaru dengan kelahiran anak berikutnya.

Jika ibu dapat melewati masa ini dengan baik maka kesejahteraan fisik dan

psikologis bayipun akan meningkat

2) Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu

Dengan diberikanya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya

permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehigga

penanganyapun dapat lebih maksimal.

3) Merujuk ibu dan asuhan tenaga ahli bilamana perlu

Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehtan pada

ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang

diambil tepat.

4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu

untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya

yang khusus

Pada saat memberikn asuhan nifas, ketrampilan seseorang tetanus dapat


29

dihindari, meskipun untuk saat ini angka bidan sangat dituntut dalam

memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga.

5) Imunisasi ibu terhadap tetanus

Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas, kejadian

kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan.Mendorong

pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta

peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anakSaat

bidan memberikan asuhan pada mas nifas, materidan pemantauan yang

diberikan tidak hanya sebatas pada lingkup permasalan ibu, tapi bersifat

menyeluruh terhadap ibu dan anak (Sulistyawati, 2015: 2-3)

2.3.3 Proses Adaptasi Psikologi Ibu Pada Masa Nifas

Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres

pascapersalinan, terutamapada ibu primipara.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi

menjadi orang tua.

2. Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.

3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.

4. Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.

Periode ini diekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap

berikut ini:

1) Talking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat

tergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih
30

mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta

kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2) Talking hold period

Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuanya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap

perawatan bayi, pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga

membutuhkan bimbingan dan dorongan perawatan untuk mengatasi

kritikan yang dialami ibu.

3) Letting go period

Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah mulai secara penuh

menerima tanggungjawab sebagai “sebagai ibu” dan menyadari atau

merasa kebutuhan bayi sangat tergantung pada diriya. (Saleha, 2014 : 63-

64)

2.3.4 Perubahan fisiologis pada masa nifas

1. Uterus

a. Pengerutan rahim

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari

desidus yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic

(layu/mati).Perubahan ini diketahui dengan melakukan pemeriksaan

palpasi dimana TFU nya ( tinggi fundus uteri ).

Tabel 2.2
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 700 gram
31

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram


Tidak teraba diatas
2 minggu 300 gram
simfisis
6 minggu Bertambah kecil 40-60 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi


(Saleha, 2014 : 3).

b. Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus. Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan

waktu keluarnya :

1. Lokhea rubra/merah

Lokhea ini keluar dari hari pertama sampai hari ke masa post

partum .

2. Lochea sanguinolenta

Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta

berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post pastum.

3. Lochea serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada

hari ke-7 sampai hari ke-14.

4. Lochea alba/putih

Lochea ini mengandug leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput

lendir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat

berlangsung selama 2-6 minggu post partum. (Sulistyawati, 2014 :

76)
32

c. Perubahan pada servik

Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga

seperti corong, segera setelah bayi baru lahir. Bentuk ini disebabkan

oleh corpus uteri yang dapt mengadakan kontraksi sehingga seolah-

olah pada perbatasan antara korpus dan servik berbentuk semacam

cincin.

Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan

menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi b ru lahir, tangan

dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat

dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, servik sudah

menutup kembali. (Sulistyawati, 2014 : 77)

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, sera peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi. Dalam bebrapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak

hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol (Sulistyawati, 2014 :

77).

e. Sistem pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyatap makananya dua

jam setelah persalinan. Kalsium amat sangat penting untuk gigi pada

kehamilan, masa nifas, dimana pada massa ini terjadi penurunan

konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada


33

ibu, teruutama pada bayi yang dikandunganya untuk proses

pertumbuhan janin juga pada ibu pada masa laktasi (Saleha,

2014 : 5)

f. Sistem perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan

kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan.

Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan menunjukan tidak

saja edema dan hyperemia dinding kendung kemih, tetapi sering kali

terdapat ekstavasai darah pada submukosa. Kurang lebih 40% wanita

nifas mengalami proteinuria yang non patologis sejak pasca melahirkan

sampai dua hari post partum agar dapat dikendalikan.

Diuretis yang normal dimulia segera setelah bersalin sampai hari kelima

setelah persalinan. Jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3.000 ml

perharinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah satu cara untuk

menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler yang merupakan

bagian normal dari kehamilan. Selain itu juga di dapati adanya keringat

yang banyak pada beberapa hari pertama setelah persalinan (Saleha,

2014 : 59) .

g. Sistem muskuloskeletal

ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu

kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala.

Tidak jarang ligament rotundum mengendur,sehingga uterus jatuh ke

belakang. Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur

dapat di atasi dengan latihan-latihan tartentu. (Saleha, 2014:59)


34

h. Sistem endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

system endokrin, terutama pada hormone-hormon yang berperan pada

proses tersebut.

1) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama

tahap ke 3 persalinan,hormone oksitosin berperan dalam pelepasan

plasenta dan mempertahankan kontraksi,sehingga mencegah

pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi asi dan sekresi

oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal

2) Prolaktin

Menurunya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar

pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormone

ini beraperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar

prolaktin cepat tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel

dalam ovarium yang di tekan. (Saleha, 2014 : 59)

3) Kadar estrogen

Setelah persalinan,terjadi penurunan kadar estrogen yang

bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat

dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

(Sulistyawati, 2015:80)

4) Perubahan tanda – tanda vital

Tanda – tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah

sebagai berikut :
35

a. Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat

celsius, sesudah partus dapat naik kurang lenih 0,5 derajat

celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8

derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya

suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38

derajat celsius, mungkin terjadi ionfeksi pada klien.

b. Nadi dan pernapasan

Nadi berkisar antara 60 – 80 denyut per menit setelah

partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia

dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan

berlebihanatau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa

nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu

tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah

partus kemudian kembali seperti keadaan semula.

c. Tekanan Darah

Pada beberapa kasusu ditemu8kan keadaan hipertensi

postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak

terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertainya dalam ½

bulan tanpa pengobatan.

d. Sistem Hematologi dan Kardiovaskular

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah

putih sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan.

Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari

pertama masa postpartum. Jumlah sel-sel darah putih


36

tersebutsemacam itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta

eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas

sebagai akibar dari volume darah, volume plasma, dan volume

sel darah yang berubah-ubah. Sering dikatakan bahwa jika

hematokrit pada hari pertama atau kedeua lebih rendah dari

titik 2 % atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan

awal, maka klien dianggap telah kehilangan 500 ml darah.

Biasanya terdapat suatu penurunan besar kurang lebih 1.500 ml

dalam jumlah darah keseluruhan selama kelahiran dan masa

nifas. Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien ini kira-

kira 200-500 ml hingga masa persalinan, 500–800 ml hingga

selama minggu pertama postpartum, dan terakhir 500 ml

selama sisa masa nifas.

2.3.5 Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali Kunjungan ini

bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah,

mendeteksi, serta menangani masalah – masalah yang terjadi.

Tabel 2.2

Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam setelah - Mencegah terjadinya perdarahan pada masa

persalinan nifas.

- Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan, dan memberikan rujukan bila


37

Kunjungan Waktu Tujuan

perdarahan berlanjut.

- Memberikan konseling kepada ibu atau salah

satu anggota keluarga mengenai bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

- Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.

- Mengajarkan cara mempererat hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir.

- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia.

Jika bidan menolong persalinan, maka bidan

harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam

pertama setelah kelahiran atau sampai

keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.


6 hari setelah - Memastikan involusi uterus berjalan

persalinan normal : uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,

atau kelainan pasca melahirkan.


38

Kunjungan Waktu Tujuan

II - Memastikan ibu mendapatkan cukup

makanan, cairan dan istirahat.

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak ada kesulitan.

- Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.


III 2 minggu setelah - Sama dengan di atas (6 hari setelah

persalinan persalinan).

- Memastikan Diasthasis rektus

abdomonalis
IV 6 minggu setelah - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-

persalinan penyulit yang ia atau bayi alami.

- Memberikan konseling KB secara dini.

- Memberikan konseling tentang hubungan

sexual.

- Menganjurkan/mengajak ibu membawa

bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk

penimbangan dan imunisasi (saleha,

2015:84)

2.3.6 Tanda bahaya masa nifas

Tanda-tanda bahaya berikut merupakan hal yang sangat penting, yang

harus disampaikan kepada ibu dan keluarga. Jika ia mengalami salah satu atau

lebih keadaan berikut maka ia harus secepatnya dating kebidan atau kedokter.
39

a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak

( lebih dari perdarahan haid biasa atau memerlukan ganti pembalut 2 hari

dalam setengah jam ).

Pengeluran pervaginam yang berbau menusuk ( menyengat ).

b. Rasa sakit dbagian bawah abdomen atau punggung.

c. Rasa sakit kepala yang terus menerus atau masalah penglihatan

d. Pembengkakan diwajah atau ditangan.

Demam, muntah , rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak enak

badan

e. Payudarah yang berubah menjadi merah, panas dan sakit.

f. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.

g. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.

h. Merasa sedih dan tidak mampu merawat bayinya atau dirinya sendiri

i. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah (Sulistyawati, 2014 :

137).

2.3.7 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut :

1. Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan

sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama persalinan dan nifas.

2. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan

psikologis.

2.4 Bayi Baru Lahir


40

2.4.1 Pengertian

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada

bayi baru lahir satu jam pertama sampai 24 jam setelah kelahiran. Sebagian besar

bayi baru lahir menunjukan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau

gangguan (APN, 2016).

2.4.2 Tujuan

Mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan

resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang

bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi

seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-refleks primitive

seperti menghisap dan mencari puting susu (Saifuddin, 2016 : 133).

2.4.3 Penilaian Bayi Baru Lahir

Penilaian awal bayi baru lahir haru segera dilakukan secara tepat dan tepat

(0-30 detik), dengan cara menilai:

a. Apakah bayi mengis dengan kuat atau bernafas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak aktif?

c. Apakah kulit bayi berwarna merah muda, pucat, atau biru?

Identifikasi bayi baru lahir yang memerlukan asuhan tambahan adalah

bila bayi tidak menagis kuat, kesulitan bernafas, gerak bayi tidak aktif, warna

kulit bayi pucat (APN, 2016:42).

2.4.4 Penanganan Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah :

1. Membersihkan jalan nafas


41

Bayi normal akan menangis spontan setelah lahir. Apabila bayi tidak

langsung menangis penolong segera memberikan jalan nafas dengan cara

sebagai berikut :

a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat

b. Gulung kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih

lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit

tengadah kebelakang.

c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari

tengan yang membungkus dengan kassa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi

dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera

menangis.

2. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan menggunakan

gunting steril dan diikat dengan pengikat steril, tali pusat dibersihkan dan

dirawat dengan kassa steril.

3. Mempertahankan suhu tubuh

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,

dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membantunya tetap hangat.

Bayi baru lahir harus dibungkus hangat setelah IMD, suhu tubuh bayi

merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai

suhu tubuhnya sudah stabil, suhu bayi harus dicatat.

4. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

a) Pengertian IMD
42

Inisiasi Menyusu dini (early initiation) adalah bayi diberi kesempatan

mulai atau inisiasi menyusui sendiri segera setelah lahir/dini dengan

cara membiarkan kulit bayi melekat pada kulit ibu setidaknya satu jam

atau sampai menyusu awal selesai, dengan cara merangkak mencari

payudara (The Breast Crawl).

b) Tahapan Perilaku Bayi Sebelum Menyusui

Untuk mencari payudara, bayi merangkak melalui 5 tahapan, yaitu:

1) Dalam 30 menit pertama : istirahat siaga, sekali-kali melihat ibunya,

menyesuaikan dengan lingkungannya.

2) 30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan menghisap,

memasukan tangan ke mulut.

3) Mengeluarkan air liur

4) Kaki menekan-nekan perut ibu untuk bergerak kearah payudara.

5) Menjilat-jilat kulit ibu, menyentuh puting susu dan tangannya

6) Menghentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri

7) Menemukan puting, menjilat, mengulum puting susu.

8) Membuka mulut lebar dan melekat dengan baik serta menghisap

dengan kuat pada puting susu ibu.

c) Manfaat IMD

1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat, sehingga menurunkan

AKB karena hypotermia.

2) Ibu dan bayi merasa tenang.

3) Memindahkan bakteri kulit ibu ke kulit bayi, dengan menjilat kulit

ibu maka bayi menelan bakteri berkoloni dan bakteri yang berada

diusus bayi akan menyaingi bakteri ganas dari lingkungannya.


43

4) Jalinan kasih sayang ibu-bayi lebih baik sebab bayi siaga 1-2 jam

pertama.

5) Mendapat colostrum, kaya anti bodi, penting untuk pertumbuhan

usus, ketahanan infeksi, kehidupan bayi.

6) IMD lebih berhasil menyusui eksklusif dan lebih lama disusui.

7) Sentuhan, emutan, jilatan pada puling merangsang pengeluaran

hormon oksitosin, penting untuk :

8) Kontraksi rahim, membantu mengurangi pendarahan.

9) Merangsang hormon lain membuat ibu tenang, rileks, mencintai

bayinya, meningkatkan ambang nyeri, kebahagiaan.

10) Merangsang pengeluaran ASI.

d) Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan.

2) Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak atau

mengurangi mempergunakan obat kimiawi.

3) Dikeringkan, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan lemak putih

(vernix).

4) Tengkurupkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi

melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya. Kalau perlu

menggunakan topi bayi

5) Biarkan bayi mencari putting susu ibu sendiri Ibu dapat

merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh

mendekatkan bayi pada puting tapi jangan memaksakan bayi ke

puting susu
44

6) Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu

sampai proses menyusu pertama selesai atau setelah satu jam

pertama IMD.

7) Tunda menimbang, mengukur, suntikkan vitamin K dan menetesi

dengan obat tetes mata sampai proses menyusu awal selesai.

8) Ibu melahirkan dengan proses operasi berikan kesempatan skin to

skin contact.

9) Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas

indikasi medis. Rawat gabung ibu : ibu-bayi dirawat dalam satu

kamar dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

10) Bila inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin : bayi tetap

diletakkan didada ibu waktu dipindah dikamar perawatan. Usaha

menyusu dini dilanjutkan dikamar perawatan ibu.

e) Peran tenaga kesehatan dalam proses IMD :

1) Menyediakan waktu dan suasana tenang.

2) Membantu ibu menemukan posisi yang nyaman.

3) Membantu bapak dan ibu menunjukkan perilaku pre-feeding yang

positif saat bayi mencari payudara.

4) Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu

5) Menghindarkan memaksa memasukkan puting susu ke mulut bayi.

6) Perlu Kesabaran.

f) Pendapat yang menghambat IMD pada bayi baru lahir

a. Bayi kedinginan.

b. Ibu lelah setelah melahirkan.

c. Kurang tersedia tenaga kesehatan.


45

d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

e. Ibu harus dijahit.

f. Bayi perlu diberi vitamin K dan tetes mata segera.

g. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur.

h. Colostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik dan bahkan tidak

baik untuk bayi.

i. Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC

sentral.

j. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya memberi

kesempatan inisiasi dini pada bayi lahir dengan operasi cesarea

(Utami Roesli, 2016).

2.4.5 Pedoman umum yang diikuti ibu saat menyusui mencakup

1. Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam)

2. Jangan berikan makan dan minuman lain kepada bayi

3. Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupanya dan baru

dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah

periode eksklusif tersebut.

4. Berikan asi pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun

malam (8-10 kali atau lebih dalam 24 jam) selam bayi menginginkan.

(APN, 2016 : 101)

2.4.6 Cara menghilangkan panas dari tubuh bayi

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara

berikut :

a. Evaporasi
46

Kehilangan panas terjadi karena penguapan cairan ketuban pada

permukaan tubuh bayi.

b. Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan

permukaan yang dingin.

c. Konveksi

Kehilangan panas saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.

d. Radiasi

Kehilangan panas karena bayi ditempatkan ditempat benda-benda yang

mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. (APN, 2016:96-

97).

2.4.7 Reflek-reflek pada bayi baru lahir

Bayi dilahirkan dengan banyak refleks normal. Saat semakin dewasa,

banyak dari refleks atau aksi awal ini yang akan hilang. Ketika baru lahir,

memeriksakan refleks-refleks ini, yang merupakan tanda dari kesehatan neurology

yang baik.

Beberapa refleks mempunyai nama khusus.

1) Refleks moro atau terkejut

Terjadi jika bayi anda kaget terhadap suatu bunyi, cahay terang,

atau takut terhadap suatu bunyi, cahaya terang atau gerakan yang cepat.

Bayi lebih mudah terkejut jika ia terbaring terlentang.

2) Refleks menggengam
47

Terjadi jika anda meletakan jari-jari anda ditelapak tanganya; ia

akan memberikan respons dengan mengengam jemari anda dengan

kencang (Whalley, 2016:351).

3) Refleks menghisap dan menelan

Refleks ini berkembang dengan baik pada bayi yang normaldan

terkondinasi dengan pernafasan. Refleks ini sangat penting artinya bagi

proses pemberian makan dan kecukuan nutrisi.

4) Refleks rooting

Bayi akan memutar kearahsumber rangsangan dan membuka

mulut, bersiap untuk menyusu jika disentuh di pipi atau tepi mulut.

5) Refleks muntah, batuk, dan bersin

Refleksi ini melindungi bayi dari sumbatan jalan nafas.

6) Refleks berjalan dan melangkah

Jika disangga pada posisi tegak dengan kakinya menyentuh

permukaan datar, bayi seperti mencoba berjalan. Jika di gendong tibia

menyentuh ujung meja bayi, bayi akan mencoba menaiki meja tersebut

(refleks perubahan ekstremitas).

7) Refleks tonus leher yang tidak simetris

Pada posisi terlentang, ekstermitas di sisi tubuh dimana kepala menoleh

mengalami ekstensi, sedangkan disisi tubuh lainnya fleksi. Tonus otot

dapat di lihat pada respons terhadap gerakan pasif.

8) Penahan sentral

Jika ditahan pada tangan pemeriksa dengan posisi tengkurap, bayi


48

akanmenahan posisi kepala sebentar dengan badanya dan menekuku

ekstremitasnya. Refleks dan merespons tersebut merupakan mekanisme

pertahanan diri, yang memang ditunjukan menarik perhatian sang ibu

terhadap bayinya sehingga meningkatkan perlekatan antara ibu dab

bayinya. (Cooper, 2015:722)

2.4.8 Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai

a. Temperatur aksila di atas 37,5° c atau di bawah 36,5° c

b. Kemungkinana adanya ikterus jika pada bayi, anggota gerak, dan bagian

putih matanya berwarna kekuningan.

c. Perubahan pada prilaku bayi seperti lebih diam atu rewel dan gelisah yang

tak biasa.

d. Masalah dengan tali pusat, termasuk perdarahan .

e. Masalah dengan pemberian makan, termasuk menyusui bayi baru lahir

kurang dari tujuh atau delapan kali dalm 24 jam, atau bayi yang disusui

tidak efektif.

f. Masalah buang air besar

g. Masalah dengan pernafasan. (Whalley, 2016:369)

2.4.9 Imunisasi pada bayi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena pada antigen

yang serupa tidak terjadi penyakit. Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah

terjadinya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi).

a. Hepatitis

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Terhadap 2 jadwal


49

pemberian imunisasi B. Jadwal pertama imunisasi Hepatitis B sebanyak 3

kali, yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir mengunakan uniject), 1 dan 6

bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali, yaitu pada usia

0, dan DPT+Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia kehamilan (APN,

2016:106).

Disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara IM, dosis pertama diberikan pada

usia 0-7 hari, selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu. Bidan juga

harus memprogramkan pemberian dosis pertama vaksin Hepatitis B dalam

12 jam setelah kelahiran (Varney, 2015 : 895).

b. BCG (Bacillus Calmette Guerine)

Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

Diberikan sebanyak 1 kali secara intrakutan di lengan kanan atas vaksin

yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

c. Polio

Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.

Diberikan secara oral 2 tetes sebanyak 4 kali dengan interval 4 minggu.

d. DPT

Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri,

tetanus, pertusis, dan hepatitis B.

Cara pemberian dosis :

1) Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspensi menjadi homogen.

2) Disuntikkan secara intra muskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml

sebanyak 3 dosis.
50

3) Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya

diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)

e. Campak

Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Cara pemberian dan dosis :

1) Sebelum disuntikkan vaksin terlebih dahulu harus dilarutkan dengan

pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.

2) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri

atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun

(kelas 1 SD) setelah catch up campaign campak pada anak Sekolah

Dasar kelas 1-6.

2.5 Keluarga Berencana

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2005), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk

membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran".

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang di

inginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau

alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan.

2.5.1 Cara Kerja

Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan

antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara : Menekan

keluarnya sel telur (ovum), menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin
51

wanita sampai mencapai ovum, dan mencegah nidasi.

2.5.2 Macam-macam Kontrasepsi

1. Kontrasepsi sederhana tanpa alat

a. Senggama Terputus

Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan

sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria

dikeluarkan dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar. Cara

ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu

tahu kapan spermanya keluar.

b. Pantang Berkala (sistem berkala)

Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri

dalam masa subur.Selain sebagai sarana agar cepat hamil, kalender

juga difungsikan untuk sebaliknya alias mencegah kehamilan.

2. Kontrasepsi sederhana dengan alat

a. Kondom

Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan

yang sudah populer di masyarakat. Kondom adalah suatu kantung

karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk

menutupi penis yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam

liang vagina. Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di

laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual,

termasuk HIV/AIDS.

b. KB Suntik
52

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan dengan melalui suntikan hormonal  :

1) KB Suntik 1 bulan (kombinasi)

Adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat dan 5 mg

esestradiol sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali

(Cyclofem). Dan 50 mg roretindron enantat dan 5mg Estradional

Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali.

Indikasi: Wanita usia 35 tahun yang merokok aktif, Ibu hamil

atau diduga hamil, Pendarahan vaginal tanpa sebab, Penderita

jantung, stroke, lever, darah tinggi dan kencing manis, Sedang

menyusui kurang dari 6 minggu, Penderita kanker payudara.

2) KB  Suntikan 3 bulan.

Depo Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron yang

digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek

progesterone yang kuat dan sangat efektif. Obat ini termasuk

obat depot. Noristerat termasuk dalam golongan kontrasepsi ini.

Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti kontrasepsi

hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk program

postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.

c. KontraSepsi Pil

Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah

diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak


53

hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang

paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai

segera sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada

masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya.

d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita

merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan

tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang

menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun

kadar air susu ibu (ASI).

e. Kontrasepsi Implant

Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit

pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit

lengan atas sebelah dalam .Bentuknya semacam tabung-tabung kecil

atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang

korek api. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Pemakaian

susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang

diganti setiap tahun.

f. Kontrasepsi Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita).

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita

yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan


54

keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu

vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah

mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat

kontrasepsi.

2.6 Dokumentasi Asuhan Kebidanan

Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,

pasien, keluarga pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang mencatat tentang

hasil dari pemeriksaan prosedur, pengobatan pada pasien dan pendidikan pada

pasien serta respon terhadap semua asuhan yang telah dilakukan. Alur berfikir

saat menghadapi klien di dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :

a. S (Subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney.

b. O (Objektif), menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorrium dan uji diagnostik lain yang

merumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah

1 Varney.

c. A (Assesment), menggambarkan pendokumentasian hasil

analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi.Diagnosis atau masalah potensial, Antisipasi diagnosis atau

masalah potensial , Perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter, konsultasi

atau kolaborasi serta rujukan sebagi 2, 3 dan 4 Varney.

d. P (Penatalaksanaan), menyusun suatu rencana secara

menyeluruh dan melaksanakan asuhan asuhan secara efisien dan aman


55

serta mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai