I
DENGAN LPB DI RUANG BAITUL IZZAH 2
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
Di susun oleh:
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan kepada pasien dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan proses
keperawatan yang berpedoman pada standar asuhan keperawatan dengan lingkup wewenang,
serta tanggung jawab keperawatan. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan pasti akan
terganggu kehidupannya (Tarwoto, 2006).
Kebutuhan dasar manusia yaitu merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi bagi manusia
dimana kebutuhan itu meliputi kebutuhan oksigenasi, kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan dan
elektrolit, kebutuhan eliminasi, personal hygiene, aktivitas, istirahat, tidur, keselamatan,
keamanan dan kebutuhan psikososial terutama pada kebutuhan dasar manusia yang harus
terus diperhatikan yaitu aktivitas. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
kemampuan gerak aktivitas manusia seperti usia, kecelakaan (insiden), penyakit yang menyertai
yang dapat menyebabkan gangguan intoleransi aktivitas. Ketidakcukupan energi secara fisiologis
untuk meneruskan atau menyelesaikan aktivitas yang diminta atau aktifitas sehari-hari.
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat
dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengubah
kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh
klien (Berman, 2009). Menurut International Association for the Studi of Pain (IASP), penyebab
nyeri pada anak tidak hanya dari penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker,
tetapi juga cidera, operasi, luka bakar, infeksi, dan efek kekerasan. Anak-anak juga mengalami
nyeri dari banyak prosedur dan penyelidikan yang digunakan oleh dokter dan perawat untuk
menyelidiki dan mengobati penyakit. Respon perilaku anak toddler terhadap
rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi yaitu mimik wajah, perubahan nada suara dan
aktivitas, serta menangis, menunjukan sikap menjauh dari stimulus nyeri dan aneka vokalisasi.
Namun macam perilakunya bertambah, termasuk menggosok nyeri dan prilaku agresif
(menggigit, memukul, dan menendang). Sejumlah toddler sanggup mengutarakan bila sakit,
namun tidak dapat menggambarkan intensitas nyeri tersebut (Betz, 2009). Peran pemberi
perawatan primer pada penanganan nyeri yaitu untuk mengidentifikasi, mengobati penyebab
nyeri dan memberikan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya
berkolaborasi dengan tenaga professional kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi
pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi dan bertindak sebagai advokat pasien saat
intervensi tidak efektif. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Wawan, 2010). Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat
penting untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia
2010). Pada pengkajian nyeri anak berbeda dengan pengkajian nyeri pada orang
dewasa, pada pengkajian nyeri anak perawat harus mengkaji dari respon verbal dan non verbal.
Salah satu pendekatan yang digunakan adalah QUESTT: Question the child (Bertanya pada anak
mengenai rasa nyeri yang dialamI), Use pain rating scale (menggunakan skala peringkat rasa
nyeri yang sesuai dengan umur dan kemampuan anak, misal dengan menggunakan skala wajah),
Evaluate behavior and physiologic changes (mengevaluasi perubahan tingkah laku dan fisiologis
seperti: menangis keras atau menjerit, memukul dengan tangan atau kaki), Secure parent`s
involvement (melibatkan orang tua untuk mengamati reaksi anak dalam menghadapi nyeri), Take
cause of pain into account (menentukan dan mencatat penyebab rasa nyeri), Take action and
evaluate results (mengambil tindakan dan mengevaluasi hasilnya, mengambil tindakan yaitu
dengan menggunakan obat/ tanpa obat, sedangkan untuk mengevaluasi dapat dilakukan secara
verbal dan non verbal).
B. Tujuan
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Definisi nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain (IASP, 1979)
adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan
kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan. Sebagai mana diketahui bahwa
nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun
nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis
kelamin. Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung pada
pemeriksaan fisik sepenuhnya serta tes laboratorium mengarahkan kita pada kesalahpahaman
dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada pasien-pasien dengan resiko tinggi
seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan gangguan komunikasi.
Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau pasca pembedahan harus
dilakukan penanganan nyeri yang sempurna, karena dampak dari nyeri itu sendiri akan
menimbulkan metabolic stress response (MSR) yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh
dan memperberat kondisi pasiennya. Hal ini akan merugikan pasien akibat timbulnya perubahan
fisiologi dan psikologi pasien itu sendiri, seperti :
- Perubahan kognitif (sentral): kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus asa.
- Perubahan neurohumoral: hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka.
- Plastisitas neural (kornu dorsalis), transmisi nosiseptif yang difasilitasi sehingga
meningkatkan kepekaan nyeri.
- Aktivasi simpatoadrenal: pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikardi.
- Perubahan neuroendokrin: peningkatan kortisol, hiperglikemi, katabolisme.
Tipe nyeri ada beberapa jenis, pertama yaitu nyeri nosiseptif yang disebabkan oleh aktivitas
nosiseptor (reseptor nyeri) sebagai respon terhadap stimuli yang berbahaya. Nosiseptif
sebenarnya merupakan alur nyeri yang dimulai dari transduksi, transmisi, modulasi sampai
persepsi; kedua adalah nyeri neuropatik yang disebabkan oleh sinyal yang diproses di sistem
saraf perifer atau pusat yang menggambarkan kerusakan sistem saraf perifer atau pusat yang
menggambarkan kerusakan sistem saraf. Nosiseptor adalah aferen-aferen primer yang berespon
terhadap stimulus yang berbahaya dan intens. Pertama, stimulus mencetuskan aktivitas pada grup
aferen primer di neuron-neuron ganglion sensorik (nosiseptor). Melalui sistem spinal dan
berbagai sistem intersegmental, informasi tersebut mengakses pusat supraspinal di batang otak
dan talamus. Sistem proyeksi ini mewakili dasar rangsangan somatik dan visera yang
memberikan hasil berupa usaha menarik diri atau keluhan verbal. Nosisepsi merupakan istilah
yang menunjukkan proses penerimaan yang menunjukkan proses penerimaan informasi nyeri
yang dibawa dari reseptor perifer di kulit dan visera ke korteks serebri melalui penyiaran neuron-
neuron. Neuron-neuron sensorik pada akar dorsal ganglia mempunyai ujung tunggal yang
bercabang ke akson perifer dan sentral. Akson perifer mengumpulkan input sensorik dari
reseptor jaringan, sementara akson sentral menyampaikan input sensorik tersebut ke medula
spinalis dan batang otak. Akson sensorik (aferen nosiseptif) tersebar luas di seluruh tubuh (kulit,
persendian, visera dan meningen).
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan.
Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh
sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang
otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem
nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu
perbaikan jaringan yang rusak. Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis
kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang merefleksikan empat proses
komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya
stimuli yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex cerebri).
B. Klasifikasi/ jenis/ macam
- Nyeri akut : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association for the study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau
diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.
- Nyeri kronis : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association for the study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang yang berakhirnya
tidak dapat diantisipasi atau diprediksi, dan berlangsung lebih dari 3 bulan. Yang
termasuk nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psikomatis.
1. NYERI NEUROPATIK : nyeri yg didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pd sistem saraf.
2. NYERI NEUROGENIK : nyeri yg didahului atau disebabkan oleh lesi disfungsi atau
gangguan sementara primer pada sistem saraf pusat atau tepi.
3. NEURALGIA : nyeri pada daerah distribusi saraf.
4. NEURITIS : inflamasi pada saraf.
5. NEUROPATI : gangguan fungsi atau perubahan patologis pada saraf, pada 1 saraf :
mononeuropati, beberapa saraf : mononeuropati / multipleks, bila bersifat diffus &
bilateral polineuropati.
6. ALODINIA : nyeri yg disebabkan oleh stimulus yang secara normal tidak menimbulkan
nyeri.
7. HYPERALGESIA : respons yang berlebihan terhadap stimulus yang secara normal
menimbulkan nyeri.
8. HYPERESTESIA : meningkatkan sensitifitas terhadap stimulasi.
9. HYPERPATIA : sindroma dengan nyeri bercirikan reaksi nyeri abnormal terhadap
stimulus, khususnya terhadap stimulus berulang, seperti pada peninggian nilai ambang.
10. DISESTESIA : sensasi abnormal yang tidak menyenangkan baik bersifat spontan atau
dengan pencetus.
11. PARAESTESIA : sensasi abnormal, baik bersifat spontan maupun dengan pencetus.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan aman nyaman dapat meliputi
pengkajian khusus masalah aman nyaman dan pengkajian fisik secara umum yang
berhubungan dengan kebutuhan rasa nyaman :
PENGKAJIAN KHUSUS
a.Identitas
Melakukan pengkajian yang meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, tanggal masuk, nomer register,
diagnosa medis, dan lain-lain.
b.Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian
P : Paliatif = faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
Q : Qualitatif = seperti apa, tajam, tumpul atau tersayat
R : Regio = daerah penjalaran nyeri
S : Severe = keparahan atau intensitas nyeri
T : Time = lama waktu serangan atau frekuensi nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah ke rumah sakit
dan penyakit apa yang sedang diderita pada masa sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai penyakit di masa lalu
maupun sekarang
Riwayat Penyakit Keluarga
Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarga ada
yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun menular.
c.Tingkat Aktifitas sehari-hari Pola Istirahat /Tidur
Waktu tidur
Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan dilakukan di rumah,
waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untuk dapat tidur selama di rumah sakit
Waktu bangun
Waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NERM ke posisi yang
rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien sebelum sakit dan pada saat
pasien sudah di rumah sakit
Masalah tidur
Apa saja masalah-masalah tidur yang dialami oleh pasien pada saat sebelum sakit
dan pada saat sudah masuk di rumah sakit
Hal-hal yang mempermudah tidur
Hal-hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur secara nyenyak
Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun
Hal-hal yang menyangkut masalah tidur yang menyebabkan pasien secara mudah
terbangun
d. Pola Eliminasi
Buang Air Kecil
Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa banyak, dibantu atau secara
mandiri
Buang Air Besar
Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah bentuk dari BAB
pasien (encer, keras, atau lunak)
Kesulitan BAK / BAB
Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi pada pasien yang kebutuhan nutrisinya
kurang, diet nutrisi yang tidak adekuat
Upaya mengatasi BAK / BAB
Pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pola eliminasi
Pola Makan dan Minum
Jumlah dan jenis makanan
Seberapa besar pasien mengkonsumsi makanan dan apa saja makanan yang di
konsumsi
Waktu pemberian makanan
Rentang waktu yang diperlukan pasien untuk dapat mengkonsumsi makanan yang
di berikan
Jumlah dan jenis cairan
Berapakah jumlah dan apasajakah cairan yang bisa dikonsumsi oleh pasien yang
setiap harinya di rumah maupun dirumah sakit
Waktu pemberian cairan
Waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan asupan cairan
Masalah makan dan minum
Masalah-masalah yang dialami pasien saat akan ataupun setelah mengkonsumsi
makanan maupun minuman
a. Kebersihan Diri / Personal Hygiene
Pemeliharaan badan
Kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan setiap harinya mulai dari mandi,
keramas, membersihkan kuku dan lain-lain
Pemeliharaan gigi dan mulut
Rutinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien menggosok gigi dalam sehari
Pola kegiatan lain
Kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien dalam pemeliharaan badan
b. Data Psikososial
Pola komunikasi
Pola komunikasi pasien dengan keluarga atau orang lain, orang yang paling dekat
dengan pasien
Dampak di rawat di Rumah Sakit
Dampak yang ditimbulkan dari perawatan di Rumah Sakit
c. Data Spiritual
Ketaatan dalam beribadah
Keyakinan terhadap sehat dan sakit
Keyakinan terhadap penyembuhan
PENGKAJIAN UMUM
a. Pemeriksaan umum
a) Keadaan Umum
Composmentis, somnolen, koma, delirum
b) Kesadaran
c) Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu
d) Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihatadalah bentuk kepala, kesimetrisan, penyebaran
rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut
e) Pemeriksaan Wajah Inspeksi :
sianosis, bentuk dan struktur wajah
f) Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan kesimetrisan
g) Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung, keadaan
membrane mukosa dari hidung
h) Pemeriksaan Telinga Inspeksi :
Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut atau kronis
i) Pemeriksaan Leher
Inspeksi :
adakah kelainan pada kulit leher
Palpasi :
palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok), adakah pembesaran
kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena jugularis
j) Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur, warna
kulit
k) Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal
l) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi: mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran jantung
Perkusi :mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
Auskultasi :bunyi jantung I dan II
m) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi:bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah ada pembesaran
abdomen)
Auskultasi:mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit
Perkusi:apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak), lambung (timpani)
Palpasi:adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi
n) Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi:keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna dari kulit
disekitar genetalia
Palpasi:adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
o) Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
p) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada anus
q) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsi motorik, fungsi
sensorik
r) Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan
motivasi
s) Pemeriksaan Tubuh Secara Umum
Kebersihan, normal, postur
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hemoglobin, glukosa, elektrolit,
dan lain-lain.
B. Diagnosa keperawatan
1. Dx 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Tujuan :
Tingkat nyeri
Kontrol nyeri
Tingkat kenyamanan
2. Dx II
Intoleransi aktifitas b.d mobilitas
Tujuan :
Aktifitas mandiri
Pertahanan kekuatan otot
Intervensi :
Kaji lokasi ketidaknyamanan / nyeri selama aktifitas
Pertahankan tirah baring
Batasi aktifitas selama fase akut seuai dengan kebutuhan
Bantu pasien untuk gerak aktif / pasif
Kolaborasi dengan fisioterapi untuk melatih kekuatan otot
3. Dx III
Resiko konstipasi b.d kelemahan otot abdomen
Tujuan :
Resiko konstipasi tidak terjadi / teratasi
Mengidentifkasi indicator untuk mencegah konstipasi
Bebas dari ketidaknyamanan konstipasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
resiko konstipasi pasien teratasi, dengan
Kriteria hasil :
Pasien mampu BAB dengan lancar
Tanpa bantuan obat pencahar / lainnya
Dengan diberikannya nutrisi yang berserat
Diharapkan pasien pulih / keluhan berkurang
Diharapkan pasien sembuh secepatnya
Intervensi :
Deteksi penyebab konstipasi
Kaji warna, konstipasi, jumlah dan waktu BAB
Berikan cukupan nutrisi berserat
Berikan cairan adekuat
Atur waktu yang tepat untuk defekasi
Konsultasi dengan dokter tentang penurunan / peningkatan bising
usus
Kolaborasi pemberian laksatif
BAB IV
PEMBAHASAN KELOMPOK
A. Pengkajian
1. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur :52 Tahun
Jenis Kelamin :laki-laki
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :wiraswasta
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia
Alamat :jln Genuksari rt 10 / rw 03
Diagnosa Medis : LPB
Tanggal Dan Jam Masuk : 19 Mei 2019
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. T
Umur :49 Tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama :Islam
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir :SMA
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Alamat : jln Genuksari rt 10 / rw 03
Hubungan Dengan Pasien :istri
Keterangan :
: tinggal satu rumah
: Pasien
: Laki laki
: Perempuan
b. Penyakit yang pernah di derita anggota keluarga (DX Medis yang berhubungan
dengan penyakit klien) = klien mengatakan keluarganya tidak memiliki keluhan
riwayat penyakit
c. Penyakit yang sedang diderita keluarga (DX Medis yang berhubungan dengan
penyakit pasien): Klien mengatakan bahwa saat ini keluarga tidak mengalami
sakit
d. kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan pasien bila sakit, kemana
pasien biasa berobat bila sakit)
-sebelum sakit : klien mengatakan sering mengabaikan penyakitnya
-setelah dirawat : klien mengatakan lebih tau apabila sakit harus segera diperiksa
bukan malah dibiarkan agar tidak semakin parah
e. kebiasaan hidup (konsumsi obat-obatan/jamu, konsumsi alcohol, konsumsi rokok, konsumsi
kopi, kebiasaan berolahraga)
-sebelum sakit : klien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan
-setelah dirawat : klien mnegatakan lebih paham jika sakit harus berobat ke tempat
pelayanan kesehatan terpadu
f.
2. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Feses
1. Pola BAB
Sebelum sakit Sesudah sakit
frekuensi 2x sehari Sulit BAB
Waktu Pagi & malam Tak tentu
Konsistensi Kuning kecoklatan Kuning
Warna Padat Padat kecil
Penggunaan pencahar Tidak memakai Tidak memakai
Ada keluhan diare Tidak ada Nyeri saat BAB
konstipasi Ada Ada
b. Pola BAK
Sebelum sakit Sesudah sakit
Frekuensi >7x sehari >6x sehari
Waktu Saat ingin berkemih Saat ingin berkemih
Jumlah 2.200 cc 2.100 cc
Warna Jernih Kuning agak keruh
3. berhajat
-sebelum sakit : pasien mengatakan BAK dan BAB lancar
-setelah dirawat : pasien mengatakan untuk BAK kurang lancar, tetapi tidak bisa BAB
4. keluhan sesak nafas setelah melakukan aktivitas
-sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada keluhan sesak nafas saat beraktivitas
-setelah dirawat : pasien mengatakan tidak ada keluhan sesat nafas saat beraktivitas
5. mudah merasa lelah
Pasien mengatakan mudah merasa kelelahan
4. Pola istirahat Tidur
Sebelum sakit Sesudah sakit
Waktu tidur siang 3 jam 3 jam
Waktu tidur malam 6 jam 4 – 5 jam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. identitas
Pasien berstatus sebagai kepala rumah tangga & selama dirawat di rumah sakit
kesehatan pasien membaik namun nyerinya terkadang masih muncul, pasien merasa
cukup puas atas status dan posisi pasien
3. Peran
Pasien dirumah berperan sebagai ayah, sebelum sakit pasien dalam melakukan
segala tanggung jawab mencari nafkah cukup baik, dan setelah sakit pasien tidak
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik
4. ideal diri
Pasien maupun keluarga berharap agar cepat diberi kesembuhan oleh ALLAH SWT agar
dapat beraktifitas seperti dulu lagi & lebih bisa menjaga kesehatannya.
5. harga diri
Pasien tidak pemalu, keluarga maupun kerabat tetap menghargai & mensuport.
10. Abdomen :
- auskultasi: bising usus terdengar jelas 15x/menit, tidak ada bruit arteri
-inspeksi : warna sama, tidak ada luka, bundar, terlihat tidak ada
pembesaran hati dan limpa
-perkusi : terdengar bunyi timpani
-Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdome bagian bawah
11. Genetalia : bersih, tidak ada luka maupun infeksi dan tidak terpasang kateter
12. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas
Kanan Kiri
-pasien tidak mengalami edema Tidak mengalami edema
-pasien tidak mengalami nyeri -tidak ada nyeri
-tidak ada luka -tidak ada luka dan terpasang infus
Ekstremitas bawah
Kanan Kiri
-tidak mengalami edema -tidak mengalami edema
-tidak mengalami nyeri -tidak ada nyeri
13. Kulit : lumayan bersih, sawo matang, kulit lembab, tidak ada edema, tidak terdapat
luka
B. Analisa data
C. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
b. Intoleransi aktifitas b.d mobilitas
c. Resiko konstipasi b.d kelemahan otot abdomen
D. Rencana keperawatan (NCP)
a. INTERVENSI
Tgl/jam Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil planning Ttd
keperawatan
18 mei Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Lakukan
2019 agen cedera keperawatan 3x24 jam pengkajian
15.00 fisik diharapkan gangguan rasa nyeri secara
WIB nyeri yang dialami pasien komperehens
akan teratasi dengan kriteria if termasuk
hasil : lokasi,
karakteristik,
Pasien menunjukkan durasi,
ekspresi wajah rilexs frekuensi,
Dilatih dengan kualitas dan
distraksi relaksasi faktor
Nyeri hilang presipitasi
Pasien dapat hilang Beri posisi
nyeri secepatnya nyaman
Beri
pengetahuan
tentang nyeri
Bantu pasien
dan keluarga
untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
dan bantuan
Ajarkan
tentang
teknik non
farmakologi :
nafas dalam,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat dan
dingin
Kolaborasi
dengan
memberikan
terapi obat
analgesik
18 mei Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Kaji lokasi
2019 aktifitas b.d keperawatan 3x24 jam ketidaknyam
17.00 mobilitas diharapkan rasa nyaman akan anan / nyeri
WIB bertambah dengan kriteria selama
hasil : aktifitas
Dapat kekamar mandi Pertahankan
dengan mandiri tirah baring
Dengan dilatih Batasi
Pasien segera pulih aktifitas
Pasien dapat pulih selama fase
selama 3 hari akut seuai
dengan
kebutuhan
Bantu pasien
untuk gerak
aktif / pasif
Kolaborasi
dengan
fisioterapi
untuk
melatih
kekuatan otot
b. IMPLEMENTASI
Tgl/jam Diagnosa IMPLEMENTASI Respon Ttd
keperawatan
18 mei Nyeri akut Melakukan pengkajian nyeri -S : pasien
2019 b.d agen secara komperehensif mengatakan
cedera fisik termasuk lokasi, nyeri seperti
karakteristik, durasi, ditusuk tusuk
frekuensi, kualitas dan faktor O : pasien
15.00 presipitasi tampak lemah
WIB
Memberikan posisi nyaman -S : pasien
mengatakan
nyeri seiring
hilang timbul
O : pasien
tampak masih
menaham
nyeri
-S : pasien mengatakan
mampu mengatur posisi
O : pasien tampak bisa
melakukan teknik tanpa
diajarkan ulang perawat
Memberikan posisi
nyaman -S : pasien merasa nyaman
O : pasien tampak tenang
dengan posisi yang
diedukasi
-S : pasien mengatakan
setuju diberikan obat
O : pasien meminum obat
Mengajarkan sesuai anjuran
tentang teknik non
farmakologi : nafas
dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat dan dingin
Mengkolaborasikan
dengan
memberikan terapi
obat analgesik
-S : pasien mengatakan
Membantu pasien diberikan fisioterapi
untuk gerak aktif / O : pasien tmapak
pasif mengikuti anjuran dengan
baik
Mengkolaborasi
dengan fisioterapi
untuk melatih
kekuatan otot
19 Resiko
Mei kostipasi b.d Mendektesi penyebab -S : pasien mengatakan
2019 kelemahan konstipasi masih sedikit sakit saat
otot abdomen BAB
O : nyeri pinggang belum
hilang
-S : -
O : warna BAB kuning,
Mengkaji warna, konsistensinya padat,
konstipasi, jumlah dan waktu BAB tak tentu,
waktu BAB karena adanya keluhan
pinggang
-S : pasien mengatakan
mampu mencerna
makanan
O : pasien tampak
Memberikan cukupan menerima pemberian
nutrisi berserat nutrisi
-S : pasien mengatakan
menerima pemberian obat
laktasif
O : pasien tampak
minumo obat sesuai
Mengkolaborasikan anjuran
pemberian laksatif
20 Nyeri akut b.d Melakukan -S : pasien mengatakan
Mei agen cedera pengkajian nyeri nyeri sudah sedikit hilang
2019 fisik secara -O :
komperehensif P = adanya cidera
termasuk lokasi, Q= seperti ditusuk
karakteristik, R=pada bagian pinggang
durasi, frekuensi, S= 4 dari 0-10
kualitas dan faktor T=tak tentu
presipitasi
-S :pasien mengatakan
lebih rileks
O : pasien terlihat mampu
mengatasi nyerinya
-S : pasien mengatakan
Memberikan posisi lebih membaik
nyaman O:pasien sudah bisa
mengatur posisinya agar
nyeri berkurang
-S : pasien mengatakan
lebih membaik setelah
minum obat
Mengajarkan O : pasien tampak rileks
tentang teknik non
farmakologi : nafas
dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat dan dingin
Mengkolaborasikan
dengan
memberikan terapi
obat analgesik
-S :pasien mengatakan
sudah bisa melakukan
aktifitas sendiri
O :pasien tampak
membaik
20 Resiko
Mei kostipasi b.d Mendektesi penyebab -S : pasien mengatakan
2019 kelemahan konstipasi sudah tidak terlalu sakit
otot abdomen saat BAB
O : nyeri pinggang
berkurang
-S : -
O:
Mengkaji warna, Warna BAB kuning pekat,
konstipasi, jumlah dan konsistensi nya padat,
waktu BAB waktu BAB 2x sehari
-S : pasien mampu
mencerna makanan yg
diberikan
O : kondisi pasien
Memberikan cukupan membaik
nutrisi berserat
-S : pasien rutin minum
obat
O : K.U membaik
Mengkolaborasikan
pemberian laksatif
C. EVALUASI KEPERAWATAN
TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN TTD
KEPERAWATAN
18 Mei Nyeri akut b.d agen S : pasien mengatakan nyeri pada pinggang
2019 cedera fisik O : pasien tampak lemah
Ttv : TD = 140/80 mmHg
N = 88x/menit
RR = 24x/menit
Suhu = 36.5
>P : adanya nyeri pinggang
>Q :seperti ditusuk
>R : pada bagian pinggang
>S : 6 dari 0-10
>T: hilang timbu
A : masalh belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Kaji nyeri
- Ajarkan relaksasi dan dikstrasi
- Kolaborasi dengan pemberin obat
anal gesik
18 Mei Intoleransi aktifitas S : pasien mengatakan sulit beraktifitas
2019 b.d mobilitas O : aktifitas pasien dibantu keluarga
A: masalah belum teratasi
P :lanjut intervensi
- Kaji lokasi ketidaknyaman
- Membatasi aktifitas pasien
- Bantu pasien dalam gerak aktif &
pasif
- Kolaborasi dengan fisioterapi
18 Mei Resiko konstipasi b.d S : pasien mengatakan sakit saat BAB
2019 kelemahan otot O : pasien tampak memegang pinggang
abdomen A : masalah belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Deteksi penyebab konstipasi
- Kaji warna, jumlah dan waktu BAB
- Berikan cukupan nutrisi berserat
- Kolaborasi dengan pemberian
laktafis
19 Mei Nyeri akut b.d agen S : pasien mengatakan nyeri pinggang belum
2019 cedera fisik hilang
O :pasien tampak lemah
Ttv : TD = 140/80 mmHg
N = 88x/menit
RR = 24x/menit
Suhu = 36.5
>P : adanya nyeri pinggang
>Q :seperti ditusuk
>R : pada bagian pinggang
>S : 6 dari 0-10
>T: hilang timbul
A : masalah belum teratasi
P : lanjut intervensi
- Kaji nyeri
- Ajarkan distraksi & relaksasi
- Kolaborasi dengan pemberian obat
analgesic
19 Mei Intoleransi aktifitas S : pasien mengatakan masih sulit untuk
2019 b.d mobilitas melakukan aktifitas
O : aktifitas pasien masih dibantu keluarga
A : masalah belum teratasi
P : lanutkan intervensi
- Kaji lokasi ketidaknyamanan
- Batasi aktifitas pasien
- Bantu pasien dalam gerak aktif
maupun pasif
- Kolaborasi dengan fisioterapi
19 Mei Resiko konstipasi b.d S : pasien mengatakan BAB membaik
2019 kelemahan otot O : pasien tampak tenang
abdomen A : masalah teratasi sebagian
P : lanjut intervensi no 3&4
- Berikan cukupan nutrisi berserat
- Kolaborasi pemberian laktasif
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis. Keselamatan adalah suatu
keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Pemenuhan
kebutuhan keamanan dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan
baik pada pasien, perawat, atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut.
Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari).
Nyeri merupakan suatu gejala yang bersifat ojektif. Hanya orang yang merasakan yang bisa
mengungkapkan. Kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi rasa yang tidak nyaman atau nyeri
ini, perawat perlu memperhatiakn, mengkaji konsep dasar nyeri pada klien yang mengalami
gngguan keamaman.
B. Saran
Semoga dengan memahami konsep dasar nyeri ini. Kita bisa menerapkan dan membagi ilmu
dalam menyelesaikan masalah gangguan rasa aman dan nyaman ini dalan dunia kesehatan.