Anda di halaman 1dari 18

BLOK DENTAL REHABILITATIVE

TUGAS TERSTRUKTUR
GIGI TIRUAN

Dosen Pembimbing:
drg. Bambang Tri Hartomo, M.Si.

Oleh:
Fahmi Hidayatullah
G1B016032

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2020

0
A. Definisi Gigi Tiruan
Gigi tiruan adalah bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang atau seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan
dan didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa ada yang dapat dan
ada yang tidak dapat dipasang dan dilepas oleh pasien (Zarb, 2013).
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
gigi tiruan penuh (Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi
tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang
dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC  (yang
disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat
dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge (Zarb, 2013).
Crown Prosthetic adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang
penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan satu crown pengganti.
Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi
yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau kombinasi (Zarb, 2013).
Bridge/Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu
prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli
yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung
sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan (Zarb,
2013).

B. Klasifikasi Berdasarkan Jaringan Pendukung Gigi


Pembagian gigi tiruan sebagian berdasarkan dukungannya yaitu (Gunadi, 2016):
1. Tooth-borne (paradontal) jika semua gaya oklusal didukung oleh gigi-gigi
penyangga yang membatasi daerah tak bergigi.
2. Mucosa-borne (gingival) bila dukungan berasal dari jaringan lunak dan
tulang yang berada di bawahnya.
3. Kombinasi tooth-mucosa-borne yaitu apabila dukungan diperoleh dari gigi
dan jaringan lunak serta tulang

1
C. Klasifikasi Swenson (Zarb, 2013)
a) Kelas I: Unilateral free end
b) Kelas II: Ujung bebas bilateral/Bilateral free end
c) Kelas III: Bounded sadle
d) Kelas IV: Anterior tooth supported
D. Klasifikasi Kennedy
Klasifikasi Kennedy membagi semua keadaan tak bergigi menjadi 4 macam
kondisi (basic class), sedangkan daerah tak bergigi lain yang tidak termasuk
dalam basic class disebut sebagai modifikasi.
Rincian klasifikasi Kennedy (Veeiraiyan, 2017):

1. Kelas I (Bilateral-Free End Saddle) : Daerah tak bergigi terletak dibagian


posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada dua sisi rahang
(bilateral).

(Veeiraiyan, 2017)

2
2. Kelas II (Unilateral-Free End Saddle): Daerah tak bergigi terletak dibagian
posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada satu sisi rahang
(unilateral).

(Veeiraiyan, 2017)

3. Kelas III (Bounded Saddle): Daerah tak bergigi terletak diantara posterior
dan anterior dari gigi yang masih ada dan berada pada satu sisi rahang
(unilateral).

(Veeiraiyan, 2017)
4. Kelas IV (Anterior Saddle): Daerah tak bergigi terletak dibagian anterior
dari gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.

3
(Veeiraiyan, 2017)

Modifikasi Klasifikasi Kennedy


Terpisah dari ruang yang terindikasikan di klasifikasi di atas, terkadang terdapat
ruang lain yang muncul di rahang dan perlu digantikan. Pada sistem modifikasi,
Kennedy mengarah ke setiap penambahan daerah edentulous bukan setiap
penambahan gigi yang hilang sebagai modification space. Contoh: (Veeiraiyan,
2017)

1. Kelas 1 Modifikasi 1

(Veeiraiyan, 2017)

2. Kelas 2 modifikasi 2

4
3. Kelas 3 modifikasi 2

E. Klasifikasi Applegate Kenedy


Rincian klasifikasi Applegate Kennedy, yaitu (Veeiraiyan, 2017):
1. Kelas I : Daerah tak bergigi sama dengan kelas I Kennedy.
Kondisi klinis yang menyertai, yaitu:
a. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior sudah mengecil.
b. Terdapat migrasi
c. Terjadi ekstrusi berlebih
d. Jumlah gigi anterior yang tersisa hanya 6-10 gigi saja

(Veeiraiyan, 2017)

2. Kelas II : Daerah tak bergigi sama dengan kelas II Kennedy.


Kondisi klinis yang menyertai, yaitu:
a. Resorprsi tulang alveolar lebih banyak
b. Terjadi ekstrusi yang parah
c. Terjadi kelainan TMJ

5
(Veeiraiyan, 2017)

3. Kelas III : daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga
tidak mampu dijadikan sebagai gigi penyangga.
Kondisi klinis yang menyertai, yaitu:
a. Daerah tak bergigi sudah panjang
b. Terjadi resorpsi servikal disertai kegoyahan gigi
c. Beban oklusal berlebih

(Veeiraiyan, 2017)

4. Kelas IV : Daerah tak bergigi sama dengan kelas IV Kennedy.

(Veeiraiyan, 2017)

5. Kelas V : Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi anterior tidak


bisa dijadikan sebagai penyangga.
Kondisi lain yang menyertai, yaitu:
a. Daerah tak bergigi sangat panjang
b. Daya kunyah pasien berlebih
c. Tulang pendukung lemah

6
(Veeiraiyan, 2017)

6. Kelas VI : daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga


masih bisa dijadikan sebagai penyangga.

(Veeiraiyan, 2017)

F. Perbandingan Klasifikasi Miller dan Cummer

Miller Cummer
Kelas I: Menggunakan 2 klamer, Kelas I: Protesa dengan 2 retensi
dengan letak klamer harus berhadapan direct, letaknya diagonal, berorientasi
dan tegak lurus dengan median line pada frame protesa

Kelas II: Memakai 2 klamer, diagonal Kelas II: Protesa dengan 2 retensi
dimana garis fulkrum melewati direct, letak berhadapan, bila
median line. Median line dengan dihubungkan membentuk garis tegak
lokasi fulkrum tegak lurus lurus pada median line

Kelas III: Menggunakan 3 klamer, Kelas III: Protesa dengan 2 atau lebih
letak klamer sedemikian rupa sehingga retensi direct, letak pada 1 sisi/bidang
bila ditarik akan berbentuk segitiga
yang letaknya kira-kira di tengah
protesa

7
Kelas IV: Memakai 4 klamer, bila Kelas IV: protesa dengan 3-4 klamer,
dihubungkan dengan garis membentuk bila dihubungkan dengan garis
segiempat dan terletak ditengah- membentuk segi empat dan berada di
tengah protesa (Veeiraiyan, 2017) tengah protesa (Veeiraiyan, 2017)

G. Klasifikasi Applegate Kenedy Fiset


Rincian klasifikasi applegate kennedy fiset, yaitu (Nallaswamy, 2007):

1. Kelas I : Daerah tak bergigi terletak pada posterior bilateral.

(Nallaswamy, 2007)
2. Kelas II : Daerah tak bergigi terletak pada posterior unilateral.

(Nallaswamy, 2007)
3. Kelas III : Daerah tak bergigi terletak pada unilateral 2 gigi atau lebih yang
berdekatan.

(Nallaswamy, 2007)
4. Kelas IV : Daerah tak bergigi terletak pada anterior dan melewati garis
tengah rahang.

8
(Nallaswamy, 2007)
5. Kelas V : Daerah tak bergigi terletak pada unilateral paradental dimana gigi
anteriornya tidak mampu untuk dijadikan penyangga.

(Nallaswamy, 2007)
6. Kelas VI : daerah tak bergigi terletak pada unilateral dimana gigi tetangga
nya harus dilakukan restorasi.

(Nallaswamy, 2007)
7. Kelas VII : Daerah tak bergigi terletak pada satu sisi (unilateral) dan hanya
menyisakan beberapa gigi dilengkung rahang tetangga yang sudah melewati
garis tengah rahang.

(Nallaswamy, 2007)

9
8. Kelas VIII : Daerah tak bergigi yang hanya menyisakan beberapa gigi
dibagian anterior.

(Nallaswamy, 2007)
9. Kelas IX: Daerah tak bergigi yang dibutuhkan untuk dilakukan perawatan
prostodontia karena secara fungsi dan estetiknya diperhatikan.

(Nallaswamy, 2007)
10. Kelas χ : Daerah tak bergigi sebagian dimana hanya menyisakan sedikit
gigi asli yang tidak mampu dijadikan sebagai penyangga.

(Nallaswamy, 2007)

10
H. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan:

(Laksmi, 2018)
Keterangan:
1. Gigi tiruan, dibagi berdasarkan bahan (porselain, logam, dan akrilik) dan
bentuk (normal cusp, flat cusp, dengan saluran)
2. Occlusal rest: bagian dari GTSL yang terletak pada permukaan gigi atau
bagian lain dari gigi yang memberikan vertical support. Terdiri dari
occlusal rest, insisal rest, cingulum rest, lingual rest, onlay, embrasure
hooks.
3. Direct retainer: bagian dari GTSL yang terletak / melingkari gigi
penyangga yang memberikan retensi dan bracing atau mencegah
terlepasnya GTSL. Macam disain klamer: Klamer kawat tooth borne (3
jari, Jackson, half Jackson, 3/2 jari rest mesial, klamer s), klamer kawat
mukosa borne (2 jari, Gillet), Klamer tuang ( circumferential clasp, bar
clasp).
4. Major connector: menghubungkan sadel yang satu dengan yang lainnya.
5. Minor connector: menghubungkan major connector dengan bagian lain
GTSL.
6. Indirect retainer: bagian dari GTSL yang terletak pada rest seat, sejauh
mungkin dari free end saddle pada sisi yang berlawanan dengan garis
fulcrum.
7. Saddle: bagian dari GTSL yang mengganti jaringan alveoli yang hilang
dan sabagai tempat gigi tiruan. Terbuat dari akrilik atau logam. Terdiri
dari bounded saddle (dibatasi gigi asli pada kedua ujungnya), free end
saddle (dibatasi gigi asli pada salah satu ujungnya).

11
8. Konektor utama: menghubungkan sadel yang satu dengan yang lainnya
(Laksmi, 2018).

I. Komponen Gigi Tiruan Cekat


Komponen atau bagian-bagian gigi tiruan cekan antara lain (Gunadi, 2016):
1. Gigi abutment
Gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer dan
yang mendukung GTC tersebut.
2. Retainer
Bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment.
3. Konektor/ Joint
Bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan memperbaiki
fungsinya.
4. Pontik/ Dummy
Bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dan pontik.

(Gunadi, 2016)

Hukum ANTE/Ante's Law


Hukum ini mengatakan : seluruh luas ligamen perodonsium gigi penyangga harus
paling sedikit sama, atau melebihi seluruh luas ligamen periodonsium gigi yang
diganti (Gunadi, 2016).

J. Macam-macam Desain Gigi Tiruan Jembatan 


Gigi Tiruan Jembatan atau Fixed partial denture adalah alat prostetik, yang
direkatkan secara permanen pada gigi yang telah dipreparasi untuk  menggantikan

12
gigi yang hilang. Berikut adalah macam-macam desain gigi tiruan jembatan
(Smith, 2007):
1. Fixed-Fixed Bridge
Fixed-Fixed Bridge adalah Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) yang memiliki
konektor rigid di kedua ujung pontic. Semua komponen digabungkan secara
rigid, dengan cara penyolderan setiap unit individual bersama atau melalui
pengecoran. Bisa memiliki dua atau lebih gigi penyangga.Gigi Tiruan
Jembatan (GTJ) tipe ini menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang cukup
baik dan juga dapat mendistribusikan tekanan kunyah lebih merata pada
restorasi, serta memberikan efek splinting yang cukup baik. .
2. Fixed Movable Bridge
Fixed Movable Bridge adalah gigi tiruan jembatan yang mempunyai dua jenis
konektor yaitu konektor rigid dan konektor non rigid, konektor yang rigid
biasanya di ujung distal pontik, dan konektor non rigid yang berfungsi
sebagai stress breaker berada pada sisi mesial pontik.
3. Cantilever Bridge
Cantilever Bridge didefinisikan sebagai gigi tiruan jembatan yang memiliki
satu abutment atau lebih pada satu ujung saja, sedangkan ujung pontic yang
lainnya bebas ( hanya berupa titik kontak ).
4. Spring Bridge
Spring Bridge adalah Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) yang hanya memiliki satu
pontik, didukung oleh spring yang menempel pada palatum dan kemudian
terhubung pada konektor yang rigid pada sisi palatal dari satu retainer yang
terletak jauh dari pontik. 
5. Combinations Bridge
Combinations Bridge adalah gabungan dari dua atau lebih tipe gigi tiruan
jembatan.
6. Adhesive Bridge
Adhesive bridge merupakan Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) yang lebih
konservatif dari jenis gigi tiruan jembatan yang lainnya karena preparasi yang
minimal. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) tipe ini terdiri dari satu  atau dua pontik
yang didukung retainer berupa sayap yang direkatkan dengan semen.

13
7. Rochette Bridge
Menggunakan retainer seperti sayap dengan menggabungkan retensi mekanis
dengan silane untuk menghasilkan adhesi pada metal.
8. Maryland Bridge
Memiliki retainer logam yang permukaan dalamnya dietsa untuk
mendapatkan retensi (Smith, 2007).

K. Immediate denture
Immediate denture merupakan gigi tiruan lengkap maupun sebagian yang
dibuat untuk ditempatkan dengan segera setelah gigi asli dicabut. Immedate
denture dapat dibuat pada satu rahang ataupun rahang atas dan rahang bawah pada
beberapa pasien. Hal ini sebaiknya dibuat bersamaan untuk memastikan estetika
yang optimal dan hubungan oklusal.
Tipe Immediate Denture Secara umum, ada dua tipe immediate denture,
yaitu conventional immediate denture (CID) yang dimaksudkan sebagai protesa
jangka panjang. Diikuti dengan penyelesaian fase penyembuhan (minimal 3-6
bulan), CID dapat di-reline untuk memelihara adaptasi terhadap struktur
pendukung. Tipe kedua adalah interim (transisional) immediate denture yang
didesain untuk waktu yang terbatas. Biasanya setelah fase penyembuhan akan
digantikan dengan protesa yang sebenarnya.
Perbandingan CID dan IID
Conventional immediate denture Interim immediate denture
-Dikenal sebagai protesa definitif atau -Protesa transisional (sementara) atau
jangka panjang jangka pendek
-Setelah penyembuhan sempurna, gigi -Setelah penyembuhan, gigi tiruan
tiruan tersebut di-reline kedua akan dibuat. IID tetap dijaga
sebagai gigi tiruan cadangan dan dapat
di-reline agar dapat digunakan sebagai
cadangan
-Semua tampilan awal pasien biasanya -Semua tampilan awal biasanya gigi
gigi anterior (kadang-kadang ditambah anterior dan posterior masih ada
premolar) yang tersisa
-Memiliki retensi dan stabilitas yang -Biasanya retensi dan stabilitas

14
baik pada saat pemasangan yang lumayan baik saat insersi yang harus
memungkinkan pemeliharaan selama ditingkatkan dengan reline sementara
proses penyembuhan (tissue conditioning) selama
penyembuhan
-Biaya yang dikeluarkan untuk -Biaya yang dikeluarkan untuk
perawatan CID lebih sedikit perawatan IID lebih besar dibandingkan
dibandingkan IID karena CID ditambah CID karena termasuk biaya gigi tiruan
dengan reline sementara dan gigi tiruan kedua

-Proses perawatan lebih lama dari IID -Proses perawatan memakan waktu
karena adanya penundaan 3-4 minggu yang lebih sedikit karena prosedur
untuk area ekstraksi gigi posterior fabrikasi gigi tiruan dapat dimulai
sembuh sebagian sebelum membuat segera
cetakan akhir.
-Umumnya diindikasikan hanya pada -Diindikasikan ketika ada beberapa gigi
kasus gigi anterior yang masih ada atau anterior atau posterior yang tersisa atau
gigi posterior yang masih ada sedikit ekstraksi satu rahang dan atau gigi yang
yang tidak mendukung gigi tiruan mendukung gigi tiruan sebagian
sebagian lepasan. lepasan yang pasien harapkan tetap
digunakan hingga insersi
-Umumnya diindikasikan pada pasien -Diindikasikan pada pasien yang tidak
yang dapat berfungsi tanpa gigi bisa tanpa gigi posterior atau gigi tiruan
posterior kira-kira sekitar 3 bulan (3-4 sebagian lepasan yang sudah ada
minggu waktu area posterior sembuh sebelumnya karena estetik dan
ditambah 2 bulan untuk fabrikasi dan fungsionalnya.
pemasangan CID
-Pada pemasangan CID biasanya hanya -Pada pemasangan IID biasanya baik
gigi anterior yang diekstraksi (satu gigi anterior maupun posterior telah
premolar pada tiap sisi dipertahankan diekstraksi.
untuk menjaga dimensi vertikal oklusi)
-Diindikasikan ketika kunjungan dua -Diindikasikan ketika hanya satu kali
kali pencabutan dapat dilakukan kunjungan bedah yang dapat dilakukan

15
-Tidak berfungsi untuk perubahan -Dapat berfungsi untuk perubahan
protesa sebelumnya seperti gigi tiruan protesa sebelumnya menjadi IID
sebagian lepasan

Daftar Pustaka

16
Gunadi, H. A., Margo, A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., Setiabudi, I., 2016,
Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II, EGC, Jakarta.

Laksmi, S., 2018, Preclinical Manual of Prosthodontic, Edisi 3, Elsevier, New


Delhi.

Nallaswamy, D., 2007, Tetbook of Prosthodontic, Jaype, New Delhi.

Shillingburg, H. T. (1997). Fundamentals of Fixed Prosthodontics 3th Edition.


Quintessence Publishing.

Smith, B. G. (2007). Plaining and Making Crowns and Bridges 4th Edition.
United Kingdom: Informa Healthcare.

Sofya, P.A., 2017, Immediate denture, Journal of Syiah Kuala Dentistry Society, 2
(1): 19-25.

Veeraiyan, D.N., 2017, Text Book of Prosthodontics, Edisi 2, Jaypee Brothers


Medical Publisher New Delhi.

Zarb, G.A., Hobkrik, S., Eckert, S., Jacob, R., 2013, Prosthodontic Treatment for
Edentulous Patient, Edisi 13, Elsevier Mosby, Singapore.

17

Anda mungkin juga menyukai